Pemanfaatan majelis dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik

(1)

DALAM KEGIATAN POLITIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

ROJATIL

ULA

108051000163

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Assalamualaikum, WR.Wb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penulis skripsi dengan judul “Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiatan Politik” dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah benar-benar murni hasil karya penulis sendiri, tanpa adanya duplikasi hasil karya orang lain.

2. Adapun apabila penulis mengutip tulisan dan karya ilmiah orang lain, penulis telah mencantumkannya dalam bentuk referensi, baik footnote atau pun daftar pustaka.

3. Apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan orang lain, atau terbukti penulis menduplikasi karya orang lain, penulis siap menerima konsekuensinya dan sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan semestinya. Terima kasih.

Wassalamualaikum, Wr. WB

Jakarta, 30 Mei 2011 Penulis,


(5)

Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiatan Politik

Sudah 7 tahun lebih Majelis Dzikir SBY Nurussalam memberikan manfaat terhadap masyarakat Indonesia disegala sendi sistem-sistem yang ada dimasyarakat. Sifat ekslusif Majelis Dzikir SBY Nurussalam menjadikan majelis dzikir yang tidak lepas dari makna dan manfaat serta tujuan sebuah majelis dzikir sebagaimana mestinya. Namun tetap memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat dalam kepentingan-kepentingan bermasyarakat dan bernegara. Keberadaan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dan pemanfaatannya ditengah-tengah masyarakat Indonesia tentu akan memberi bentuk baru sebuah majelis dzikir beserta anggota dan jama’ahnya dalam orientasi makna, nilai dan seperangkat kepercayaan politik masyarakat Indonesia.

Dari permasalahan dan asumsi di atas menimbulkan pertanyaan; Bagaimana pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik? Apa kekurangan dan kelebihan dari berdirinya Majelis Dzikir SBY Nurussalam?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Teknik pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun responden yang diwawancarai adalah bapak H. M Utun Tarunajaya sekjend Majelis Dzikir SBY Nurussalam, Heri Cahyadi staf Majelis Dzikir SBY Nurussalam, Aminah jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan dokumen-dokumen yang berasal dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam dan mengakses artikel-artikel yang berhubungan dengan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik melalui internet.

Melihat pemanfaatan dari sebuah Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik. Maka konseptualisasi yang tepat adalah konseptualisasi kelompok kepentingan (Interest group) yang bermaksud menjelaskan adanya suatu organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Adapun teori yang dapat menggambarkan adalah performa komunikatif yang diperkenalkan oleh Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo, tentang performa komunikasi yang dilakukan suatu organisasi akan berakhir pada munculnya budaya organisasi yang unik. Performa komunikatif sangat penting bagi budaya suatu organisasi.

Temuan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini meliputi, (1) pemanfaatan Majelis Dzikir dalam kegiatan Politik, berdzikir kepada Allah tidak hanya tercermin dalam ibadah ritual dan aktivitas ruhiah. Namun, bisa saja lewat kegiatan politik. Walaupun masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa dzikir dan politik adalah dua hal yang tidak bisa disatukan. (2) menjadi kelompok kepentingan, adanya Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang telah diresmikan sejak 2005 silam, tidak dapat dipungkiri atau dimunafikkan bahwa keberadaannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan politik Sang Pembina yaitu SBY. Apalagi saat pemilu 2009 saat SBY mencalonkan sebagai Presiden RI, anggota Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam sangat mendukung atas pencalonan Sang Pembina sebagai Presiden RI. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bagaimana performa komunikatif dalam sosial, politik dan enkulturasi.


(6)

i Bismillahirrahmaanirahiim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirabil’alamin, hanyalah ucapan rasa syukur sebesar-besarnya yang mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Kemudahan dan pertolongan Allah SWT seantiasa penulis rasakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMANFAATAN MAJELIS DZIKIR SBY NURUSSALAM DALAM KEGIATAN POLITIK”. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan terimakasih banyak pada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil, yaitu kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yaitu bapak Dr. H. Arief Subhan. MA, beserta pembantu Dekan Bid. Akademik bapak Drs. Wahidin Saputra. MA, pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan bapak Drs. H. Mahmud Jalal. MA, dan pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan bapak Drs. Study Rizal, LK. MA.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Yaitu bapak Drs. Jumroni, M. Si dan ibu Umi Musyarofah, MA. yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini; 3. Bapak Drs. H. Tarmi, MM selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen

pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan arahan-arahan positif untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya;


(7)

ii menyelesaikan skripsi penulis;

6. Bapak H. M Utun Tarunajaya selaku sekjen dalam Majelis Dzikir SBY Nurussalam beserta bapak Hery Cahyadi selaku staff, serta Pengurus-Pengurus Majelis Dzikir SBY Nurussalam, terimakasih atas kesempatan dan waktunya dalam membantu penulis dalam mencari data dan penelitian ini.

7. Orang tua penulis yang tercinta, yaitu Abeh H. ABD Rachman dan Umi Hj. Royani, yang dengan penuh kasih sayang dan cintanya kepada penulis selalu memberikan dukungan, semangat, serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu;

8. Kakak-kakak dan abang-abang tercinta, bang Aji Elih,k Aji Nana, k Aji Fiyah, bang Aji Rafi, k Aji Eva, almarhum bang Aji Omat (semoga Allah tempatkan surga,amin), k Aji Fiqoh, k Aji Rara, bang Ayang, dan k Aji Rome, yang selalu menjadi motivasi terbesar dalam hidup penulis dan selalu memberi kehangatan dengan cinta kasih mereka dalam menemani penulis dalam pengerjaan skripsi. 9. Sahabat yang selalu setia saling memberikan support kepada penulis dan juga

memberikan hiburan disaat penulis merasa jenuh dalam proses penyelesaian skripsi ini yaitu Suci Annisaa Istari dan Risda Sefrianita . Terima kasih juga buat Ucup, Rifat, Bom-bom yang juga saling memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10.Teman-teman KKN DAUN 2010, K’Imam, Sofi, Tya, Ati, Lubna, Suci, Risda, Riesti, Febri, Fitri, Yulita, Asep, Aqso, Hasyim, bang Adin, Bom-bom, Dian, Ilham, dan Uchil. Terima kasih atas kebersamaan kalian selama satu bulan di Bojong Sawah, serta sahabat-sahabat KEPOMPONG, Edi, Popi, Risna, Fauzi, Fina dan sahabat-sahabat SMA Al-Manar juga terimakasih atas dukungan yang kalian berikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman jurusan KPI angkatan 2007 A-D, dan juga teman-teman jurusan KPI non-Reguler. Khusus jurusan KPI B Reguler angkatan 2007, terima kasih


(8)

iii

12.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya tersebut diatas. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Wassalammua’laikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 Mei 2011 Penulis


(9)

iv ABSTRAK

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

D. Metodologi Penelitian 6

E. Tinjauan Pustaka 9

F. Sistematika Penulisan 10

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Pemanfaatan 12

B. Konseptualisasi Majelis Dzikir 12

C. Konseptualisasi Politik 13

1. Pengertian Politik 13

2. Pengertian Politik Islam 14

3. Pengertian Komunikasi Politik 15

4. Saluran-saluran Politik... 16 D. Konseptualisasi Kelompok Kepentingan (Interest Group) 17

1. Bentuk Artikulasi Kepentingan 18

2. Jenis-jenis Kelompok Kepentingan 18

3. Saluran Artikulasi Kepentingan 20


(10)

v

7. Klasifikasi Kelompok Kepentingan... 22

E. Teori Performa Komunikatif 23

1. Performa Sosial 24

2. Performa Politis 25

3. Performa Enkulturasi 25

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS DZIKIR SBY NURUSSALAM A. Sejarah Majelis Dzikir SBY Nurussalam 27 B. Struktur Kepengurusan Majelis Dzikir SBY Nurussalam 29 C. Visi dan Misi Majelis Dzikir SBY Nurussalam 32 D. Kegiatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam 32 E. Filosofi Logo Majelis Dzikir SBY Nurussalam 33 BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN MAJELIS DZIKIR SBY

NURUSSALAM

A. Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam Kegiatan Politik... 35 1. Konseptualisasi Majelis Dzikir SBY Nurussalam 35 2. Konseptualisasi Kelompok Kepentingan (interest group)

dalam Politik 38

a. Performa Sosial 39

b. Performa Politis 44

c. Performa Enkulturasi 47

B. Kekurangan dan kelebihan Majelis Dzikir SBY Nurussalam 49 1. Kekurangan Majelis Dzikir SBY Nurussalam 50 2. Kelebihan Majelis Dzikir SBY Nurussalam 52


(11)

vi

B. Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57


(12)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dakwah adalah aktualisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yakni fungsi kerisalahan, yaitu berupa proses pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup. Dengan kata lain dakwah pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lain yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam.1

Dakwah juga merupakan aktifitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum muslim. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Dakwah juga merupakan kewajiban bagi seluruh manusia, yaitu mengajak ke jalan yang ma’ruf dan mencegah dari segala kemungkaran. Sebab hakikat dakwah adalah membina umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.2

Banyak sekali tempat-tempat yang bisa dijadikan wadah dalam berdakwah. Salah satunya seperti majelis dzikir, yang pada dasarnya sebagai upaya untuk mengenal dan mengimani Allah SWT, sehingga merasa bahwa diri selalu diawasi serta mendorong untuk selalu berbuat kebajikan dan

1

Konsep Dasar Dan Teknik Retorika, artikel ini diakses pada 4 November 2010 13:15 dari http://dankfsugiana.wordpress.com/2008/12/30/konsep-dasar-dan-teknik-retorika/

2

Muhammad Ahmad Al Dawi, Buku Pintar Para Da’i. (Surabaya: Dua Ilmu, 1995), cet ke-2, h. 30.


