KEANEKARAGAMAN MAKROALGA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DI PANTAI WALAKIRI, KABUPATEN SUMBA TIMUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

(1)

KEANEKARAGAMAN MAKROALGA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DI PANTAI WALAKIRI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

SKRIPSI

DISUSUN OLEH : ERFY MELANY LALUPANDA

201110070311094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(2)

ii

KEANEKARAGAMAN MAKROALGA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DI PANTAI WALAKIRI, KABUPATEN SUMBA

TIMUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Disusun oleh :

ERFY MELANY LALUPANDA 201110070311094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Keanekaragaman Makroalga Berdasarkan Ciri Morfologi Di Pantai Walakiri, Kabupaten Sumba Timur Sebagai Sumber Belajar Biologi”

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, informasi, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Terutama pada :

1. Bapak Dr.Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. Drs. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes selaku dosen wali, serta Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu pengetahuan.

3. Ibu Dra. Roimil Latifa, M.Si, M.M, selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Iin Hindun, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran yang sangat berharga kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas dukungan dan doanya.

Semoga Tuhan senantiasa membalas segala perbuatan baik yang telah kalian lakukan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan


(7)

vii

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 24 Agustus 2015 Penulis,


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian. ... 6


(9)

ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Pantai Walakiri ... 8

2.2. Tinjauan Umum Makroalga... 10

2.3. Morfologi Makroalga. ... 11

2.4. Klasifikasi Makroalga... 16

2.4.1. Rhodophyta (Alga Merah) ... 16

2.4.2. Phaeophyta (Alga Coklat) ... 21

2.4.3. Chlorophyta (Alga Hijau) ... 25

2.5. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Makroalga 28 2.5.1. Suhu ... 28

2.5.2. Salinitas ... 29

2.5.3. pH ... 30

2.5.4. Substrat ... 30

2.6. Sumber Belajar ... 33

2.6.1 Hakikat Sumber Belajar... 33

2.6.2 Manfaat Sumber Belajar ... 36

2.6.3 Jenis-jenis Sumber Belajar Cetak ... 37

2.6.4 Buku Sebagai Sumber Belajar ... 38

2.6.5 Buku Pengayaan ... 39

2.6.6 Teknik Menulis Buku Pengayaan ... 41

2.6.7 Aspek / Materi Isi Buku Pengayaan ... 42


(10)

x BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 45

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.3.1 Populasi ... 45

3.3.2 Sampel ... 46

3.4. Alat dan Bahan. ... 46

3.4.1 Alat ... 46

3.4.2 Bahan ... 46

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 47

3.6. Prosedur Penelitian ... 47

3.6.1 Tahap Persiapan.. ... 47

3.6.2 Tahap Pelaksanaan. ... 47

3.6.3 Tahap Pengolahan Data. ... 50

3.7. Teknik Analisis Data.. ... 50

3.7.1 Keanekaragaman Berdasarkan Indeks Ekologi Kuantitatif 50 3.7.2 Keanekaragaman Berdasarkan Ciri Morfologi.. ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Makroalga Yang ditemukan di Pantai Walakiri ... 55

4.1.2 Keanekaragaman Makroalga Berdasarkan Ciri Morfologi. 56

4.1.3 Keanekaragaman Berdasarkan Indeks Ekologi Kuantitatif 77


(11)

xi

4.1.3.2Frekuensi Kehadiran ... 81

4.1.3.3Indeks Keanekaragaman ... 83

4.1.3.4Indeks Dominansi ... 84

4.1.4 Kondisi Lingkungan Abiotik Pantai Walakiri ... 84

4.1.4.1Suhu ... 85

4.1.4.2pH ... 86

4.1.4.3 Salinitas ... 86

4.1.4.4 Substrat ... 87

4.2. Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA... ... 91


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jumlah Populasi Makroalga ... 95 2. Perhitungan Indeks Ekologi... 106 3. Foto Dokumentasi Penelitian... 110 4. Hasil Identifikasi Makroalga...…………..….... 112


(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy, dan Evi Liviawaty. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Jakarta : Penerbit Bhratara.

