MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV SDN 1 MADA JAYA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
PADA SISWA KELAS IV SDN 1 MADA JAYA
KECAMATAN KEDONDONG
KABUPATEN PESAWARAN

OLEH
MUALIMIN
Kondisi siswa di SDN 1 Mada Jaya sebagian besar memiliki latar belakang ekonomi
menengah kebawah, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran rendah.
Rendahnya hasil belajar IPS disebabkan guru masih banyak yang mengajar dengan
metode lama, sehingga peserta didik merasa bosan dengan model pembelajaran tersebut,
sehingga hasil belajar peserta didik berkurang. Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan maka identifikasi masalah adalah. (1) Guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah dan pemberian tugas dan jarang menggunakan metode diskusi dalam
pembelajaran IPS. (2) Prestasi belajar IPS banyak yang rendah atau belum mencapai
kriteria ketuntasan kelas. (3) Siswa sulit memahami materi yang dipelajari karena guru
jarang menerapkan metode baru dalam pembelajaran IPS.
Masalah Penelitan ini dapat dirumuskan “Bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS pada siswa Kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten

Pesawaran dengan menggunakan model pembelajaran Interaktif adalah dengan memberi
contoh berdasarkan benda nyata dan kemudian peserta didik bisa melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup yang bermasyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan
dua siklus. Analisis data menggunakan Kualitatif dan Kuantitatif.
Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa pembelajaran melalui model Interaktif dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN
Mada Jaya. Sedangkan saran yang ingin disampaikan peneliti adalah untuk guru (1)
Untuk dapat mengatasi rendahnya aktivitas belajar siswa hendaknya guru dapat
membangun minat siswa melalui media pembelajaran yang menyenangkan sehingga
siswa termotivasi untuk lebih giat belajar. (2) Menciptakan suasana pembelajaran aktif,
inovatif, efektif dan menyenangkan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Saran untuk siswa adalah agar siswa dapat lebih aktif dalam
memahami materi pembelajaran yang diberikan guru.
Kata kunci: Aktivitas belajar, hasil belajar IPS, model pembelajaran interaktif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia ketertinggalan dari segala
aspek kehidupan dan menyelesaikan perubahan global serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan
secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

yang

menjelaskan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu

serta relevansi dan

efesiensi pembaharuan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Menurut kamus bahasa Indonesia dalam Muhibin syah ( 2008:10 ) Pendidkan
ialah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah suatu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan syarat perkembangan. Oleh sebab itu maju mundur perkembangan suatu

negara dipengaruhi oleh tingkat pendidikan warga negaranya, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan.

2

Pemahaman konsep dalam belajar IPS lebih terfokus kepada berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik
manusia sebagai makhluk sosial. Rumusan pendidikan yang terdapat dalam pasal
3 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


Dalam pendidikan guru mempunyai peran yang sangat penting dan strategis,
dalam membimbing siswa kearah kedewasaan, kematangan dan kemahiran,
sehingga guru dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan untuk itu, upaya
awal

yang dilakukan dalam meningkatkan pendidikan adalah kualitas guru.

Kualitas pendidikan guru sesuai dengan syarat minimal yang ditentukan oleh
syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru profesional yang dimaksud
adalah guru yang berkualitas, berkompetensi dan guru yang dikehendaki untuk
mematangkan prestasi belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan kualitas
pendidikan yang baik.

Dalam pembelajaran IPS guru banyak menggunakan metode ceramah, serta
kurang menggunakan metode lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3

Mengubah pola pembelajaran memang sulit dilakukan. Pembelajaran memang

dekat dengan budaya atau pola tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sosial.
Gaya belajar yang dilakukan oleh guru didalam kelas bisa menjadi semacam
pembelajaran yang sulit dirubah. Untuk mengubah itu guru harus mengubah pola
pikirnya melalui proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada peserta
didik.

