7
masyarakatnya beragama berbeda dengan kelompok minoritas yang akan mendirikan rumah ibadat.
1.2. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara Hukum.
11
Tiga ciri penting dalam setiap negara hukum the rule of law seperti diungkapkan oleh A.V. Dicey yaitu
supremasi hukum supremacy of law, persamaan perlakuan di depan hukum
12
equality before the law dan asas legalitas due process of law. Sebagai negara yang mengakui rule of law, mengingat Konstitusi
Indonesia menyebut negara Indonesia adalah negara hukum, persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, diakui di dalam
konstitusi Indonesia. Dengan adanya asas persamaan dan pengakuan seperti itu, maka sudah barang tentu, segala sikap, bentuk dan tindakan diskrimitatif yang
memanifestasi, termasuk di dalam beschiking Pejabat Tata Usaha Negara Pejabat TUN adalah merupakan sikap dan tindakan yang terlarang, tidak terkecuali
tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara sekalipun, yang dinamakan affirmative actions.
13
Prinsip ini dimuat dalam Pasal 27 Ayat 1 Konstitusi Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa:
11
Pasal 1 Ayat 3 Ketetapan MPR tgl 9 November 2001 tentang Perubahan Ketiga UUD Negara Republik Indonesia.
12
Seperti telah Penulis kemukakan di atas, hal inilah yang menjadi vocal point atau pusat kajian skripsi ini.
13
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, 2010, Cetakan ke-1, Jakarta, hlm.,128.
8
“segala warga Negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Ketentuan Konstitusional di Indonesia sebagaimana Penulis kemukakan di atas itu, mengkristalisasikan pandangan dan sekaligus keyakinan setiap orang
bahwa tidak boleh ada diskriminasi terhadap warga negara Republik Indonesia dalam penegakan peraturan perundang-undangan,
14
demikian pula memberi kesempatan untuk aktif di dalam urusan pemerintahan dengan syarat-syarat yang
berlaku sama bagi setiap orang.
15
Pasal 28I Ayat 2 TAP-MPR tentang Perubahan kedua UUD 1945 juga mencerminkan prinsip persamaan perlakuan di
depan hukum, yaitu bahwa: “setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskrimitatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskrimitatif itu”.
Demikian pula dengan pengaturan yang ada di dalam pengakuan bangsa- bangsa beradab di muka bumi misalnya dalam Article 7 Universal Declaration of
Human Right, ditegaskan bahwa: “All are equal before the law and are entitled without any
discrimination to equal protection of the law. All are entitled to equal protection against any discrimination in violation of this
Declaration and against any incitement to such discrimination .”
14
Dalam skripsi ini fokus studi akan dilakukan terhadap PBM, Putusan Pengadilan.
15
Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rieka Cipta, 2001, Cetakan ke-2, Jakarta, hlm.,132.
9
Semua orang adalah sama di muka hukum dan tanpa diskriminasi apa pun berhak atas perlindungan hukum yang
sama. Semua orang berhak atas perlindungan yang sama tanpa diskriminasi apa pun yang melanggar Deklarasi ini dan dari
hasutan apapun untuk melakukan diskriminasi. Ketentuan tersebut di atas mencakup tiga aspek. Aspek yang pertama
adalah persamaan di depan hukum. Aspek kedua yaitu perlindungan hukum yang sama. Dan, aspek yang ketiga adalah perlindungan tidak adanya perlakuan yang
diskriminatif.
16
Hal lain yang sangat penting dalam negara hukum rechtsstaat adalah bahwa negara hukum itu merupakan suatu tempat dimana hak asasi manusia dapat
tumbuh subur, karena hanya di negara hukumlah keberadaan hak asasi manusia dijamin.
17
Hal itu dapat dilihat dari tujuan negara hukum, yaitu melindungi hak- hak dan kebebasan asasi manusia warga negaranya untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang.