Algaebase. 2015. Algae classification (online) http://www.algaebase.org/ (Diakses pada tanggal 27 Agustus 2015).

Anggadiredja, Jana, dkk. 1992. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya.

Archipelago Wildlife Library. 2009. Marine Flora : Sargassum vulgare (online) http://wildlife-archipelago.gr/wordpress/ (Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015).

Aslan, Laode M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistidjo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan

Jenis-jenis Rumput Laut. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI.

Barus, T.A. 1996. Pengantar limnologi studi tentang ekosistem air daratan. USU Press. Medan. hlm:33-35

Birsyam, Inge. L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB

BiotaTaiwanica. 2015. Algae Description (online) http://biota.taibif.tw/tree (Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015).

Bold, H.C. and M.J. Wynne 1980. Introduktion to the algae. Structure and reproduction. Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : 706 pp

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur. 2012. Data Pantai-Pantai di Sumba Timur.

Dawson, E.Y. 1954. Algae: Invasive Alien Gracillaria salicornia. Botany, University of Hawai‘i at Manoa 2001.

Dhargalkar, dan Devanand Kavlekar. 2004. Seaweed : A Field Manual. National Institute of Oceanography, Dona Paula, Goa. 403 004.

Fachrul, Melati Ferianita. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.


(14)

xiv

Ghufran, dan Kordi. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan Tambak. Jakarta : Lily Publisher.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Yuma Pustaka. Juneidi, Wahid Akh. 2004. Rumput Laut, Jenis, dan Morfologinya. Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2004.

Kadi, & Atmajaya, W. S., 1988. Rumput Laut (Alga), Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta: LIPI.

Kadi, & Atmajaya. 1999. Beberapa Catatan Tentang Gelidium (Rhodophyta). Jakarta: Puslitbang Oseanologi-LIPI.

Kariono, Magfirah. 2013. Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. e-Jipbiol Vol. 1: 57-64, Juni 2013 ISSN :2338-1795.

Karmana. 1987. Biologi . Bandung: Ganeca Exact

Kaufman, Peter. 1989. Plants Their Biology and Importance. Harper and Row, Publishers : New York.

Koesobiono,1979. Ekologi Perairan. Sekolah Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Kusmana, Suherli. 2008. Menulis Buku Pengayaan (Online). Tersedia : www.suherlicenter.blogspot.com (Diakses pada tanggal 28 April 2015) Langoy, Marnix L.D. 2009. Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam

Batuputih, Kota Bitung. Jurnal Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Lathifah, Amalia. 2013. Pengembangan Buku Pengayaan Menyunting Karangan Bermuatan Multikultural Menggunakan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa Smp/Mts Kelas Ix. Naskah Skripsi Jurusan Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Litaay, Christina. 2014. Sebaran dan Keanekaragaman Komunitas Makroalga di Perairan Teluk Ambon. Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI. Ambon. Hlm.131-142.

Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: PT Gramedia


(15)

xv

Luning, 1990. Seaweeds, Their Environment, Biogeography And Ecophysiology. John Wiley and Sons. New York.

Mariahningsih, Pipit, dkk. 2013. Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di Perairan Pulau Untung Jawa. Prociding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Oceanlink. 2014. Biodiversity Seaweed (online). www.oceanlink.info (Diakses pada tanggal 28 April 2015).

Palalo, Alfian. 2013. Distribusi Makroalga pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Bonebatang, Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan

Barrang, Lompo, Makasar. Skripsi Program Studi Kelautan.

Universitas Hasanuddin.

Papalia, Saleh. 2013. Produktivitas Biomasa Makroalga Di Perairan Pulau Ambalau, Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm. 465-477.

Panduan Pengembangan Bahan Ajar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2007.

Pelczar, dkk. 1993. Microbiology Consept And Applycations. New York : MC Graw Hill

Poncomulyo, Taurino, dkk. 2006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Surabaya : Agromedia

Rahayu, Sri Endarti, dkk. 2008. Keanearagaman Morfologi dan Anatomi Pandanus (Pandanaceace) di Jawa Barat. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta : Vis Vitalis Vol. No.2. ISSN 1978-9513.