(13)

menjauhkan dari perbuatan tercela.3 Zikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah. Ingat adalah gerak hati sedangkan sebut adalah gerak lisan. Zikir yang baik adalah zikir hati yang ditangkap oleh akal dan diucapkan oleh lisan yang kemudian dibuktikan dengan ketaqwaan melalui amal nyata di dunia. Zikir merupakan ketaatan seorang hamba kepada Allah karena zikir adalah perintahnya. Zikir yang terdiri dari zikir lisan (ucapan), zikir Qalbu (merasa kehadiran Allah), zikir „Aql (kemampuan menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam ini) dan terakhir adalah zikir amal (taqwa). Karena dari kegiatan zikir itu diharapkan adanya kesadaran untuk selalu bersama Allah disetiap melakukan aktivitas terbaik dan esensi dari zikir sebenarnya adalah ketaqwaan terhadap Allah SWT, karena zikir merupakan perintah Allah SWT.

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”. (QS. Al-Ahzaab: 41)

Sabda Rasulullah SAW, yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id r.a, mereka menyaksikan bahwa Rasulullah bersabda: Tidaklah duduk suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat akan mengerumuni mereka, dan mereka akan dinaungi rahmat, dan akan diturunkan keatas mereka ketenangan jiwa, dan Allah SWT membangga-banggakan mereka didepan majelisnya” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Muslim, Tarmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi).4

3

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Doa dan wirid, (Bogor: PT. Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2003) Cet. Ke-3, hal.42

4

Maulana Muhammad Zakariyya, Fadhilah A’mal, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2001), hal.124


(14)

Maka majelis dzikir juga adalah salah satu lembaga dakwah, yang mana mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan dari segala kemunkaran. Karena dzikir dalam Islam adalah bagian dari ibadah. Dzikir secara harfiah berarti „ingat’, atau dalam kata yang lebih lengkap biasa disebut dengan dzikrullah yang berarti „ingat kepada Allah’. Tapi saat ini majelis dzikir ternyata juga menjadi bagian yang sangat penting dalam Pemilu. Karena banyak majelis dzikir yang dibentuk dan berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Jadi bukan lagi dimanfaatkan, tetapi sengaja dibentuk sebagai sarana komunikasi politik.5

Banyak sekali majelis dzikir yang ada di Indonesia saat ini. Bahkan pendirinya dari sebagian banyak majelis dzikir adalah seorang guru besar atau habaib yang berasal dari negara Islam ternama seperti Yaman, Mesir, Arab Saudi dan lain sebagainya. Namun kenyataannya saat ini pendiri majelis dzikir tidak hanya didirikan oleh para guru besar atau habaib tersebut melainkan dari kalangan politisipun ada juga yang mendirikan sebuah majelis dzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Majelis dzikir tersebut didirikan oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 ketika beliau mencalonkan diri sebagai presiden pada saat itu.

Majelis Dzikir SBY Nurussalam ini dibina oleh bapak Presiden sendiri yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Majelis Dzikir yang saat ini juga sudah banyak didirikan diberbagai daerah di Indonesia. Maka secara tidak

5

Noorhalis Majid ,Majelis Dzikir Politik, artikel ini diakses pada 30 Januari 2011 14:30

dari


(15)

langsung banyak pula jamaah yang mengikuti rutinitas dzikir di Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

Dengan mejelis dzikir yang didirikan oleh seorang politisi dan langsung dibinanya. Maka ada kecenderungan sebuah majelis dzikir sebagai sarana dalam hal kegiatan politik. Akhirnya akan terjadi yang namanya sebuah kelompok kepentingan dalam politik. Karena setiap sistem politik haruslah memiliki fungsi dan struktur politik tertentu. Fungsi politik ialah fungsi input dan fungsi output. Dalam masyarakat politik modern terdapat struktur–struktur politik salah satunya adalah kelompok kepentingan.6

Kelompok kepentingan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: pertama, kelompok anomik; kelompok ini terbentuk secara spontan dan hanya seketika, dan tidak memiliki nilai-nilai dan norma yang mengatur. Kedua, kelompok non-assosiasional; berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status, dan kelas yang menyatakan kepentingan tidak secara kontinyu. Ketiga, kelompok institusional; kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Keempat adalah kelompok assosiasional; kelompok ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga profesional, dan memiliki prosedur baku untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan.

6

Kelompok Kepentingan dan Kelompok,artikel ini diakses pada 4 November 2010 15:08 dari http://adityobudiatno.blogspot.com/2010/05/kelompok-kepentingan-dan-kelompok.html


(16)

Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal tersebut dalam skripsi dengan judul “Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiatan Politik”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Banyak masalah yang dibahas tentang majelis dzikir, diantaranya: mengenai dakwah, berdzikir serta kegiatan yang mencangkup majelis dzikir tersebut. Namun berdasarkan latar belakang diatas maka penulis hanya membatasi pada cara pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik saat pemilu Capres 2009.

2. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan Masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik?

b. Apa kekurangan dan kelebihan dari berdirinya Majelis Dzikir SBY Nurussalam?

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik.

b. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam.


(17)

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dalam keperluan studi komunikasi, khususnya dalam studi Komunikasi Politik. Serta menambah referensi bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang positif bagi para pendiri Majelis Dzikir khususnya Majelis Dzikir SBY Nurussalam, serta para politisi yang memanfaatkan Majelis Dzikir untuk kegiatan politik.

D.Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7 Dengan menggunakan analisis deskriptif peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.8

Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Gambaran ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh. Ciri lain dalam analisis ini ialah menitik beratkan

7

Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 24-25.

8


(18)

pada observasi dan suasana alamiah (naturalist setting), peneliti bertindak sebagai pengamat.9

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya dan berusaha mengurangi pengaruh terhadap objek penelitian sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara memadai.

Sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.10 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data.11

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan bertempat di kantor Majelis Dzikir SBY Nurussalam JL. Asem Baris Raya no 13, Tebet Jakarta Selatan 12830. Pada bulan Januari hingga April 2011.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Adapun objek penelitian ini adalah pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan pengumpulan data dan instrumen dengan cara:

9

Ibid., h. 25.

10

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999). Cet ke-10, h 3.

11

Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2006), h. 58.


(19)

a. Observasi

Dalam proses ini penulis melakukan pengamatan secara langsung pada subjek penelitian dengan cara hadir dan mengikuti pelaksanaan Majelis Dzikir yang sering dilaksanakan. Pengamatan yang dilakukan berfokus pada pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik. Setelah mendapatkan datanya, penulis melakukan proses pencatatan secara bertahap setiap kali melakukan observasi.

b. Wawancara

Selain observasi penulis juga melakukan wawancara sebagai salah satu tindakan demi memperoleh data yang memperkuat penelitian. Dengan teknik wawancara ini peneliti bertemu langsung dengan informan yang berperan penting serta mengetahui tentang seluk beluk Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Informan yang telah diwawancarai adalah sekjen dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam yaitu bapak H.M.Utun Tarunajaya dan staff dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam yaitu bapak Heri Cahyadi, serta satu jamaah dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam yaitu ibu Aminah. Dari hasil wawancara penulis akan mencermati dengan mendengarkan ulang hasil wawancara agar mendapat hasil yang maksimal dan memadai.

c. Dokumentasi

Dalam proses pengumpulan data selanjutnya penulis mengumpulkan data melalui catatan-catatan yang berkaitan dengan subjek penelitian. Dokumentasi ini penulis akan ambil dari buku-buku, majalah, artikel dan foto-foto yang penulis ambil ketika observasi serta dokumentasi atau arsip yang berisi data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian yang penulis


(20)

dapat dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Semua ini penulis akan lakukan agar dapat memperkuat dan mendukung proses analisis data penelitian. 5. Analisis Data

Dalam analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif. Di mana peneliti mengungkapkan data dan fakta secara ilmiah tanpa sedikitpun mempengaruhi subjek maupun objek penelitian. Dalam pengolahan tersebut peneliti menggabungkan tiga proses pengumpulan data dengan mengolah data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi menjadi sebuah data yang bisa saling melengkapi sehingga dapat dideskripsikan.

Setelah itu penulis mencoba menafsirkan hasil penggabungan tiga sumber data di atas menjadi sebuah narasi deskriptif kualitatif yang diuraikan kedalaman bahasa yang sederhana hingga mudah dimengerti. Karena penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif maka peneliti cukup menggambarkan realitas yang ada, variable demi variable. Dari data yang terkumpul tersebut akan dijelaskan apa adanya dengan kata-kata untuk memperoleh suatu kesimpulan.

E.Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis telah mengadakan tinjauan kepustakaan baik di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. penulis tidak menemukan judul skripsi yang serupa atau mirip dengan judul yang akan diajukan. Penulis hanya menemukan dua judul yang sedikit mendekati yaitu: 1. “Analisis Pemanfaatan Iklan Politik Di Media Massa : Studi Terhadap Iklan


(21)

Muhammad Rhagyl Indratomo, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2010.

2. “Pola Komunikasi Da’i dan Mad’u di Majelis Dzikir Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Nurussalam, oleh Umar Kalake, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2007.

Dalam judul yang terdahulu, banyak perbedaan yang diteliti. Jika skripsi yang pertama memfokuskan penelitian pada pemanfaatan iklan politik di media massa, sedangkan yang kedua memfokuskan pada pola komunikasi da’i dan mad’u. sedangkan judul yang akan penulis ajukan memfokuskan pada pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik. Namun, kesamaan dari skripsi yang terdahulu hanya pada subjek penelitian yaitu Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

Namun perlu diketahui bahwa judul skripsi yang penulis ajukan tidak sama dengan judul skripsi yang terdahulu dalam isi maupun pembahasannya. Hanya sama menganalisis pemanfaatan dalam hal politik serta studi akademis yang digunakan adalah komunikasi politik.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan penyusunan laporan akhir (skripsi) maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub bab, yakni:

Bab pertama : Pendahuluan. Bab ini membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.


