THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ASYMMETRY INFORMATION TO BUDGETARY SLACK WITH JOB RELEVANT INFORMATION AS AN INTERVENING VARIABLE ON EDUCATIONAL INSTITUTIONS (Case Study at Public Universities Ehich Has BLU in Lampung Province) PENGARUH PARTISIPASI

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET PARTICIPATION AND ASYMMETRY INFORMATION TO BUDGETARY SLACK WITH JOB

RELEVANT INFORMATION AS AN INTERVENING VARIABLE ON EDUCATIONAL INSTITUTIONS

(Case Study at Public Universities Ehich Has BLU in Lampung Province) Oleh

Rosydalina Putri

The purpose of this study was to add the empirical evidence from previous studies about the effect between budgetary participation and asymmetry information to budgetary slack either directly or with job relevant information as mediating variable. Some inconsistency of the results of some previous research has become the motivation in this study.

This research was conducted at the institution state university which have been BLU in Lampung Province on May 9, 2014 until May 23, 2014. Of the 209 questionnaires distributed, 140 questionnaires are returned, the return rate (response rate) of 66.9%.

The results of this study is the effect of budgetary participation has both directly and through the mediating job relevant information to budgetary slack. However, it is known that the influence of both a stronger value if through job relevant information as mediating variables directly compared the effects of budgetary participation variables on budgetary slack. Second, there is no direct effect of asymmetry information to budgetary slack. However, the presence of job relevant information as intervening variables (mediating) then there is no direct relationship where asymmetry information significant effect on job relevant information which has a very significant influence to budgetary slack.

Keywords : budgetary participation, asymmetry information, job relevant information, budgetary slack.


(2)

ABTSRAK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN INFORMASI ASIMETRI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN JOB RELEVANT

INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA INSTITUSI PENDIDIKAN (Studi Kasus Pada Perguruan

Tinggi Negeri Berstatus BLU di Provinsi Lampung)

Oleh Rosydalina Putri

Tujuan penelitian ini adalah untuk menambahkan bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap senjangan anggaran baik secara langsung maupun dengan job relevant information sebagai variable pemediasi. Adanya ketidak konsistenan dari hasil beberapa penelitian terdahulu menjadi motivasi dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan pada institusi perguruan tinggi negeri berstatus BLU di Provinsi Lampung pada tanggal 9 Mei 2014 sampai tanggal 23 Mei 2014. Dari 209 kuesioner yang disebar terdapat 140 kuesioner yang kembali, dengan tingkat pengembalian (respon rate) sebesar 66,9%.

Hasil dari penelitian ini adalah partisipasi anggaran memiliki pengaruh baik secara langsung maupun melalui job relevant information sebagai pemediasi terhadap senjangan anggaran. Namun dari keduanya diketahui bahwa pengaruh lebih kuat nilainya apabila melalui job relevant information sebagai variabel pemediasi dibandingkan pengaruh secara langsung dari variabel partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Kedua, tidak terdapat pengaruh secara langsung dari informasi asimetri terhadap senjangan anggaran. Akan tetapi dengan adanya job relevant information sebagai variable intervening (pemediasi) maka ada hubungan secara tidak langsung dimana informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap job relevant information yang memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap senjangan anggaran.

Kata Kunci : partisipasi anggaran, informasi asimetri, job relevant information, senjangan anggaran.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Oktober 1987 dari pasangan Dr. H. Bujang Rahman, M.Si dan Dra. Hj. Diana Dewi. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Kartika Chandra Kirana 2 Bandar Lampung, pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi negeri di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jurusan Akuntansi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis merupakan dosen di Perguruan Tinggi Teknokrat Bandar Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang.


(8)

“Fainnama’al usri yusro. Innama’al usri yusro”

Sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan. Bersama dengan kesulitan ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyirah :6-7)

Kesuksesan adalah saat ketika kita bisa memberikan manfaat bagi sesama dan mampu membuat orang disekitar kita merasa hidup.


(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini..

Tesis dengan judul ”Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Senjangan Anggaran melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening pada Institusi Pendidikan (studi kasus pada Institusi Pendidikan Tinggi Negeri yang Berstatus BLU di Provinsi Lampung)adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Akuntansi pada Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D.,Akt selaku Ketua Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Lampung sekaligus Penguji Utama yang telah memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis. 3. Bapak Yuliansyah, Ph.D.,Akt selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

begitu banyak memberikan inspirasi, nasehat, dukungan, saran, motivasi dan waktunya selama penyusunan tesis.

4. Bapak Sudrajat, M.Acc.,Akt, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan tesis. 5. Ibu Fajar Gustiawati Dewi, S.E, M.Si,. Akt selaku pembahas 2 atas

dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis berada di Pascasarjana Ilmu Akuntansi


(10)

sayang dan selalu memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil serta senantiasa mendoakanku dalam setiap zikir dan sujudnya.

8. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, doa dan motivasi dalam penyelesaian studi penulis.

9. Seluruh Pimpinan, dosen, dan staff di Universitas Lampung, Institusi Agama Islam Negeri Lampung dan Politeknik Kesehatan Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan proses pengumpulan data.

10. Rekan-rekan di PIA angkatan 2011. Terimakasih atas kebersamaannya. 11. Pmpinan dan rekan-rekan di Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung.

12. Seluruh staff Pascasarjana Ilmu Akuntansi yang ikut membantu kelancaran perkuliahan.

13. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Ekonomi Pembangunan dan Manajemen.

14. Terimakasih untuk orang-orang yang sudah terlibat selama proses penyusunan karya ilmiah. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian dan senantiasa melimpahkan keberkahannya kepada kita semua.

Semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan rahmat, hidayah dan ridho-Nya kepada kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2013 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Anggaran ... 11

2.1.1 Pengertian Anggaran ... 11

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Anggaran ... 11

2.1.3 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik ... 14

2.1.4 Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 15

2.2 Pendekatan Teori ... 17

2.2.1 Pendekatan Agency Theory ... 17

2.3 Variabel Penelitian ... 17

2.3.1 AnggaranPartisipatif ... 17

2.3.2 Informasi Asimetri ... 22

2.3.4 Job Relevant Information ... 24

2.3.5 Senjangan Anggaran ... 26

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 28

2.5 Kerangka Pikir ... 32


(12)

2.6.2. Partisipasi Anggaran dan Job Relevant Information ... 35

2.6.3. Informasi Asimetri dan Job Relevant Information ... 36

2.6.4. Job Relevant Information dan Senjangan Anggaran... 38

2.6.5. Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran ... 39

2.6.6. Informasi Asimetri dan Senjangan Anggaran ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Desain Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.5.1 Partisipasi Anggaran ... 48

3.5.2 Informasi Asimetri ... 48

3.5.3 Job Relevant Information ... 49

3.5.4 Senjangan Anggaran ... 49

3.6 Instrumen Penelitian... 50

3.6.1. Uji Validitas ... 50

3.6.2. Uji Reliabilitas ... 50

3.7 Metode Analisis Data ... 51

3.7.1. Pengujian Hipotesis ... 51

3.7.2. Persyaratan Analisi Jalur ... 52

3.7.3. Langkah-langkah Analisi Jalur ... 53

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Gambaran Umum ... 54

4.2. Analisi Deskriptif Data ... 56

4.3. Analisis Data ... 57

4.4. Evaluasi Measurement (Outer Model) ... 60

4.4.1. Uji Validitas ... 60


(13)

4.6.1. Hipotesis Pertama (Hubungan Partisipasi Anggaran dengan

Informasi Asimetri ... 67

4.6.2. Hipotesis Kedua (Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Job Relevant Information) ... 68

4.6.3. Hipotesis Ketiga (Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Job Relevant Information) ... 69

4.6.4. Hipotesis Keempat (Pengaruh Job Relevant Information Terhadap Senjangan Anggaran) ... 70

4.6.5. Hipotesis Kelima (Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran) ... 71

4.6.6. Hipotesis Keenam (Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Senjangan Anggaran) ... 72

4.7. Analisis Jalur (Path) ... 73

V. KESIMPULAN, KELEMAHAN DAN SARAN ... 77

5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Kelemahan Penelitian... 79

5.3. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 3.1 Jumlah Responden Penelitian ... 44

