MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN

TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh

RIA FITRIANI

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SDN 2 Bogorejo.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes menggunakan soal tes dan nontes menggunakan lembar observasi yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model PBL pada pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (63,00%) dan siklus II (89,00%). Sementara itu nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (68,67) dan siklus II (77,67).

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, PBL


(2)

(3)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN

TAHUN AJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

Ria Fitriani

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Siklus PTK …...……….……… 22

4.1. Grafik rekapitulasi kinerja guru per siklus ... 51

4.2. Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa per siklus ... 52

4.3. Grafik rekapitulasi hasil belajar per siklus ... 54


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Depan ……….. i

Abstrak ……… ii

Halaman Judul ……… iii

Halaman Persetujuan ……….. iv

Halaman Pengesahan ………... v

Halaman Pernyataan ……….. vi

Riwayat Hidup ……… vii

Motto ……….. viii

Halaman Persembahan ……… ix

Sanwacana ………. x

Daftar Isi ………. xii

Daftar Tabel ……… xiv

Daftar Gambar ………..……….. xv

Daftar Lampiran ….……….……… xvi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………..…...…….…… 1

1.2. Identifikasi Masalah ………...…….…… 4

1.3. Rumusan Masalah ………...…………. 4

1.4. Tujuan Penelitian ………...………… 5

1.5. Manfaat Penelitian ………...………….. 5

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar …...……...………….…... 7

2.1.1. Pengertian Belajar ... 7

2.1.2. Aktivitas Belajar ………...……...……… 7

2.1.3. Hasil Belajar ………...………..….……….. 9

2.2. Pembelajaran ……...…………..……… 11

2.2.1. Pengertian Pembelajaran ... 11


(6)

a. Pengertian IPS SD ... 16

b. Tujuan Pembelajaran IPS SD ... 17

2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) …... 17

2.3.1. Pengertian Problem Based Learning ... 17

2.3.2. Tujuan Model Problem Based Learning ... 19

2.3.3. Kelebihan Model Problem Based Learning ... 19

2.3.4. Kelemahan Model Problem Based Learning ... 19

2.3.5. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 20

2.4. Hipotesis Tindakan ………...… 21

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Setting Penelitian ………...………..…. 23

3.3. Subjek Penelitian ………...……….……….. 23

3.4. Prosedur Penelitian ………...……… 23

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……...………..…… 27

3.6. Teknik Analisis Data ………...……….. 28

3.7. Indikator Keberhasilan ………...……… 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Setting Penelitian …...…...………. 31

4.2. Penetapan Kelas dan Waktu Penelitian ... 31

4.3. Hasil Penelitian …...…………...…..……….. 32

A. Siklus I …...……….. 32

B. Siklus II …...……….. 41

4.4. Pembahasan …...……….………. 50

a. Kinerja Guru ... 50

b. Aktivitas Belajar Siswa …...…….……….. 51

c. Hasil Belajar Siswa ……...………...……...…... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….……...……….. 57

5.2. Saran ………..………...……… 58

DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 59


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin penelitian ………. 61

2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ……… 62

3. Surat kesediaan sebagai teman sejawat ……….. 63

4. Surat pernyataan teman sejawat ……….. 64

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 65

6. LKS Siklus I ... 69

7. Soal- post test Siklus I ……..………. 74

8. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran Siklus II ……….. 77

9. LKS Siklus II ... 81

10. Soal post test Siklus II …………..……..………..……… 86

11. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ……..……….. 89

12. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ……..……….. 90

13. Hasil Belajar Siswa Siklus I ……… 91

14. Hasil Belajar Siswa Siklus II ……… 92

15. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ………. 99

16. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ……….101


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap-tahap Pembelajaran PBL …...……..……….…. 20

3.1. Kriteria aktivitas belajar siswa …...….……….….. 29

4.1. Jadwal pertemuan (pembelajaran) IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo ... 32

4.2. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I ... 38

4.3. Kinerja guru pada pembelajaran siklus I ... 39

4.4. Nilai Hasil belajar siswa pada siklus I ... 39

4.5. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II ... 47

4.6. Kinerja guru pada pembelajaran siklus II ... 48

4.7. Nilai Hasil belajar siswa pada siklus II ... 48

4.8. Rekapitulasi kinerja guru per siklus ... 50

4.9. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa per siklus ... 51

4.10. Rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus ... 54


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

“uthlubul „ilmi minal mahdi ilal lahdi”

Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat


(13)

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhana ini kupersembahkan kepada:

Suami dan anak-anak tersayang, kedua orang tua serta

keluarga besarku

Terimakasih atas do’a, semangat, dan dukungan moral spiritual,

materiil maupun immateriil sehingga saya bisa menyelesaikan


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ria Fitriani dilahirkan di Negeri Sakti pada tanggal 11 Agustus 1979, sebagai anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Nurdin AR (Alm) dan Ibu Suyah. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Negeri Sakti pada tahun 1992, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Nurul Iman Gedong Tataan lulus pada tahun 1995, dan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Andini Bhakti Gedong Tataan lulus pada tahun 1998. Sedangkan pada tahun 2010 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program S1 PGSD Dalam Jabatan di Universitas Lampung. Sejak tahun 2006 Penulis menjadi guru di SDN 2 Bogorejo Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil„aalamiin atas Rakhmat dan Hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Pembimbing, terimakasih atas bimbingan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., sebagai Pembahas terimakasih atas masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(16)

5. Kepala Sekolah dan dewan guru SDN 2 Bogorejo yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian

6. Rekan-rekan mahasiswa S-1 Dalam Jabatan, dan

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Bandar lampung, Juni 2014 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan, suatu kelompok manusia tidak akan dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Maju mundurnya bangsa tergantung pada kemajuan pendidikannnya dan guru sebagai ujung tombak kemajuan pendidikan tersebut. Sebagai guru yang profesional dituntut memaksimalkan hasil belajar. Untuk itu interaksi


(18)

2

antara guru dan siswa harus lebih baik agar pembelajarannya tercapai serta mutu pendidikan lebih meningkat.

Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Sejalan dengan Johnson dan Smith (Lie, 2010: 5) yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang terjadi antar pribadi tersebut sangat erat kaitannya dengan pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial dan masalah-masalah tersebut merupakan bahan kajian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Guru adalah orang yang berperan penting dalam memberi motivasi kepada siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran khususnya di sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dari diri siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian guru sebagai pemberi motivasi kepada siswa harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SDN 2 Bogorejo dalam mata pelajaran IPS, diperoleh data dan informasi bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran berlangsung monoton karena guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran. Pembelajaran kurang bervariasi karena guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah, mencatat dan mengerjakan soal, sehingga siswa terlihat bosan dan jenuh. Disamping itu


(19)

3

juga penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama sehingga membuat siswa jenuh dan bosan. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah. Siswa terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran dan cenderung melakukan kegiatan-kegiatan diluar pelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangkunya sehingga kurang memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh guru. Rendahnya aktivitas belajar siswa menyebabkan belum maksimalnya nilai siswa atau hasil belajar masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 61. Dari 20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 2 Bogorejo, 15 siswa atau 75% dengan nilai rata-rata 54,0 masih dibawah KKM dan sisanya 5 siswa atau 25% dengan nilai rata-rata 66,2 sudah mencapai KKM.

Mencermati adanya permasalah di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah). PBL menurut Kamdi (2007: 1) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.


(20)

4

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan tersebut perlu diidentifikasi sebagai berikut:

a. Penyampaian materi IPS dalam praktiknya selalu monoton dan masih berpusat pada guru (teacher centered)

b. Rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. c. Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo, yaitu dari

20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 2 Bogorejo, 15 siswa atau 75% dengan nilai rata-rata 54,0 masih dibawah KKM dan sisanya 5 siswa atau 25% dengan nilai rata-rata 66,2 sudah mencapai KKM.

d. Kurangnya penggunaan model pembelajaran pada proses belajar mengajar.

e. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan bagi siswa.

f. Penggunaan waktu penyajian materi IPS yang kurang efisien.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penerapan model PBL pada pembelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun pelajaran 2013/2014?

b. Apakah penerapan model PBL pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun pelajaran 2013/2014?


(21)

5

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukaan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan:

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada pembelajaran IPS melalui model PBL.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada pembelajaran IPS melalui model PBL.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi Siswa

Dapat membangkitkan minat siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan menggunakan model PBL, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun pelajaran 2013/2014.

2. Bagi Guru

Diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang tepat demi peningkatan pembelajaran di kelas, sehingga masalah yang dihadapi guru yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPS dapat ditanggulangi melalui penggunaan model PBL.

3. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan dan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran bagi siswa maupun guru sehingga mutu pendidikan di SDN 2 Bogorejo dapat meningkat.


(22)

6

4. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman saat penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki dan menciptakan pembelajaran yang menarik, tidak membosankan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


(23)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Belajar

2.1.1. Pengertian Belajar

Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalahartikan atau diartikan secara pendapat umum saja. Untuk memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana para pakar pendidikan mengartikan konsep belajar.

Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.

2.1.2. Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah


(24)

8

adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok :

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. 5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, strategi, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Aktivitas yang akan diamati atau diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas bertanya, aktivitas menjawab pertanyaan, aktivitas mempelajari bahan ajar, aktivitas dalam diskusi kelompok dan aktivitas mengerjakan tugas.


(25)

9

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengalaman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan indikator pelibatan fisik, mental, dan emosi siswa.

2.1.3. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada


(26)

10

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.

Menurut Hamalik (2001: 30), berdasarkan Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, yaitu:

1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).


(27)

11

2.2. Pembelajaran

2.2.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Corey dalam Ruminiati (2007: 14) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Winataputra (2008:1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20 berbunyi tentang Sisdiknas dirumuskan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap aliran atau teori belajar. Ada beberapa jenis aliran atau paham yang dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran, yakni:


(28)

12

a. Teori Belajar Behaviorisme

Keberhasilan belajar menurut teori ini ditentukan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh manusia. Mengajar atau mendidik dilakukan dengan cara memperbanyak stimulus dan respon yang diberikan kepada siswa. Salah satu indikasi keberhasilan belajar menurut teori ini adalah adanya perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan masyarakat (Muchith, 2008:56).

Sugiyanto (2010: 14) menjelaskan bahwa dalam persepsi guru, pembelajaran biasanya dimaknai sebagai berbagai pengetahuan bidang studi dengan siswa lain secara efektif dan efisien, mencipta dan memelihara relasi antara pribadi, guru dan siswa serta menerapkan kecakapan teknis dalam mengelola sekaligus sejumlah siswa yang belajar. Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran teori ini adalah merancang kondisi belajar yang efektif dengan merumuskan tujuan belajar dan langkah-langkah pembelajaran yang jelas, menggunakan ganjaran dan hukuman sebagai penguat perilaku yang dihasilkan.

b. Teori Belajar Kognitivisme

Sugiyanto (2010: 22), pada hakekatnya teori kognitif mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi


(29)

13

individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long term memory).

Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum (Muchith, 2008: 69).

a). Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/faktor saja, tetapi lebih ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.

b). Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Artinya dalam proses pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalil membentuk kedisiplinan.

c). Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik.

d). Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.

e). Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, sehingga proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. f). Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada menghafal. g). Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual

siswa, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

David Ausubel yang merupakan salah satu tokoh ahli psikologi berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. (Ruminiati, 2007: 10).

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah membantu siswa memproses informasi dengan efektif, dengan cara menyusun materi pembelajaran dengan sistematis dan akurat membuat hubungan antara pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki pebelajar (Winataputra, 2008: 6.11).


(30)

14

c. Teori Belajar Humanisme

Pada hakekatnya teori humanistik lebih menekankan pada proses untuk memanusiakan manusia atau peserta didik, yaitu suatu pemahaman atau kesadaran untuk memahami potensi, perbedaan, kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Muchith, 2008: 94).

Sedangkan Sugiyanto (2010: 43) menjelaskan bahwa teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hdupnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa dikecewakan. Apabila siswa merasa upaya pemenuhan kebutuhannya terabaikan maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.

Winataputra (2008:4.1), para pendukung teori ini yakin bahwa perilaku harus dipahami bukan sekadar dikendalikan atau direkayasa. Teori ini mementingkan pilihan pribadi, kreativitas dan aktualisasi diri setiap individu yang belajar. Belajar merupakan suatu proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap


(31)

15

lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.

d. Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (Sugiyanto, 2010: 25). Pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa, sehingga model pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan.

Muchith (2008: 95) juga mengatakan belajar bukanlah proses teknologi (robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah mendorong siswa bersikap lebih otonom dalam menterjemahkan pengetahuan yang diperoleh, melalui memecahkan masalah yang riil, kompleks dan bermakna bagi siswa, dialog dalam kelompok


(32)

16

belajar bersama, bimbingan dalam proses pembentukan pemahaman.