(22)

Bab kedua : Kajian Teoritis. Bab ini dijelaskan mengenai: Pengertian Pemanfaatan, konseptualisasi Majelis Dzikir, konseptualisasi Politik, konseptualisasi kelompok kepentingan, teori performa komunikatif.

Bab ketiga : Di bab ini dijelaskan mengenai gambaran Umum Majelis Dzikir SBY Nurusalam, meliputi sejarah, struktur kepengurusan, visi dan misi, kegiatan, filosofi logo dari Majelis Dzikir SBY Nurusalam.

Bab keempat : Di bab ini dijelaskan mengenai Analisis Majelis Dzikir SBY Nurussalam, Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik yang terdiri dari konseptualisasi Majelis Dzikir SBY Nurussalam dan konseptualisasi kelompok kepentingan (interes group) dalam politik, serta kekurangan dan kelebihan dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Bab kelima : Penutup. Bab terakhir ini mengemukakan kesimpulan dan saran.


(23)

12

A.Pengertian Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah kata imbuhan yang berasal dari kata dasar “manfaat”. Arti harfiah “manfaat” adalah guna, faedah. Sedangkan pemanfaatan adalah proses, cara, atau perbuatan pemanfaatan.1

B.Konseptualisasi Mejelis Dzikir

Menurut akar katanya, istilah majelis zikir tersusun dari gabungan dua kata : majelis yang berarti tempat dan zikir yang berarti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang.2 Jadi yang dimaksud Majelis Zikir adalah tempat puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Adapun puji-pujian yang dimaksud yang dilakukan oleh hati dan lisan berupa tasbih atau mensucikan Allah, memuji dan menyanjung-Nya, menyebutkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan serta sifat-sifat keindahan dan kesempurnaan yang telah dimiliki-Nya.

Secara etimologis atau bahasa, dzikir merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikran. Dalam Lisan al-Arab karya Ibn Manzhur, ia memberikan pengertian, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Dzikir juga berarti kerhormatan atau kemuliaan

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 710.

2


(24)

(al-Syaraf), nama baik (al-Shit), al-Kitab yang isinya menjelaskan agama (al-Din), shalat dan doa serta pujian (al-Tsana) atas-Nya.3

Dzikir itu adakalanya mengingat dan mengenangkan nikmat Allah, adakalanya menyebut nama-Nya, menurut kaifiat yang disyari’atkan. Kemudian yang perlu ditegaskan bahwa menyebut Allah (dzikrullah) hendaknya harus diikuti supaya penyebut itu memperhatikan Tuhan yang disembah, mengagungkan-Nya, mensucikan-Nya, merasa takut kepada-Nya, mengharap dan meyakini bahwa manusia seluruhnya adalah dalam genggaman-Nya serta menurut kehendak-Nya.

C.Konseptualisasi Politik 1. Pengertian Politik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintah, dasar pemerintah), atau juga segala urusan dan tindakan kebijakan siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan.4

Politics, dalam bahasa Inggris adalah sinonim dari kata politik atau ilmu politik dalam bahasa Indonesia. Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah yang terkait dengan kata politik, seperti politicos (menyangkut warga negara), polites (seorang warga negara), polis (kota, negara), dan politeia (kewargaan). Pengertian leksikal seperti ini mendorong lahirnya penafsiran politik sebagai tindakan-tindakan, termasuk tindakan komunikasi, atau relasi sosial dalam konteks bernegara atau dalam urusan publik. Penafsiran seperti ini selaras dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith yang menyatakan bahwa

3

Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar al-Shadir, 1990), jilid IV, h. 308-333. Lihat

juga, Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa I’lam (Beirut: Kattulikiyah, t. t), h. 236.

4


(25)

politik adalah serangkai tindakan yang mengarahkan dan menata urusan-urusan publik.5

Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya.6 Dari semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan.

Politik merupakan aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.7

2. Pengertian Politik Islam

Kata politik dalam bahasa Arabnya al-Siyasah merupakan masdar dari

ساس

-سوسي , yang pelakunya disebut saais. Ini merupakan kosa kata bahasa Arab asli .8 Kata ةسايس -سوسي -ساس dapat berarti “mengendalikan” dari sini kita dapat menangkap bahwa inti politik adalah pengendalian, pengertian politik dengan demikian dapat diartikan secara lebih luas kepada sistem pengendalian yang lain, semisal siyasah daulah (pengendalian Negara), siyasah mujtamaa’(pengendalian masyarakat).

Politik Islam ialah aktivitas politik sebagian umat Islam yang menjadikan Islam sebagai acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok. Pendukung

5

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008). Cet ke-1, h. 28-29.

6

Dan Nimmo, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) cet. Ke-6 hal, 8.

7

Gun-gun Heryanto, Handout Perkuliahan Matakuliah Komunikasi Politik, hal 3 Materi 1.

8

Yusuf Qardhawi,Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1999), h. 35.


(26)

perpolitikan ini belum tentu seluruh umat Islam. Karena itu, mereka dalam kategori politik dapat disebut sebagai kelompok politik Islam, juga menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti menggunakan perlambang Islam, dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar organisasi, khittah perjuangan, serta wacana politik.

Karena hakikat politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku (political behavior) serta budaya politik (political culture) yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam, menurut Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan komunitas spiritual Islam.9

3. Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi politik yaitu (kegiatan) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.10

Menurut Maswadi Ra’uf yang dikutip oleh Gun Gun Heryanto, bahwa Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.11

Menurut Gun Gun Heryanto, Komunikasi politik merupakan pesan bercirikan politik dari komunikator politik kepada khalayak politik, melalui

9

Politik Islam Indonesia di Masa-Masa yang Akan Datang, Prospek dan Tantangan-tantangannya, artikel ini diakses pada 22 april 2011 dari

http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=11&Itemid=10

10

Dan Nimmo, Komunikasi Politik, hal, 9.

11


(27)

media tertentu yang bertujuan mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu kepentingan tertentu di masyarkat.12

Dari definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa komunikasi politik adalah sebuah kegiatan penyampaian pesan dari aktor-aktor politik kepada pihak lain dengan menggunakan beberapa media.

4. Saluran-saluran komunikasi politik

Dalam komunikasi politik terdapat saluran-saluran komunikasi politik, ini biasanya digunakan sebagai saluran kampanye, yaitu:

a. Saluran face-to-face informal

Saluran ini menggunakan pendekatan intimacy dimana kampanye biasanya banyak menggunakan konteks komunikasi interpersonal. Dengan demikian mekanisme persuasi langsung, loby dan negosiasi biasanya menjadi strategi dominan dalam saluran ini.

b. Saluran struktur sosial tradisional

Saluran ini biasanya dengan menggunakan status figur yang ada di masyarakat. Misalnya senioritas dalam hirarki organisasi, ketokohan, figur dalam basis tradisional dan lain sebagainya. Ini merupakan pendekatan yang mengasumsikan twostep flow of a communication, di mana kandidat berkempanye mempengaruhi tokoh yang secara status sosial memiliki pengaruh di masyarakat dengan harapan tokoh tersebut kemudian menjadi significant others atau elite opinion yang dapat memperteguh pemilih untuk mencontreng kandidat yang bersangkutan.

12


(28)

c. Saluran Input

Saluran yang memanfaatkan berbagai pihak yang biasanya memberikan masukan (input) politik. Dalam konteks ini misalnya melalui penguasaan atau hubungan baik dengan interest group (kelompok kepentingan) seperti organisasi NU dan Muhamadiyah, dengan pressure group (kelompok penekan) seperti kalangan LSM yang mau mendukung dan lain sebagainya.

d. Saluran Output

Saluran ini adalah legislatif dan birokrasi, dengan kata lain adalah struktur formal pemerintahan. Memungkinkan penyampaian pesan secara cepat dan mudah karena mereka berada dalam jajaran birokrasi.

e. Saluran Media Massa

Saluran yang memiliki peran signifikan. Media dengan segenap variannya dapat membentuk opini publik yang positif atau sebaliknya menjatuhkan citra yang telah dibangun dengan susah payah. Oleh karenanya media relation menjadi satu diantara pendekatan modern dalam kampanye kontemporer.13

D.konseptualisasi Kelompok Kepentingan (Interest Group)

Kelompok Kepentingan (Interest Group) adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-peminpin atau anggotanya

13

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2010) hal, 45-46.


(29)

memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan pemilihan umum, kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi yang menguasai pemerintahan.14

1. Bentuk Artikulasi Kepentingan

Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum disemua sistem politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota, parelemen, pejabat pemerintahan atau dalam masyarakat tradisional kepada kepala desa atau ketua suku.

2. Jenis-jenis Kelompok Kepentingan

Kelompok-kelompok kepentingan berbeda-beda antara lain dalam hal struktur, gaya, sumber pembiayaan dan basis dukungannya. Perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik, ekonomi, dan social suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga diorganisir berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama ataupun berdasarkan isu-isu kebijaksanaan, kelompok kepentingan yang paling kuat, paling besar, dan secara financial paling mampu adalah kelompok yang sehari-hari dan karier seoranglah yang paling cepat dan paling langsung dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Karena itu sebagian besar negara memiliki serikat buruh, himpunan pengusaha, kelompok petani, dan persatuan-persatuan dokter, advokat, insinyur dan guru.15

Jenis-jenis kelompok kepentingan ini menurut Gabriel Almond adalah meliputi:16

14

A. Rachman, Sistem Politik Indonesia, (Tangerang: Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas Mercu Buana), hal. 1.