18
Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia merupakan asas pokok,
prinsip utama yang menentukan bahwa suatu negara merupakan negara hukum. Dalam kaitan dengan uraian di atas, hak asasi manusia adalah hak-hak
yang telah melekat pada pribadi manusia sejak manusia dilahirkan, bersifat inheren. Walaupun hak asasi manusia itu sudah ada sejak adanya manusia itu,
16
Peter Baehr, Pieter van Dijk, Adnan Buyung Nasution, Leo Zwaak, Instrumen Internasional Pokok Hak - Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor Indonesia, 2001, Ed.II, Jakarta, hlm., 200.
17
Dr. Khrisna Harahap, SH., MH., Ham dan Upaya Penegakannya di Indonesia, Grafiti Budi, 2003, Bandung, hlm., 22.
18
Prof. A. Mukthie Fadjar, S.H., M.S., Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publising, 2005, Cetakan ke-2, Malang, hlm., 44.
10
tetapi suatu hak atau kebebasan yang dimiliki oleh orang tidak bisa terasa manfaatnya selama ia belum dapat leluasa menikmati hak-hak itu tanpa gangguan.
Ia baru merasa manfaat hak asasi manusia kalau hak-hak itu tidak terhilang atau yang sempat tidak terjamin menjadi terjamin lagi.
19
Indonesia sebagai negara hukum tentu saja memiliki tujuan bernegara yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial, dengan
menjamin hak-hak warga negaranya. Jaminan atas hak asasi manusia seperti telah dikemukakan di atas tertuang dalam beberapa TAP-MPR tentang perubahan
Undang-Undang Dasar 1945. Peraturan perundang-undangan juga harus mencerminkan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan tunduk pada prinsip-
prinsip hak asasi manusia, satu diantara hak-hak itu adalah persamaan perlakuan di depan hukum.
Asas persamaan perlakuan di depan hukum menjadi dasar dari semua peraturan perundang-undangan.
20
Sesuatu yang dianggap penting oleh keseluruhan pihak yang terkait, harus sedapat mungkin diatur bersama-sama
dengan para pihak yang bersangkutan, melalui wakil-wakilnya, dan diatur sejauh materinya memungkinkan untuk itu, dengan cara yang sama bagi para pihak
tersebut. Peraturan tidak boleh ditunjukan kepada suatu kelompok tertentu yang dipilih, di dalam suatu peraturan tidak boleh adanya pembedaan semuanya, efek
suatu peraturan tidak boleh menimbulkan ketidaksamaan diskriminasi, dan dalam hubungan antara suatu peraturan dan peraturan lainnya tidak boleh timbul
19
Ibid, hlm., 45.
20
Definisi Peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 Angka 2 UU No.12 tahun 2011 adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan
11
ketidaksamaan kontradiksi. Tidak boleh adanya Peraturan Perundang-undangan yang ditunjukkan kepada sekelompok orang tertentu. Karena, bila hal ini terjadi
maka akan mengakibatkan adanya ketidaksamaan dan kesewenang-wenangan di depan hukum.
21
Kebebasan beragama sebagai HAM di Indonesia, yang dijamin dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia Pasal 29 Ayat 2
22
, serta Pasal 22 Undang- Undang No.39 tahun 1999 Ayat 1 dan 2
23
, harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip persamaan perlakuan di depan hukum. Peraturan Perundang-undangan
yang berkenaan dengan hak beragama tidak boleh menimbulkan diskriminasi antara umat beragama dalam menjalankan ibadat menurut agama dan
kepercayaannya, termasuk juga dalam pendirian rumah ibadat yang diatur dalam PBM. Meskipun perlindungan dan jaminan diakui di dalam rumusan kertas
perundangan di Indonesia seperti telah penulis kemukakan di atas, namun demikian belum tentu suatu tindakan, misalnya suatu tindakan beschiking
Pejabat TUN tidak lagi akan menimbulkan diskriminasi, pengesampingan dan ketiadaan prinsip persamaan perlakuan di depan hukum.