2.2.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS SD

IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus menghadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang (Hidayati, 2007: 19).

Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (BSNP, 2006: 174).

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.


(33)

17

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

b. Tujuan Pembelajaran IPS SD

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (BSNP, 2006:175):

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global

2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 2.3.1 Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 1).


(34)

18

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh guru. Masalah yang diberikan kepada siswa bisa berupa soal atau pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan dipelajari. Siswa akan memusatkan perhatiannya di sekitar masalah tersebut. Dengan begitu siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.

Model pembelajaran PBL adalah cara penyajian bahan pembelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan


(35)

19

kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas dilaporkan kepada guru (Abimanyu, 2008: 6.26).

2.3.2 Tujuan Model Problem Based Learning

Tujuan penggunaan model pembelajaran ini adalah: a. memperdalam bahan ajar yang ada;

b. untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari;

c. untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3.3 Kelebihan Model Problem Based Learning Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:

a. pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik.

b. melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

c. tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari. d. siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri. e. model ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan

siswa belajar.

2.3.4 Kelemahan Model Problem Based Learning Kelemahan model pembelajaran ini adalah:

a. bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain.


(36)

20

b. ada kalanya tugas itu dikerjakan orang lain sehingga siswa tidak memperoleh hasil belajar apa-apa.

c. jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa.

d. ada kalanya guru memberikan tugas tanpa menyebutkan sumbernya, akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.

2.3.5 Langkah-langkah/Tahap-tahap Problem Based Learning :

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa (Kamdi: 2007: 2).

Tabel 2.1. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning

Tahapan Kegiatan Guru

Tahap 1

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat pembelajaran yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Tahap 3

Membimbing

penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informsi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siwa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Tahap 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


(37)

21

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran IPS menggunakan metode PBL dengan langkah-langkah atau cara yang tepat maka dapat meningkatkan:

a. aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada Mata Pelajaran IPS tahun pelajaran 2013/2014.

b. hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada Mata Pelajaran IPS tahun pelajaran 2013/2014.


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1.3). dalam setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan rekan sejawat.

Siklus penelitian ini dapat dilihat dalam diagram berikut:

Gambar 3.1. Siklus PTK (Kemmis dalam Sunyono: 2011:46) Dst…


(39)

23

3.2. Setting Penelitian a Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang terdiri atas 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

3.4. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Hopkins dalam Aqib (2009:30), yang berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi rencana (planning), tindakan (action) pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Siklus ini akan dihentikan jika hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pelaksanaan penelitian direncanakan akan berlangsung dalam beberapa siklus.


(40)

24

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi : a. Menyiapkan bahan pembelajaran

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran termasuk membuat skenario pembelajaran materi permasalahan sosial.

c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa.

e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal-soal tes.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat pada mata pelajaran IPS yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah 2 x 35 menit menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan topik permasalahan sosial. Adapun secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1. Mengkondisikan kelas.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilakukan


(41)

25

3. Memotivasi siswa dengan cara menginformasikan cara belajar yang ditempuh dengan model PBL

4. Melaksanakan apersepsi sebelum memulai pembelajaran untuk mengecek kemampuan awal siswa

Kegiatan Inti

1. Siswa dibagi dalam empat kelompok

2. Guru mengajukan permasalahan menggunakan LKS yang harus dikerjakan secara berkelompok.

3. Siswa berdiskusi dan mengerjakan LKS

4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

5. Guru menjelaskan materi untuk meluruskan jawaban siswa pada saat diskusi kelompok

6. Siswa mengerjakan soal tes formatif

Kegiatan Akhir

1. Guru bersama semua siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 2. Guru meminta siswa merefleksikan hal-hal yang telah dilaksanakan 3. Guru memberi tindak lanjut dalam bentuk tugas (PR).

c. Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang diminta menjadi observer. Pengamatan ditujukan pada aktivitas belajar siswa dan


(42)

26

pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebagai peneliti yang masing-masing dicatat melalui lembar observasi (pengamatan) yang telah disediakan dengan memberi skor pada lembar observasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.

d. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Dengan melihat hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa ditarik kesimpulan tentang perkembangan, kemajuan, dan kelemahan serta kekurangan yang terjadi. Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi meliputi analisis data yang telah diperoleh untuk menentukan langkah tindakan yang lebih baik pada pembelajaran selanjutnya, mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa, mengevaluasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Refleksi pada setiap siklus akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Pelaksanaan penelitian siklus II bergantung pada hasil refleksi pada siklus I. Jika hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II, demikian seterusnya.


