Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres Di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat
DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI
KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.)
Disusun Oleh: Nurul Fitri NIM 108052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. / 2013 M.
(2)
ii Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )
Oleh :
Nurul Fitri NIM. 108052000018
Di bawah Bimbingan
Drs. H. Mahmud Jalal, MA. NIP. 19520422 198103 1002
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. / 2013 M.
(3)
iii
Skripsi berjudul Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir
As-SAmawaat Al-Maliki Kembangan Jakarta Barat telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 22 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Ciputat, 22 Januari 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Drs.Sugiharto, M.A
NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Suparto, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19700903 199603 1 001
Pembimbing
Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP 199520422 198103 1002
(4)
iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2012
(5)
v NURUL FITRI ( NIM 108052000018 )
PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Stres merupakan beban psikis atau himpitan kejiwaan seseorang yang menjadikan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan sehari-hari orang tersebut selalu diliputi emosional atau marah, pikiran tidak stabil, cemas, ketakutan, dan gelisah. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam Terapi Stres kepada pasien. khususnya, pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat. Penelitian ini membahas tentang peranan Dzikir dalam Terapi Stres yang terdiri dari atas Harapan pasien untuk sembuh setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres itu sendiri.
Subyek yang diteliti adalah K.H Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan dan pembimbing di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan 2 orang pasien perempuan yang sudah berkeluarga dan mengikuti pelaksanaan Dzikir untuk Terapi Stres.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, Yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada di Majelis Dzikir As-Samawaat AL-Maliki. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan Observasi (Aktifitas pengamatan secara langsung menggunakan alat indera atau panca indera), wawancara ( percakapan dengan maksud tertentu ), dan dokumentasi (data-data yang diperoleh dari lapangan),
Hasil penelitian bahwa dari 2 orang pasien yang mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki menunjukkan adanya perubahan pada dirinya sendiri, hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram setelah mengikuti terapi tersebut, adanya rasa kepercayaan pada dirinya lebih tinggi dibandingkan yang sebelumnya. Dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
(6)
vi
Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayahnya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul : “PERANAN DZIKIR DALAM
TERAPI STRES DI AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN
JAKARTA BARAT”dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosial Islam
( S. Sos. I )
Penulis menyadari skripsi ini, tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
(7)
vii
memberikan perhatian, saran, dan meluangkan serta mengorbankan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang telah membekali ilmu, pengalaman dan motivasinya kepada penulis.
4. Bapak Drs. Sugiharto, M.A, Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
banyak memberikan bantuan keilmuan bagi penulis, hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh pegawai perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah baik Utama maupun Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, khususnya kepada bapak KH.
Sa’adi Al-Batawi dan para Pengikut-pengikutnya yang tidak bisa penulis sebutkan nama satu-persatu, serta para pasien Ibu-ibu yang saya jadikan sampel 2 responden Pasien yang telah berpartisipasi dalam penelitian penulis.
(8)
viii
Serta sanak keluarga lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungannya baik moril dan materil dengan segenap hati yang tulus dan ikhlas, hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan
memberikan nasihat serta masukan kepada penulis diantaranya : Rizal Muttaqin, Muhammad Kurniawan, Syarifah Amini, Firda Yunita, Siti NurJanah, Penti Hasibuan, Siti Indah Lucanti, Hapipah, Neta Andini, Siti Seirly Maulidi, N3S (Nurlillah,Nurul Fitri,Nurmayanti,Siti Ayu), dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun tetap kontribusi mereka akan selalu penulis kenang dan hanya untaian do’alah yang dapat penulis haturkan kepada mereka agar segala yang telah mereka lakukan diberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
10.Para Guru-guru TKA/TPA Al-Amien serta murid-murid yang telah
mendukung dan mendo’akan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
(9)
ix
kesempurnaan. Akan tetapi meski demikian, penulis tetap berharap semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Akhirnya penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT, semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda. Dan semoga penulis dapat bertambah wawasan.
Amin Yaa Robbal Alamin
Jakarta, 22 Januari 2013
(10)
x
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodelogi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KERANGKA KONSEP A. Peranan ... 13
B. Dzikir ... 15
1. Pengertian Dzikir ... 15
2. Macam-macam Dzikir ... 16
3. Tujuan Berdzikir ... 19
4. Makna dan Manfaat Dzikir ... 20
5. Tata Cara Berdzikir ... 22
C. Terapi dan Terapis ... 24
1. Pengertian Terapi dan Terapis ... 24
2. Macam-macam Terapi ... 27
(11)
xi
1. Pengertian Stres ... 34
2. Pandangan Islam Tentang Stres ... 35
3. Unsur-unsur Stres ... 38
4. Gejala dan Sumber Stres ... 39
5. Tahapan Stres ... 44
E. Dzikir Sebagai Terapi Stres ... 46
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AS-SAMAWAT DAN PROFIL K.H. SA’ADIH AL-BATAWI A. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48
1. Sejarah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Dzikir As-Samawaat ... 49
3. Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat ... 51
4. Program Kegiatan Majelis Dzikir As-Samawat ... 52
5. Struktur Organisasi Majelis Dzikir As-Samawat ... 55
B. Profil KH. Sa’adih Al-Batawi ... 56
1. Riwayat Hidup KH. Sa’adih Al-Batawi... 56
2. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi ... 59
3. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi ... 60
4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi ... 62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan ... 65
1. K.H. Sa’adih Al-Batawi ... 65
(12)
xii
3. Waktu Pelaksanaan ... 70
4. Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawat ... 70
5. Materi yang digunakan Majelis Dzikir As-Samawat ... 73
6. Metode Terapi ... 76
C. Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres ... 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN
(13)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama menurut pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama samawi terutama Islam, adalah perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang dalam bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia agar mereka mampu berusaha dijalan yang benar dalam rangka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
Agama menurut penulis menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam terapi stres yaitu melalui pendekatan kepada Allah SWT (Psikoreligius) berupa Dzikir dan Do’a, Dzikir adalah ibadah yang bisa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat agar manusia selalu ingat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT. Sedangkan
do’a adalah memohon atau meminta sesuatu kepada Allah SWT.
Ajaran islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai mengalami penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah SWT yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang yang memahaminya dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli dibidangnya.
Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-hari akan terlihat dengan bermacam-macam prilaku, maksudnya adalah ketika mempunyai masalah ada yang kelihatan tegar, acuh dan di bawa santai. Ada pula
(14)
yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa berat memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.