Tabel 4.1 Data Klasifikasi Responden ... 55

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data ... 56

Tabel 4.3 Result Of Outer Loading ... 61

Tabel 4.4 Result For Cross Loading ... 62

Tabel 4.5 Average Variance Extracted (AVE) ... 64

Tabel 4.6 Composite Reliability ... 64

Tabel 4.7 Cronbach’s Alfa ... 65

Tabel 4.8. Communality dan Redundancy ... 66

Tabel 4.9 R-Square... 66

Tabel 4.10 Uji Hipotesis ... 67


(15)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 32

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Hubungan Antara Partisi Anggaran dengan Informasi Asimetri dan Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri dengan Job Relevant Information. ... 33

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Baik Secara Langsung Maupun Melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening. ... 33

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Senjangan Anggaran Baik Secara Langsung Maupun Melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening. ... 34

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Paradigma Penelitian... 58

Gambar 4.2 Model Persamaan Dua Jalur Dengan Variabel Latent ... 59

Gambar 4.3 Nilai Loading Factor ... 62


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 2. Output Pengolahan Data dengan SmartPLS Versi 2


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi, anggaran merupakan alat manajemen yang sangat penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen,

mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikan aktivitas (Harefa, 2008). Selain itu, anggaran juga berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien. Anggaran sebagai alat perencanaan mempunyai peranan dalam hal merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu pusat pertanggungjawaban yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan sebagai alat pengendalian, anggaran berperan dalam hal penilaian kinerja manajer dengan melihat sejauh mana manajer dapat mencapai target yang sudah ditetapkan dalam anggaran.

Banyak organisasi yang melakukan proses penyusunan anggaran dengan sistem top-down, artinya atasan yang menentukan anggaran yang akan dijalankan kedepannya dan bawahan hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan dalam anggaran. Hal ini mengakibatkan tidak efektifnya kinerja bawahan. Sistem penyusunan anggaran top-down memberikan dampak


(18)

dimana kesenjangan terjadi antara divisi-divisi yang ada dalam organisasi dan pemerintahan atau antara bawahan dengan atasan. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka kemudian munculah sistem penganggaran yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer atau bawahan yaitu penganggaran pastisipasi (participatory budgeting).

Anggaran partisipatif adalah sebuah proses yang menggambarkan dimana individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran, dan perlunya penghargaan atas

pencapaian anggaran tersebut (Brownell, 1982). Semakin tinggi keterlibatan individu dalam hal ini manajer tingkat bawah maka semakin tinggi pula rasa tanggung jawab mereka untuk melaksanakan keputusan yang dihasilkan bersama tersebut. Namun, keterlibatan manajer tingkat bawah dalam penyusunan anggaran terkadang menimbulkan masalah lain yaitu kesenjangan anggaran atau yang lebih dikenal dengan budgetary slack. Budgetary slack adalah perbedaan/selisih antara sumber daya yang

sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran (Anggraeni, 2008). Ketidaksesuaian antara penggunaan dana yang lebih besar dari anggaran dana yang telah direncanakan sebelumnya bisa terjadi, hal ini disebut budget slack (Dunk, 1993).

Salah satu alasan diterapkannya anggaran partisipatif yaitu karena adanya informasi asimetri yaitu perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa alasan di antaranya yaitu


(19)

karena penetapan anggaran tidak dapat dilakukan seoptimal mungkin ketika manajemen tingkat bawah memiliki informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior atau manajemen tingkat atas.

Oleh karena itu, diterapkanlah sistem anggaran partisipatif agar informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Namun, perbedaan informasi antara bawahan dan atasan menjadi faktor utama terjadinya budgetary slack, faktor lain yang juga mempunyai pengaruh yaitu penekanan anggaran dan penilaian kinerja. Penerapan anggaran partisipatif diharapkan dapat mengurangi perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan karena dalam anggaran partisipatif, informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Namun, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya senjangan anggaran jika

bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan (Falikhatun, 2007).

Beberapa peneliti menemukan bahwa senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetri. Informasi asimetri adalah kondisi dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasan. Penelitian tentang hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack telah banyak dilakukan dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda.

Falikhatun (2007) mengatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan terhadap budgetary slack. Penelitian terhadap pengaruh partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran (budgetary slack) juga


(20)

dilakukan oleh Hafsah (2005) yang mengatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Antle dan Eppen (1985) dan Lukka (1988) berpendapat bahwa semakin tinggi partisipasi, maka semakin tinggi kecenderungan menciptakan senjangan (slack). Sedangkan, Camman (1976), Merchant (1985) dan Onsi (1973) mengatakan bahwa partisipasi dapat mempengaruhi penurunan dalam slack yang ditandai dengan adanya komunikasi yang positif antara para manajer sehingga bawahan tidak menciptakan budgetary slack.

Penelitian mengenai pengaruh informasi asimetri terhadap senjangan anggaran (budgetary slack) juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Falikhatun (2007) menyatakan bahwa informasi asimetri berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap hubungan antara partisipasi dan senjangan

anggaran. Penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supanto (2010) yang meneliti hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack yang dipengaruhi oleh informasi asimetri, motivasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderasi, namun dalam penelitian ini variabel budaya organisasi dan motivasi tidak dimasukkan sebagai variabel moderasi karena penelitian Supanto menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack.

Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dengan senjangan anggaran telah banyak dilakukan pada sektor swasta dan publik. Dalam organisasi sektor publik mulai menerapkan sistem


(21)

penganggaran yang dapat menanggulangi masalah senjangan anggaran, yakni partisipasi anggaran ( participation budgeting). Pelaksana anggaran

dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut sub bagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara pemegang kuasa anggaran dan pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut (Dwi K.S dan Agustina 2010).

Partisipasi anggaran dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisiasi (Murray, 1990). Utomo (2006) mengemukakan bila partisipasi anggaran tidak dilaksanakan dengan baik dapat mendorong pelaksana anggaran melakukan kesenjangan anggaran (budget slack). Hal ini mempunyai implikasi negatif seperti kesalahan alokasi sumber daya bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit pertanggungjawaban mereka (Dunk dan Nouri, 1998). Fisher, Frederickson dan Peffer (2002) menemukan bahwa kesenjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi

asimetris (asimetry information). Hal ini sejalan dengan Utomo (2006) dimana informasi asimetris mendorong pelaksana anggaran membuat kesenjangan anggaran (budget slack) sehingga dapat dideteksi lebih awal.

Kren (1992) mengidentifikasi informasi utama dalam organisasi yaitu job relevant information (JRI), yakni informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Pelaksana anggaran

(subordinate) dalam pengambilan keputusan atau tindakannya ditentukan oleh JRI dalam menyusun dan melaksanakan tugas kegiatan yang


(22)

oleh superior (pemberi dana). Karena itu tinggi rendahnya JRI ini

mempengaruhi tinggi rendahnya senjangan anggaran atau budget slack yang terjadi. Dengan semakin tingginya job relevant information akan

meminimalisir senjangan anggaran atau selisih nilai rupiah dana akan tidak ada atau minimal akibat ketidaksesuaian yang terjadi antara dana yang akan digunakan oleh pelaksana anggaran dan cadangan dana yang diberikan (Dwi dan Agustina, 2010).

Salah satu dari institusi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat adalah institusi pendidikan tinggi / perguruan tinggi negeri. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang telah mapan, sedikit demi sedikit berusaha melepaskan diri dari ketergantungannya kepada pemerintah. Oleh karena itu, keluarlah peraturan pemerintah seperti Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Hukum Pendidikan Milik Negara (BHPMN), dan Badan Layanan Umum (BLU). Keluarnya peraturan-peraturan ini disambut baik oleh beberapa Perguruan Tinggi Negeri yang mapan tersebut, sebagai langkah awal untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri yang mandiri, pemerintah memberlakukan beberapa organisasi Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Layanan Umum hingga mendorong Perguruan Tinggi Negeri untuk melakukan pembangunan sistem informasi akuntansi baru.

Beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah mentapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2005 yang telah diperbarui dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


(23)

Umum, secara rinci mengatur tujuan, asas, persyaratan, penetapan,

pencabutan, standar layanan, tarif layanan, pengelolaan keuangan dan tata kelola BLU. Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 Pasal 1 adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke kas negara.

Saat ini telah banyak perguruan tinggi yang telah berstatus BLU. Namun, apakah dengan kewenangan tersebut, pejabat terkait pengelolaan anggaran mampu mengelola kas organisasi dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan anggaran diantaranya dengan diterapkannya sistem anggaran yang melibatkan manajemen tingkat bawah dalam penyusunan anggaran dengan diharapkan mampu memperkecil adanya informasi asimetri serta meningkatkan informasi kerja yang relevan bagi semua pengambil keputusan, sehingga diharapkan senjangan anggaran yang terjadi akan semakin kecil.