(43)

27

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yaitu: 1. Observasi

Observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengumpulan data aktivitas siswa dan kinerja guru digunakan lembar observasi yang dilakukan dengan cara memberikan tanda cecklist ( ) jika aktivitas yang diamati dilakukan oleh guru dan siswa.

Aspek penilaian aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Aktivitas bertanya

2. Aktivitas menjawab pertanyaan 3. Mempelajari bahan ajar

4. Aktif dalam diskusi kelompok 5. Mengerjakan tugas

Untuk kinerja guru yang diamati diadopsi dari Lembar Penilaian IPKG Pelaksanaan Program PKM S-1 Dalam Jabatam Universitas Lampung yang terdiri dari 4 aspek yang diamati, yaitu:

(1) Pra pembelajaran (2) Membuka pelajaran

(3) Kegiatan inti pembelajaran (4) Penutup


(44)

28

2. Tes

Tes dalam penelitian ini merupakan alat ukur untuk mengetahui hasil belajar dan keberhasilan siswa pada setiap kompetensi dasar yang harus tertuntaskan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal yang harus dijawab secara tertulis.

3.6. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari aktivitas siswa dan kinerja guru. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan. Pengamatan dilakukan dengan cara memberikan tanda cecklist ( ) pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa sebagai berikut:

a. Setiap siswa memperoleh skor dari aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diamati. Jika aspek yang diamati dilakukan oleh siswa maka diberi tanda cecklist ( ).

b. Skor perolehan per siswa adalah penjumlahan dari tanda cecklist ( ) yang diperoleh siswa dari setiap aspek yang diamati.

c. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus: (Skor perolehan per siswa : 5) x 100

d. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:


(45)

29

Rata-rata aktivitas belajar siswa = Nilai aktivitas Siswa

Tabel 3.1. Kriteria aktivitas belajar siswa

No Tingkat Keberhasilan Kriteria aktivitas 1. > 80% Sangat aktif

2. 60% - 79% Aktif

3. 40% - 59% Kurang aktif 4. 20% - 39% Tidak aktif 5. < 20% Sangat tidak aktif (Sumber: Aqip, 2009:41)

2. Data kuantitatif

Analisis data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif siswa diperoleh dari nilai tes formatif pada setiap akhir siklus yang harus dikerjakan secara tertulis oleh siswa. Soal tes formatif berjumlah 15 butir soal. Skor tiap butir adalah 1. Sehingga skor maksimal keseluruhan adalah 15.

Proses analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Nilai yang diperoleh siswa berupa nilai tes formatif yang dikerjakan secara tertulis pada setiap akhir siklus.

b. Skor perolehan diperoleh dari penjumlahan seluruh skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal.

c. Nilai akhir diperoleh dengan rumus: (Skor perolehan : skor maksimal) x 100


(46)

30

d. Keterangan diisi dengan ketentuan sesuai dengan KKM yang ditetapkan yaitu 61. Jika nilai akhir ≥61 maka dinyatakan tuntas, jika nilai akhir <61 maka dinyatakan belum tuntas.

e. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus:

Nilai rata-rata= nilai siswa siswa

f. Ketuntasan belajar dihitung menggunakan rumus:

% ketuntasan belajar= siswa yang tuntas belajar x 100% siswa

3.7. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada mata pelajaran IPS dari siklus ke siklus.

2. adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada mata pelajaran IPS di setiap siklusnya. Peneliti mentargetkan penelitian ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai KKM/tuntas (Arikunto, 2006:250). KKM yang ditetapkan yaitu 61.


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya, yaitu nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 63,00, meningkat pada siklus II menjadi 89,00, terjadi peningkatan sebesar 26,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa model PBL berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS.

2. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar mencapai 68,67 dan meningkat pada siklus II menjadi 77,67. Apabila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dari 20 siswa sebanyak 13 siswa (65,00%), meningkat pada siklus II menjadi 16 siswa (80,00%).