15

Ibid., hal. 2.

16


(30)

a. Kelompok Anomik

Adalah kelompok yang terbentuk diantara unsur-unsur dalam masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan karena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur, maka kelompok ini sering tumpang tindih (overlaped) dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non konvensional, seperti, demonstrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik dan lain-lain. b. Kelompok Non Assosiasional

Adalah kelompok yang termasuk kategori kelompok masyarakat awam (belum maju) dan tidak terorganisir rapi dan kegiatannya bersifat temporer (kadangkala). Wujud kelompok ini antara lain adalah kelompok keluarga, keturunan, etnik, regional yang menyatakan kepentingan secara kadangkala melalui individu-individu, klik-klik, kepala keluarga dan atau pemimpin agama.

c. Kelompok Institusional

Adalah kelompok formal yang memiliki struktur, visi, misi, tugas, fungsi serta sebagai artikulasi kepentingan. Contohnya; partai politik, korporasi bisnis, Badan Legislatif, Militer, Birokrasi, dan lain-lain.

d. Kelompok Assosiasional

Adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat dengan fungsi untuk mengartikulasi kepentingan anggotanya kepada pemerintah atau perusahaan pemilik modal. Contoh lembaga ini adalah Serikat Buruh, KADIN, Paguyuban, MUI, NU, Muhammadiyah, KWI dan lain-lain.


(31)

3. Saluran Artikulasi Kepentingan

Saluran untuk menyatakan pendapat dalam masyarakat berpengaruh besar dalam menentukan luasnya dan efektifnya tuntutan kelompok kepentingan. Saluran-saluran paling penting adalah sebagai berikut:

a. Demonstrasi dan tindakan kekerasan

Demonstrasi dan tindakan kekerasan merupakan salah satu sarana untuk menyatakan tuntutan/kepentingan. Sarana ini banyak dipergunakan oleh kelompok anomik.

b. Hubungan Pribadi

Adalah salah satu sarana penyampaian kepentingan melalui media keluarga, sekolah, hubungan kedaerahan sebagai perantara kepada elit politik.

c. Perwakilan Langsung

Sarana artikulasi dan agregasi kepentingan yang bersifat resmi lainnya. d. Saluran Formal dan Institusional lain

Sarana artikulasi yang meliputi antara lain media massa cetak, elektronik, televisi (formal) dan partai politik (institusional) lainnya.

4. Efektivitas Kelompok Kepentingan

Faktor penting dalam menciptakan efektivitas kelompok kepentingan adalah kemampuan untuk mengerahkan dukungan (support), tenaga dan sumber daya anggotanya.17

17


(32)

5. Tujuan Kelompok Kepentingan

Tujuan yang didirikannya lembaga Interest Group ini adalah:18

a. Untuk melindungi kepentingannya dari adanya dominasi dan penyelewengan oleh pemerintah atau Negara.

b. Untuk menjadi wadah bagi pemberdayaan masyarakat dalam kehidupannya.

c. Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dan Negara.

d. Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek-aspek pembangunan nasional dalam semua bidang kehidupan.

6. Sifat Kelompok Kepentingan (Interest Group) Sifat lembaga ini antara lain adalah sebagai berikut:19 a. Independen

Artinya bahwa dalam menjalankan visi, misi, tujuan, program, sasaran dan lain-lainnya dilakukan secara bebas dengan tanpa ada intervensi pihak lain.

b. Netral

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya, tidak tergantung pada pihak lain.

c. Kritisi

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan berdasarkan pada data, fakta dan analisis yang mendalam yang dilakukan dengan metode teknik analisis yang sahih.

18

Ibid., hal. 4.

19


(33)

d. Mandiri

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan konsep dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat luas.

7. Klasifikasi Kelompok Kepentingan (Interest Group)

Menurut realitas social yang ada di Indonesia, Interest Group dapat diklasifikasi menurut Organisasi Kemasyarakatan yang ditinjau dari aspek agama, sosial budaya, kemasyarakatan, kepemudaan, profesi, kewanitaan, dan Kependidikan.20

a. Organisasi Kemasyarakatan

Adalah organisasi yang anggotanya meliputi masyarakat yang memiliki ideology, garis perjuangan (platform) serta komitmen yang sama dalam mencapai tujuan yang sama pula. Contohnya: MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) dan lain sebagainya.

b. Organisasi Kemasyarakatan berdasarkan agama

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat/ komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan Negara yang dapat berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraannya. Contohnya: Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Parmusi, dan lain sebagainya.

c. Organisasi Kemasyarakatan berdasarkan Kepemudaan

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat/ komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan Negara

20


(34)

yang dapat berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan. Contohnya: KNPI (Komite Pemuda Nasional Indonesia), PII (Pelajar Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia) dan lain sebagainya.

d. Organisasi berdasarkan Sosial kedaerahan

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat/ komunitas social kedaerahan guna membangun kebersamaan dan perlindungan serta kesejahteraan. Contohnya: Paguyuban Masyarakat asal Bima, Paguyuban Masyarakat asal Wonosobo dan lain sebagainya. e. Organisasi berdasarkan Profesi

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat/ komunitas sesama profesi guna membangu kebersamaan dan perlindungan serta kesejahteraan. Contohnya: Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan lain sebagainya.

E.Teori Performa Komunikatif

Pada setiap organisasi pasti mempunyai budaya organisasi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan performa komunikatif pada setiap organisasi yang tidak sama satu sama lainnya. Performa komunikatif yang dilakukan di dalam struktur organisasi maupun di luar organisasi akan membantu organisasi ini dalam membangun kebersamaan diantara anggota dalam rangka mencapai tujuan organisasi, memecahkan suatu masalah, sosialiasi program-program organisasi kepada anggota ataupun masyarakat, dan lain sebagainya.

Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo, menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan performa komunikatif tertentu yang berakibat pada munculnya budaya organisasi yang unik. Pacanowsky dan o’Donnell trujillo


(35)

meyakini bahwa performa komunikatif sangat penting bagi budaya suatu organisasi.21

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik atau yang dikenal sebagai kelompok kepentingan (Interest Group). Kelompok kepentingan (Interest Group) yang akan dibahas adalah Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Bagaimana kelompok ini membentuk sebuah performa komunikatif diantara para anggotanya dan masyarakat luas. Terutama dalam rangka mendukung kemenangan SBY pada saat menghadapi Pemilu 2009.

Performa (Performance) adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi, performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisior maupun karyawan memilih untuk mengambil peranan atau bagian tertentu dalam organisasi mereka.22

1. Performa sosial

Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan sopan untuk mendorong kerja sama di antara anggota organisasi. sikap ini juga merupakan cermin perilaku organisasi yang ditunjukan untuk mendemonstrasikan kerja sama dan kesopanan dengan orang lain. Kebanyakan organisasi menginginkan untuk mempertahankan perilaku yang profesional, bahkan dimasa yang sulit, dan performa sosial membantu tercapainya hal ini.23

21

Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2008) h. 325.

22

Ibid.

23


(36)

Organisasi dalam konteks ini adalah organisasi kelompok kepentingan (Interest group), performa sosial berupa kesantunan, kesopanan dan keagamaan yang ditunjukan oleh Majelis Dzikir SBY Nurussalam untuk kerjasama diantara para anggotanya/jamaahnya dan masyarakat luas.

2. Performa politis

Ketika budaya organisasi mengkomunikasikan performa politis, budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Performa politis merupakan perilaku organisasi yang mendemonstrasikan kekuasaan atau kontrol. Karena kebanyakan organisasi bersifat hierarkis, harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.

Ketika anggota organisasi terlibat dalam performa politisi, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Performa politis budaya pada anggota organisasi berpusat pada pengakuan akan kompetisi sebagai anggota organisasi dan untuk komitmen mereka terhadap misi organisasinya.24

3. Performa Enkulturasi

Performa enkulturasi merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat berupa sesuatu yang berani maupun hati-hati, dan performa ini mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi.25

24

Ibid.

25


(37)

Dalam performa ini, majelis dzikir SBY memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anggota majelis dzikir SBY Nurussalam dalam rangka menciptakan, membina dan menjaga situasi dan kondisi yang aman, tenang, melalui ibadah dan akhlakul karimah.


(38)

27

A.Sejarah Majelis Dzikir SBY Nurussalam

Majelis Dzikir SBY Nurussalam cikal bakalnya sudah ada sejak jauh sebelum bapak Susilo Bambang Yudhoyono (biasa dipanggil pak SBY) menjadi Presiden. Pada tahun 2000 ketika itu SBY ingin melaksanakan ibadah haji dengan ibu Hj. Ani. Setelah SBY berangkat ke Tanah Suci. Kemudian diadakan acara setiap malam jum’at selama kepergian SBY ke Tanah Suci menjadi tetamu Allah yaitu pembacaan Yasin dan Ratiban untuk mendoakan Dhuyufurrahman/ tetamu Allah agar diberi kemudahan, kelancaran, kesehatan dan memperoleh haji yang Mabrur.

Aktivitas keagamaan ini terus berlanjut dari jamaah yang beberapa orang saja sampai SBY masih aktif di ketentaran. Namun, majelis dzikir yang saat itu masih belum memiliki nama tersebut terus berkembang. Ini sejalan dengan karier SBY sebagai Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor tersebut. Pada 1999 menjadi menteri Pertambangan dan Energi, Menko Polsoskom, hingga Menko Polkam.