Khusus di SDN 1 Mada Jaya dalam proses pembelajaran IPS siswa kurang
menyenangkan, siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode
ceramah. Guru masih terfokus pada pembelajaran formal kelas, sehingga siswa
merasa jenuh. Proses pembelajaran belum dikemas dalam bentuk menyenangkan
sehingga rendahnya hasil belajar IPS diduga, disebabkan penggunaan metode
ceramah yang selalu digunakan oleh guru. Sehingga dalam proses pembelajaran
IPS masih belum mencapai KKM 65.

Berdasarkan kenyataan diatas guru perlu mengupayakan suatu pembelajaran yang
dapat

meningkatkan

hasil


Beajar

siswa

melalui

pembelajaran

dengan

menggunakan model pembelajaran Interaktif.
Dengan Penelitian Tindakan Kelas melalui pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Interaktif bertujuan melakukan tindakan perbaikan,
meningkatkan mutu pendidikan dan perubahan kearah yang lebih baik dari
sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi pada kegiatan
pembelajaran atau proses belajar mengajar.

4


Tabel 1.1. Pencapaian Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas IV mata
pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2012/2013
RENTANG JUMLAH
NILAI
SISWA
1
65
45 - 54
8
2
65
55- 64
17
3
65
65 - 74
6
4
65
75 - 84

4
5
65
85 - 90
3
Jumlah
38
Sumber: Daftar Nilai, 2012
No

KKM

PERSENTASE
21,00
44,00
16,00
11,00
8,00
100%


KET
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Tabel 1.1. Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 25 siswa ( 65% ) belum tuntas, 13 siswa ( 35% ) tuntas atau sudah
mencapai KKM.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Interaktif dalam pembelajaran IPS.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu, “Rata-rata hasil analisis masalah ada sebanyak 25 siswa atau 65% siswa
yang belum tuntas”. Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka permasalahannya
adalah:
1) Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Ineraktif

pada kelas IV SDN 1 Mada Jaya

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada mata pelajaran IPS.

5

2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Interaktif pada kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran pada mata pelajaran IPS.

3) Bagaimana hubungan antara aktivitas belajar IPS dengan hasil belajar IPS
siswa dengan menggunakan model pembelajaran Interaktif pada kelas IV
SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
Atas dasar permasalahan tersebut, permasalahan yang akan diajukan adalah
bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV
SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada mata
pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2012/2013?. Dengan demikian judul penelitian ini
adalah

“Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan menggunakan model
pembelajaran Interaktif pada siswa kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran”

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran
Interaktif pada kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran pada mata pelajaran IPS.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Interaktif
pada kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten
Pesawaran pada mata pelajaran IPS.

6

3. Untuk mengetahui hubungan aktivitas belajar IPS dan hasil belajar IPS
siswa dengan model pembelajaran Interaktif pada kelas IV SDN 1 Mada
Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

1.4 Manfat Penelitian
a. Bagi siswa
Diharapkan mendapatkan pengalaman langsung mengenai konsep belajar
IPS melalui model pembelajaran interaktif dan terciptanya suasana belajar
yang tidak membosankan serta hasil belajar mengalami peningkatan.
b. Bagi guru
Diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS menjadi lebih
baik dan siswa menjadi lebih mengerti dengan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
c. Bagi sekolah
diharapkan dapat sebagai bahan masukkan untuk lebih mengembangkan
pembelajaran IPS dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang
dipersiapkan guru.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori-teori Belajar
1. Teori Belajar Behaviorisme
Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran
bahwa belajar merupakan salah satu jenis prilaku (behavior) individu atau peserta
didik yang dilakukan secara sadar. Individu berprilaku apabila ada rangsangan
(stimuli). Sehingga dapat dikatakan peserta didik di SD/MI akan belajar apabila
menerima rangsangan yang diberikan oleh guru. Semakin tepat dan intensif
rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Sering guru mengaplikasikan konsep belajar menurut teori Behaviorisme secara
tidak tepat, karena setiap kali peserta didk merespon secara tidak tepat atau tidak
benar suatu tugas, guru memarahi atau menghukum peserta didik tersebut.
Tindakan guru seperti ini ( memarahi atau menghukum setiap kali peserta didik
merespon secara tidak tepat ) dapat disebut salah profesional apabila hukuman (
negatif consequence ) tidak difungsikan sebagai penguat reinforcement.
Peserta didik sering melakukan prilaku tertentu karena meniru apa yang dilihat
dilakukan oleh orang lain disekitarnya seperti saudara kandungnya, orang tuanya,
bahkan oleh gurunya. Oleh sebab itu dapat dikatakan, apabila lingkungan sosial
dimana