Dalam penelitian ini, job relevant information yang terjadi berupa pertukaran informasi yang efektif dari manajemen bawah, manajemen menengah hingga manajemen puncak berupa informasi anggaran yang dibutuhkan oleh manajemen bawah dan menengah yang akan disesuaikan dengan kondisi atau


(24)

ketersediaan dana yang ada. Sehingga diharapkan dengan adanya job relevant information ini masing-masing manjemen memiliki kemampuan untuk menerima informasi yang ada sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat. Contoh job relevant information dalam sample penelitian ini adalah TOR (Term Of Reference)

Berdasarkan uraian di atas di mana penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berkaitan dengan terjadinya senjangan anggaran yang disebabkan oleh partisipasi anggaran dan informasi asimetri serta job relevant information dengan menggunakan metode penelitian dan sampel yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yaitu institusi pendidikan tinggi negeri di Provinsi Lampung yang telah berstatus BLU, dengan harapan penelitian ini bisa menjadi salah satu pertimbangan untuk menyimpulkan hasil penelitian yang berbeda-beda sebelumnya. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Senjangan Anggaran melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening pada Institusi Pendidikan (studi kasus pada Institusi Pendidikan Tinggi Negeri yang Berstatus BLU di Provinsi Lampung)”.

1.2. Rumusan Masalah


(25)

1. Apakah partisipasi anggaran dan informasi asimetri memiliki pengaruh secara langsung terhadap Job Relevant Information?

2. Apakah partisipasi anggaran dan informasi asimetri memili pengaruh secara langsung terhadap senjangan anggaran?

3. Apakah partisipasi anggaran dan informasi asimetri memiliki pengaruh terhadap senjangan anggaran yang dimediasi oleh Job Relevant

Information?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan tambahan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap senjangan anggaran baik secara langsung maupun yang dimediasi oleh job relevant information.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran dan penjelasan mengenai hubungan atau pengaruh dari adanya partisipasi anggaran dan informasi asimetri dan job relevant information terhadap kemungkinan terjadinya senjangan anggaran sebagai sebuah sumbangan pemikiran bagi para akademisi maupun praktisi.


(26)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai senjangan anggaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga pihak-pihak manajemen yang terlibat dalam penyusunan anggaran di Institusi Pendidikan Tinggi Negeri berstatus BLU di Provinsi Lampung dapat mengantisipasi dan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.

3. Dapat menjadi sebuah referensi bagi penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan partisipasi anggaran, asimetri informasi, job relevant information dan dampaknya terhadap senjangan anggaran untuk dapat dikembangkan dengan variabel dan sampel yang lebih luas.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Anggaran

2.1.1 Pengertian Anggaran

Anggaran adalah rencana kerja mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, Selain itu anggaran juga dapat dinyatakan dalam satuan unit barang/jasa. Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2000) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu.

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Anggaran

Fungsi utama anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2002:63-66), yaitu:


(28)

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan hasil apa yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination andcommunication tool).

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan, sehingga mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool).

Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran.

4. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool).

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam pencapaian target dantujuan organisasi yang telah ditetapkan.

5. Anggaran merupakan alat politik (political fiscal).

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen


(29)

eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingan keluarga.

6. Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal (fiscal tool).

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menyetabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi karena melalui anggaran tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.

7. Anggaran merupakan alat penilaian kinerja (performance measurement tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Sebagai alat penilai kinerja manajemen, anggaran berfungsi sebagai alat pengendali perencanaan.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPRD. Masyarakat, LSM, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang

terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.


(30)

Manfaat proses penganggaran menurut Garrison dan Noreen (2000 : 343) sebagai berikut:

1. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen melalui organisasi.

2. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan merencanakan masa depan.

3. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumber daya pada berbagai bagian dari organisasi agar dapat digunakan seefektif mungkin.

4. Proses penganggaran dapat mengungkap adanya masalah potensial sebelum terjadinya.

5. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan cara mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian.

6. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat berlaku bagi benchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu berikutnya.

2.1.3 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Hendri (2008) anggaran sektor publik dapat dibagi menjadi dua yaitu:


(31)

1. Anggaran Operasional

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan berbagai kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam pengeluaran operasional adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya dirasakan selama satu tahun anggaran dan sifatnya tidak menambah aset atau kekayaan pemerintah.

2. Anggaran Modal

Anggaran modal merupakan anggaran yang sifatnya jangka panjang. Anggaran ini biasanya digunakan untuk pembelian atas aktiva berupa gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran yang manfaatnya dirasakan lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah.

2.1.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2004) prinsip-prinsip anggaran sektor publik antara lain:

1. Otorisasi oleh legislatif

Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif membelanjakan anggaran tersebut.


(32)

2. Komprehensif

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Oleh karena itu, adanya dana non anggaran pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3. Keutuhan anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund)

4. Nondiscretionary appropiation

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus dimanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif

5. Periodik

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang dapat digunakan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate


(33)

7. Jelas, yaitu anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan

8. Diketahui publik dan anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.2 Pendekatan Teori

2.2.1 Pendekatan Agency Theory

Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Sinkey, 1992:78).

Dalam penelitian ini, pendekatan agency akan diadopsi untuk

mengevaluasi job relevant information dengan partisipasi anggaran dan asimetri informasi untuk mengetahui ada tidaknya senjangan anggaran di dalam penyusunan anggaran. Rektor atau Direktur dan Pembantu Rektor atau Pembantu Direktur dan Dekan beserta Pembantu Dekan Universitas Lampung selaku pejabat yang terlibat dalam penyusunan anggaran dapat mendorong Kepala Unit, Kepala Bagian, Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi di lingkungan di Institusi pendidikan yang menjadi sampel dalam penelitian ini untuk memberikan informasi yang


(34)

dimilikinya sehingga tercipta adanya informasi yang relevan yang akan berpengaruh dalam penyusunan anggaran yang lebih akurat.

2.3.Variabel Penelitian

2.3.1. Anggaran Partisipatif

Menurut Garrison dan Noreen (2000 : 346) anggaran partisipatif atau self impose budget adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan dalam pembuatan estimasi anggaran. Sedangkan menurut Kenis (1979) partisiasi anggaran adalah proses keikut sertaan manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun anggaran.

Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer di bawahnya akan meningkat. Hal ini didasarkan pada

pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975); (Darlis, 2002). Anggaran partisipatif merupakan suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer tingkat bawah dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawab mereka. Anggaran partisipatif memiliki arti penting dalam pengelolaan perusahaan salah satunya yaitu dapat meningkatkan rasa kesatuan dengan para manajer yang pada akhirnya akan meningkatkan kerjasama dalam mencapai tujuan perusahaan.


(35)

Menurut Muhammad (2001) salah satu arti penting anggaran partisipatif yaitu dapat meningkatkan perasaan menjadi satu kesatuan dalam

kelompok (sense of group cohesiveness) yang pada akhirnya dapat meningkatkan kerjasama di antara anggota kelompok.

Partisipasi dalam penganggaran memberikan banyak dampak positif dalam sebuah organisasi diantaranya :

1. Meningkatkan kebersamaan manajemen dalam hal pencapaian tujuan anggaran karena anggaran yang ada merupakan anggaran yang ditetapkan bersama.

2. Meningkatkan kinerja karena merasa bertanggungjawab dalam pencapaian rencana anggaran yang telah disusun bersama.

3. Menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang dihadapi yang diperoleh dari bawahan.

4. Mengurangi tekanan terhadap bawahan, karena tujuan yang

ditetapkan merupakan tujuan yang relevan dengan kemampuannya.

5. Meningkatkan komunikasi yang positif antara bawahan dengan atasan.

Anggaran partisipatif Menurut Garrison dan Noreen (2000 : 347) mempunyai keunggulan diantaranya:


(36)

1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

2. Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran. Dengan demikian, estimasi anggaran yang dibuat oleh orang semacam itu cenderung lebih akurat dan andal.

3. Orang lebih cenderung berusaha untuk mencapai anggaran yang melibatkan orang tersebut dalam penyusunannya. Sebaliknya, orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang dibuat dan

diberikan oleh atasan tanpa melibatkan dirinya.

4. Suatu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendali sendiri yang unik, sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain jika anggaran dibuat dari atas, maka mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realisitis untuk diterapkan dan dicapai.