Kemudian pada saat pilpres dan SBY menjadi salah seorang calon Presiden. Pada saat itu kegiatan dzikir ini secara rutin dilaksanakan di Cikeas. Para jamaahnya melakukan kualiti dengan Allah SWT untuk mendoakan kesuksesan SBY menuju RI 1.

Jamaah majelis dzikir pada mulanya hanya puluhan di Cikeas, lalu lama-kelamaan seiring SBY sebagi calon presiden jamaahnya bertambah menjadi ratusan bahkan sampai ribuan orang berkumpul tanpa diberi informasi, tanpa


(39)

diundang para jamaah datang dengan keikhlasan dari berbagai daerah untuk melakukan doa bersama secara rutin setiap malam jum’at di tempat kediaman SBY.

Pada saat kumpulnya para ulama dan tokoh-tokoh yang begitu banyak di Cikeas mereka dengan ikhlas memanjatkan doa kehadirat Allah untuk keberhasilan SBY menuju ke kursi 1 dan berkat doa mereka itulah SBY terpilih menjadi presiden Republik Indonesia. Setelah SBY dilantik menjadi presiden, lalu beliau mengarahkan agar kegiatan dzikir ini dilaksanakan di Masjid Baiturrahim Istana Negara. Akhirnya, di Cikeas juga tetap ada dan pengalihan jamaah ke Masjid Baiturrahim secara rutin dilaksanakan setiap malam jum’at. Kegiatan dzikir ini ternyata di ikuti oleh banyak jamaah yang mereka datang berduyun-duyun untuk bersama mendoakan bangsa, mendoakan pemimpinnya. Akhirnya pada tanggal 5 Maret 2005 atas perintah bapak SBY maka dibentuklah semacam yayasan, yaitu Yayasan Majelis Dzikir SBY “Nurussalam”. Adapun nama Nurussalam itu sendiri yang memberi nama adalah langsung SBY. Artinya cahaya kedamaian, cahaya keselamatan. Maka saat itu resmilah dibentuk Yayasan majelis Dzikir SBY Nurussalam dengan ketua dewan pembina Dr. H. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian ada dewan pengawasnya, ada anggota dewan pembina yaitu Hatta Rajasa dan Sudi Silalahi (saat itu sebagai Menteri Agama), kemudian pengawasnya Habib Abdurrahman dan Brigjen Kurdi Mustofa. Akhirnya terbentuklah kepengurusan dari Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

Kegiatan dzikir ini merupakan kegiatan rutin yang belum pernah ada secara rutinitas di Masjid Baiturrahim Istana, dikalangan Istana. Artinya baru


(40)

kali ini saat SBY menjadi Presiden diadakannya kegiatan dzikir di lingkungan Istana. Kegiatan ini dan aktivitas dari pada majelis dzikir ini tujuannya tidak lain untuk menuju kepada kebersamaan, memperkokoh ukhiwah islamiyah, mengajak umat untuk saling bahu-membahu, saling asah, saling asih, saling asuh, dalam rangka menegakkan LILLAHI KALIMATILLAH.

Kemudian sejalan dengan kegiatan majelis dzikir ini, ternyata mendapatkan sambutan bukan hanya di lingkungan JABODETABEK saja, tapi daerah pun menyambut dengan penuh gembira dan rasa syukur. Artinya “Gayung Bersambut”. Maka di bentuklah kepengurusan-kepengurusan Majelis Dzikir ini di tingkat Provinsi. Akhirnya pada saat ini sudah hampir seluruh Provinsi terbentuk Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

B.Struktur Kepengurusan Majelis Dzikir SBY Nurussalam

Setelah diberi nama “Nurussalam” yang artinya sebagai “Cahaya keselamatan”. Maka resmilah dibentuk Yayasan majelis Dzikir SBY Nurussalam itu dengan ketua dewan pembina Dr. H. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan diawali beberapa pengurus seperti dewan pengawas, dewan pembina Hatta Rajasa dan Sudi Silalahi, kemudian pengawasnya Habib Abdurrahman dan Brigjen Kurdi Mustofa, lalu terbentuklah kepengurusan dari Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

Kehadiran Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi di Majelis Dzikir SBY Nurussalam, awalnya diundang H. Haris Thahir di cikeas. Saat itu bertepatan dengan pemilu legislatif, dan jamaah yang hadir hanya puluhan orang. Sejak saat itu Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi tak bisa dilepaskan dari majelis ini. Bahkan, pada tanggal 24 oktober 2004, Presiden


(41)

Susilo Bambang Yudhoyono mengundang secara khusus untuk membacakan surat Maulid Simtuddurar (Untaian Mutiara). Hal ini juga sebagai pelunasan janji presiden kepada Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi. Ketika itulah Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi ditunjuk sebagai Imam dan Pembina dalam Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

Sedangkan di mata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sosok dari ketua umum majelis dzikir SBY Nurussalam yaitu H. Harris Thahir bukanlah orang baru. H. Harris Thahir yang asli betawi ini sudah kenal SBY sejak masih berpangkat Mayor. Selama di Majelis Dzikir SBY Nurussalam, H. Harris Thahir tidak pernah tampil menonjolkan diri. Beliau lebih banyak berada di belakang layar. Dari sebagian kerabat terdekatnya juga mengakui, bahwa H. Harris Thahir adalah sosok sederhana dan rajin beribadah.

Namun untuk struktur kepengurusan dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam secara lengkap adalah seperti di bawah ini:

Pembina : DR H. Susilo Bambang Yudhoyono MA Pengawas : Drs H. Kurdi Mustofa MM

Habib Abdul Rahman M Al Habsyi Ketua : H. Harris Thahir

Sekretaris : H. Edhie Baskoro Yudhoyono H. M Utun Tarunajaya

Bendahara : H. Aziz Mochdar


(42)

Kepala

Sekretariat : H. M Utun Tarunajaya

Imam Dzikir: Habib Abdul Rahman M Al Habsyi Habib Ali bin Abdul Rahman Al Habsyi Ustad Usman Syarif Sangaji

Seksi Sosial: H. Yayat Priyatna H. Muhammad Andi Seksi Humas: H. Dedi Afriadi SE Kompol Heri Guritno Koordinator

Umum : Habib MH Al Kaff KH. Abdul Wahid H. Effen Rochendi H. Abbas Hilmi H. Ahmad Kosasih Habib Ahmad Al Aidit Pelaksana Harian

Kepala

Sekretariat : H. M Utun Tarunajaya Staf Sekretariat: Heri Cahyadi Achmad Rifa’i

Wawan Kusnanda Mikrus Henrindra


(43)

C.Visi dan Misi Majelis Dzikir SBY Nurussalam 1. Visi Majelis Dzikir SBY Nurussalam:

Mensyiarkan agama untuk umat dan bangsa 2. Misi Majelis Dzikir SBY Nurussalam:

Menciptakan, membina dan menjaga situasi dan kondisi yang aman, tenang, melalui ibadah dan akhlakul karimah.

D.Kegiatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam

Adapun kegiatan yang ada di Majelis Dzikir dibagi kedalan dua bagian: 3. Kegiatan Bulanan/ Rutin:

a. Pengajian dan Dzikir sebulan 3x

Waktu: setiap minggu ke-1 s/d ke-3 pada malam jumat, di Masjid Baiturrahman, Istana Presiden.

4. Kegiatan Tahunan:

a. Pembagian sembako menjelang masuknya Bulan Suci Ramadhan. b. Pembagian sembako menjelang Idul Fitri.

c. Pemotongan hewan kurban di hari Raya Idul Adha. d. Mengadakan Sunatan Masal saat liburan panjang sekolah. e. Santunan anak yatim pada 10 Muharram.


(44)

E.Filosofis Logo Majelis Dzikir SBY Nurussalam

a. Sinar yang berjumlah 99: sebagai lambang angka asmaul husnah yang biasa dilazimkan dalam setiap kegiatan pengajian dzikir/ Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

b. Tangan yang menengadah: sebagai lambang munajat yaitu berdoa untuk keselamatan Umat dan Bangsa.

c. 5 bintang: sebagai lambang waktu sholat yang berjumlah 5 waktu.

d. Pita Prisay: sebagai lambang pertahanan/ benteng (mempertahankan keutuhan antar Umat dan Bangsa)

e. Padi yang melingkari: sebagai simbolis kesejahteraan sosial masyarakat bangsa Indonesia.


(45)

34

Majelis Dzikir SBY Nurussalam bukanlah majelis kelas kampung. Majelis ini didirikan dan dibina oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan menjelma menjadi sebuah yayasan. Punya cabang di hampir seluruh provinsi, sejumlah kerabat dan kolega SBY duduk sebagai pengurus yayasan, sementara penyokong dananya adalah sejumlah pengusaha.

Kehadiran Majelis Dzikir SBY ini tidak memiliki keterkaitan erat dengan urusan politik, namun menurut Abdullah Umar, wadah ini untuk tujuan keagamaan dengan menghimpun jamaah dalam mengenal dan mendalami agama Islam itu sendiri, melalui gelaran tahlilan dan zikir berjamaah yang dilakukan setiap akhir pekan, pada Kamis malam.1

Pada malam 1 Muharram 1426 Hijriyah tahun 2005, tepatnya 4 bulan setelah Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai Presiden RI, kegiatan Majelis Dzikir SBY untuk pertama kalinya berlangsung di Istana Negara, dalam rangka menyambut pergantian tahun Hijriyah.

Saat itulah SBY yang sudah menjadi Presiden memberinya nama “Nurussalam” yang mempunyai pengertian cahaya kedamaian atau

1

Mengenal Dekat Majelis Zikir SBY Nurussalam,artikel ini diakses pada 4 November 2010 dari http://kendaripos.wordpress.com/2008/09/25/mengenal-dekat-majelis-zikir-sby-nurussalam-anggotanya-diberangkatan-umroh-gelar-zikir-tiap-kamis-malam/


(46)

keselamatan. Nama tersebut kemudian disahkan dengan Akte Notaris, tertanggal 9 Maret 2005.