Romimotarto, dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta : Penerbit Djambatan. Rukmana, Citra Hardiyanti, dkk. 2014. Analisis Fenetik Hubungan Kekerabatan

Pada Tanaman Brassica oleracea Beserta 4 Varietasnya, B. juncea dan B. chinensis Melalui Pendekatan Morfologi. Jurnal Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.


(16)

xvi

Sahayraj. 2014. Distribution and Diversity Assesment of The Marina Macroalgae at Four Southern Distirct Of Tamil Nadu, India. Indian Journal of Geo-Marine Science. Vol.43 (4), pp.607-617.

Saptasari, Murni. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Bertalus Alga. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang : Malang.

Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi dan Potensi Makroalga, Jenis Caulerpa di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El-Hayah Vol.1 No.2

Setyawan, Ilham Budi. 2014. Identifikasi Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Makroalga di Daerah Pasang Surut Pantai Pidakan Kabupaten Pacitan Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA. Naskah Skripsi Jurusan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sinyo, Yumima. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga Di Perairan Pantai Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678 Vol 1 No (2) Maret 2013.

Soegianto. Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Usaha Nasional.

Species of Taiwan Seaweds. 2014. Seaweed Morphology (Online). http://formosa.ntm.gov.tw/seaweeds (Diakses tanggal 8 April 2015). Sulisetjono, Drs. 2009. Alga. Malang: UIN Press

Supriati, Rochma. 2003. Keanekaragaman, Kepadatan, dan Pola Penyebaran Makroalga Di Pantai Pajang Kota Bengkulu. Jurnal FMIPA Universitas Sriwijaya.

Tampubolon, Agrialin. 2013. Biodiversitas Alga Makro Di Lagun Pulau Pasige,Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013

Tjitrosoepomo. Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Yogyakarta: UGM PRESS

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan kehadiran berbagai macam variasi bentuk penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan jenis, dan tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi, termasuk keanekaragaman hayati lautnya. Salah satu organisme laut yang banyak dijumpai hampir di seluruh pantai di Indonesia adalah makroalga.

Makroalga merupakan tanaman tingkat rendah yang umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu seperti pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Menurut Fernandes and Cortes (2005) makroalga mudah beradaptasi di semua jenis substrat, termasuk menempel di bagian karang hidup yang mengalami pelapukan,tumbuh memencar dan berkompetisi dengan komunitas karang hidup.

Habitat utama makroalga adalah zona pasang surut. Menurut Bold and Wyne (1985) makroalga merupakan biota penting sebagai salah satu komponen utama penyusun ekosistem pesisir juga ikut berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Selain itu makro alga merupakan salah satu sumberdaya alam hayati laut yang bernilai ekonomis dan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang tinggi dalam rantai makanan dan habitat biota-biota laut (Littay, 2014).


(18)

2

Pantai Walakiri merupakan salah satu pantai di kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki keanekaragaman makroalga yang sangat tingi. Perairan pantai Walakiri sangat tenang dan kondisi ekologisnya cocok untuk pertumbuhan makroalga. Namun, dewasa ini kondisi ekosistem pesisir perairan Walakiri mengalami perubahan, seperti rusaknya ekosistem perairan pantai. Penyebab utama perubahan ini tidak hanya karena faktor alamiah, seperti angin, ombak dan arus, namun kondisi ini tambah diperburuk dengan aktivitas masyarakat, yaitu aktivitas pengunjung pantai dan budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai Walakiri. Kondisi ini tentunya turut mempengaruhi kehidupan dan keberadaan sumberdaya laut yang ada di alam, termasuk makroalga, karena keberadaan makroalga sangat rentan terhadap berbagai aktivitas manusia dan perubahan lingkungan. Adanya berbagai aktivitas manusia dapat menurunkan kualitas ekosistem pesisir pantai Walakiri, sehingga akan mempengaruhi keanekaragaman makroalga.