Selain itu anggaran partisipatif dapat mengurangi tekanan dan kegelisahan para bawahan, karena mereka dapat mengetahui suatu tujuan yang relevan, dapat diterima dan dapat dicapai. Artinya dengan adanya anggaran partisipatif keselarasan tujuan setiap pusat


(37)

Salah satu kelemahan anggaran partisipatif yaitu timbulnya senjangan anggaran (Fitri, 2007). Menurut Becker dan Green (1962) anggaran partisipatif dapat merusak motivasi bawahan dan menurunkan usaha pencapaian tujuan organisasi jika terdapat kecacatan dalam goal setting. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam penyusunan anggaran dan keputusan-keputusan apa saja yang memerluakan partisipasi. Kelemahan yang lain yaitu dapat menciptakan partisipasi semu yaitu karyawan atau manajer bawah seakan-akan berpartisipasi tapi kenyataannya tidak, karyawan atau manajer bawah biasanya hanya dikumpulkan dan diminta

menandatangani anggaran yang telah disusun. Hal ini dapat menurunkan motivasi dan semangat kerja manajer bawah.

Anggaran yang telah disusun secara partisipatif perlu direview oleh manajer level yang lebih tinggi, hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi anggaran yang mengandung kelonggaran anggaran (budgetary slack) oleh manajer level lebih rendah. Jika anggaran yang telah

disusun dianggap memerlukan perubahan, maka perubahan tersebut harus didiskusikan dan dimodifikasi berdasarkan kesepakatan bersama.

Pada penganggaran partisipasi, semua tingkatan organisasi harus

dilibatkan dalam penyusunan anggaran karena manajer puncak biasanya kurang mengetahui kegiatan sehari-hari pada tingkatan bawah sehingga informasi dari bawahan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran. Namun, manajer puncak mempunyai perspektif atau pandangan yang


(38)

lebih luas atas perusahaan secara keseluruhan yang sangat vital terhadap pembuatan kebijakan anggaran secara umum.

Arah aliran data anggaran dalam suatu sistem partisipatif berawal dari level tanggung jawab yang lebih rendah kepada level tanggung jawab yang lebih tinggi. Setiap orang yang mempunyai tanggungjawab atas pengendalian biaya harus menyusun estimasi anggarannya sendiri dan kemudian menyerahkannya kepada level manajemen yang lebih tinggi. Estimasi tersebut kemudian direview dan dikonsolidasikan dalam gerakannya ke arah level manajemen yang lebih tinggi.

2.3.2 Informasi Asimetri

Menurut Dunk (1993) Information asymmetry exists only when subordinates information exceeds that of their superiors. Artinya informasi asimetri terjadi ketika bawahan memliki informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau pusat

pertanggungjawaban bawahan.

Informasi asimetri timbul dalam teori keagenan (agency theory) yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Dalam teori keagenan salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal membuat suatu kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan harapan bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan prinsipal. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak


(39)

informasi tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai.

Manajamen tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik dalam hal waktu dan kondisi yang ada pada saat itu. Para manajemen tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang sebenarnya mengenai aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan (Abdul, 2008). Jika atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan maka atasan akan lebih mudah membuat keputusan. Informasi asimetri yaitu kondisi di mana atasan (principal) tidak memiliki cukup informasi dibanding dengan bawahan (agent) atau sebaliknya. Bila atasan atau manajemen puncak memiliki lebih banyak informasi dibanding bawahan atau manajer pusat pertanggungjawaban (MPP), maka akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan/MPP tentang pencapaian target anggaran yang kemungkinan sangat sulit dicapai oleh MPP. Bila bawahan/MPP memiliki lebih banyak informasi dibanding manajemen puncak/atasan maka bawahan/MPP cenderung membuat target yang lebih rendah dari target tertinggi yang bisa dicapai. Perbedaan informasi inilah yang disebut sebagai informasi asimetri. Shields dan Young (1993) mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan terjadinya informasi asimetri, yaitu:

- perusahaan yang sangat besar

- mempunyai penyebaran secara geografis


(40)

- membutuhkan tekhnologi

Informasi yang akurat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajer di beberapa organisasi ternyata lebih banyak dimiliki oleh bawahan. Perbedaan informasi antara bawahan dengan atasan sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara melakukan anggaran partisipatif, tujuannya agar informasi yang dimiliki bawahan bisa dikomunikasikan dengan atasan sehingga dapat menghasilkan anggaran yang lebih realistis untuk organisasi. Tetapi, anggaran partisipatif juga dapat menimbulkan permasalahan lain yang disebut dengan senjangan anggaran.

2.3.4 Job Relevant Information

Kren (1992) menyatakan bahwa Job Relevant Information merupakan informasi yang dapat membantu atasan dalam memilih tindakan yang terbaik melalui upaya yang diinformasi yang (informed effort) secara lebih baik, dimana Job Relevant Information meliputi:

1. Informasi internal dan eksternal yang diperoleh membantu dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan.

2. Job relevant Information mendorong untuk lebih bersemangat mengerjakan tugas-tugas pekerjaan.

3. Pemahaman, ketersediaan informasi serta kemampuan dalam mengakses informasi yang strategik.


(41)

Dalam penelitian ini ketiga Institusi yang menjadi sampel penelitian menerapkan metode kombinasi dalam penyusunan anggaran, yaitu gabungan dari metode top down dan bottom up. Top down merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan Sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program. Sementara bottom up merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun. Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran. Kombinasi dari keduanya diterapkan di Institusi tersebut dengan cara manajemen tingkat bawah membuat rancangan kebutuhan selama satu periode yang akan didiskusikan dengan manajemen menengah. Dari hasil diskusi tersebut manajemen menengah melakukan usulan kepada manajemen puncak dan manajemen puncak mengambil keputusan apakah anggaran yang diajukan tersebut mampu dipenuhi atau tidak.

Omposunggu dan Bawono (2006) menjelaskan job relevant information membantu bawahan atau pelaksana anggaran dalam meningkatkan pilihan tindakannya melalui informasi usaha yang berhasil dengan baik. Kondisi ini memberikan pemahaman yang lebih baik pada bawahan mengenai alternatif keputusan dan tindakan yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuan. Job relevant information dapat meningkatkan kinerja


(42)

karena memberikan prediksi yang lebih akurat mengenai kondisi lingkungan yang lebih efektif (Campbell dan Gingrich, 1986 dalam Kren, 1992).

2.3.5. Senjangan Anggaran

Menurut Young (1985) budgetary slack is the amount by which

subordinate understate his productive capability when given chance to select work standard against which his performance will be evaluated. Artinya ketika bawahan di beri kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya. Sedangkan, menurut Anthony dan Govindarajan, (2005:85) senjangan anggaran adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi.

Kesenjangan anggaran atau yang lebih dikenal dengan budgetary slack dilakukan oleh bawahan yaitu dengan menyajikan anggaran dengan tingkat kesulitan yang rendah agar mudah dicapai dan kesenjangan ini cenderung dilakukan oleh bawahan karena mengetahui bahwa kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang telah ditetapkan bersama. Menurut Dunk (1993) budgetary slack Is defined as the expressincorporation of budget amounts that make it easier to attain. Artinya bawahan lebih cenderung mengungkapkan atau menyusun anggaran yang mudah untuk dicapai.

Kesenjangan anggaran dapat dengan mudah terjadi jika informasi yang dimiliki bawahan/MPP (agent) lebih banyak daripada informasi yang


(43)

dimiliki atasan (principal) mengenai suatu pusat pertanggungjawaban. Kesenjangan anggaran biasanya dilakukan dengan menetapkan

pendapatan lebih rendah daripada estimasi terbaik yang bisa dicapai dan menetapkan biaya yang terlalu tinggi dari estimasi yang seharusnya bisa lebih rendah, sedangkan menurut Young (1985) senjangan anggaran adalah jumlah yang sengaja dibuat oleh manajer dengan melebihkan sumber yang diperlukan ke dalam anggaran atau sengaja merendahkan kemampuan produktivitas perusahaan.

Menurut Rahayu (1997) perilaku menyimpang dengan menciptakan kesenjangan anggaran disebabkan karena fokus utama anggaran adalah sumber daya (input) bukan pada keuntungan (output). Faktor yang mendorong seorang manajer (pimpinan) melakukan senjangan anggaran, yaitu:

Seringnya atasan atau manajamen tingkat atas mengubah atau memotong anggaran yang diusulkan. Biasanya seorang manajer menetapkan anggaran untuk divisinya dengan mempertimbangkan berbagai faktor baik dalam segi volume maupun keuntungan, tetapi setelah diajukan ke manajer puncak ternyata anggaran tersebut diubah tanpa mendiskusikan dengan bawahan. Oleh karena itu, para manajer mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan senjangan anggaran.