Saat ini, keanggotaan majelis dzikir SBY Nurussalam sudah tersebar diberbagai provinsi, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Madura, Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

A.Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiatan Politik 1. Konseptualisasi Majelis Dzikir SBY Nurussalam

Sesuai dengan visi, misi dan aktualisasi dari eksistensi Majelis Dzikir SBY Nurussalam sendiri, dapat dikatakan bahwa keberadaannya secara aktualisasi bernuansa islami serta memotivasikan ummat untuk beribadah, yaitu berdzikir bagi keselamatan Bangsa.

Konotasi dzikir yang dimaksud di dalam Majelis Dzikir SBY Nurussalam tersebut tidaklah sempit, atau secara bahasa dzikir adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang.2 Akan tetapi dzikir yang dimaksud adalah meliputi semua aktivitas manusia yang didalamnya ada dorongan untuk mengingat Allah SWT dan Rasul-Nya, misalnya shalat, bertasbih, bertahlil, bertakbir, memuji-muji Allah, majelis „ilmi, majelis madchur Rasul, membaca riwayat para utusan Allah dan para kekasih-kekasih Allah, dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.3

Fenomena dzikir bersama yang semakin berkembang di sebagian masyarakat, menunjukkan bahwa dzikirullah merupakan kebutuhan bagi

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1280.

3

Faedah Majelis Dzikir, artikel ini diakses pada 2 April 2011 dari


(47)

mereka (masyarakat), meskipun tujuan mereka berbeda. Di antara mereka ada yang karena tulus bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah, ada yang karena memenuhi panggilan jiwa yang gersang dan hampa, ada juga yang datang karena stress dihimpit persoalan rumah tangga dan kesulitan ekonomi atau persoalan-persoalan lainnya. Terlepas dari tujuan dan niat masing-masing, aktivitas dzikrullah ini merupakan awal yang bagus dalam rangka menumbuhkan minat seseorang untuk memperbaiki sifat dan prilakunya. Bertaqorrub kepada Allah tidak hanya tercermin dalam ibadah ritual dan aktivitas ruhiah. Namun, bisa saja lewat kegiatan politik. Walaupun masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa dzikir dan politik adalah dua hal yang tidak bisa disatukan.

Dzikir dan politik memang dua kata yang sangat kontra bagi sebagian masyarakat yang memahaminya. Hal itu karena politik dipahami sebagai aktivitas dunia, sedang dzikir dipahami sebagai aktivitas yang berhubungan dengan akhirat. Yang kemudian dipahami bahwa berdzikir tidak pantas memasuki wilayah politik, dan politik haram memasuki wilayah dzikir. Dzikir adalah pekerjaan manusia untuk mengingat Tuhannya, sedangkan politik pakerjaan para politisi yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.

Jika suatu tempat atau lembaga organisasi yang didirikan khusus berdzikir menjadi tempat untuk berpolitik, maka tempat itu harus menanggalkan segala atribut dan peraturan-peraturan kelembagaannya, dan harus mengikuti atau beradaptasi dengan peraturan-peraturan yang berada


(48)

dalam lingkungan politik. Demikian pula apabila seorang politisi mendirikan suatu lembaga organisasi khusus berdzikir ia pun harus menanggalkan baju politiknya, dan jika tidak, ia akan tetap dicurigai menggunakan agama sebagai alat politik.

Padahal jika kembali pada makna secara bahasa dan istilah pada dasarnya siyasah (politik) adalah semua tindakan yang mulia yang mengantarkan manusia lebih dekat dengan kebaikan dan semakin jauh dari kerusakan atau singkatnya; upaya manusia mengatur manusia lainnya. Oleh karena itu, Imam Ibnul Qayyim menyebutnya sebagai keadilan Allah Ta’ala, hanya saja manusia terlanjur menyebutnya siyasah (politik).4 Bidang politik tidak hanya terbatas pada pemerintahan, partai, dan parlemen, walau itulah asosiasi pertama pada ruang berpikir manusia jika disebut kata „politik’.

Tapi pernyataan di atas akan menjadi mudah untuk dipahami, apabila politik dipahami sesuai dengan definisi politik menurut Al Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, yaitu politik adalah hal memikirkan tentang persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat. Intermal politik adalah mengurus persolalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan, dan dikeritik jika mereka melakukan kekeliruan. Sedang yang dimaksud dengan eksternal politik adalah memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, mengantarkannya mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukannya di tengah-tengah bangsa lain,

4

Farid Nu’man Hasan, Seuntai Bunga Rampai Politik Islam, (Depok: Tauhid Media Center,2009 ),h. 2, cet. 1,


(49)

serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusan-urusannya.5

Baik internal maupun eksternal politik, sama-sama mencakup ajakan kepada kebaikan, seruan berbuat makruf dan pencegahan dari kezaliman, yang selama ini menjadi wilayah kerja dakwah yang juga sering diimplementasikan dalam kegiatan berdzikir bersama.

Dengan pemahaman dua definisi di atas, dapat simpulkan bahwa politik dan berdzikir bersama adalah dua kegiatan yang sangat terkait, dan sangat mungkin berdzikir menjadi kegiatan politik, atau politik menjadi kegiatan berdzikir, atau dapat disebut two in one. Jadi jika berdzikir bersama berkaitan dengan berpolitik maka politik itu harus berperan memahamkan masyarakat kepada hak dan kewajiban mereka antara dunia dan akhiratnya, dan jika ingin berpolitik dalam lingkungan berdzikir maka tetaplah berperan mengajak masyarakat berbuat baik, memfasilitasi mereka berbuat makruf dan menutup semua pintu bagi masyarakat untuk berbuat zalim dan dizalimi.

2. Konseptualisasi kelompok kepentingan (interest group) dalam politik Ketika sebuah majelis dzikir yang umumnya sebagai ibadah dan mendekati diri kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT dimanfaatkan sebagai kepentingan politik membuat masyarakat awam akan berfikir negatif tentang majelis tersebut.6 Padahal tidak semua apa yang kita fikirkan tentang politik selalu menyangkut dengan hal yang kejam, kotor atau apapun yang dapat merugikan orang banyak.

5

Menjadi Politisi Dakwah, artikel ini diakses pada 20 Mei 2011 dari

http://apadong.net/archive.php?topic=219.0 6


(50)

Namun adanya Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang telah diresmikan sejak 2005 silam, tidak dapat dipungkiri atau dimunafikkan bahwa keberadaannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan politik Sang Pembina yaitu SBY.7 Apalagi saat pemilu 2009 saat SBY mencalonkan sebagai Presiden RI, anggota Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam sangat mendukung atas pencalonan Sang Pembina sebagai Presiden RI. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bagaimana performa komunikatif sebuah organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Adapun performa komunikatif tersebut sebagai berikut:

a. Performa sosial

Walaupun sebenarnya banyak pendukung-pendukung SBY yang terorganisasi dalam politik seperti partai-partai islam yaitu PKS, PAN, PKB, dan PPP. Namun pendukung SBY tidak hanya mengandalkan dukungan suara keempat partai berbasis Islam itu untuk memenangkan pasangan mereka dalam Pilpres 2009. Sejak 2004, para pendukung SBY telah aktif membangun citra sang Presiden sebagai “pengayom Islam” melalui pendirian Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Tiga orang Menteri dalam Kabinet SBY-JK, yakni Mensekneg M. Hatta Rajasa, Mensekkab Sudi Silalahi, dan Menteri Agama M. Maftuh Basyuni, menjadi pembina yayasan itu. Salah seorang pengawasnya adalah Brigjen Kurdi Mustofa, sekretaris pribadi Presiden. Putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, menjadi salah seorang sekretaris yayasan itu, dan salah seorang bendahara yayasan itu adalah Hartanto Edhie Wibowo, adik bungsu Ny. Ani Yudhoyono. Sedangkan ketua umum yayasan

7


(51)

Majelis Dzikir SBY Nurussalam, H. Harris Thahir, yang sudah kenal SBY sejak menjabat sebagai Danrem di Yogya.8

Melalui yayasan tersebut, para pendukung SBY merangkul komunitas Betawi, dengan mengangkat Imam Masjid Kwitang, Habib Abdul Rahman al-Habsyi sebagai pengawas yayasan, mendampingi Brigjen Kurdi Mustofa, mantan anggota tim kampanye SBY dalam Pilpres 2004.

Majelis dzikir yang bermarkas di Tebet Timur, Jakarta, memang salah satu komponen pendukung SBY sejak Pilpres 2004. Sebelum Pemilu 2004, majelis ini tiap Kamis malam melafalkan doa-doa di pendopo Puri Cikeas. Dzikir rutin itu hijrah ke Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Negara sejak Desember 2004, setelah SBY terpilih jadi Presiden. Sejak saat itu, berdzikir bersama SBY di Masjid Baiturrahim di malam Tahun Baru dijadikan kebiasaan. Malam Tahun Baru 2008, antara 3.000 sampai 4.000 jemaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam berdzikir bersama SBY.9

Kegiatan yayasan ini tidak terbatas pada penyelenggaraan dzikir bersama SBY di masjid istana. Majelis dzikir yang punya cabang di hampir seluruh provinsi dan sering menggelar dzikir bersama ke berbagai kota, juga menerbitkan majalah dan buku.10 Kegiatan ini menghubungkan pendukung SBY dengan MUI, sebab wakil pemimpin umum Majalah Dzikir adalah Ustadz H. Mohammad Hidayat, khatib anggota Dewan Syariah Nasional MUI Pusat.11

Penerbitan, bukanlah kegiatan yayasan ini yang paling banyak menghabiskan dana. Yang lebih banyak menyedot dana adalah

8

Makalah untuk Diskusi Kelompok KrisPro di Jakarta, 29 Mei 2009, artikel diakes pada 17 maret 2011 dari www.majalahdzikie.com

9

Ibid.