Dalam setiap tahap perkembangan manusia akan menemui permasalahan. Mulai dari hal-hal kecil maupun yang berat, sehingga dengan adanya masalah tersebut membuat orang tidak karuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Stres merupakan beban psikis atau jiwa seseorang yang menjadikan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga di kehidupan sehari-hari orang tersebut selalu diliputi dengan emosional atau marah, ketakutan, gelisah, sedih, dan lain sebagainya. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Sehingga bagi setiap orang yang sedang mengalami stres yang penuh konflik, kemampuan mengendalikan dirinya berkurang, maka orang tersebut dituntut supaya mempunyai mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam situasi kondisi seperti ini.
Firman Allah SWT dalam Al;-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155
Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(15)
Dalam mengatasi permasalahan tersebut manusia memiliki cara yang beragam, diantaranya adalah konsultasi dengan para ahli (dokter, dan psikiater) ada pula yang melakukan kegiatan secara berlebihan, seperti melarikan diri dari kenyataan hidup melalui minum-minuman keras dan narkoba, bahkan tidak jarang bagi mereka yang tidak kuat imannya menerjunkan dirinya kedalam aliran kebathinan yang bathil.
Dengan demikian, nyatalah bahwa rasa tenang dan tentram serta kestabilan emosi ajaran islam memberikan solusinya melalui berdzikir dalam terapi stres, karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Q.S Ar-Ra’du : 28)
Ayat ini mengandung daya terapi yang potensial bahwa ketenangan hati,
kestabilan emosi akan diperoleh melalui ibadah dengan dzikrullah kepada Allah
SWT. Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara berjama’ah,
banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersama untuk membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki yang beralamat di Puri Kembangan Jakarta Barat.
Majelis ini mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, diantaranya konsultasi spiritual yang dimana pelaksanaanya menggunakan dzikir. Dzikir disini
(16)
memang ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh pasien yang membuat stres dalam menghadapinya.
Dan pelaksanaan dzikir dalam terapi disini juga dibantu oleh seorang pembimbing atau dengan kata lain dengan seorang ahli yang dapat memberikan sugesti kepada pasien untuk mempelajari dan mengamalkannya dengan benar dan
khusyu’. Sehingga pengaruh Dzikir tersebut dapat dirasakan sebagai psikoterapi untuk menghilangkan Stres yang tentunya akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman hati, jiwa, dan pikiran pasien.
Untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam terapi stres yang diselenggarakan oleh Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, maka disini penulis bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah dengan mengambil judul : Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :
a.Bagaimana pembimbing melakukan Dzikir dalam Terapi Stres.
b. Lafadz Dzikir yang digunakan di Majelis Dzikir As-Samawaat
Al-Maliki seperti apa.
c. Subyek penderita stresnya 2 orang pasien perempuan yang telah lama
(17)
2. Perumusan Masalah
Masalah yang penulis rumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui Peranan Dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis : dengan penelitian ini akan dapat memberikan
pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan.
b. Manfaat Praktis : dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan berbagai kalangan, seperti kesehatan dan dakwahnya. D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang dzikir pernah dibahas pada penelitian sebelumnya, diantaranya : skripsi yang ditulis oleh Ai Rahmi Nursobah mahasiswa jurusan Bpi ( bimbingan dan penyuluhan islam ) dengan nomor induk mahasiswa 103052028649 pada tahun 2007, dengan judul skripsi
(18)
“Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Mental Jamaah Pondok Pesantren
As-saafiiyah cibaregbeg, cibubur, cianjur”.
Didalam skripsi ini telah dijelaskan bagaimana pengaruh Dzikir terhadap pasien dilihat dari unsur pribadi, dan ternyata Dzikir ini mengena dihati masyarakat islam kota. Sebagai akibat dari penyakit psikis kehidupan kota yang matrealistis dan penuh persaingan tapi kering nilai-nilai agama, mendorong masyarakat kota untuk mencari spiritualitas.
Penelitian lain yang membahas tentang dzikir adalah skripsi karya Tini Aulawiyah Komba dengan NIM 104052002000, mahasiswa jurusan
bimbingan dan penyuluhan islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan
Dzikir Syifa terhadap kesehatan mental korban pecandu Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di yayasan Nurus Syifa “kelapa dua
Jakarta barat”.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat: serta yang menjadi objek penelitian ini adalah Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di As-Samawaat Al-Maliki Puri Indah Kembangan Jakarta Barat. Hal tersebut dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai bentuk Dzikir lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam upaya untuk terapi stres.
(19)
Di tempat Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki tidak di pungut biaya dari setiap pasien yang datang dan tidak ada yang membeda-bedakan pasien dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah, justru di majelis dzikir ini selalu memberikan uang kepada pasien yang tidak mampu atau yang tidak berkecukupan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian.
Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research)
yaitu merupakan penelitian langsung dengan datang langsung ke Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki untuk memperoleh data dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati.1
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
(20)
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah K.H.
Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan, pembimbing, dan 2 orang pasien perempuan yang telah lama mengikuti pelaksanaan dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat.
Alasan saya memilih pasien perempuan karena dilihat dari lebih lamanya menjadi pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat. Penulis melihat lamanya menjadi pasien itu dari lebih seringnya mengikuti Dzikir kurang lebih 4x setiap pertemuan.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Peranan Dzikir dalam Terapi Stres itu sendiri.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di jl Puri Indah Kembangan Jakarta Barat, adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada Tanggal 16 Juli 2012 sampai dengan Tanggal 6 Desember 2012.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
(21)
a. Observasi
Observasi yaitu kunjungan langsung ketempat penelitian serta mengamati pasien dan cara-cara pengobatannya dengan menggunakan
alat indera.2 Dalam penelitian ini, penulis melakukan dengan cara
datang langsung ke Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki di Puri kembangan Jakarta Barat untuk memperoleh informasi sehingga data penelitian didapatkan, mengikuti kegiatan Dzikir dalam Terapi Stres selama satu minggu 4x yang dilakukan di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertannyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
Wawancara ditujukan pada K.H. Sa’adih Al-Batawi dan dengan 2
orang ibu-ibu yang sudah lama menjadi pasien, dan telah mengikuti Dzikir dalam terapi stres yang ada di Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki. untuk memperkuat dan perlengkap data pada penelitian ini, Wawancara dilakukan secara langsung.
2
Suharsimisi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : PT.
