Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Branchless Banking dalam Peraturan Perbankan di Indonesia T1 312009064 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter di Indonesia telah memporak–pondakan sektor keuangan yang sebelumnya tengah berkembang pesat sejak tahun 1980 – an. Dalam upaya pemulihan sektor keuangan indonesia, telah dilakukan restrukturisasi sistem moneter sejak tahun 1998. Bentuk nyata restrukturisasi dilakukan dengan cara menyehatkan bank dan memberikan independensi kepada bank sentral. Meski telah menelan banyak biaya dan telah dilaksanakan lebih dari tiga tahun, namun proses penyehatan sistem moneter belum menunjukkan tanda – tanda akan berakhir.1

Begitu relevannya perkembangan bisnis bank yang sarat dengan resiko, selanjutnya Pemerintah untuk dilakukan penyempurnaan berbagai regulasi dengan tujuan menciptakan kondisi individual bank yang handal dan sistem perbankan yang sehat, efisien dan kompetitif serta terhindarnya perbankan nasional dari system risk. Salah satu penyempurnaan pengaturan kehati–hatian prudential regulation mutlak dilakukan dengan memperhatikan standar – standar internasional yang berlaku. Pendefinisian kehati-hatian bank serta redefinisi mengenai sanksi-sanksi terkait aspek kehati-hatian prudential dalam kelangsungan usaha bank perlu dilakukan dalam revisi Undang – undang Perbankan. Karena Hal ini didasarkan karena risiko yang sangat tinggi dalam melakukan pemberian kredit sebagai usaha utama bank. Selain itu kegagalan di bidang kredit dapat berakibat

1

http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=109:berbagai-hambatan-dalam-penerapan-kebijakan-moneter-inflation


(2)

pada terpengaruhnya kesehatan dan kelangsungan usaha bank sendiri. Bahwa filisofi bank merupakan lembaga kepercayaan yang hidup dan matinya industri ini pada dasarnya bertumpu pada ada dan tidaknya, tinggi ataupun rendahnya kepercayaan nasabah pada perbankan. Revisi mutlak diperlukan sejalan dengan upaya perlindungan maksimal bagi nasabah dan investor dari setiap produk yang ditawarkan bank.

Selanjutnya pula bahwa bank yang dimaknai sebagai lembaga pembiayaan pula dapat diharapkan mampu memberikan suatu pelayanan yang semaksimal bagi para nasabah penyimpanannya. Sebagai lembaga pembiayaan adalah dimaksudkan bahwa sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan secara khusus untuk melakukan kegiatan termaksud dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

Salah satu ketentuan yang menjadi landasan bahwa perbankan selaku badan usaha, layaknya harus melakukan usahanya berdasarkan asas dan prinsip – prinsip demokrasi ekonomi dan juga suatu kehati – hatian dalam menjamin suatu kepercayaan bagi nasabahnya.

Pasal 2 Undang – undang No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan undang – undang dasar 1945. Demokrasi


(3)

ekonomi ini tersimpul dalam pasal 33 Undang – undang dasar 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.2

Kegiatan perbankan saat ini sedikit dirasakan berubah. Bahwa perbankan itu terjadi karena pergeseran paradigma pemanfaatan transaksi perbankan, manakala nasabah menyimpan dananya pada produk tabungan dan deposito semangat yang terkandung saving oriented, sehingga ada pula nasabah yang memilih jenis investasi yang berorientasikan untuk menambah keuntungan / pendapatan atau nilai tambah lainnya bahkan pada tataran tertentu sebgai wujud niatan spekulatif.

Dalam pemakaian jasa perbankan tidak menutup kemungkinan pada pihak yang lain bank juga berpeluang menderita kerugian karena kegagalannya dalam tujuan nasabah ketika menggunaan produk bank, namun demikian jaminan terhadap perlindungan nasabah dalam wujud perdefinisian kegiatan dan tujuan usaha bank maupun perlindungan nasabah yang patut untuk dituangkan dalam penyempurnaan Undang – undang perbankan dan diletakkan dibatang tubuh perundang – undangan

Selanjutnya juga bahwa melihat bank yang selama ini sering terjadi berbagai penyimpangan dalam praktek yang berimplikasi pada perlindungan bank terhadap nasabah, dapat pula dikemukakan sedikit mengenai fungsi dan tujuan dari bank itu sendiri. Fungsi dan tujuan perbankan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia, yaitu : 3

1) Bank berfungsi sebagai Financial Intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam

2

Http://kuliahade.wordpress.com/2014/04/19/hukum-perbankan-asas-dan-prinsip-perbankan dikunjugi pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 14 :39

3


(4)

2) Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagaian tugas penyelenggaraan Negara.

Sedangkan berdasarkan Undang – undang No. 10 tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah :

1) Sebagai tempat penghimpunan dana dari masyarakat.