Selain itu ada empat kondisi penting yang dapat menyebabkan terjadinya senjangan anggaran yaitu:


(44)

1) Terdapat informasi asimetri antara manajemen tingkat bawah dengan atasan.

2) Kinerja manajer tidak pasti

3) Manajer mempunyai kepentingan pribadi

4) Konflik kepentingan antara manajemen tingkat bawah dengan atasan

2.4 Penelitian sebelumnya

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Tahun Penelitian

Peneliti Judul Hasil

1992 Leslie Kren Budgetary

Participation and Managerial

Performance ; The Impact of Information and Enviromental Volatility Partisipasi anggaran tidak berhubungan secara langsung dengan kinerja manajerian, tetapi melalui JRI, partisipasi anggaran berhubungan positif dengan JRI, sehingga dengan diperolehnya JRI kinerja ankan meningkat. 1993 Alan S. Dunk The Effect of

Budget Emphasis and Information Asymetry on the Relation Between Budgetary Participation and 1. Terdapat pengaruh positif antara partisipasi anggaran dan informasi asimetri, tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan.


(45)

Slack 2. Terdapat pengaruh positif antara partisipasi anggaran dan budget emphasis tetapi tidak signifikan. 3. Informasi asimetri berpengaruh positif terhadap budget emphasis dan signifikan. 4. terdapat pengaruh antara partisipasi angaran terhadap informasi asimestris melalu budget emphasis. 2008 Yogi Andrianto Analisis Pengaruh

Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Kepuasan Kerja, Job Relevant Information Sebagai Variabel Moderating

1. Keterlibatan manajer dan kepala bagian di rumah sakit swasta di wilayah kota Semarang dalam penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajerial. 2. Kepuasan kerja mampu bertindak sebagai variabel moderating terhadap pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. 3. Job relevant information mampu bertindak sebagai variabel moderating terhadap pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.


(46)

4. Job relevant information mampu bertindak sebagai variabel moderating terhadap pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. 2010 Christine Dwi KS dan Lidya Agustina Pengaruh Participation Budgeting, Information Asimetry dan Job Relevant Information terhadap Budget Slack di Universitas Kristen Maranatha.

1. Ada Pengaruh Partisipasi Anngaran dan Informasi Asimetris terhadap Budget Slack yang dimediasi oleh Job Relevant Information secara signifikan dengan tingkat signifikansi 0.029 dengan besarnya pengaruh 15%. 2. Besar koefiesien

pengaruh adalah negatif yaitu -0.021 artinya pengaruhnya negatif. Jadi semakin besar Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetris akan menyebabkan semakin kecil Budget Slack yang dimediasi dengan adanya Job Relevant Information 2011 Rida Fani Bulan Pengaruh

Partisipasi

1.Partisipasi Anggaran berpengaruh


(47)

Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Job Relevant Information serta Implikasinya Pada Senjangan Anggaran (studi pada pemerintah daerah kabupaten bireuen) terhadap Kejelasan Sasaran Anggaran sebesar 36,84%. 2. a. Partisipasi

Anggaran dan Kejelasan Sasaran anggaran secara simultan berpengaruh terhadap Job Relevant Information sebesar 65,6%. b. Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Job Relevant Information dan Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh dalam memediasi hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Job Relevant Information yaitu sebesar 7,37%. 3. a. Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Job Relevan Information secara simultan berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran sebesar 5,8%. b.Partisipasi Anggaran


(48)

berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh dalam memediasi hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran, yaitu sebesar 0,069%.

2.5. Kerangka pikir

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penulis mencoba menguraikan kerangka piker diatas menjadi tiga bagian yang akan membentuk hipotesis pada penelitian ini, sebagai berikut:

Partisipasi Anggaran

Informasi Asimetri

Job Relevant Information

Senjangan Anggaran


(49)

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Hubungan Antara Partisi Anggaran dengan Informasi Asimetri dan Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri dengan Job Relevant Information.

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Baik Secara Langsung Maupun Melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening.

Job Relevant Information

Senjangan Anggaran Partisipasi

Anggaran Partisipasi

Anggaran

Informasi Asimetri

Job Relevant Information


(50)

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Senjangan Anggaran Baik Secara Langsung Maupun Melalui Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening.

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1. Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri dan Job Relevant Information

Partisipasi anggaran yaitu tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perancangan anggaran (Milani,1975). Keterlibatan manajemen tingkat bawah dalam

penyusunan anggaran ini akan memperkecil informasi yang asimetri. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut Information Asimetry (Utomo, 2006). Dengan memiliki informasi yang sesuai antara bawahan dan atasan, maka bawahan dapat mencapai tujuan dari tugas-tugasnya dengan baik atau dengan kata lain job relevant

Informasi Asimetri

Job Relevant Information

Senjangan Anggaran


(51)

information dapat ditingkatkan. Dwi KS dan Agustina (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengaruhnya variabel Partisipasi Anggaran terhadap Job Relevant Information yang dimoderasi oleh Informasi Asimetris signifikan.

Berdasarkan hubungan tersebut, maka hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh positif antara hubungan partisipasi anggaran dan infromasi asimetri dalam memediasi job relevant information.

2.6.2. Partisipasi Anggaran dan Job Relevant Information

Kren (1992) mengungkapkan bahwa job relevant information memediasi hubungan positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja individu, dengan kata lain partisipasi anggaran ini juga mempunyai hubungan positif dengan job relevant information. Sementara Dwi Ks dan Agustina (2010) mengungkapkan bahwa partisipasi anggaran mengarahkan pada pendiskusian tugas dengan orang yang lebih ahli (biasanya pemegang kuasa anggaran/ atasan. Namun ketika tugasnya sederhana, pendekatan yang lebih efektif menjadi sangat jelas sehingga diskusi dengan atasan menjadi tidak terlalu penting karena bawahan dapat memutuskannya sendiri. Dalam penelitiannya, Andrianto (2008) menjelaskan partisipasi anggaran pada dasarnya merupakan perwujudan dari bentuk keterlibatan para manajer dalam penyusunan anggaran secara keseluruhan dan


(52)

diharapkan cepat meningkatkan kinerja manajerial. Keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran akan sangat

memungkinkan mereka untuk memberikan informasi yang diketahui. Dalam hal ini, bawahan mungkin saja mengungkapkan beberapa informasi pribadinya yang dapat dimasukkan dalam penetapan anggaran. Campbell dan Gingrich (1986) menemukan bahwa job relevant information berperan sebagai variabel

moderating terhadap pengaruh positif antara Partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. Hasil penelitian tersebut

didukung oleh Mock et all (1999) dengan menemukan hasil yang sama yaitu j o b r e l e v a n t i n f o r m a t i o n berperan sebagai variabel moderating terhadap pengaruh positif antara Partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.

Dari penjelasan-penjelasan beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah :

H2 : Partisipasi anggaran berpengaruh positf dalam menghasilkan Job relevant information.

2.6.3. Informasi Asimetri dan Job Relevant Information

Kren (1992) mengidentifikasi dua jenis informasi utama dalam organisasi yaitu decision influencing dan job relevant information, yakni informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Job relevant information meningkatkan


(53)

kinerja melalui pemberian perkiraan yang lebih akurat mengenai lingkungan sehingga dapat dipilih rangkaian tindakan efektif yang terbaik.

Kren (1992) dalam penelitiannya tentang Job relevant information memahami job relevant information sebagai informasi yang

memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Omposunggu dan Bawono (2006) menambahkan bahwa job relevant information membantu bawahan atau pelaksana anggaran dalam meningkatkan pilihan tindakannya melalui informasi usaha yang berhasil dengan baik. Kondisi ini memberikan pemahaman yang lebih baik pada bawahan mengenai alternatif keputusan dan tindakan yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuan.

Bila bawahan atau pelaksana anggaran diberi kesempatan untuk memberikan masukan berupa informasi yang dimilikinya kepada atasan sehingga atasan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas (Omposunggu dan Bawono, 2006). Hal ini dapat mengurangi terjadinya informasi asimetri.