(22)
c. Dokumentasi
Data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan jalan mengambil bahan-bahan yang berasal dari data-data mengenai masalah-masalah yang ada, dan foto-foto semua kegiatan di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan dokumentasi lainnya.
5. Teknik Analisa Data
Yang dimaksud dengan tekni analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterprestasikan.3 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutif oleh Lexy
J.Moleong mengemukakan bahwa teknik analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensisikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memusatkan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.
Teknik yang digunakan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu dari data terkumpul kemudian dijabarkan memberi interpretasi kemudian diambil kesimpulan akhir.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
3
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES, 1995),
(23)
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development
and Assurance) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tahun 2007.4
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan tentang a). Pengertian Peranan b). Dzikir yang terdiri dari Pengertian dzikir, Macam-macam dzikir, Tujuan berdzikir, Makna dan Manfaat melakukan dzikir, Tata cara berdzikir c). Pengertian Terapi dan Terapis, macam-macam terapi, Pendekatan-pendekatan dalam terapi. d). Stres yang terdiri dari Pengertian stres, pandangan islam tentang stres, unsur-unsur stres, Gejala dan sumber stres, dan tahapan stres e). Dzikir Sebagai Terapi Stres.
4
Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CEQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. Pertama.
(24)
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI
Bab ini berisikan tentang a). Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki terdiri dari sejarah,Visi dan Misi, Tujuan berdirinya, pasien Majelis, program kegiatan, dan struktur organisasi. b).
profil K.H. Sa’adih Al-Batawi terdiri dari riwayat hidup K.H.
Sa’adih Al-batawi, latar belakang keluarga K.H. Sa’adih
Al-Batawi, latar belakang pendidikan K.H. Sa’adih Al-Batawi, dan
aktifitas dakwah K.H. Sa’adih Al-Batawi. BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang a). identitas Informan terdiri dari K.H.
Sa’adih Al-Batawi, dan Pasien. b). pelaksananaan dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat terdiri dari Pimpinan Majelis, Pembimbing, Waktu Pelaksanaan, Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, Materi yang digunakan Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan Metode Terapi. c). Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres.
BAB V : PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
(25)
13
TINJAUAN TEORITIS
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Kata peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian atau
turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau
peristiwa.1
Para ahli sosiologi maupun psikologi sosial, juga turut memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan peranan sebagai berikut :
a. Menurut Gross Mason dan A.W. Mc. Earhern seperti yang dikutif
oleh David Berry, mendefinisikan peranan ( role ) sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.2
Dalam hal ini harapan-harapan yang dimaksud David Berry merupakan bagian dari norma-norma sosial, oleh karena itu, dapat dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma sosial dalam masyarakat di dalam pekerjaan lainnya.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 154
2
David Berry, Pokok - pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
(26)
b. Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia dan terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.3
Dari definisi tersebut, maka dapat di pahami bahwa peranan adalah suatu tindakan yang dilakukan atau suatu lembaga yang menempati kedudukan sosial tertentu, untuk menjalankan seperangkat harapan-harapan manusia, berdasarkan status dan fungsi sosial yang dimiliki oleh lembaga tersebut.
2. Jenis-jenis Peranan
Adapun jenis-jenis peranan sebagai berikut :
a. Role Pasition ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan status atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu. b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya. c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang
peranan sosialnya, serta bagaimana dia harus bertindak dan berbuat atas dasar pandangannya tersebut.
d. Role Expectation ialah peranan seseorang terhadap peranan-peranan yang dimainkannya bagi sebagian besar warga
masyarakat.4
Jadi penulis menggolongkan bahwa Role Perception yang menjadi
dasarnya.
3
Abu Ahmad, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 114.
4
Ahmad Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih
(27)
B. Dzikir
1. Arti Dzikir
Secara etimologi kata dzikir berasal dari bahasa Arab yang berasal
dari kata: رﻛذ رﻛ ﻳذ ارﻛذ yang artinya “menyebut, mengingat, atau
menyadari”.5
Menurut Hasbi Asshiddiqi dalam buku kamus arab indonesia, dzikir adalah menyebut nama Allah SWT. Dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), taqdis (Quddusun), hauqalah (Laahaula walaa quwwata illabillah), hasbahah (Hasbiyallah), basmalah (Bismillahirrahmanirrahim), dan membaca Al-Qur’an serta membaca
do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.
Sedangkan menurut Dr. Mir Valiuddin dalam buku Dzikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, dzikir adalah senantiasa dan terus-menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta
mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.6
Arti dzikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batini dengan melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual denan sarana
menyebut nama Allah SWT baik secara jahar maupun khofi, guna
memperoleh kontemplasi tingkat tinggi.
Dari beberapa pendapat tentang makna arti dzikir di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makna arti dzikir terdiri dari 2 makna: yang
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet.
Ke-8, h. 134
6
Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
(28)
pertama, arti khusus adalah dzikir dengan ucapan jelas (jahar) yaitu mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan sebagainya dengan cara tertentu yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW. Untuk mengingat atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan yang kedua, arti umum adalah dzikir yang dilakukan baik berupa perkataan, dzikir
berupa perbuatan atau dzikir dengan anggota tubuh (akhlak), semua itu
untuk memuliakan keagungan Allah sebagai sarana untuk taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah SWT).
2. Macam-macam Dzikir
1. Dzikir Jahar (Ucapan Jelas)
Dzikir jahar dilakukan untuk lebih mempengaruhi hati, dengan lebih mengeraskan suara di dalam dzikir, akan lebih mudah meluluhkan hati yang kadang-kadang keras seperti batu. Batu saja masih ada yang dapat mengeluarkan air, sedangkan hati apabila sudah tertutup, maka tidak akan lagi terbuka hati itu. Oleh karena itu, dengan dzikir yang keras serta dilakukan dengan sepenuh harapan dan khusyuan diharapkan bisa meluluhkan hati yang keras tersebut. Mir Valiuddin mengatakan :
“Bahwa Dzikir yang keras ini akan membuat kalbu menjadi panas dan
bila dilakukan dengan kontinyuakan melahirkan cinta kepada Allah”.7
Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Rahasia Dzikir
dan Do’a” ia juga mengatakan bahwa pada awal seseorang melakukan
dzikir terlebih dahulu harus memaksakan diri agar dapat memalingkan
7
Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
(29)
hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu) lalu menunjukkan kepada Allah SWT. Apabila berhasil melakukan secara kontinyu, maka akan merasakan kedekatan kepada Allah di dalam jiwa
dan tertanamlah pula dalam hati perasaan cinta kepadanya.8
2. Dzikir Khofi (Dzikir Jiwa)
K.H.A. Shohibul Wafa di dalam bukunya “Miftahus Shudur”, mengatakan : “Dzikir jiwa ialah dzikir yang bersifat batiniah, yang
demikian itu dilakukan dengan isbat (reception), tidak dengan nafi,
lafadz ismu dzat.