Pada penelitian keanekaragaman untuk mengidentifikasi obyek yang diamati memerlukan alat ukur, diantaranya adalah menggunakan ciri morfologi. Kajian morfologi tumbuhan berupa aspek-aspek penampakan luar tumbuhan, seperti bentuk, struktur, dan corak dari bagian-bagian tumbuhan. Ciri morfologi mempunyai peran penting di dalam sistematika, karena walaupun banyak pendekatan yang dipakai dalam menyusun sistem klasifikasi, namun semuanya berpangkal pada ciri morfologi. Selain itu pendekatan ini memberikan jalan tercepat memperagakan keanekaragaman dunia tumbuhan, dan dapat dipakai


(19)

3

sebagai sistem pengacuan umum yang dapat menampung pernyataan data-data dari bidang lainnya. Ciri morfologi mudah untuk dilihat sehingga variasinya dapat diamati dengan cepat jika dibandingkan dengan ciri-ciri lainnya, karena pembatasan takson yang baik dilakukan dengan menggunakan ciri yang mudah dilihat, dan bukan oleh ciri yang tersembunyi (Rahayu dkk, 2008).

Makroalga pada pelajaran Biologi tingkat SMA/MA diajarkan pada materi Protista mirip tumbuhan yang berdasarkan pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA-MA mata pelajaran Biologi, tercantum dala kompetensi dasar : 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

Buku teks Biologi di SMA/MA sebagian besar hanya menjelaskan ciri-ciri umum dari protista mirip tumbuhan dan tidak diuraikan lebih mendetail mengenai klasifikasinya. Agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai makroalga tidak sekedar yang dijelaskan dalam buku teks, guru memerlukan sumber belajar selain buku teks yang digunakan dalam pembelajaran materi tersebut. Sumber belajar yang dimaksud bisa berupa buku nonteks salah satunya adalah buku pengayaan. Buku pengayaan merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik. Buku pengayaan itu sendiri, tidak ada aturan yang mengikat karena buku pengayaan ini salah satu buku pelengkap perpustakaan. Buku pengayaan sangat penting untuk menambah wawasan peserta didik selain pengatahuan yang didapatkan dari buku teks (Kusmana, 2008).


(20)

4

Penelitian tentang keanekaragaman makroalga di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur ini perlu dilakukan untuk untuk mengetahui status terkini dari potensi sumber daya laut makroalga yang ada di pantai Walakiri, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran kekayaan makroalga di pantai walakiri serta pemanfaatanya sebagai sumber belajar Biologi di sekolah. Sehubungan dengan kepentingan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul: “Keanekaragaman Makroalga Berdasarkan Ciri Morfologi Di Pantai Walakiri, Kabupaten Sumba Timur Sebagai Sumber Belajar Biologi ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keanekaragaman makroalga yang ditemukan di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi, indeks keanekaragaman, kepadatan, frekuensi, dan dominansi?

2. Bagaimanakah pemanfaatan keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi sebagai sumber belajar Biologi tingkat SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk :

1. Mendeskripsikan keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi, indeks keanekaragaman, kepadatan, frekuensi, dan dominansi.


(21)

5

2. Memanfaatkan hasil keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi sebagai sumber belajar Biologi.

1.4Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, bagi: 1. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan dalam memberikan vairasi sumber belajar pada mata pelajaran Biologi SMA materi protista mirip tumbuhan, dalam hal ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar berupa buku pengayaan.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jenis-jenis makroalga yang terdapat di pantai Walakiri yang dapat di konsumsi, dibudidayakan dan di manfaatkan oleh masyarakat setempat, dan juga bagi pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam mengembangkan potensi sumberdaya alam makroalga di pantai Walakiri.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam penelitian keanekaragaman makroalga pada bidang ilmu botani tumbuhan tingkat rendah.


(22)

6

1.5Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Daerah pantai Walakiri yang akan diteliti adalah daerah surut pantai pada tiga stasiun penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun pengamatan dengan menggunakan metode transek kuadrat.