peserta

didik

berada

sehari-hari

merupakan

lingkungan

yang

8

mengkondisikan secara afektif memungkinkan suasana belajar, maka peserta
didik akan melakukan kegiatan atau prilaku belajar efektif.

2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar Kognitivisme pada wacana psikologi kognitif, yang didasarkan pada
kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli teori belajar ini cognition dalam
aktivitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh,
mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefracois.1985). Tekanan
utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan
pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya ( long
time memor ). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang
paling aktif mencari dan mengoleksi informasi untuk diproses perkaitan utama
psikologi kognitif adalah upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menyimpan informasi. Belajar kognitif berlangsung
berdasarkan skema dan struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil
pengamatannya.

Struktur

mental

perkembangan

individu
kognitif

tersebut
seseorang.

berkembang
Semakin

sesuai
tinggi

dengan

tingkat

kemampuan

dan

keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang
diterimanya dari lingkungan, baik secara lingkungan fisik maupun langkungan
sosial, itulah sebabnya teori kognitif dapat disebut sebagai (1). Teori
perkembangan kognitif (2). Teori kognitif sosial, dan (3). Teori pemprosesan
informasi.

9

3.Teori Belajar Humanisme
Kajian konsep dasar belajar dalam teori Humanisme didasarkan pada pemikiran
bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia membutuhkan dasar akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain.
Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan
agar peserta didik tidak merasa dikecewakan. Apabila peserta didik tidak akan
tumbuh berprestasi dalam belajarnya.(Dinn Wahyudin,2008).

2.2 Pengertian Belajar
Belajar merupakan bentuk yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Belajar membantu manusia menyelesaikan diri (adaptasi) denagn lingkungannya.
Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar
secara sederahana dikatakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu-waktu tertentu. Perubahan yang ini harus
secara relative menetap (Permanent) dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang
saat ini nampak ( immediate behavior ) tetapi juga pada prilaku yang mungkin
terjadi dimasa yang akan datang ( potencial behavior ). Hal lain yang perlu
diperhatikan ialah bahwa perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
Perubahan yang terjadi karena pengalaman itu membedakan dengan perubahanperubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan ( kematangan ).

10

Tori belajar Brunner dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap enaktif atau tahap kegiatan
Tahap pertama anak belajar konsep adalah hubungan dengan benda-benda
real atau mengalami peristiwa dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak
bergerak refleks dan mencoba-coba, belum harmonis. Ia memanipulasikan,
menyusun, menjejerkan, mengotak-atik, dan bentuk-bentuk lainnya
(semua tahap sensori motor dari Peaget)
2. Tahap ikonik atau tahap gambar bayangan
Pada tahap ini anak lebih mengubah, menandai, dan menyusun peristiwa
atau benda dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat
membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pikirannya
tentang benda atau peristiwa yang telah dialami atau dikenalnya dengan
tahapan enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu
tidak ada lagi dihadapannya ( tahap pra opersional dari Peaget )
3. Tahap simbolik
Pada tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam
bentuk simbol bahasa. Apabila ia berjumpa dengan simbol, maka
bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya
kembali. Pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan
menjelaskan dengan bahasanya (setara dengan tahap opersional kongkret
dan formal Piaget )
Pendapat diatas menggambarkan bahwa belajar dimulai dengan coba-coba,
yaitu meningkatkan dan merangsang saraf sensorik anak untuk

11

menumbuhkan rasa ingin belajar. Kemudian dilanjutkan pada proses
penyimpanan peristiwa atau pengalaman anak selama proses belajar.
Hal ini berkaitan dengan pemikiran anak. Pada tahap terakhir yaitu proses
memahami apa yang telah didapatkan oleh siswa.