Tentang dzikir jiwa ini, Gazur i-Ilahi mengatakan, “Katupkan
bibirmu, pincingkan matamu, sumbat telingamu, bila kau tidak
merasakan sirr dari Tuhanmu, maka tertawakanlah kami”. Dari
keterangan di atas dzikir jiwa tidak diucapkan dengan lisan tetapi cukup dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak tergambar lagi bentuk kataitu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.
Dzikir jiwa ini mempunyai beberapa tahap: yang pertama, dengan
alat yang disebut “Qalbi”. Dengan pembiasaan dzikir yang tempatnya di dada kiri sebelah bawah, setelah dzikir terasa di tempat itu maka akan terasa getaran yang kuat.
Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam” mengatakan: bahwa qalb tidak sama dengan jantung atau
8
Al-Ghazali, Asrar Al-Dzikir wa ad-Da’awat, terjemahan : Muhammad al-Baqir
(30)
heart karena, qalb selain dari alat untuk merasa juga alat untuk berpikir. Perbedaan dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. sedangkan qalb bisa
mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Dan Qalbu ini juga sebagai alat untuk dapat mengetahui sifat-sifat
Tuhan. Kedua, dengan alat yang disebut “ruh” dengan pembiasaan dzikir
yang tempatnya di dada kanan sebelah bawah. Ruh ini lebih halus dari
pada qalbu dan sebagai alat untuk dapat mencintai Tuhan. Ketiga,
dengan alat yang disebut “sirr” yang tempatnya penanaman dzikir di
dada kiri atas. Sirr lebih halus dari pada ruh dan sebagai alat untuk dapat
melihat Tuhan, sirr timbul dan dapat menerima illuminasi dari Allah
kalau qalbu dan ruh telah suci sesuci-sucinya.
Keempat, dengan alat yang disebut “khofi” dengan penempatan
dzikir pada dada kanan sebelah atas. Kelima, dengan alat yang disebut
“akhfa” dengan penempatan dzikir tepat ditengah-tengah dada. Keenam,
dzikir ditempatkan diantara mata dan kening. Ketujuh, ditempatkan pada
seluruh badan dan tentu saja hal ini terjadi setelah menyeluruhnya dzikir ke setiap anggota badan dan menembus ke seluruh sel-sel tubuhnya, maka akan terasalah getaran rasa yang lemas dan akan menyelusup serta
menyebarnya dzikir ke seluruh anggota badan. 9
9
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
(31)
Sedangkan mengenai faedah yang diperoleh dalam melaksanakan
dzikir khofi (jiwa) ini menurut Prof. Dr. H. Ahmad Husain Asdie dalam
pidato ilmiah pengukuhan guru besar atas dirinya pada Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengatakan : “Dzikir
jiwa merupakan cara olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan
stres dan penyakit psikosomatik”. Lebih lanjut ia mengatakan,”ada pasien yang mengatakan sudah dirawat dokter bertahun-tahun bahkan telah divonis tidak akan sembuh, tetapi setelah saya sarankan untuk
melakukan dzikir jiwa ternyata baru satu bulan sudah sembuh”.10
3. Tujuan Berdzikir
Adapun tujuan berdzikir adalah mensucikan jiwa dan
membersihkan hati serta membangunkan nurani. Hal inilah yang
ditujukan oleh Al-Qur’an dengan ayat yang menyatakan bahwa
dirikanlah sholat, karena sholat itu mencegah perbuatan yang keji dan munkar dan berdzikir kepada Allah itu lebih utama.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
10
Ahmad Husain Asdie, Dzikir Paling Efektif Sembuhkan Stres dan Psikosomatik,
(32)
(sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4. Makna dan Manfaat Dzikir
Makna dzikir dan do’a mempunyai makna yang sangat besar bagi
seorang pasien, dzikir dan do’a pun lebih kuat dan dapat melawan semua cobaan dan masalah yang kecil maupun yang besar sealipun. Pada dasarnya pengobatan itu terdiri dari dua bagian yaitu pencegahan dan penyembuhan, islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini terutama dalam penyembuhan hati dan jiwa serta pencegahan penyakit dan penjagaan dari kerusakan.
Bahkan orang islam yang tidak berdzikir dan berdo’a kepada Allah,
maka kehidupannya berada dalam kesempitan. di hari kiamat dibangkitkan dalam keadaan buta, mudah terjerumus ke jurang kehancuran, berteman dengan syaitan serta gampang tergoda oleh keindahan dunia sehingga jiwanya tidak tenang dan gampang terkena stres dan penyakit-penyakit jiwa lainnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 124 :
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
(33)
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 152 :
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Sedangkan manfaat dzikir (do’a) sangat besar bagi orang yang
selalu membacanya apalagi orang yang sedang sakit baik jasmani maupun rohani ketika sedang tertimpa musibah. Yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menenangkan jiwa dan hati seseorang
2. Dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba
3. Dapat melindungi diri dan melepaskan diri dari kesulitan
4. Dapat memberikan kekuatan pada jiwa orang yang membacanya
5. Dzikir dan do’a mengandung unsur psikoterapi yang mendalam bagi pasien
6. Dzikir dan do’a dapat dijadikan senjata yang mendatangkan
kemenangan bagi orang-orang yang didzalimi.11
Jadi, jelaslah betapa banyak manfaat berdzikir dan betapa dahsyat serta hebatnya dzikir itu.
5. Tata Cara Berdzikir
Telah dikatakan di atas, berdzikir dapat dilakukan dengan menyebut nama atau sifat Allah SWT, dapat juga dengan hanya
11
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata pengantar KH. Rahmat Abdullah
(34)
mengingat dan mengenangkannya dalam hati. Sebagaimana telah
dikatakan oleh Hasbi Asshiddiqi: “Dzikir itu boleh dilakukan dengan hati ataupun dengan lisan dan hati. Sedangkan lidah itu menyebut dan hati itu mengingat serta mengenangkan akan apa yang disebut lisan.