10

Ibid.

11


(52)

pemberangkatan ibadah umrah untuk ulama. Sampai September 2008, yayasan ini telah lima kali memberangkatkan rombongan umroh sekitar 50 orang. Dalam „kloter’ kelima termasuk beberapa ulama karismatik, seperti Jafar Umar Thalib, mantan panglima Lasykar Jihad, dan KH Nurul Arifin, mantan Panglima Lasykar Berani Mati pendukung Gus Dur.12

Pemberangkatan ibadah umroh ratusan orang ulama itu membuktikan bahwa kegiatan yayasan tersebut bisa dikatakan sebagai wahana mobilisasi dukungan para ulama bagi kepresidenan SBY, apalagi dengan melihat bagaimana ulama-ulama militan seperti Jafar Umar Thalib dan Nurul Arifin juga disponsori oleh Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Bisa jadi dana yang didapat juga dari pembiayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai semi politisinya.

Walaupun ketika semua itu dipertanyakan sebagai mobilisasi dukungan kepada SBY dan dana yang keluar untuk pemberangkatan umroh oleh ketua umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam yaitu H. Haris Thahir beliau hanya bisa mengatakan, semua pemberangkatan ibadah umroh bagi ulama-ulama itu dari dana pribadinya, dan “tidak ada pembiayaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono”.13Padahal jika ditelaah lebih dalam dan secara logika, tidak ada keuntungan untuk sang ketua umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam tersebut dalam penggalangan dana pemberangkatan umroh para ulama.

Sebenarnya jawaban yang lebih masuk akal dapat dilihat dari siapa yang diangkat menjadi bendahara yayasan ini, yakni Aziz Mochdar. Mitra Bambang Trihatmojo ini menguasai 30% saham PT Asriland, sementara Bambang dan

12

Ibid.

13


(53)

Halimah menguasai 70% saham. Investment vehicle Bambang Trihatmojo ini menguasai 10% saham PT Global Mediacom, yang memiliki saham stasiun televisi RCTI, TPI, Global TV dan perusahaan TV cable Indovision.14

Seorang itu, adik Aziz, Mochsin Mochdar, adalah adik ipar BJ Habibie, yang bersama isterinya, Siti Rahayu Fatimah alias Yayuk Habibie, menguasai Citra Harapan Group. Kelompok ini meliputi 14 perusahaan, yang ikut dibesarkan oleh proyek-proyek yang dulu dikuasai oleh BJ Habibie.15

Bendahara Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang kedua, Hartanto Edhie Wibowo, adalah anggota keluarga besar SBY yang sudah terjun ke dunia bisnis, di samping Gatot Mudiantoro Suwondo, Direktur Utama BNI, yang juga adik kandung Ny. Ani Yudhoyono.16

Hartanto Edhie Wibowo, yang juga Ketua Departemen BUMN DPP Partai Demokrat ini tercantum sebagai Komisaris Utama PT Power Telecom. Sedangkan Komisaris Independen perusahaan ini adalah pakar telematika KRMT Roy Suryo Notodiprodjo, yang Ketua Departemen Kominfo DPP Partai Demokrat. Sedangkan di jajaran direksi ada adik kandung Menteri Sekneg M. Hatta Rajasa, yakni Achmad Hafisz Tohir. Perusahaan milik keluarga Tjokrosaputro, pemilik Batik Keris, Solo, di tahun 2007 menandatangani kontrak 20 tahun dengan PT Kereta Api, untuk memasang jaringan telekomunikasi fibre optic sepanjang jaringan rel PT KA.17

Selain adanya pemberangkatan umroh untuk para ulama yang disponsori oleh yayasan tersebut. Pemanfaatan dari sebuah majelis dzikir SBY

14

Ibid.

15

Ibid.

16

Ibid.

17


(54)

Nurussalam dapat dibuktikan ketika SBY terpilih lagi untuk menjadi Presiden RI pada tahun 2009. Akan tetapi dalam sebuah politik yang mengandung arti siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya.18 Maka ada strategi untuk melakukan hal-hal yang dimaksud dalam politik tersebut. Salah satunya adalah berkampanye.

Sedangkan kampanye tersebut adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.19 Namun menurut Rosady Ruslan, kampanye merupakan kegiatan komunikasi antara komunikator (pembawa pesan) kepada komunikan (khalayak penerima pesan) yang dilaksanakan secara intensif, kreatif, persuasif dan memotivasi khalayak untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu ditetapkan, terencana baik serta konsisten.20

Secara umum ada beberapa hal yang dapat digunakan dalam berkampanye, salah satunya menggunakan interaksi simbolis, yang artinya pengoperan simbol-simbol atau lambang komunikasi yang mempunyai makna tertentu dalam berkampanye. Lambang komunikasi itu sendiri biasanya berbentuk bahasa, baik tulisan maupun lisan, tanda (sign), gambar-gambar, isyarat tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat

18

Dan Nimmo, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) cet. Ke-6 hal, 8

19

Pfau, michael & Roxanne Parrot. Persuasive commication Campaign. Massachussets: Allyn and Bacon, 1993.

20

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, edisi revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 3, h. 101


(55)

menarik perhatian sekaligus berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan dan pada akhirnya akan menimbulkan efek atau hasil sesuai dengan yang telah direncanakan oleh komunikator.21

Akan tetapi berhubung dalam penelitian ini tidak membahas permasalahan suatu kampanye secara mendalam, maka maksud pengertian kampanye tersebut sebagai penjelas untuk menerangkan sistematis dari sebuah pemanfaatan majelis dzikir dalam politik dan menunjukan adanya suatu unsur komunikasi politik dalam Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

b. Performa Politis

Majelis Dzikir SBY Nurussalam jika dilihat dari visi yang dibangun memang terlihat dengan kegiatan-kegiatan yang berunsurkan islami, walaupun didalam majelis dzikir tesebut terdapat nama bapak Presiden RI (baca:SBY) maka tidak akan menjadi masalah bila banyak orang, apalagi masyarakat pada umumnya yang berfikir dan berpendapat bahwa dengan adanya majelis dzikir SBY Nurussalam sebagai mobilisasi politik SBY.22

Sekjen dari majelis dzikir SBY Nurussalam juga tidak akan menyalahkan dan memungkiri jika masyarakat berpendapat seperti itu.23 Karena memang pada kenyataannya banyak hal-hal yang dapat dibuktikan ketika akan diadakannya sebuah kampanye dari sang pembina majelis dzikir SBY Nurussalam yang saat itu mencalonkan sebagai Presiden RI tahun 2009 kepada masyarakat.

21

Ibid. 22

Wawancara Pribadi dengan Heri Cahyadi. 23


(56)

Adapun hal yang dilakukan sebelum waktu masa datangnya kampanye dari sang pembina majelis dzikir terhadap anggota ataupun jamaah majelis dzikir itu sendiri, salah satunya seperti: Adanya pemberian seragam majelis dzikir SBY Nurussalam kepada pengurus, anggota ataupun jamaahnya. Dalam seragam tersebut juga terdapat logo majelis dzikir SBY dengan tulisan nama SBY yang sangat jelas dan besar. Akan tetapi, seragam bagi laki-laki berbentuk baju koko sedangkan bagi wanita berbentuk kerudung atau bergo, dan semuanya berwarna putih yang sedikit berkontras biru dibagian seragam laki-laki. Dengan adanya sedikit warna biru tersebut juga sangat berpengaruh, sebagai tanda dari lambang bendera politik sang pembina majelis dzikir.24

Namun sebagai lembaga organisasi yang terorganisir dalam sebuah Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam, maka organisasi ini membantu menjalankan sebuah kekuasaan atau kontrol dalam membentuk anggota-anggota atau kader-kader majelis dzikir SBY Nurussalam agar tetap berjalan dalam visi organisasinya atau visi dari majelis dzikir SBY Nurussalam. Walaupun sebenarnya misi majelis dzikir SBY Nurussalam juga sangat berdampak dengan visi dari majelis dzikir tersebut yaitu menciptakan, membina dan menjaga situasi dan kondisi yang aman, tenang, melalui ibadah dan akhlakul karimah.