2.3 Pengertian Pembelajaran IPS
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional (2006 :1) menyebutkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan
proses aktif bgi siswa dan guru untuk mengembangkan potnsi siswa sehingga
mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk
melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi
yang dimilki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya
terhadap fakta, konsep, dan prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang
akan terlihat dalam kemampuannya untuk berfikir logis, kritis, dan kreatif.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.

2.4 Model Pembelajaran Interaktif
Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Sunarwan ( 1991 ) dalam
Sobry Sutrisno (2004 : 15) mengartikan model merupakan gambaran tentang
keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatau rencana
atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran. Dan memberi
petunjuk kepada pengajar dikelas dalam seting pelajaran. Model pelajaran

12

merupakan kerangka konseptual yang melakukan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran Interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan
pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian
menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. ( faire & cosgrove dalam harlen
1992 ) meskipun anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaanpertanyaan akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus.
Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah dan
mengubah

pertanyaan-pertanyaan

kedalam

kegiatan

khusus.

Contohnya

pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut peserta didik yang dengan tema ”
mengenal alat-alat transportasi jaman dahulu dan transportasi jaman modern
(sekarang)” pembelajaran interaktif

yang melibatkan pengumpulan dan

pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusat.
Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran IPS dapat
dilakukan guru pada semua pokok bahasan dengan syarat harus memperhatikan
sembilan hal yakni : (1) motivasi, (2) pemusatan perhatian, (3) latar belakang sisw
dan konteksitas materi pelajaran, (4) perbedaan individual siswa,

(5) belajar

sambil bermain, (6) belajar sambil bekerja, (7) belajar sambil menemukan dan (8)
memecahkan permasalahan serta (9) hubungan sosial.

13

Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai
pengajar,

motivator,

fasilitator,

mediator,

evaluator,

pembimbing

dan

pembaharuan. Dengan demikian kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran
didalam kelas melalui peran aktif, dimana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan
memperhatikan, mencatat, bertanya menjawab, mengemukakan pendapat dan
mengerjakan tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individu. Dalam situasi
belajar yang demikian siswa akan mendapatkan pengalaman yang berkesan,
menyenangkan dan tidak membosankan.
Model pembelajaran interaktif memiliki lima langkah. Langkah-langkah
pembelajaran interaktif diawali dengan (1) persiapan, sebelum pembelajaran
dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa alat transportasi yang mereka
bisa gunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang alat transfortasi
masing-masing. (2) kegiatan penjelajahan, pada saat penjelajahan siswa diarahkan
ketempat parkir siswa dan guru, kemudian siswa boleh mengamati alat
transportasi dari dekat dan mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan siswa
diarahkan guru

serta proses mendapatkannya dan memeliharanya. (4)

penyelidikan, guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh
misalnya siswa diminta mengamati transportasi lain yang ada disekitar sekolah,
sepeda motor, mobil, truk dan sebagainya. (5) refleksi, pada pertemuan berikutnya
dikelas dibahas hasil penyelidikan mereka, dilakukan perbandingan antara alat
transportasi sendiri dengan alat transportasi yang lainnya untuk memantapkan
yang sudah dan memisahkan hal-hal yang perlu diselidiki.

14

2.5 Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah melakukan suatu perbuatan yang dapat merubah kepribadian
seseorang

dengan

aktif,

dimana

seseorang

mempergunakan

waktunya,

kecakapannya sehingga menghasilkan kecakapan yang baru yang berupa
kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, dan pengertian. Dengan kata lain
aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membawanya
pada perubahan tingkah laku yang baru dan dicerminkan dalam kepribadiannya.