2. Kenakeragaman berdasarkan ciri morfologi meliputi ciri warna talus, bentuk talus, tipe percabangan, bentuk holdfast, dan substansi talus.

3. Keanekaragaman berdasarkan parameter ekologi dalam penelitian ini menggunakan kepadatan, yaitu kepadatan total dan kepadatan relatif; indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’); frekuensi kehadiran, yaitu frekuensi total dan frekuensi relatif; dan indeks dominansi.

4. Faktor lingkungan kehidupan makroalga dalam penelitian ini meliputi suhu air laut, pH air laut, salinitas dan jenis substrat.

5. Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar berupa buku pengayaan mata pelajaran biologi tingkat SMA pada materi protista mirip tumbuhan.

1.6 Definisi Operasional

1. Keanekaragaaman adalah berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah dan sifat makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik yang mencakup keanekaragaman genetika, jenis dan ekosistem.


(23)

7

2. Makroalga adalah alga berukuran makroskopis yang sebagian besar hidupnya di perairan laut. Pada masyarakat umum makroalga lebih dikenal dengan nama rumput laut.

3. Ciri morfologi adalah ciri yang menunjukkan bentuk dan susunan tubuh makhluk hidup yang dapat dilihat dengan kasat mata (Rukmana, 2014). 4. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan guru maupun peserta

didik dalam membantu proses belajar mengajar.

5. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan beserta lingkungannya.


(1)

Pantai Walakiri merupakan salah satu pantai di kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki keanekaragaman makroalga yang sangat tingi. Perairan pantai Walakiri sangat tenang dan kondisi ekologisnya cocok untuk pertumbuhan makroalga. Namun, dewasa ini kondisi ekosistem pesisir perairan Walakiri mengalami perubahan, seperti rusaknya ekosistem perairan pantai. Penyebab utama perubahan ini tidak hanya karena faktor alamiah, seperti angin, ombak dan arus, namun kondisi ini tambah diperburuk dengan aktivitas masyarakat, yaitu aktivitas pengunjung pantai dan budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai Walakiri. Kondisi ini tentunya turut mempengaruhi kehidupan dan keberadaan sumberdaya laut yang ada di alam, termasuk makroalga, karena keberadaan makroalga sangat rentan terhadap berbagai aktivitas manusia dan perubahan lingkungan. Adanya berbagai aktivitas manusia dapat menurunkan kualitas ekosistem pesisir pantai Walakiri, sehingga akan mempengaruhi keanekaragaman makroalga.

Pada penelitian keanekaragaman untuk mengidentifikasi obyek yang diamati memerlukan alat ukur, diantaranya adalah menggunakan ciri morfologi. Kajian morfologi tumbuhan berupa aspek-aspek penampakan luar tumbuhan, seperti bentuk, struktur, dan corak dari bagian-bagian tumbuhan. Ciri morfologi mempunyai peran penting di dalam sistematika, karena walaupun banyak pendekatan yang dipakai dalam menyusun sistem klasifikasi, namun semuanya berpangkal pada ciri morfologi. Selain itu pendekatan ini memberikan jalan tercepat memperagakan keanekaragaman dunia tumbuhan, dan dapat dipakai


(2)

sebagai sistem pengacuan umum yang dapat menampung pernyataan data-data dari bidang lainnya. Ciri morfologi mudah untuk dilihat sehingga variasinya dapat diamati dengan cepat jika dibandingkan dengan ciri-ciri lainnya, karena pembatasan takson yang baik dilakukan dengan menggunakan ciri yang mudah dilihat, dan bukan oleh ciri yang tersembunyi (Rahayu dkk, 2008).