Disini bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.

2) Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit

Artinya bahwa bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha- usaha produktif

Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga Intermediary dari masyarakat yang satu kemasyarakat yang lain maka praktek perbankan selalu berkembang. Praktek bisnis perbankan terus berkembang seiring dengan kebutuhan nasabah atau pengguna jasa bank. Praktek bisnis baru yang ada di industri bank, akan penulis angkat di dalam penulisan skripsi ini, yaitu Branchless Banking. Apa itu Branchless Banking?Branchless banking menurut Consultative Group to Asist the Poor (CGAP) memberikan definisi Branchless Banking, sebagai berikut :4 “CGAP definies Branchless Banking as the delivery of financial services outside conventional Bank Branches using information and communications technologies and retail Agent”.

4

Nurjipto, 0609496996, Aspek Hukum Penggunaan Agen Dalam Kegiatan Branchless Banking di Perbankan Indonesia, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 26 Juni 2012, h. 35


(5)

Branchless Banking didefinisikan sebagai pemberian jasa keuangan yang dilakukan diluar kantor cabang Bank Konvensional dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi serta Agen ritel bukan bank. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya layanan perbanakn, perluasan jaringan perbankan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menjangkau lokasi yang terpencil ditanah air dan Branchless Banking menjadi salah satu pendekatan yang potensial yang bersifat non – konvensional. Di Indonesia Branchless Banking masih menunggu aturan panduan tentang konsep dan pelaksanan Branchless Banking dari Bank Indonesia yang berfungsi perpanjangan tangan bank sehingga dapat melayani nasabah sebagaimana yang dilakukan pada perbankan konvensional. Dalam Branchless Banking ada empat pihak yang terlibat sebagai subjek hukum terselenggarannya praktek perbankan ini, Bank, Perusahaan Jasa Telekomunikasi, Nasabah dan Agent.

Bila merunut pada aspek normatif, maka perikatan dapat lahir dari perjanjian atau kontrak dan Undang – undang beserta perbuatan manusia. Adanya perikatan dari para pihak tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan hukum yang terjadi dari para pihak. Hubungan hukum secara teori adalah hubungan hukum antara dua subjek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain.5 Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang lain. Jadi hubungan hukum terdiri atas ikatan – ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat dan seterusnya. Branchless Banking antara para pihak ada lima perjanjian yang tercipta, antara lain :

5


(6)

1) Bank dengan nasabah 2) Bank dengan agent

3) Bank dengan jasa telekomunikasi 4) Jasa telekomunikasi dengan agent 5) Agen dengan nasabah

Berdasarkan fakta – fakta diatas, sangat menarik menurut penulis untuk dikaji masalah hubungan hukum dalam branchless banking sebagai suatu praktek perbankan yang baru. Sepanjang pengetahuan penulis yang terbatas belum ada penulisan skripsi yang menulis mengenai masalah ini. Judul skripsi ini BRANCHLESS BANKING DALAM

PERATURAN PERBANKAN DI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang mejadi rumusan pokok dalam penulisan ini adalah:

1) Bagaimanakah pengaturan mengenai Branchless Banking dalam sistem hukum perbankan di Indonesia?

2) Bagaimanakah hubungan hukum yang terjadi dalam Branchless Banking?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab dari permasalahan yang ada, yaitu:


(7)

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai branchless banking dalam sistem hukum perbankan di Indonesia

2) Memahami konsep hubungan hukum tentang Branchless banking

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, untuk itu dipaparkan tentang hal – hal yang bermanfaat, yaitu antara lain:

1) Manfaat Teoritis

Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum, khususnya dalam bidang ilmu perdata dan perbankan mengenai pengaturan branchless banking dalam sistem hukum dan hubungan hukum yang terjadi dalam branchless banking di Indonesia.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pengambil kebijakan dan para pelaksana hukum dibidang hukum perdata dan perbankan khususnya mengenai branchless banking dalam sistem hukum dan hubungan hukum yang terjadi dalam branchless banking di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsistensi yang terdapat dilapangan.


(8)

Menurut Rony Hanintijo Soemitro, tujuan penelitian pada umumnya adalah :

“Untuk menemukan, mengembangkan, atau menuju kebenaran

pengetahuan.Menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan.Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada, masih atau menjadi diragukan kebenarannya.“6

Sebagai upaya dalam perolehan bahan hukum yang valid, penulis menggunakan metode penelitian yang berfungsi sebagai sarana dan pedoman dalam perolehan bahan hukum serta untuk mengoprasionalkan tujuan penelitian, yang meliputi :

1. Jenis Penelitian

Kajian ini merupakan penelitian Yuridis Normartif. Kajian Normatif digunakan untuk menjawab legalitas Branchless Banking. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan fokus pada kajian tertulis yang menggunakan data sekunder seperti menggunakan peraturan perundang – undangan, teori hukum dan dapat berupa hasil karya ilmiah para sarjana. Berbagai aspek dikaji pada penelitian jenis normatif ini. Pendekatan perundang-undangan yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi untuk menjawab isu hukum atau permasalahan penelitian.7 Aspek – aspek tersebut seperti aspek teori, sejarah, filosofi perbandingan , struktur dan komposisi, lingkup, dan materi, konsistensi, penjelasan umum, dan penjelasan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan yang mengikat suatu perundang – undangan dan bahasa hukum yang digunakan.