Menurut Djamarah (1994:67) melakukan aktivitas sesuatu bekerja adalah bentuk
pernyataan dari anak didik bahwa pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang
terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja. Menurut Sardiman (2001:99)
belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada melakukan aktivitas. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting didalam interkasi belajar
mengajar.

Sedangkan pada pengertian sebelumnya diartikan sebagai kegiatan mental pada
diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan
lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif mantap atau
betahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Seseorang
dikatakan belajar jika mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati

15

relatif lama. Oleh karena itu perubahan tingkah laku tanpa adanya usaha bukanlah
belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan individu dengan cara mendengar,
membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan pemecahan
masalah untuk memperoleh perubahan prilaku yang relatif menetap pada aspek
(kognitif, apektif, dan psikomotor) yang diperoleh melalui interaksi antara
individu dengan lingkungannya.

2.6 Hasil Belajar Siswa
Seseorang yang telah mengalami proses belajar diharapkan dapat mengubah
sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor). Untuk
mengetahui apakah seseorang itu telah mengalami proses belajar mengajar dapat
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik, hal ini diketahui dengan
melihat prestasinya. Sedangkan Nana Sujana ( 2008:3 ) prestasi belajar atau yang
disebut hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, dalam
hal ini tingkah laku sebagai hasil dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan pada diri peserta didik, baik yang
berhubungan dengan kecakapan, tingkah laku, maupun keterampilan. Oleh karena
itu proses belajar mengajar sangat penting dalam kehidupan manusia terutama
peserta didik. Namun keberhasilan pada seseorang tidak muncul begitu saja, tanpa
adanya aktivitas dan usaha, dan hasil usaha belajar itulah yang dimaksud dengan
prestasi belajar.

16

Terkait dengan efektifitas pembelajaran maka dapat dinilai tercapai atau tidaknya
tujuannya dari pembelajaran itu sendiri, setiap proses belajar mengajar selalu
menghasilkan belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat mana (hasil)
belajar yang dicapai, sehubungan dalam hal inilah keberhasilan proses belajar itu
dibagi atas tingkat atau taraf. Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istimewaa/ maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar

(76% s.d 99% ) bahan

pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3. Baik/ minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60%
s.d 75% ) saja yang dikuasai oleh siswa.
4. Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
pembelajaran dan persentase keberhasilan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan oleh siswa dan guru.
Hasil belajar siswa yang dicapai seyogyanya dapat mencerminkan tingkat
kemampuan dasar yang dimilkinya. Sesuai hasil belajar yang mencerminkan
tingkat kemampuan yang dimiliki, maka siswa yang kemampuan dasarnya tinggi
akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bila mana seseorang peserta didk
mencapai hasil belajar lebih rendah dari teraan intelegensii yang dimilkinya, maka
siswa bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam
belajar.

17

2.7 Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian ini menggambarkan hubungan antara variabel
bebas ( X ) dan variabel terikat ( Y ). Berdasarkan uraian teori diatas, maka dalam
penelitian ini penulis menetapkan bahwa pembelajaran interaktif sebagai variabel
bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Dari kedua variabel
tersebut, diketahui bahwa implementasi pembelajaran interkatif berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini bagan hubungan antara variabel bebas.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir dapat dilihat pada diagram dibawah ini

Aktivitas Belajar IPS

Hasil belajar IPS

(X)

(Y)

Model Pembelajaran Interaktif
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.8. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) Ho: tidak ada hubungan yang positif antara aktivitas belajar IPS dengan
hasil belajar IPS.
2) Ha: ada hubungan yang postif antara aktivitas belajar IPS dengan hasil
belajar IPS