Jadi yang penting dalam berdzikir adalah penghayatan makna dari apa yang diucapkan. Berdzikir dengan hanya menyebut tanpa memikirkan dan memahami apa yang diucapkan, tidak ada gunanya. Oleh karena itu dalam berdzikir ada tata cara tertibnya. Menurut Hasbi Asshiddiqi, tata tertib dalam berdzikir dapat dibedakan menjadi adab yang dzahir dan yang batin.
a. Adab-adab dzikir yang dzahir
Yang dimaksud dengan adab yang dzahir adalah :
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
- Membersihkan mulut sebelum berdzikir.
b. Adab-adab yang bathin
Apabila seseorang hendak berdzikir, hendaklah ia menghadirkan
hatinya, yaitu mengingat makna dzikir di kala lidah menyebut.12
12
Hasbi Asshiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), Cet
(35)
Sedangkan menurut penglihatan saya ketempat Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki juga mempunyai adab-adab yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut:
- Bersuci terlebih dahulu, dan berwudhu.
- Dipanggil sesuai urutannya
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Dan tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
Sedangkan di dalam Dzikir dan Do’a ada beberapa etika yang harus
taati agar dikabulkan oleh Allah SWT dan agar dapat mengambil manfaat
darinya. Diantara etika tersebut adalah: khusyu’ dalam berdzikir maupun
berdo’a kepada Allah SWT dengan mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW, tidak mengeraskan
suara saat berdo’a atau berdzikir, mengulanginya sebanyak tiga kali,
memilih do’a-do’a pendek tetapi maknanya luas mencakup segala
kebaikan, yakin akan dikabulkan, tidak tergesa-gesa, tidak berdo’a buruk
untuk diri sendiri, serta mulai dengan berdo’a untuk diri sendiri baru
untuk orang lain.13
Barang siapa yang mentaati adab atau etika berdo’a dan dzikir
tersebut, maka dengan izin Allah SWT ia akan merasakan kenikmatan
13
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata
(36)
dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan mendapat limpahan karunia dari Allah SWT.
C. TERAPI DAN TERAPIS
1. Pengertian Terapi dan Terapis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit dan perawatan penyakit.14
Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi dikatakan bahwa terapi, yang dalam bahasa inggrisnya adalah therapy, merupakan suatu bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan
suatu kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri seseorang.15
Menurut M.A Subandi mengatakan bahwa terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah professional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, piker, prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan professional (terapis) dengan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha
yang dikembangkan”.16
14
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet.
Ke-1, h. 649
15
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Kartini Kartono, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), Ed. I, h. 507.
16
(37)
Seorang terapis yang terampil seperti seorang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pesien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar.
Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa
yang dikatakan pasien.17
Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan
kata اﺀﻓﺸﺗﺴﻻا Diambil dari akar kata - اﻓﺸ ﻰﻓﺸﻳ ﻰﻓﺸ yang artinya
menyembuhkan.18 Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
Artinya : “wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu
pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus : 10 : 57)
17
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogjakarta : Kanisius, 2006). Cet. Ke-1 h.
337-338
18
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka
(38)
Artinya : “dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu (yang dapat menjadi) penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Qur’an itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”. (QS. Al-Isra: 17: 82)
Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang ahli atau terapi penyakit fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang
yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu
pengetahuannya, teknik serta usaha yang di kembangkannya dengan
tujuan menyembuhkan, mengembalikan, menenangkan, dan
mengembangkan kondisi yang diterapi (pasien) agar kondisi fisik atau psikisnya berada dalam kondisi sehat.
2. Macam-macam Terapi
Menurut Muhammad Abdul Al-Aziz Al Kahalidi yang dikutip oleh
Abdul Mujib membagi obat (syifa) dengan dua bagian,” yang pertama
obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti
berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam
(39)
penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan Al
-Qur’an”.19
Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan binatang seperti lebah, lumba-lumba, lintah, dan lain-lain. Dan satu lagi terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.
Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang
semuanya itu bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadits) yaitu:20
Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam
Al-Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri orang
yang beriman. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
Artinya: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-An’am 06:82)
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-2, h. 209.
20
Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok :
(40)
Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu mengandung unsur terapi, seperti: terapi dengan sholat, terapi dengan zakat dan sedekah, terapi dengan puasa, terapi dengan haji, terapi dengan kesabaran, dan masih banyak lagi terapi lainnya.
Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Qur’an
dan sunah (Hadits) dengan melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan kepada umat muslim.
3. Pendekatan-pendekatan Dalam Terapi
Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir
baik-baik untuk mencapai satu maksud”21
sebagaimana dijelaskan diatas bahwa banyak sekali macam-macam terapi, ada terapi yang menyentuh aspek fisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi.
Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan terapi Psikoanalitik
Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian
individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya.22
21
Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, “Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari
htt:/www. Kumpulan Artikel Pendidikan.Com.
22
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
(41)
b. Pendekatan terapi Behaviorristik (tingkah laku)
Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung
singkat yang umumnya dari berapa minggu sampai beberapa bulan.23
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain: desentisasi sistematik, floding, penguatan sistematik, pemodelan dan pengulangan perilaku yang pantas. Desentitasi sistematika, dipandang sebagai proses deconditioning atau countercontioning, prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti rilek, individu belajar untuk rilek dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang ketakutan memeparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang
tanpa kesempatan meloloskan diri.24
c. Pendekatan terapi Client centered
Terapi terpusat pada klien dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1942. Menurut Roger, tidak ada perbedaan antara
konseling dan psikoterapi.25
23
Juffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah : Tim Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2005), h.108.
24
Coory, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, h. 92.
25
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
(42)
Dan terapi ini sering juga disebut dengan terapi non-direktif, yaitu terapi yang dilakukan dengan jalan berdialog antarta konselor denan klien/pasiennya, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (pemahaman diri yang ideal) dengan aktual self (pemahaman diri sesuai dengan kenyataan sebenarnya).
d. Pendekatan terapi Realitas (Rational Emotive)
Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang lahir di Saint Pittersburg, Pnsylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi klinis ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga dan seks. Terapi bermula dari ketidak puasannya terhadap praktik konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik yang pernah ia tekuni. Terapi ini berorientasi pada
wilayah kognitif manusia.26
Terapi realitas atau yang lebih sering dikenal dengan Rational
Emotive Therapy (RET), adalah jenis terapi yang memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan berkembang serta merupakan satu kesatuan yang berarti manusia itu
bebas berfikir, bernafsu dan berkehendak.27
Menurut pemahaman ini, bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada
26
Rosjidan, Modul Pendekatan-pendekatan dalam konseling, (Malang: IKIP Malang,
1994), h. 5-6.
