Publikasi Dzikir Padhang Bulan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sama-sama memiliki misi yang sama, yaitu mensyiarkan Islam agar lebih diaplikasikan dalam setiap tindak tanduk masyarakat. 7 Masih belum ada inovasi lain dalam dzikir padhang bulan selain yang disebutkan di atas. Namun menurutnya, ia tetap berupaya mencari cara-cara baru atau materi-materi baru agar dzikir padhang bulan bisa diterima dan diminati oleh setiap elemen masyarakat. Perbedaan zaman menuntut para muballigh untuk lebih kreatif lagi dalam menyampaikan dakwahnya agar masyarakat tertarik untuk mengikuti apa yang telah disampaikannya. 7 M. Mukhlis, Wawancara, Keranjingan-Jember,14 Mei 2017. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari skripsi berjudul “Peran K.H. Achmad Nashihin Dalam Mengembangkan Majelis Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember 2007- 2016” dengan 3 poin sebagai berikut: 1. K.H. Achmad Nashihin merupakan anak yang lahir dari pasangan K.H. Achmad Rofi’i dan Nyai Salima. Ia lahir di Baratan, Antirogo-Jember pada tanggal 12 januari 1963 Masehi atau bertepatan dengan 08 Sya’ban 1382 Hijriyah. Sejak sekitar umur 2 tahun ia telah ditinggalkan oleh Ayahnya yang meninggal di usia muda. Hal ini yang menyebabkannya tidak hanya tinggal dengan Ibunya. Namun ia juga sering tinggal dengan kakeknya, yaitu K.H. Ghazali. Nampaknya didikan dari sang kakek ini juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian Achmad Nashihin kecil hingga menjadikannya sosok yang amat disegani pada masa tuanya. 2. Dzikir padhang bulan didirikan oleh K.H. Achmad Nashihin pada tahun 2007 atas saran dari Mbakyu Kyai Kholil As’ad Situbondo, yaitu Nyai Isyaiyyah As’ad dan saran ini didukung oleh K.H.R. Kholil. Majelis dzikir ini diberi nama padhang bulan karena dilaksanakan pada malam 15 bulan hijriah, yaitu ketika rembulan padhang atau bersinar terang. Perkembangan majelis dzikir cukup pesat pada awal-awal berdirinya, namun sedikit mengalami proses fluktuatif dan susah meningkat. Perkembangan itu bisa dilihat dari segi sarana dan prasarana, jumlah jama’ah dan materi dzikir padhang bulan. Jumlah jama’ah pernah menembus angka seribu lebih ketika majelis ini mengalami masa kejayaan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Peranan yang dilakukan K.H. Achmad Nashihin dalam majelis dzikir padhang bulan ialah cara-cara yang ia lakukan untuk mengembangkan majelis dzikir padhang bulan baik dari segi pendirian, perkembangan jama’ah maupun materi dzikir. Cara-cara yang dilakukan antara lain dengan melakukan berbagai inovasi untuk menarik jama’ah. Inovasi yang dimaksud ialah mengemas materi dzikir padhang bulan dengan semenarik mungkin, serta melakukan berbagi publikasi yang bagus. Upaya untuk mengembangkan dzikir padhang bulan dilakukan hingga saat ini agar dzikir padhang bulan bisa diterima oleh setiap elemen masyarakat.

B. Saran

Dalam penulisan skripsi ini, tentu banyak ditemukan kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik kekurangan dari segi informasi, maupun kekurangan dalam hal penulisan. Penulis sangat mengharapkan masukan serta kritik yang konstruktif demi perbaikan penelitian selanjutnya. Selain itu, semoga penelitian ini bisa memberi sedikit informasi untuk penelitian selanjutnya yang serupa dengan penelitian ini. Saran dari penulis terdiri dari tiga poin, antaralain: 1. Skripsi diharapkan bisa menjadi tambahan ilmu, wawasan, serta refrensi untuk mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan untuk melakukan penelitian serupa. 2. Meningkatkan kreativitas dalam berdakwah dan publikasi dengan lebih baik lagi sehingga majelis dzikir padhang bulan bisa diminati oleh setiap kalangan dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. 3. Masyarakat diharapkan bisa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan Dzikir Padhang Bulan atau kegiatan-kegiatan serupa yang berorientasi pada pendekatan diri pada Allah. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku: Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Al-Darini, Abdul azis. Melancong Ke Surga Tata Cara Menggapai Cinta Ilahi. Jakarta: Hikmah, 2003. Al-Ghazali , Imam. Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, Terj. Irwan Kurniawan. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999. _______________. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Terj. Abu Fajar Al-Qalami. Surabaya: Gitamedia Press, 2003. Al-Mundziri, Abdul Azhim. Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Mizan, 2002. Al-Sadlan, Shaleh bin Ghanim. Do’a dan Dzikir Qauli dan fi’li. Terj. Achmad Suchaimi. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999. Armstrong, Amatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Terj. M.S. Nasrullah dan Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan, 1996. Athaillah, ibnu. Intisari Kitab Al-Hikam. T.tp. Gita Media Press, 2005. Bahri, Media zainul. Tasawuf Mendamaikan Dunia. T.tp. Erlangga, 2010. Beilharz, Peter. Teori-Teori Sosial. Terj. Sigit Jatmiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Terj. Paulus wirotomo. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1995. Bukhari, Imam. Shahih Bukhari, vol. XXX,1979. Riyadh: Bait Al-Afkar Ad- Dauliyah, 1998. Chitick, Wiliam C. Tasawuf Di Mata Kaum Sufi, Terj. Zaimul Am. Bandung: Mizan, 2002. Fuadai, A. 131 Pintu Cahaya Dari Timur. Jakarta: PT. Gramedia, 2014. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press, 1969. Hawwa, Said. Tarbiyatur Ruhiyah. Terj. Khairul Rafie M dan Ibnu Thaha Ali. Bandung: Mizan, 1997. Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. Sosiologi jilid I. Jakarta: Erlangga, 1984. ______________________________. Sosiologi jilid II. Jakarta: Erlangga, 1984.