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan Secara Kolaboratif, untuk kemantapan
rasional dalam pelaksanaan tugas. Serta memperbaiki kondisi tempat praktik
pembelajaran sendiri. PTK dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan
proses pembelajaran.
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang masing- masing siklus terdiri
dari empat tahap yaitu, empat tahap tersebut menurut Aqib ( 2008 : 8 )
1. Perencanaan ( Planing )
2. Implementasi ( Tindakan )
3. Observasi ( Pengamatan )
4. Refleksi

3.2 Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten
Pesawaran yaitu pada siswa kelas IV. Mata pelajaran IPS tahun pelajaran
2012/2013 dengan jumlah siswa 38 orang yang terdiri dari 27 siswa laki-laki 11
siswa perempuan

19

3.3 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran yaitu pada siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran
2012/2013

3.4 Prosedur Penelitian
Langkah- langkah yang perlu dilakukan guru karena penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas, suatu penelitian yang mengkaji tentang permasalahan
dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan prilaku
seseorang atau kelompok tertentu disertai permasalahan yang diteliti terhadap
dampak perlakuan dalam rangka mengubah, memperbaiki, dan menghasilkan
pembelajaran yang efektif yang mampu meningkatkan pemahaman siswa untuk
menjamin di perolehnya manfaat yang secara singkat tindakan dalam penelitian
ini dapat disusun dalam bagan berikut:

20

Gambar 1. Tindakan dalam penelitian kelas
Dialog awal

Perencanaan awal

Siklus 1

Tindakan 1

Observasi 1

Refleksi 1

Perencanaan 2

Tindakan 2

Refleksi 2

Observasi 2

Simpulan

Siklus 1
Proses pembelajaran pada siklus 1 dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
a) Penyajian berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan tindakan /
perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut.
b) Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan cara
mempertanyakan reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan kesempatankesempatan lainnya.

21

c) Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji
susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu.
d) Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja
dipelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.

2. Tindakan 1
Gambar 2. Kegiatan belajar

Rumusan
masalah

Pendekatan
Jawaban
jawaban

Peserta
didik

Kesimpulan

Aplikasi
kesimpulan

a) Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok
bahasan yang telah ditentukan untuk diajukan dalam “Berteman dalam
keragaman meliputi keragaman disekitar kita, indahnya hidup berbhineka,
indahnya hidup bersatu, keragaman unsur- unsur budaya dan unsur budaya
Religi (kepercayaan)” dan siswa disuruh bekerja sama dengan membentuk
kelompok dan kemudian memecahkan sendiri soal yang telah diberikan
oleh guru untuk menemukan jawabannya.
b) Ada peserta didik yang disuruh maju kedepan untuk mencoba memberikan
jawaban atas hasil dari kerja kelompoknya.
c) Guru menjelaskan tentang berteman dalam keragaman meliputi keragaman
disekitar kita, indahnya hidup berbhineka, indahnya hidup bersatu,
keragaman unsur-unsur budaya dan unsur budaya Religi ( kepercayaan )
d) Peserta didik memperhatiakn penjelasan Guru.

22

e) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai perihal yang kurang/ belum jelas untuk cara pengerjaan soal
yang telah diterangkan sebelum melaksanakan diskusi dan mengerjakan
soal masing- masing.
f) Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang
kurang/ belum jelas.
g) Peserta didik diberi tugas soal yang telah diberikan kemudian
mendiskusikan dengan sesama temannya setelah itu soal tersebut
dikerjakan sendiri oleh siswa sebelum diperiksa oleh guru.
h) Guru memberikan tugas di rumah.

3. Observasi dan Evaluasi.
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra
kolaborator/ partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas. Kolaborator
mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir menggunakan
lembar observasi. Lembar observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus
pertama diakhiri dengan tes.