Oleh karena itulah diperlukan judicial review, dalam pengertian sebagaimana dianut di dalam skripsi ini dan sudah dikemukakan di atas, dengan
tujuan untuk memastikan bahwa kekuasaan pemerintah tetap berada di dalam
21
Prof. Dr. Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik, RajaGrafindo Persada, 2011, Cetakan ke-3, Jakarta hlm.,149.
22
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
23
1 “
Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurutagamanya dan kepercayaannya itu.
” 2 “Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.
”
12
batas-batas hukumnya masing-masing to keep the powers of government within their legal bounds
24
dalam arti memertahankan prinsip-prinsip hukum. Kasus paling mutakhir yang dapat memerlihatkan dengan jelas manifestasi
dari tindakan yang rule of law atau yang bernegara hukum terjadi di Indonesia yaitu pembangunan suatu rumah ibadat
25
. Ijin Mendirikan Bangunan dari Rumah Ibadat A Quo
26
tersebut diterbitkan karena Rumah Ibadat A Quo telah memenuhi segala syarat pendirian rumah ibadat yang diatur dalam PBM. Namun, ditengah
pelaksanaan pembangunan Rumah Ibadat A Quo, Kepala Dinas
27
justru menerbitkan surat No. : 503208
–DTKP perihal Pembekuan Ijin tertanggal 14 Februari 2008
28
. Alasan diterbitkannya Pembekuan Ijin tersebut oleh karena masyarakat se-Kota itu berkeberatan atas diterbitkannya IMB Rumah Ibadat A
Quo. Hal ini dapat membuktikan anggapan adanya intoleransi dari kelompok mayoritas.
29
Oleh karena merasa dirugikan maka pihak-pihak yang
berkepentingan, Umat Beragama di Rumah Ibadat A Quo mengajukan Gugatan ke Pengadilan PTUN Bandung yang telah memperoleh Putusan 41. Kepala Dinas
24
Carendish Law Card, Constitutional law, Carendish Publishing Ltd, 1997,1998, pp. 47-48.
25
Uraian lengkap mengenai kasus itu Lihat Bab III Hasil Penelitian dan Analisis Skripsi ini.
26
Supaya memersingkat, tanpa menghilangkan otentisitas kasus itu, untuk selanjutnya, sejauh menyangkut rumah ibadat dalam Putusan-putusan pada Bab III, Penulis singkat dengan Rumah
Ibadat A Quo, semua kata dimulai dengan huruf besar. Nama yang lebih jelas dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan yang sudah terbuka untuk umum dan Nomor-nomor Putusannya sudah
dikemukakan pula oleh Penulis di dalam skripsi ini.
27
Untuk selanjutnya dalam skripsi ini, sama dengan di atas, tanpa bermaksud menghilangkan otentisitas namun untuk memermudah dan memersingkat penyebutan maka pihak itu hanya akan
disebut dengan Kepala Dinas saja.
28
Selanjutnya di dalam skripsi ini hanya akan disingkat dengan Pembekuan Ijin.
29
Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh budaya lokal dalam kehidupan beragama di wilayah tertentu namun, dalam penelitian ini Penulis tidak melihat hal tersebut. Karena fokus Penulis pada asas
persamaan perlakuan di depan hukum dalam PBM dan Putusan Pengadilan. Jadi hal tersebut dapat dilihat oleh peneliti lain.
13
yang adalah Tergugat dalam sengketa tersebut, mengajukan permohonan Peninjauan Kembali
30
. Kini, sengketa itu telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap yaitu Putusan 127. Bagaimanakah asas hukum
persamaan perlakuan di depan hukum yang ada dalam Putusan tersebut? Hal itu jugalah yang telah menjadi latar belakang penelitian dan penulisan karya tulis ini.
1.3. Rumusan Masalah