Makroalga pada pelajaran Biologi tingkat SMA/MA diajarkan pada materi Protista mirip tumbuhan yang berdasarkan pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA-MA mata pelajaran Biologi, tercantum dala kompetensi dasar : 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

Buku teks Biologi di SMA/MA sebagian besar hanya menjelaskan ciri-ciri umum dari protista mirip tumbuhan dan tidak diuraikan lebih mendetail mengenai klasifikasinya. Agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai makroalga tidak sekedar yang dijelaskan dalam buku teks, guru memerlukan sumber belajar selain buku teks yang digunakan dalam pembelajaran materi tersebut. Sumber belajar yang dimaksud bisa berupa buku nonteks salah satunya adalah buku pengayaan. Buku pengayaan merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik. Buku pengayaan itu sendiri, tidak ada aturan yang mengikat karena buku pengayaan ini salah satu buku pelengkap perpustakaan. Buku pengayaan sangat penting untuk menambah wawasan peserta didik selain pengatahuan yang didapatkan dari buku teks (Kusmana, 2008).


(3)

Penelitian tentang keanekaragaman makroalga di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur ini perlu dilakukan untuk untuk mengetahui status terkini dari potensi sumber daya laut makroalga yang ada di pantai Walakiri, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran kekayaan makroalga di pantai walakiri serta pemanfaatanya sebagai sumber belajar Biologi di sekolah. Sehubungan dengan kepentingan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul: “Keanekaragaman Makroalga Berdasarkan Ciri Morfologi Di Pantai Walakiri, Kabupaten Sumba Timur Sebagai Sumber Belajar Biologi ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keanekaragaman makroalga yang ditemukan di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi, indeks keanekaragaman, kepadatan, frekuensi, dan dominansi?

2. Bagaimanakah pemanfaatan keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi sebagai sumber belajar Biologi tingkat SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk :

1. Mendeskripsikan keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi, indeks keanekaragaman, kepadatan, frekuensi, dan dominansi.


(4)

2. Memanfaatkan hasil keanekaragaman makroalga yang terdapat di pantai Walakiri, kabupaten Sumba Timur berdasarkan ciri morfologi sebagai sumber belajar Biologi.

1.4Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, bagi: 1. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan dalam memberikan vairasi sumber belajar pada mata pelajaran Biologi SMA materi protista mirip tumbuhan, dalam hal ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar berupa buku pengayaan.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jenis-jenis makroalga yang terdapat di pantai Walakiri yang dapat di konsumsi, dibudidayakan dan di manfaatkan oleh masyarakat setempat, dan juga bagi pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam mengembangkan potensi sumberdaya alam makroalga di pantai Walakiri.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam penelitian keanekaragaman makroalga pada bidang ilmu botani tumbuhan tingkat rendah.


(5)

1.5Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Daerah pantai Walakiri yang akan diteliti adalah daerah surut pantai pada tiga stasiun penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun pengamatan dengan menggunakan metode transek kuadrat.

2. Kenakeragaman berdasarkan ciri morfologi meliputi ciri warna talus, bentuk talus, tipe percabangan, bentuk holdfast, dan substansi talus.

3. Keanekaragaman berdasarkan parameter ekologi dalam penelitian ini menggunakan kepadatan, yaitu kepadatan total dan kepadatan relatif; indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’); frekuensi kehadiran, yaitu frekuensi total dan frekuensi relatif; dan indeks dominansi.

4. Faktor lingkungan kehidupan makroalga dalam penelitian ini meliputi suhu air laut, pH air laut, salinitas dan jenis substrat.

5. Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar berupa buku pengayaan mata pelajaran biologi tingkat SMA pada materi protista mirip tumbuhan.

1.6 Definisi Operasional

1. Keanekaragaaman adalah berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah dan sifat makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik yang mencakup keanekaragaman genetika, jenis dan ekosistem.


(6)

2. Makroalga adalah alga berukuran makroskopis yang sebagian besar hidupnya di perairan laut. Pada masyarakat umum makroalga lebih dikenal dengan nama rumput laut.

3. Ciri morfologi adalah ciri yang menunjukkan bentuk dan susunan tubuh makhluk hidup yang dapat dilihat dengan kasat mata (Rukmana, 2014). 4. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan guru maupun peserta

didik dalam membantu proses belajar mengajar.

5. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan beserta lingkungannya.