4. Refleksi.
Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan proses pembelajaran.

23

Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya analisis dan dikaji keberhasilan dan
kegagalannya. Data yang diperoleh pada saat proses belajar mengajar apabila hasil
analisi pada siklus 1 ada revisi dan kekurangan maka analisis direfleksikan untuk
menentukan tindakan pada siklus 2 dalam rangka mencapai tujuan.
Siklus 2
1. Perencanaan 2.
Perencanaan pada siklus 2 mengikuti sebagaimana perencanaan pada siklus 1.
2. Tindakan 2.
Tindakan pada siklus 2 mengikuti sebagaiman tinakan siklus 1.
3. Observasi dan evaluasi
Observasi dan evaluasi pada siklus 2 mengikuti sebgaimana observasi dan
evaluasi pada siklus 1.
4. Refleksi 2.
Guru dan siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
proses pembelajaran pada siklus 2. Diharapkan pada siklus 2 ini semua siswa
sudah tuntas. Sehingga tidak diperlukan siklus berikutnya.
3.5. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Teknik Tes yang digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa.
b. Teknik Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
c. Teknik Dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan umum SDN 1
Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
3.6. Analisis Data
1) Analisis aktivitas siswa, data aktivitas siswa diambil pada setiap
pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas

24

siswa. Data aktivitas siswa yang akan dimunculkan adalah aktivitas
relevan dengan ke lima aspek kegiatan pembelajaran yang diamati.

Tabel 1. Analisis Aktivitas Siswa
No

Nama Siswa

1

Aan Supriyadi

2

Afridayani

3

Ahmad Alfarizi

4

Aji Julusin

5

Alda Damara

6

Ali Afis

7

Awalia

8

Bagas Bilmukhtar

9

Dea Fatmala

10

Dewi Armalita

11

Farhan Agil Siroj

12

Haris

13

Husna

14

Imam Syafi’i

15

Lilis Alfiani

16

Matinudin Tamimi

17

M. Atif Haikal

18

Muhamad Muhayat

19

Muhamad Bardan

20

Muhamad Agis

1

Aktivitas
2 3 4

5

Keterangan

25

21

Muhamad Duha

22

Muhamad Hambali

23

Muniah

24

Ocah Rufaidah

25

Resti Anastasya

26

Reza Syafawi

27

Rifki Khusaini

28

Rizki Umam Lubis

29

Rais Amaludin

30

Siti Maesaroh

31

Sri Ade Yuningsih

32

Samsul Bahri

33

Zaki Nurul Falah

34

Arif Mahendra

35

Nurkholis

36

Munawarudin

37

Khoirul Febrian

38

Wartiman
Jumlah
Persentase

Keterangan:
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Bekerja sesuai petunjuk/aturan
3. Bertanya kepada guru
4. Menjawab pertanyaan guru

26

5. Diskusi dengan teman sekelompok
>7=Baik
0 = Tidak baik

Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap
aktivitas siswa
b. Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:
Skor aktivitas siswa=
c. Nilai setiap aktivitas siswa=
d. Niali rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus
Untuk mengetahui tingkat keaktivan siswa adalah pedoman Memes (2001: 36)
sebagai berikut:
Bila nilai siswa

maka dikatagorikan aktif

Bila nilai siswa < 75,6 maka dikatagorikan cukup aktif
Bila nilai siswa < 59,4 maka dikatagorikan kurang aktif

2) Analisis hasil belajar siswa
Hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung berupa deskripsi
kualitatif. Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh obserever untuk
mengisi daftar ceklist lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun aspek yang
diobservasikan

meliputi

keaktifan

siswa

dalam

memperhatikan

dan

mendengarkan, menjelaskan guru, bertanya, menjawab dan mengemukakan

27

pendapat, serta kegiatan dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran interaktif
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perolehan skor siswa setelah
mengikuti

pembelajaran

menggunakan

pembelajaran

inetraktif.