27
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
(43)
pengertian yang diberikan atas peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan oleh pikiran-pikiran seseorang yang irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya
dalam hidup.28
Sedangkan menurut Albert Ellis, orang yang mengembangkan teori RET ini bahwa, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikirannya.
Adapun tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional, sehingga yang bersangkutan dapat mengembangkan dan merealisasi (penyadaran) diri yang optimal. Dan untuk dapat menghilangkan gangguan emosional yang mengakibatkan kerusakan pada diri. Seperti: benci, takut, bersalah,
cemas, was-was, dan lain sebagainya.29
e. Terapi Gestalt
Terapi ini memandang bahwa manusia/individu itu selalu aktif
sebagai keseluruhan dan bukan bagian-bagian (partial) atau
organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang
28
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2, h. 75.
29
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
(44)
antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt.30
Pertentangan antara keberadaan sosial dan keberadaan biologis dapat diindikasikan dengan adanya sikap manusia yang mencoba untuk menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang sebenarnya, menurut Perls, neurosis adalah akibat dari gagal dan
bingungnya individu dalam melihat kebenaran.31 Tujuan terapi ini
adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri.
Selain itu menurut Dr. Muhammad Solihin, ada tiga buah terapi lagi selain kelima terapi di atas, yaitu:
1. Terapi Relaksasi
Jenis ini diberikan kepada orang yang mudah disugesti. Terapi model ini umumnya dilakukan oleh seorang terapis yang ahli dalam bidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat melakukan relaksasi.
2. Terapi Keagamaan
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Hadits
Nabi dan pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit
mengandung terapi. Adapula yang menggunakan Dzikir dan Do’a
-do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi
30
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2 h. 66
31
(45)
ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat terbatas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain sebagainya.
3. Terapi Holistik
Terapi ini mencakup keseluruhan aspek manusia, dalam artian bahwa terapi ini dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata atau hanya ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi mencakup aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi, psikososial, psikoritual dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat diobati secara menyeluruh.
Yang pada intinya terapi holistik ini adalah bentuk terapi yang
memandang keseluruhan aspek pada klien.32
D. Stres
1. Pengertian Stres
Secara umum stres adalah suatu keadaan atau situasi yang
dimaknakan dengan memiliki bobot yang sifatnya “menekan”, stres
merupakan akibat dari adanya gangguan baik dari kejadian eksternal maupun internal. Stres yang ada belum tentu dimaknakan dengan cara yang sama oleh setiap orang, Hal ini tergantung dari kepribadiannya masing-masing serta toleransinya terhadap situasi stres.
32
(46)
Menurut Kaplan stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis maupun psikologis yang disebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang dipandang individu sebagai sesuatu yang mengancam.
Menurut Hans Selye stres adalah respon spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan. Sedangkan Morgan sendiri mengatakan bahwa stres adalah suatu keadaan internal yang dapat disebabkan karena tuntutan fisik, lingkungan, situasi sosial terhadap tubuh yang dianggap
sebagai ancaman.33
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres didefinisikan sebagai
gangguan atau kekacauan mental dan emosional.34
Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi di atas, stres adalah reaksi jiwa dan raga terhadap suatu rangsangan penyebab stres yang mengakibatkan tubuh harus menyesuaikan diri, mengadakan perubahan, atau penyesuaian kembali. Stres akan mempengaruhi fungsi tubuh, karena itu tidak mustahil seseorang yang menderita stres cukup lama akan mengakibatkan timbulnya reaksi yang kompleks.
2. Pandangan Islam Tentang Stres
Stres merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama, pernah atau tidak akan mengalaminya. Tidak seorangpun bisa terlepas dari stres.
33
Suwondo S, Stres dan Pengelolaannya, makalah untuk Dinas Kesehatan Pertamina
dalam rangka Griya Sehat, 1992, h. 10
34
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1988), Cet.
(47)
Demikian juga menurut Al-Qur’an bahwa “manusia sesungguhnya diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir dan apabila ia mendapat
kesusahan ia berkeluh kesah”. Apalagi bagi orang yang menghayati kehidupan ini dengan hanya konsep duniawi saja, maka ia akan cenderung dipengaruhi oleh emosi negatif. Seperti ia akan mengalami banyak kesedihan, frustasi, penyesalan diri, menyalahkan orang lain, menjadikan hidupnya tidak bermakna lagi yang akhirnya menghambat aktivitas dan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian pula halnya dengan orang yang mengalami gangguan ketegangan perasaan (stres), karena kurang menyadari akan realita kehidupan yang penuh berbagai ujian dan cobaan yang melahirkan suka dan duka. serta kurang menyadari bahwa hidup didunia ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dalam pengertian yang luas, sehingga apabila cobaan dan ujian itu menimpa dalam kehidupan maka akan merasa kecewa dan sangat putus asa.
Selanjutnya perasaan kecewa dan putus asa yang mengganggu jiwanya itu dapat berakibat buruk jika tidak segera ditanggulangi, karena keduanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bisa menjadi frustasi, putus asa, pesimis, dan menjadikan hidup tidak bergairah lagi bahkan perasaan ingin bunuh diri.
Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, dia menyadari bahwa nikmat atau bencana
(48)
yang terjadi pada dirinya adalah karena Allah SWT yang menghendaki dan menurunkan cobaan baginya, untuk dipahami benar maknanya.
Zakiah Daradjat dalam majalah Panasea mengatakan bahwa : “obat
stres adalah iman yang kuat dan bertaqwa kepada Tuhan. sebab stres itu sendiri tidak lain dari akibat perasaan berdosa pada tuhan, karena melanggar kaidahnya.
Kebutuhan akan makan dan minum, berusaha dipenuhi dengan yang halal dan baik, juga kebutuhan seks akan dipenuhi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Orang yang benar-benar beriman tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan benar-benar merasa aman karena ia merasa ada yang mengasihi dan menyayangi yaitu Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, merasa dekat dengan Allah Yang Maha Melindungi. Kemudian rasa harga diri, kebutuhan jiwa manusia yang jika tidak terpenuhi akan menderita.
Dalam islam dijelaskan bahwa harga diri seseorang tidak tergantung kepada banyaknya harta, tingginya pangkat atau keturunan tapi yang menjadi ukuran adalah taqwa.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
(49)
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jadi jelaslah dalam agama islam faktor keimanan mempunyai peran khusus dan sangat berpengaruh terhadap timbulnya stres serta akibatnya.