Dari penjelasan diatas maka dalam penelitian ini dibuat hipotesis yang kedua, yaitu:

H3 : Informasi Asimetri memiliki pengaruh positif terhadap Job Relevan Information


(54)

3.6.4. Job Relevant Information dan Senjangan Anggaran

Ketidaksesuaian antara penggunaan dana yang lebih besar dari anggaran dana yang telah direncanakan sebelumnya bisa terjadi, hal ini disebut senjangan anggaran (budget slack) (Dunk, 1993). Dalam penelitiannya, Dwi Ks dan Agustina (2010) mengungkapkan bahwa institusi pendidikan tentunya menginginkan agar tidak terjadi budget slack, kalaupun sampai terjadi seminimal mungkin. Dengan tingginya budget slack akan mengakibatkan dua hal yaitu penambahan dana di luar rencana anggaran semula atau tetap sesuai dengan rencana anggaran dana yang ditetapkan tapi menurunkan kinerja pelaksana anggaran dana tersebut.

Kren (1992) mengidentifikasi informasi utama dalam organisasi adalah job relevant information (JRI), yaitu informasi yang

memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Pelaksana anggaran (subordinate) dalam mengambil keputusan atau tindakannya ditentukan oleh job relevant information untuk menyusun dan melaksanakan tugas kegiatan yang membutuhkan dana sesuai atau tidak dengan dana yang dicadangkan oleh superior (pemberi dana). Karena itu tinggi rendahnya job relevant information ini

mempengaruhi tinggi rendahnya senjangan anggaran yang terjadi. Dengan semakin tingginya job relevant information akan

meminimalisir senjangan anggaran . Dengan kata lain selisih nilai rupiah dana akan tidak ada atau minimal akibat ketidaksesuaian yang


(55)

terjadi antara dana yang akan digunakan oleh pelaksana anggaran dan cadangan dana yang diberikan.

Dari teori-teori yang telah diuraikan diatas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4: Job relevant information yang tinggi akan berpengaruh negaitif terhadap Senjangan Anggaran.

2.6.5. Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran

Partisipasi anggaran dapat menghasilkan peluang yang lebih besar pada bawahan untuk menciptakan senjangan anggaran (Dunk, 1993 ; Lukka, 1988 ; Young, 1985). Onsi (1973) menyatakan bahwa

penyebab terjadinya senjangan anggaran adalah akibat dari laporan anggaran yang bias karena adanya parisipasi dalam penyusunan anggaran.

Penelitian Yuwono (1999) dan Winaldy (2006) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Hal ini berarti semakin tinggi partisipasi anggaran dapat menghasilkan peluang yang lebih besar pada bawahan dalam menciptakan senjangan anggaran. Sedangkan penelitian Camman (1976), Dunk (1993), dan Onsi (1973) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.

Christina dan Maksum (2009) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran, ini


(56)

menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi, maka akan semakin tinggi juga senjangan anggaran. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2007) yang menunjukkan bahwa partisipasi anggaran yang tinggi dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan senjangan anggaran yang tinggi. Penelitian Bulan (2011) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa partisipasi

anggaran memiliki pengaruh positif terhadap senjangan anggaran.

Dari uraian penelitian sebelumnya diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 : Partisipasi Anggaran memiliki pengaruh positif terhadap senjangan anggaran.

2.6.6. Informasi Asimetri dan Senjangan Anggaran

Dunk (1993) meneliti pengaruh informasi asimetri dan budget emphasis terhadap hubungan antara partisipasti anggaran dan senjangan anggaran. Dalam hipotesisnya, Dunk (1993) menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara partisipasi anggaran, informasi asimetri dan penekanan anggaran yang berpengaruh terhadap senjangan anggaran. Sedangkan simpulan yang diperoleh dalam penelitiannya menyatakan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran tergantung pada informasi asimetri dan penekanan anggaran.


(57)

Remdeen et.al (2006) meneliti pengaruh partisipasi anggaran, budget emphasis dan informasi asimetri terhadap senjangan anggaran,

hasilnya terjadi hubungan negative diantara variable-variabel tersebut. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hipotesis yang dikemukakan dalam hipotesisnya yang menyatakan adanya hubungan positif antara patisipasi anggaran, penekanan anggaran dan informasi asimetri yang dapat mempengaruhi senjangan anggaran.yang diperoleh berdasarkan penelitian adalah sebaliknya, yaitu berbanding terbalik dengan

hipotesis yang dikemukakan.

Dari penelitian sebelumnya maka penulis membuat hipotesis selanjutnya yaitu :

H6 : Informasi Asimetri memiliki pengaruh positif terhadap senjangan anggaran.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang hanya bertujuan mendeskripsikan data hasil penelitian tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Penelitian ini dilakukan dengan studi korelasi yaitu penelitian untuk merancang serta menentukan tingkat hubungan antar variabel, dan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Sugiyono,2009 : 6). Tujuan penelitian ini merupakan verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu kondisi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data yang ada di tempat penelitian sehingga menggunakan pendekatan ex post facto dan


(59)

survey. Penelitian dengan pendekatan ex post facto merupakan penelitian yang meneliti peristiwa yang telah terjadi dengan merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis

(Sugiyono, 2009 : 7).

Pada penelitian ini pengaruh partisipasi anggaran dan informasi asimetri merupakan variabel bebas terhadap senjangan anggaran sebagai variabel terikat dan job relevant information sebagai variabel pemediasi.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bandar Lampung pada bulan Mei 2014. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai budgetary slack belum banyak dilakukan di sektor pendidikan dan belum ada yang mencoba menspesifikasikan pada institusi pendidikan tinggi negeri yang berstatus BLU, kebanyakan hanya melakukan penelitian di sektor publik (pemerintahan) dan swasta. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian di sektor publik yang bergerak di bidang pendidikan yaitu pada Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BLU di Provinsi Lampung yaitu Universitas Lampung, Institusi Agama Islam Negeri Lampung dan Politeknik Kesehatan Lampung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.


(60)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010 : 297). Populasi dalam penelitian ini adalah pimpinan dan pegawai yang ada di Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BLU di Provinsi Lampung.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2002). Sedangkan menurut Umar (2008) sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan teknik purposive. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu pegawai yang mempunyai jabatan structural dan terlibat dalam penyusunan anggaran, sehingga yang menjadi responden adalah pegawai yang mengerti dan terlibat dalam proses penyusunan anggaran pada wilayah tanggungjawabnya.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil berjumlah 210 yaitu terdiri seperti yang tergambar dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1. Jumlah Responden Penelitian

No. Jabatan Wilayah

Tanggung Jawab

Jumlah Responden 1.

Rektor atau Direktur, Pembantu Rektor II atau Pembantu Direktur

Universitas Lampung, IAIN, Poltekes

6


(61)

Bagian Keuangan IAIN, Poltekes 3. Kepala Unit Pelayanan

Teknis

UPT Perpustakaan, UPT Komputer, UPT

Pelayanan dan

Pembelajaran, UPT Pusat Penjaminan Mutu

Universitas, UPT Pusat Jasa Ketenagakerjaan dan Pusat Bahasa

(Universitas Lampung) 6

4. Kepala Unit Pelayanan Teknis

UPT Perpustakaan, UPT Pusat Teknologi dan Informasi, UPT Pusat

Mah’ad Al-Jami’ah, UPT

Pusat Pengembangan Bisnis (Institusi Agama Islam Negeri Lampung)

5

5. Kepala Unit Pelayanan Teknis

Unit Laboraturium Terpadu, Unit Klinik Terpadu, Unit

Perpustakaan, Unit Asrama, Unit IT, Bahasa dan Multimedia, Unit Humas dan Kemitraan, Unit Perencanaan dan Evaluasi dan Unit Usaha (Institusi Agama Islam Negeri Lampung)

8

6. Ketua dan Sekertaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Universitas Lampung, Institusi Agama Islam Negeri Lampung, Politeknik Kesehatan Negeri Lampung)

6

7. Ketua dan Sekertaris Lembaga Penjamin Mutu (Universitas Lampung, Institusi Agama Islam Negeri Lampung, Politeknik Kesehatan Negeri Lampung)

6

8. Direktur, Ketua dan Sekertaris Program

Pascasarjana Universitas Lampung Dan Institusi


(62)

Agama Islam Negeri Lampung

9. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

14

10. Dekan, PD II, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

4

11. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

27

12. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

12

13. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Teknik Universitas Lampung

19

14. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

17

15. Dekan, PD II, Ketua

Jurusan, Sekertaris Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan Universitas Lampung

17

16. Dekan, PD II, Kepala bagian keuangan dan bendahara

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

4

17. Dekan, PD II dan Kepala Bagian Keuangan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institusi


(63)

Agama Islam Negeri Lampung

18. Dekan, PD II dan Kepala Bagian Keuangan

Fakultas Syari’ah Institusi Agama Islam Negeri Lampung

3

19. Dekan, PD II dan Kepala Bagian Keuangan

Fakultas Ushuluddin Institusi Agama Islam Negeri Lampung

3

20. Dekan, PD II dan Kepala Bagian Keuangan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Institusi Agama Islam Negeri Lampung

3

22 Ketua dan Sekertaris Jurusan

Politeknik Kesehatan Negeri Lampung

16

Jumlah Responden 209

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh dari responden. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu opini atau pendapat subyek tentang pengaruh partisipasi anggaran dan informasi

asimetri terhadap job relevant information serta dampaknya terhadap senjangan anggaran. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari responden yaitu metode survey dengan menggunakan kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan partisipasi anggaran, informasi asimetri, job relevant information dan senjangan anggaran. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi satu per satu responden, kemudian mengecek apakah sesuai kriteria kemudian menanyakan kesediaannya dalam mengisi kuisioner. Prosedur ini penting untuk menjaga agar responden


(64)

mengisi kuisioner dengan sungguh-sungguh. Teknik skala pengukuran menggunakan skala pengukuran likert. Dengan skala likert maka jawaban setiap item isntrumen dinilai dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu dari skala 1 sampai skala 7.