(48)

58

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, bahwa pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran IPS, siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran, maka penulis menyarankan:

1. Guru harus mampu memotivasi siswa dengan memberi penguatan yang tepat sehingga siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Permasalahan yang diajukan hendaknya berhubungan dengan dunia nyata siswa, sehingga pesan yang disampaikan kepada siswa lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

3. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran, antara lain seperti penggunaan model PBL sehingga dapat membantu mewujudkan visi dan misi sekolah.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli., dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta Aqip, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara. Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar.

Usaha Nasional. Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hidayati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan IPS SD.

Depdiknas. Jakarta

Junaidi. 2014. Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tanggal 6 Maret 2014.

Kamdi. 2007. Model Pembelajaran Problem Based Learning. http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-based.html. Diakses tanggal 11 Desember 2012.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. RaSAIL Media Group. Semarang.

Ruminiati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(50)

60

Sunyono. 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.

Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

Rata-rata aktivitas belajar siswa = Nilai aktivitas Siswa

Tabel 3.1. Kriteria aktivitas belajar siswa

No Tingkat Keberhasilan Kriteria aktivitas

1. > 80% Sangat aktif

2. 60% - 79% Aktif

3. 40% - 59% Kurang aktif

4. 20% - 39% Tidak aktif

5. < 20% Sangat tidak aktif

(Sumber: Aqip, 2009:41)

2. Data kuantitatif

Analisis data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif siswa diperoleh dari nilai tes formatif pada setiap akhir siklus yang harus dikerjakan secara tertulis oleh siswa. Soal tes formatif berjumlah 15 butir soal. Skor tiap butir adalah 1. Sehingga skor maksimal keseluruhan adalah 15.

Proses analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Nilai yang diperoleh siswa berupa nilai tes formatif yang dikerjakan secara tertulis pada setiap akhir siklus.

b. Skor perolehan diperoleh dari penjumlahan seluruh skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal.

c. Nilai akhir diperoleh dengan rumus: (Skor perolehan : skor maksimal) x 100


(2)

30

d. Keterangan diisi dengan ketentuan sesuai dengan KKM yang ditetapkan yaitu 61. Jika nilai akhir ≥61 maka dinyatakan tuntas, jika nilai akhir <61 maka dinyatakan belum tuntas.

e. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus:

Nilai rata-rata= nilai siswa siswa

f. Ketuntasan belajar dihitung menggunakan rumus:

% ketuntasan belajar= siswa yang tuntas belajar x 100% siswa

3.7. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada mata pelajaran IPS dari siklus ke siklus.

2. adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada mata pelajaran IPS di setiap siklusnya. Peneliti mentargetkan penelitian ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai KKM/tuntas (Arikunto, 2006:250). KKM yang ditetapkan yaitu 61.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya, yaitu nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 63,00, meningkat pada siklus II menjadi 89,00, terjadi peningkatan sebesar 26,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa model PBL berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS.

2. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar mencapai 68,67 dan meningkat pada siklus II menjadi 77,67. Apabila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dari 20 siswa sebanyak 13 siswa (65,00%), meningkat pada siklus II menjadi 16 siswa (80,00%).


(4)

58

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, bahwa pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran IPS, siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran, maka penulis menyarankan:

1. Guru harus mampu memotivasi siswa dengan memberi penguatan yang tepat sehingga siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Permasalahan yang diajukan hendaknya berhubungan dengan dunia nyata siswa, sehingga pesan yang disampaikan kepada siswa lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

3. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran, antara lain seperti penggunaan model PBL sehingga dapat membantu mewujudkan visi dan misi sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli., dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta Aqip, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara. Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar.

Usaha Nasional. Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hidayati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan IPS SD.

Depdiknas. Jakarta

Junaidi. 2014. Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tanggal 6 Maret 2014.

Kamdi. 2007. Model Pembelajaran Problem Based Learning. http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-based.html. Diakses tanggal 11 Desember 2012.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. RaSAIL Media Group. Semarang.

Ruminiati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

60

Sunyono. 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.

Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI TEMPEH

0 5 18

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF PICTURE AND PICTUREPADA SISWA KELAS IV SDN 3 KETEGUHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GUNUNG REJO KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV SDN 1 MADA JAYA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

0 7 33

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 5 50

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN PADANG MANIS PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD SISWA ELAS IV SDN 2 PASAR BARU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 2 53

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 24 52

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87