Untuk

menghitung jumlah skor digunakan rumus:



×=
X

= Nilai rata-rata siswa



= Nilai siswa

n

= Jumlah total siswa

3) Analisis uji hipotesis
Untuk menganalisis data hubungan antara aktivitas siswa dan hasil belajar
dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan
Kedondong

Kabupaten

Pesawaran

dugunakan

rumus:

moment(Kearl Person)

√[ ∑

Keterangan :

Rxy
N







][ ∑





]

: Angka indeks korelasi r Produck Moment

: Number of casses







Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Jumlah seluruh skor X
:

produck

28

Kriteria penilaian atas dasar interprestasi korelasi variabel X dan varabel Y
sebagai berikut:
Tabel nilai interprestasi nilai R
Besarnya r atau
INTERPRESTASI
produk
moment(rxy)
00,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi,akan tetapi korelasi itu sangat lemah sehingga
korelai itu diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi
antara variabel X dan variabel Y
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel terdapat korelasi yang
sedang atau cukup
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
kuat atau tinggi
0,90-100
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
kuat/tinggi

3.6. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila para siswa
mendapat nilai diatas 60 sebanyak 80

maka peneliti menentukan bahwa

penelitian ini akan dikatakan berhasil jika ketuntasan individu mencapai minimal
70

dan secara klasikal 75

kemudian untuk aktivitas belajar peserta didik

dikatakan berhasil jika peserta didik telah aktif ≥ 70

29

48

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulannya adalah:
1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Interaktif pada kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran.
2. Meningkatnya hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran
Interaktif pada

kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong

Kabupaten Pesawaran.
3. Adanya hubungan yang positif antara aktivitas belajar IPS dan hasil
belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran interaktif pada
siswa kelas IV SDN 1 Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten
Pesawaran.
5.2 Saran
Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya, dan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran IPS disekolah dasar khususnya kelas IV SDN 1
Mada Jaya Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, maka penulis
mengajarkan sara-saran sebagai berikut:
Untuk Guru

1. Untuk dapat mengatasi rendahnya aktivitas belajar siswa hendaknya guru
dapat membangun minat siswa melalui media pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk lebih giat belajar.

49

2. Untuk dapat menguasai proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran interaktif melalui rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat.
3. Menciptakan

suasana

pembelajaran

aktif,

inovatif,

efektif

dan

menyenangkan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Untuk Sekolah
1. Untuk

dapat

membantu

kelemahan-kelemahan

guru

dalam

mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dijadikan
sebagai pedoman sekolah di dalam proses belajar mengajar
2. Untuk mencitakan sekolah yang berkualitas dengan pencapaian nilai yang
sesuai dengan KKM
3. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi peserta didik disekolah
dalam menerima proses pelajaran dari guru
Untuk Siswa
1. Agar siswa dapat lebih aktif dalam memahami materi pembelajaran yang
diberikan guru

DAFTAR PUSTAKA

Aqib.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Balai Pustaka, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Pengembangan Kurikulum Pendidikan.
Depdiknas, Jakarta
Djamarah. 1994. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Gestalt. 2006. The Psikology Of Procces Information. Gramedia. Jakarta.
Lafrecois. 1985. The Theori Of Learning. Gramedia. Jakarta.
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Belajar. Grafindo Persada. Jakarta
Nana Sujana. 2008. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT.
Karya. Bandung.

Remaja

Sardiman, AM. 2001. Pengertian Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sobry Sutikno. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial. Pembelajaran Efektif
dan Retrotika, NTP Pres. Mataram.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta.
Bandung.
Wahyudin, Din. 2008. Pengantar Pendidikan. Unversitas Terbuka. Jakarta

Dokumen yang terkait

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di SDN 1 Way Kepayang Kecamatan Kedondong Pesawaran

0 11 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI LSQ DENGAN MEDIA EDUTAINMENT GAME BAGI SISWA KELAS V SDN 1 KUTADALOM KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012

0 16 135

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PADANGRATU KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

0 2 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

0 4 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 5 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SDN 4 GUNUNGSARI KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013/2014

0 5 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN PADANG MANIS PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS A CHIE VEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PEMATANG BARU KECAMATAN PALAS KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

0 7 52

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS IV SDN BUMISARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 2 80