Kemudian Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa: “Percaya akan adanya
Tuhan dapat menentramkan bathin, karena ada tempat mencurahkan perasaan kepada Allah merupakan unsur yang terpenting dalam hidup
manusia.”35
Demikianlah bagi orang mukmin dan sabar serta ikhlas, apabila ia ditimpa kesusahan atau ada masalah justru ia akan mengingat Allah SWT. karena dengan jalan itulah ia akan memperoleh jalan pemecahan yang terbaik. Ia tidak merasa mengalami tekanan bathin dalam bentuk apapun, karena ia berkeyakinan bahwa penderitaan yang paling berat sekalipun pasti ada jalan keluarnya.
3. Unsur-unsur Stres
Sebagai bagian dari pengalaman hidup, seperti hidup sendiri, stres merupakan hal yang rumit dan kompleks karena itu stres dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam peristiwa stres sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait :
1. Hal, peristiwa, orang, dan keadaan yang menjadi sumber stres
35
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1991), Cet. Ke-1, h.20
(50)
Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa kejadian seperti gempa bumi, tanah lonsor, angin rebut dan sebagainya, bisa berupa peristiwa hidup, baik yang berhubungan dengan diri sendiri dan sebagainya, maupun orang lain seperti, meninggalnya anggota keluarga terdekat, ditinggal orang yang dikasihi dan sebagainya, bisa juga dengan lingkungan.
2. Dari segi yang mengalami stres (the stressed)
Individu dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (response)
orang terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang terhadap sumber stres dapat menggejala bagi psikologis dan
fisiologisnya. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan dan
ketegangan. ”karena kenyataannya orang yang mengalami stres secara
psikologis mengalami tekanan dan ketegangan yang membuat pola
pikir, emosi dan perilakunya kacau.”36
3. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang
menjadi penyebab stres (transaction)
Hubungan keduanya merupakan proses. Dalam proses itu, hal yang mendatangkan stres dan orang yang terkena stres merupakan timbal
balik dan menciptakan usaha penyesuaian, atau tepatnya
penyeimbangan yang terus menerus mempengaruhi orang yang
36
(51)
mengalami stres, dan orang yang mengalami stres menanggapi hal yang
mendatangkan stres.37
Dalam hal unsur motivasi, jika peristiwa yang mendatangkan stres itu mengancam cita-cita hidup, orang yang menghadapi stres itu akan mengalami stres lebih berat.
4. Gejala dan Sumber Stres
a. Gejala Stres
Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan tubuh, spiritual dan material. Karena itu bila terkena stres, segala segi dari tubuh akan terkena. Stres tidak hanya menyangkut segi lahir, tetapi juga bathin kita. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Peter sebagai
berikut, “Batasan stres terbaik yang dapat saya berikan ialah reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan.”38
Maka tidak mengherankan bila gejala stres ditemukan dalam segala segi dari manusia yang penting: fisik, emosi, intelek, dan interpersonal. Tentu saja gejala tersebut akan berbeda pada setiap orang karena pengalaman stres sifatnya sangat pribadi.
Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi
37
Agus M. Hardjan, Stres Tanpa Distres, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), Cet. Ke-1 h. 16
38
(52)
kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di tempat kerja ataupun di
pergaulan lingkungan sosialnya.39
Dan ada juga gejala-gejala stres diantaranya yaitu :
- Gejala fisikal => Contohnya seperti: kulit berkeringat, jantung
berdebar-debar, dan gemetaran.
- Gejala emosional => contohnya seperti: gelisah, sedih merana jiwa
dan hati, mudah marah, gugup, rasa harga diri menurun, mudah tersinggung, gampang menyerang orang, dan bermusuhan.
- Gejala intelektual => contohnya seperti: susah berkonsentrasi, susah
membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau prestasi kerja menurun dan mutu kerja rendah.
- Gejala interpersonal => contohnya seperti: kehilangan kepercayaan
kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain dan sebagainya.
b. Sumber Stres
Setiap orang dapat terkena stres baik lama keseringan ataupun yang lainnya, Dan intensitas stres berbeda dari satu orang ke orang yang lain. Stres menyangkut orang yang terkena stres, sumber stres dan tawar menawar, transaksi antara keduanya.
39
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
(53)
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres, dalam skala Holmes-Rahe tidak kurang dari 40 peristiwa, Namun kalau diklasifikasikan akan tergolong kepada :
1. Sumber stres dalam diri seseorang (pribadi)
Stres dapat bersumber pada orang yang mengalami stres melalui penyakit (illness) dan pertentangan.
Melalui penyakit (illnes)
Menderita penyakit membawa fisik dan psikologis bagi orang yang menderitanya, tinggi rendah tuntutan tergantung kepada berat dan ringannya penyakit dan umur orang yang menderitanya. Penyakit ringan pada umumnya mendatangkan stres ringan, tetapi berat seperti operasi jantung serius yang tidak hanya membutuhkan penyembuhan tetapi juga mengharuskan perubahan cara hidup sesudahnya sehingga mengakibatkan stres yang berat.
Melalui pertentangan (konflik)
Adanya kebutuhan-kebutuhan pribadi adalah sebagai perwujudan bahwa manusia Makhluk sosial. Dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain dan
terlepas dari situasi kebersamaan. Situasi kebersamaan
sesungguhnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis jasmaniah dan juga lebih utama dalam makna psikologis yaitu dorongan cinta dan dicintai. Karena kebahagiaan terletak pada kepuasan rohani.
(54)
2. Sumber stres dalam keluarga
Keluarga yang merupakan kesatuan inti dalam masyarakat, dapat menjadi sumber stres tersendiri. Meskipun jumlahnya terbatas, setiap anggota keluarga memiliki perilaku, kebutuhan dan kepribadian yang berbeda-beda.
3. Sumber stres dalam lingkungan
Kemajuan dan perkembangan teknologi sangat besar sekali pengaruhnya atas kehidupan sosial dan kehidupan budaya masyarakat. Fasilitas-fasilitas semakin baik dan serba praktis, dapat memenuhi tuntunan-tuntunan dan harapan-harapan yang diinginkan namun pada sisi lain kemajuan dan perkembangan yang sebenarnya dirancang untuk memperbaiki mutu kehidupan dapat menambah ruwetnya kehidupan.