3.5. Definisi operasional variabel

3.5.1. Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran adalah proses penyusunan anggaran yang melibatkan manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran dapat berupa keikutsertaan manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran, keterlibatan dalam memberikan pendapat, dan seringnya manajer puncak

menanyakan pendapat manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun anggaran. Untuk mengukur variabel partisipasi anggaran digunakan kuesioner yang merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Kren (1992) yang terdiri dari tiga item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-7.

3.5.2. Informasi asimetri

Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan tentang suatu pusat pertanggungjawaban. Informasi asimetri tersebut diantaranya yaitu pertama, manajer mengetahui lebih baik mengenai kegiatan pusat


(65)

pertanggungjawabannya dibanding dengan atasannya atau sebaliknya dan kedua,manajer mengetahui lebih baik apa yang bisa dicapai oleh pusat pertanggungjawabannya atau sebaliknya. Informasi asimetri dalam penelitian ini diukur menggunakan kuesioner yang merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Dunk (1993) dalam penelitiannya yang terdiri dari enam item pertanyaan yang diukur dengan

menggunakan skala likert 1-7

3.5.3. Job Relevan Information

Job relevant information adalah informasi yang dapat membantu manajer dalam memilih tindakan yang terbaik melalui upaya yang diinformasikan (informed effort) secara lebih baik, yang diukur dengan menggunakan instrumen O’Reilly yang dikembangkan oleh Kren (1992), terdiri dari tiga item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-7.

3.5.4. Senjangan Anggaran

Senjangan anggaran adalah perbedaan jumlah anggaran yang disusun manajer pusat pertanggungjawaban dengan estimasi terbaik perusahaan. Senjangan anggaran biasanya dilakukan dengan menetapkan

pendapatan lebih rendah daripada estimasi terbaik yang bisa dicapai dan menetapkan biaya yang terlalu tinggi dari estimasi yang seharusnya bisa lebih rendah atau menyatakan jumlah input terlalu tinggi dari yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Indikator adanya senjangan anggaran (budgetary slack) antara lain yaitu sulit atau


(66)

tidaknya target anggaran dicapai, pengeluaran yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban tidak dibatasi oleh anggaran, ada tidaknya tuntutan khusus dalam anggaran, dan target umum yang ditetapkan dalam

anggaran sulit untuk dicapai. Untuk mengukur variabel senjangan anggaran digunakan kuesioner yang merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Dunk (1993) yang terdiri dari enam item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-7.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang telah digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang sudah diuji validitas dan

reliabilitasnya, namun instrumen ini masih tetap harus diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan kembali.

3.6.1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur untuk mengukur indikator-indikator dari objek penelitian. Pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data yaitu SmartPLS. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mempunyai loading factor di atas 0,5 terhadap konstruk yang dituju.


(67)

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya artinya hasil pengukuran tersebut relatif konsisten jika dilakukan pengukuran berulang. Koefisien cronbach`s alpha yang lebih dari nilai r tabel disebut reliabel. Uji reliabilitas dengan menggunakan program smartPLS dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Hasil composite reliability akan menunjukkan nilai yang memuaskan jika di atas 0,7. Hal inimenunjukkan keandalan instrumen. Selain itu, cronbach`s alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.

3.7. Metoda Analisa Data

Kriteria pengujian menggunakan nilai significancy. Apabila menggunakan ukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditentukan

sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), maka kriterianya yaitu.

1. Terima Ho apabila nilai significancy > 0,05

2. Tolak Ho apabila nilai significancy < 0,05 (Sudarmanto, 2005 : 123)

3.7.1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan uji regresi linier dengan analisis jalur. Analisis jalur (Path Analysis)


(68)

merupakan suatu bentuk pengembangan analisis multi regresi. Dalam analisis ini digunakan diagram jalur untuk membantu konseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks. Dengan menggunakan diagram tersebut, kita dapat menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh-pengaruh tersebut tercermin dalam koefisien jalur.

Dengan kata lain, analisa jalur (path analysis) merupakan suatu bentuk pengembangan dari model regresi dan korelasi, yang digunakan untuk menguji kecocokan tentang matriks korelasi terhadap dua atau lebih model sebab-akibat yang diperbandingkan oleh peneliti. Pada umumnya model tersebut dilukiskan dalam bentuk lingkaran dan garis di mana anak panah tunggal menandai adanya hubungan sebab akibat

(Sugiyono, 2010).

3.7.2. Persyaratan Analisis Jalur

Analisis jalur mensyaratkan asumsi seperti yang biasanya digunakan dalam analisis regresi, khususnya sensitif terhadap model yang spesifik. Sebab, kesalahan dalam menentukan relevansi variabel menyebabkan adanya pengaruh yang substansial terhadap koefisien jalur. Koefisien jalur biasanya digunakan untuk mengukur seberapa penting perbedaan jalur yang langsung dan tidak langsung tersebut merupakan sebab-akibat terhadap variabel terikat. Penafsiran seperti itu harus dikerjakan dalam konteks perbandingan model alternatif.


(69)

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis jalur yaitu:

1. Hubungan antar-variabel adalah linier, artinya perubahan yang terjadi pada variable merupakan fungsi perubahan linier dari variabel lainnya yang bersifat kausal,

2. Variabel sisa (residu) tidak berkorelasi dengan variabel regresi lainnya, (antar variabel independen) dan

3. Variabel yang diukur berskala interval atau rasio.

3.7.3 Langkah-Langkah Melakukan Analisis Jalur

Secara singkat, langkah-langkah analisis jalur meliputi:

1. Merumuskan model hipotesis (diagram jalur) yang akan dianalisis,

2. Menentukan beberapa analisis regresi yang ada pada diagram tersebut; sebagai pedoman, jumlah analisis regresi yang harus dilakukan adalah jumlah dependent variable (endogen),

3. Melakukan analisis regresi linier (sederhana atau ganda) terhadap masing-masing variable dependen, digunakan metode enter,

4. Melihat nilai standardized Beta dan tingkat signifikannya untuk masing-masing analisis regresi yang telah dilakukan,

5. Memindahkan nilai-nilai standardized Beta (disertai tingkat signifikannya) tersebut ke dalam diagram jalur, dan


(70)

BAB V

KESIMPULAN, KELEMAHAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap senjangan anggaran baik secara langsung maupun dengan job relevant information sebagai variable pemediasi. Partisipasi anggaran diduga memiliki pengaruh langsung terhadap senjangan anggaran, Semakin tinggi keterlibatan partisipasi anggaran maka akan menurunkan tingkat senjangan anggaran. Variabel lain yang dianggap mempengaruhi senjangan anggaran adalah informasi asimetri dan job relevant information.

Terdapat enam hipotesis dari penelitian ini. Hasil dari penelitian ini didapat kesimpulan yaitu :

1. Partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap asimetri informasi.

2. Partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Job Relevant Information.

3. Informasi asimetri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Job Relevant Information.


(1)

79

5.2. KelemahanPenelitian

Penelitian ini memiliki banyak kelemahan dikarenakan adanya keterbatasan pada penulis. Kelemahan tersebut diantaranya adalah :

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya dilakukan pada Institusi Pendidikan Negeri yang berstatus BLU di Bandar Lampung. Sehingga hasil yang didapat mungkin akan menimbulkan perbedaan apabila dilakukan pada jenis organisasi yang berbeda seperti pada perusahaan dan juga organisasi sektor publik lainnya.