Akan tetapi jika kita telaah lebih dalam lagi dari misi majelis dzikir tersebut sangat berkaitan dengan misi politik. Pertama, menciptakan bermaksud untuk membentuk suatu dukungan dari masyarakat yang telah terorganisasi dalam sebuah majelis dzikir. Kedua, membina masyarakat dengan

24 Ibid.


(57)

Islam, baik akidah maupun syariah, termasuk di dalamnya akhlakul karimah. Inilah wujud dari pengkaderan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Pembinaan masyarakat itu bisa dilakukan dengan halaqah, pengajian umum, seminar, diskusi, kajian tematik; pelajaran tafsir, hadis, fikih, dan sebagainya, kontak kepada para tokoh, dan lain-lain. Pembinaan ini dikaitkan dengan realitas yang dihadapi sehari-hari oleh masyarakat dan terkait dengan peristiwa yang tengah terjadi. Misalnya, ketika rame-rame kenaikan BBM dibahas pandangan Islam tentang air, padang gembalaan/hutan, dan energi sebagai milik umum; saat ada peristiwa pemboman dibahas haramnya hukum membunuh orang tanpa dosa dan menimbulkan ketakutan pada orang banyak ditambah dengan ada apa di balik isu terorisme itu, dan lain-lain. Dengan cara seperti itu, umat akan memahami ayat dan hadis; jiwanya bersih penuh keimanan dan jauh dari kekufuran serta kemunafikan, meningkat taraf berpikir dan kepekaan politiknya, serta siap hidup mulia mati bahagia.25 Ketiga, menjaga situasi dan kondisi yang aman, tenang. Sebagai pemimpin pasti mengharapkan anggota ataupun rakyatnya untuk bisa bersikap dan berprilaku sopan agar terjaga situasi-situasi yang dapat merugikan masyarakat itu sendiri, khususnya bagi masa kepemimpinan saat itu. Maka terjadilah kegiatan dzikir bersama yang bertujuan sebagai ketenangan untuk menkondisikan keamanan rakyat atau masyarakat dalam hidup yang aman. Jadi walaupun memang dasarnya majelis dzikir SBY Nurussalam ini adalah suatu organisasi masyarakat yang bertujuan untuk masyarakat, tapi ada suatu kepentingan

25

Taqqarrub bisa lewat kegiatan politik, artikel ini diakses pada 12 Maret 2011dari


(58)

politik tersendiri bagi sang pembina majelis dzikir tersebut. Salah satunya sebagai menarik suara saat pemilu 2009.

c. Performa Enkulturasi

Dalam performa komunikasi ini sangat merujuk pada pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Organisasi atau majelis dzikir ini walaupun dibina langsung oleh sang Presiden RI, tapi tetap tidak meninggalkan visi dari majelis dzikir SBY Nurussalam yang telah dibuat yaitu berdoa, berdzikir dan syiar agama untuk umat dan bangsa. Majelis dzikir SBY Nurussalam dalam rutinitasnya hanya mengajak kegiatan dzikir bersama yang sering diadakan di lingkungan istana negara setiap awal bulan, sedangkan pada minggu kedua dan ketiga di kediaman sang pembina atau bapak SBY sendiri. Di dalam dzikir itu biasanya dipimpin oleh Habib Abdul Rahman M Habsyi atau Habib Ali bin Abdul Rahman Al-Habsyi.

Lahfaz atau bacaan yang menjadi rutinitas dalam majelis dzikir ini adalah pembacaan surat Yasin, Tahlil, serta Asmaul Husna. Majelis Dzikir ini juga menyediakan buku panduan dzikir dan doa yang dikhususkan untuk para anggota ataupun jamaah majelis dzikir SBY Nurussalam dan tidak diperjual belikan. Pembacaan itu semua diikuti oleh para jamaah yang hadir.

Berhubungan dengan performa enkulturasi, majelis dzikir SBY juga mampu memberikan pengetahuan baru dalam masalah kehidupan maupun dalam hal politik. Performa pengetahuan dalam kehidupan dan politik bisa dikaitkan dengan masalah pembahasan saat sang pembina majelis dzikir SBY


(59)

Nurussalam atau presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono) terkena masalah fitnah. Contohnya seperti artikel dibawah ini:

SBY Bahas Fitnah dengan Majelis Zikir Laporan: Antara

Sabtu, 12 Desember 2009 | 20:43 WITA

Bogor, Tribun - - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu

Negara bersilaturahmi dengan keluarga besar Majelis Dzikir Nurussalam dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1431 H di Padepokan H Harris Thahir, Jalan Raya Sukabumi, Rancamaya, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/12) sore.

Acara yang dihadiri sedikitnya 1.000 anggota Majelis Dzikir Nurussalam itu bertema "Hindarkan fitnah, tebarkan benih-benih kebaikan di antara anak bangsa. Mari kita bersatu membangun negeri dengan akhlak mulia".

Presiden Yudhoyono yang sore itu mengenakan kemeja koko berwarna putih dengan didampingi oleh putra bungsunya Edhie Baskoro, langsung

melaksanakan salat Tahyatul Masjid begitu memasuki masjid.

Acara yang berlangsung lebih kurang dua jam itu diawali dengan pembacaan Qisoh Maulid dan siraman rohani oleh KH M Hidayat. Dalam siraman rohaninya Hidayat mengatakan bahwa orang-orang yang mudah memfitnah tidak akan bisa mencium bau surga. Ia menegaskan bahwa mencari kebenaran tidak perlu dilakukan melalui fitnah.

Ia kemudian mengatakan tiga hal yang harus dilakukan seseorang jika ingin dosa fitnahnya diampuni.

"Pertama, yang memfitnah harus datang ke kerumunan orang tempat ia

menyebarkan fitnah dan memberikan klarifikasi. Kedua, orang yang memfitnah harus datang kepada korban yang difitnah dan meminta maaf. Ketiga, bertobat kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan fitnah. Memfitnah itu artinya sama seperti memakan daging saudara sendiri," katanya.

Sementara itu Presiden Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Mejelis Dzikir Nurussalam, membuka sambutannya dengan menceritakan sejarah singkat pembentukan Majelis Dzikir Nurussalam di Cikeas pada tahun 2004, serta makna nama dari Nurussalam.

"Lima tahun sejak berdirinya Majelis Dzikir telah menjalankan ibadah dan peran yang baik untuk mengajak umat berdzikir, membimbing umat menuju jalan yang benar, dan yang terus mendampingi saya selaku kepala negara di dalam memimpin bangsa dan negara, membangun hari esok yang lebih baik," katanya.

Pada kesempatan itu Presiden juga mengajak seluruh anggota Majelis Dzikir untuk menghindarkan fitnah, melainkan harus terus mampu menebar


(1)

: Agusrianto

PANITIA PENYELANGGARA PELANTIKAN PENGURUS YMD SBY NURUSSALAM DAN HIMMAH NURUSSALAM

PROVINSI SUMATERA BARAT

H. Ali Umar Ganti A.D. Erizal K e t u a Sekretaris

PENGURUS WILAYAH YAYASAN MAJELIS DZIKIR SBY NURUSSALAM

PROVINSI SUMATERA BARAT

P E M B I N A K E T U A

H. DUSKI SAMAD TUANKU MUDO H. YOHANNES DAHLAN


(2)

ANGGARAN BIAYA PELANTIKAN PENGURUS YMD-SBY NURUSSALAM, HIMMAH NURUSSALAM PROVINSI SUMATERA BARAT DAN PERESMIAN KANTOR

SEKRETARIAT SERTA DZIKIR BERSAMA PENGURUS KABUPATEN/KOTA

PADA TANGGAL 24 JANUARI 2009

1.Kesekretariatan Rp. 2.500.000,-

Jumlah Rp 2.500.000,- 2. Humas/Publikasi dan Dokumetasi

a. Spanduk 3 buah @ Rp 200.000,- Rp. 600.000,- b. Wartawan Koran harian 4 org @ Rp 100.000,- Rp. 400.000,- c. RRI 1 Orang @ RP 250.000,- Rp. 250.000,- d. Dua org wartawan telivisi @ Rp 250.000,- Rp. 500.000,- e. Beli film/ cuci cetak foto Rp. 350.000,- f. Honor MC 1 org Rp. 300.000,- Jumlah Rp. 2.400.00,- 3. Konsumsi dan Kudapan

a. Konsumsi Kabupaten / Kota 60 org @ Rp 15.000 x 3

kali makan Rp. 2.700.000,- b. Konsumsi Panitia 20 org @ Rp 15.000 x 6 kali


(3)

c. Konsumsi 4 org pengurus pusat @ Rp 50.000,- x 3 kali

Rp. 600.000 ,-

d. Kudapan pada hari pelantikan 215 kue kotak @ Rp

Rp. 1.290.000,- e. Kudapan Dzikir Bersama 150 kue kotak @ Rp 6.000,-

Rp. 900.000,-

Jumlah Rp. 7.290.000 ,-

4. Perlengkapan

a. Sewa Tenda Rp. 5.000.000,- b. Honor teknisi Rp. 200.000,- c. Baju koko laki-laki 500 stel x @ Rp 60.000,- Rp. 30.000.000,- d. Baju kurung perempuan 300 stel @ Rp 50.000,- Rp. 15.000.000,- e. Kopiah 500 bh x @ Rp 15.000,- Rp.

Rp 1.500.000,-

f. Jilbab 300 bh x @ Rp 20.000,- Rp. Rp 600.000,-

Jumlah Rp.


(4)

Rekapitulasi Anggaran Biaya Pelantikan Pengurus Yayasan MD SBY Nurussalam, HIMMAH Nurussalam Provinsi Sumatera Barat dan Peresmian Kantor Sekretariat YMD SBY Nurussalam serta Dzikir Bersama dengan Pengurus Kabupaten / Kota

1. Sekretariat Rp. 2.500.000,- 2. Humas Publikasi Dan Dokumentasi Rp. 2.450.000,- 3. Konsumsi Dan Kudapan Rp. 7.290.000,- 4. Perlengkapan RP. 63.700.000,- Jumlah RP. 75.840.000,-

Terbilang : ( Tujuh Puluh Lima Juta Delapan ratus Empat Puluh Ribu Rupiah )

Padang, 09 Desember 2008


(5)

Penulis dan Jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam Di Depan Masjid Baiturrahim, Setelah Dzikir Bersama, Tanggal 08 April 2011 Istana Negara, Jakarta

Pembagian Nasi Kotak Kepada Para Jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam Setelah Melaksanakan Dzikir Bersama Di Masjid Baiturrahim, Tanggal 08 April 2011 Istana Negara ,


(6)

Masjid Baiturrahim yang berada di Istana Negara

Tulisan yang ada di depan Masjid Baiturrahim Istana Negara

Jamaah kaum ibu yang sedang berjalan menuju Masjid Baiturrahim untuk berdzikir bersama dengan menggunakan pakaian berwarna putih dan memakai pin yang diberikan dari