Selanjutnya Achmad Hardiman mengemukakan bahwa
“Penyebab stres lebih bersumber dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jiwa sosial seperti kasih sayang, rasa aman,
harga diri, dan kesuksesan.”40
Sedangkan menurut Maslaw seperti yang dikutip oleh H.M Arifin membagi kebutuhan manusia kepada lima tingkatan yaitu:
“1). Kebutuhan psikologis (jasmaniyah), 2). Kebutuhan keamanan/perlindungan, 3). Kebutuhan hidup atau kemasyarakat
40
Achmad Hardiman, Pengendalian Stres Tak Perlu Obat, (Jakarta : Panasea, 1991), h.
(55)
(sosial), 4). Kebutuhan akan pengakuan, 5). Kebutuhan akan
kekuatan.”41
Apabila kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpenuhi maka, hai itu akan berpengaruh pada seseorang, ia akan gelisah, kecewa dan cemas, kemudian untuk mencari perasaan-perasaan itu ia akan mencari jalan keluar untuk memenuhinya walaupun itu diluar batas kemampuan yang wajar, hal inilah yang menjadi embrio distres (stres yang merugikan).
Dan ada juga sumber stres yang dianggap menekan seseorang dapat menimbulkan:
1. Reaksi psikologis berupa rasa gelisah, terancam, takut, frustasi
dan sebagainya.
2. Reaksi fisiologis berupa peningkatan detak jantung, pernafasan,
pengeluaran keringat, pelebaran pupil mata dan sebagainya.42
5. Tahapan Stres
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak menyadarinya, namun para ahli membagi stres tersebut dalam enam tahapan, setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang bersangkutan hal ini berguna bagi seseorang dalam mengenali gejala stres, sebelum diperiksa ke dokter.
41
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-1, h. 70
42
Suryana Sumantri, Peranan Stres Terhadap Reaksi Fisiologis Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi yang Memiliki Motif Berprestasi Tertentu, Laporan Penelitian, (Lembaga
(56)
Petunjuk-petunjuk tahapan stres tersebut dikemukakan oleh Dr. Robert J. Van Amberg, psikiater sebagai berikut:
1. Stres tingkat pertama
Tahapan ini merupakan tingkatan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam sebagaimana biasanya serta gugup berlebihan, dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan membuat orang bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis,
2. Stres tingkat kedua
Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Diantara keluhan-keluhannya antara lain: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem pencernaan dan perasaan tidak bisa santai.
3. Stres tingkat ketiga
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak disertai
dengan gejala-gejala: gangguan usus, ketegangan otot-otot,
meningkatnya ketegangan, insomnia, dan keseimbangan tubuh berkurang. Pada tahap ini si penderita sudah harus berkonsultasi
(57)
dengan dokter, kecuali bila beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat.
4. Stres tingkat keempat
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit, tidur semakin sukar, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidk dapat dijelaskan dan kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
5. Stres tingkat kelima
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapa
empat di atas, yaitu: keletihan yang mendalam (physical and
psychological exhaustion), kurang mampu untuk melakukan kegiatan yang ringan, lebih sering terjangkit gangguan sistem pencernaan serta kepanikan yang terus menerus.
6. Stres tingkat keenam
Pada tahapan ini merupakan tahapan puncak (gawat darurat) sehingga tidak jarang penderita pada tahapan ini harus dibawa keruang ICU untuk mendapatkan perawatan khusus. Diantara gejala-gejalanya antara lain: debaran jantung kuat yang disebabkan oleh zat adrenalin yang dikeluarkan akibat dari stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, nafas sering kali sesak, badan gemetar, tubuh terasa dingin, dan sering kali pinsan.
(58)
Maka dalam tahapan stres ini menunjukkan manifestasi di bidang fisik dan psikis. Pada bidang fisik berupa kelelahan, sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan depresi. Hal ini disebabkan karena penyediaan energy fisik maupun mental mengalami deficit terus menerus. Sering kali buang air dan sukar tidur itu semua
merupakan pertanda dari depresi.43
E. Dzikir Sebagai Terapi Stres
Kehidupan manusia di alam modern ini dilingkari dengan stres, yang dapat menimbulkan reaksi jiwa berupa ketakutan, kegelisahan, kecemasan, dan bahkan mencapai depresi, Bentuk reaksi jiwa ini bertanda bahwa jiwa seseorang mengalami gangguan (labil), dan apabila berlangsung lama dapat menimbulkan penderitaan bathin yang bisa berwujud berbagai bentuk psikosomatik dan neurosis. Kondisi ini akan berimbas pada redupnya motivasi hidup dan harapan kehidupan di masa depan.
Dan penderita stres tersebut alam pikiran maupun perasaan
mengalami gangguan, ketidakstabilan, ketidaktenangan, bahkan
goncangan sehingga dapat mengganggu fungsi-fungsi organ tubuh pasien itu sendiri. Menurut Pandangan Para Ahli Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental Prof. Dr. H. Dadang Hawari menyatakan bahwa
“Dzikir dan Do’a dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa atau
43
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
(59)
kesehatan mental lah merupakan terapi psikiatri, setingkat lebih tinggi dari pada psikoterapi biasa.
Hal ini dikarenakan bahwa dengan Dzikir dan Do’a akan
mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan, yang dapat membangkitkan harapan dan percaya diri pada diri pasien atau penderita, yang pada akhirnya kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat
sehingga mempercepat proses penyembuhan”.44
Sedangkan di dalam Al-Qur'an juga menyebutkan pentingnya Dzikir bagi manusia, dan harus memperbanyak penyebutannya baik diwaktu pagi maupun petang. Sebagaimana Allah Berfirman Qs. Al-baqarah Ayat : 152 yang artinya : " Ingatlah kamu kepada Ku, maka Aku
akan ingat pula kepada mu” Dan dengan mengingat Allah dalam setiap
tarikan nafas akan membuat hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram.45
Ingat akan Allah SWT, yang menimbulkan perasaan tenang dan tentram dalam jiwa merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan manusia. Ketika ia mendapatkan dirinya merasa lemah, tidak punya penyanggah, penolong dalam menghadapi tekanan dan bahaya di kehidupan.
44“Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari
http://terapi.dzikrullah.org/2012/08/zikir-sebagai-solusi-dalam-menghadapi.html
45Mengobati Stes dan Depresi Melalui Dzikir “
Artikel diacces Pada 20 Februari 2009”dari http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=88
(1)
(2)
(3)
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO PADA SAAT PENGOBATAN
(4)
(5)
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO DENGAN PASIEN
(6)
FOTO KEGIATAN