2. Metode pengumpulan data hanya menggunakan data kuesioner..

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili semua factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya senjangan anggaran.

5.3. Saran

Dikarenakan adanya keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga hasil yang didapatkan belum mewakili teori secara keseluruhan.Utnuk itu penulis menyarankan kepada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pasrtisipasi anggaran, informasi asimetri, job relevant information serta senjangan anggaran untuk dapat melakukan penelitian disektor lainnya sehingga dapat membandingkan hasil penelitian dengan sebelumnya. Selain itu pengembangan variabel juga perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi senjangan anggaran.


(2)

80

Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat melakukan teknik interview atau observasi sehingga data yang didapat dapat lebih menggambarkan keadaan sebenarnya pada populasi dan sampel yang diteliti.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Yogi. 2008. Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Kepuasan Kerja, Job Relevant Information sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Rumah Sakit Swasta di Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anggraeni, Rika Sari. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Information Asymetry,dan Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran (Studi Pada PT. Jasa

Raharja(Persero) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta

Anissarahma, dini. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetris, Budget Emphasis dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Slack Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Telkom Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan.2005.Sistem PengendalianManajemen.Jakarta:Salemba empat

Antle, R. and G. D. Eppen. 1985. Capital Rationing and Organizational Slack in Capital Budgeting. Management Science 31 (February). Pp.163-174.

Bastian, indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga.

Bulan, Fani Rida. 2011. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Job Relevant Information serta Implikasinya pada Senjangan Anggaran (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bireun). Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol. 4. No. 1. Januari 2011

Brownell, Peter. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review, October, 766-777.

Camman, C. 1976. Effect of The Use Control System. Accounting, Organizations and Society 8 (4). pp.307-321.

Chow, C. W., Cooper, J. C. dan Waller W.S. 1988. Participative Budgeting; Effect of a Truth-Inducing pay Scheme and Information Asymmetry on Slack and Performance, The Accounting Review.


(4)

Chong, Vincent K. Dan Chong, Kar Ming. Budget Goal Commitment and

Informational Effects of Budget Partisipation on Performance : A Structural Equation Modeling Approach.Behavioral Research in Accounting. Vol. 14: 66-86.

Cooper, D.R., & Schindler, P.S. 2006. Business Research Methods 9th edition. International edition. New York: Mc Graw Hill.

Departemen Dalam Negeri.2008. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Jakarta

Dwi KS, Christine, dan Agustina, Lidya. 2010. Pengaruh Participation Budgeting, Informasi Asimetry dan Job Relevant Information terhadap Budget Slack di Universitas Kristen Maranatha. Jurnal Akuntansi Vol.2 No.2 November 2010: 101-12.

Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and InformationAsymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. TheAccounting Review, p. 400-410.

Falikhatun, 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group

Cohensiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Se-Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar

Falikhatun, 2007. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas

Kelompok.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 6, no. 2. Surakarta Fitri, yulia. 2007. Senjangan Anggaran : Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi

Penganggaran dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 2 no. 3. Gorontalo 60 Fisher, Joseph; James R. Frederickson; Sean A. 2002. The Effect of Information

Asssymetry on Negotiated Budgets: An Empirical Invetigation, Accounting, Organizations and Society, Southern California.

Garrison, Ray H, dan Eric W. Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat

Gibson, James L. et al. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur & Proses. Edisi Terjemahan. Bina Aksara, Jakarta

Greenberg, et al. 1994. Participative Budgeting: A Meta-Analytic Examination of Methodological Moderators. Journal of Accounting Literature. Vol.13: Pg.117.


(5)

Hafsah. 2005. Pengaruh Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Terhadap

Hubungan Anggaran dengan Kesenjangan Anggaran. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan

Harefa, Kornelius.2008. Analisis Pengaruh Partisipasi Dalam Penysunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi sebagai Variabel Moderating pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan.Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Imam Ghozali dan Yusfaningrum, Kusnasriyanti. 2005. ”Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Tujuan Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) sebagai Variabel Intervening” (Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur di Indonesia), SNA VIII, Solo.

Indriantoro. N, (1993), The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Statisfaction with Locus of Control and Cultural Dimensions an Moderating Varables, University of Kentucky, Dissertation.

Jensen, MC and W. H Meckling, 1976, Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, 305-360 Kennis,I. 1979.” Effect of Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance”. The Accounting Review: 707-721.

Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono. 2006. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Job Relevant Information Terhadap Informasi Asimetris”.SNA IX. 23-26 Agustus. pp 1-27.

Kren, Leslie. 1992. Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of Information and Enviromental Volatility, The Accounting Review,

Milwaukee.

Lukka, K. 1988. “Budgetary biasing in organizations : Theoritical framework and

empirical evidence”. Accounting, Organization and Society 13 (30). pp.

551-573.

Mardiasmo, (2002), Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset: Yogyakarta.

Merchant, K.A. 1981. The Design of The Corporate Budgeting System: Influences on Managerial Behavior and Performance. The Accounting Review. Vol.4: Pg 813-829.


(6)

Mia. L.(1998), Managerial Attitude, Motivation and Effectiveness of Budget Participation,Accounting Organazation and Society, Vol.13.

Milani,K., (1975), “The Relationship of Participation in Budget-Setting on Industrial

Supervisor Performance and Attitudes: A Field Study”. The Accounting

Review. April.

Muhammad, Gamal. 2001. Pengaruh Interaksi Partisipasi Anggaran, informasi Asimetris dan Penekanan Anggaran terhadap Budget Slack (Studi Kasus Pada Samudra Indonesia Group). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Murray, D. 1990. The Performance Effect of Participative Budgeting: An Integration of Intervening and Moderating Variables. Behavioral Research of Accounting. Vol.2: Pg. 105-123

Nouri, H & Parker, R.J. 1996. The Effect of Organizational Commitment on Relation Between Budgetary Participation & Budgetary Slack. Behavioral Research In Accounting. Vol.8: 74 – 80.

Onsi, M. 1973. Factor Analysis Of Behavioral Variables Effecting Budgetary Slack. The Accounting Review 48 : 548-553.

Supanto. 2010. Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi sebagai Pemoderasi. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Umar, husein. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Rajawali Pers.

Utomo, Sigit Budhi. 2006. Pengaruh Partisipasi anggaran, Informasi Asimetris, dan Budget Emphasis terhadap Senjangan Anggaran Skripsi, FE UNSOED

Purwokerto

Webb, R. Alan. 2002. The Impact of Reputtation and Variance Investigations on the Creations of Budget Slack. Accounting, Organizations and Society. southern California.

Young, S.M. 1985. Participative Budgeting: The Effect of Risk Aversion and Assymetric Information on Budgetary Slack. Journal of Accounting Research, Vol. 23: 829-842.


Dokumen yang terkait

Pengaruh budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, dan job relevant information terhadap budgetary slack : studi empiris pada Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan.

2 20 181

CAPACITY BUILDING OF DOCUMENTATION AND INFORMATION MANAGEMENT OFFICER (PPID) INSTITUTION IN PROVINCE OF LAMPUNG TO CREATE OPEN PUBLIC INFORMATION ( STUDY CASE IN DISKOMINFO PROVINCE OF LAMPUNG) PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) KELEMBAGAAN PEJABAT

0 22 73

AMEN08. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS

0 0 27

The Effect of Budget Participation to Budgetary Slack With External Pressure as Moderating Variable | Rifqi | Journal of Accounting and Business Education 9757 13671 1 SM

0 0 24

Asymmetry Information and Effect Final

0 1 53

THE EFFECT OF JOB CONFLICT AND LEADERSHIP STYLE ON THE STAFF PERFORMANCE WITH JOB SATISFACTION AS THE INTERVENING VARIABLE

0 1 14

MODERASI GAYA KEPEMIMPINAN ATAS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK (The Influence of Budget Participation Toward Budgetary Slack with Serves as Moderating Variables by Leadership Style) Aristanti Widyaningsih )

0 0 18

ORGANIZATION COMMITMENT AND ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY MODERATING BUDGET PARTICIPATION ON BUDGETARY SLACK

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRIS, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA SKPD KABUPATEN KUDUS)

0 0 15

THE EFFECT OF PARTICIPATIVE BUDGETARY, ASSYMETRIC INFORMATION, PRESSURE-HANDLING, AND ORGANIZATIONAL COMMINTMENT ON THE BUDGETARY SLACK - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 18