6

Rony Hanintijo Soemitro, 1990,Metode Penelitian dan Jurimetri.,Jakarta: Jakarta Press. H. 43

7


(9)

2. Pendekatan Yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu: pendekatan konsep dan pendekatan perundang – undangan(statue approach), adalah pengkajian peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.8Dan pendekatan konsep (conceptual approach), adalah unsur – unsur abstrak yang mewakili kelas – kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang diabstraksikan dari hal – hal particular.9

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumentasi : meliputi pendalaman tentang peraturan perundang – undangan yang terkait dengan Branchless Banking. Studi ini juga dilakukan terhadap bahan – bahan teoritik yang dapat menjustifikasi Branchless Banking sebagai praktek Perbankan yang lazim dilakukan dan legal.

4. Teknik Analisis Data

8

Jhony Ibrahim, teori & metodologi penelitian hukum normatif, Edisi Revisi, Banyumedia Publishing, malang 2008, h. 295.

9


(10)

Data yang diperoleh, baik melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan, selanjutnya dianalisis secara kualitatif, data sekunder yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis).

5. Sumber Hukum

a. Sumber Hukum Primer

1) Kitab Undang – undang Hukum Perdata

2) Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

3)

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang

4) Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/ 25/ PBI/ 2011 tentang Prinsip kehati

– hatian bagi Bank umum yang telah melakukan penyerahan sebagian pelaksana pekerjaan kepada pihak lain.

6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/ POJK.03/ 2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif


(11)

Data diperoleh dari bahan – bahan yang mendukung data primer seperti artikel – artikel baik dari internet yang berisikan tentang hukum Perbankan.

6. Unit Amatan dan Unit Analisis

a. Unit Amatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kitab Undang – undang Hukum Perdata, Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang , Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/ 25/ PBI/ 2011 tentang Prinsip kehati – hatian bagi Bank umum yang telah melakukan penyerahan sebagian pelaksana pekerjaan kepada pihak lain.

b. Unit Analisis, yang menjadi analisis adalah konsrtuksi pengaturan Branchless Banking dalam berbagai aturan.

F. Sistematika Penulisan


(12)

Penulis akan menuliskan latar belakang masalah serta merumuskan rumusan masalah dalam skripsi ini, serta menuliskan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi dan dilanjutkan dengan metode penelitian yang berisi tentang cara Penulis untuk meneliti permasalahan yang dikemukakan oleh Penulis.

Bab II : Kajian Pustaka dan Pembahasan

Pertama Penulis akan menyampaikan kerangka teori yang dekat dengan penelitian, pengertian tentang Branchless Banking, pengaturan yang terkait dengan Branchless Banking, dan beberapa teori hubungan hukum. Serta pada bagian akhir Bab II akan disampaikan analisis tentang hubungan hukum yang terjadi dalam Branchless Banking.

Bab III : Berisikan Kesimpulan dan Saran

Penulis akan menyampaikan akhir kesimpulan dari penelitian atau penulis yang dilakukan dan akan ditutup dengan saran yang diberikan oleh penulis


(1)

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai branchless banking dalam sistem hukum perbankan di Indonesia

2) Memahami konsep hubungan hukum tentang Branchless banking

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, untuk itu dipaparkan tentang hal – hal yang bermanfaat, yaitu antara lain:

1) Manfaat Teoritis

Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum, khususnya dalam bidang ilmu perdata dan perbankan mengenai pengaturan branchless banking dalam sistem hukum dan hubungan hukum yang terjadi dalam branchless banking di Indonesia.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pengambil kebijakan dan para pelaksana hukum dibidang hukum perdata dan perbankan khususnya mengenai branchless banking dalam sistem hukum dan hubungan hukum yang terjadi dalam branchless banking di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsistensi yang terdapat dilapangan.


(2)

Menurut Rony Hanintijo Soemitro, tujuan penelitian pada umumnya adalah :

“Untuk menemukan, mengembangkan, atau menuju kebenaran pengetahuan.Menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan.Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada, masih atau menjadi diragukan kebenarannya.“6

Sebagai upaya dalam perolehan bahan hukum yang valid, penulis menggunakan metode penelitian yang berfungsi sebagai sarana dan pedoman dalam perolehan bahan hukum serta untuk mengoprasionalkan tujuan penelitian, yang meliputi :

1. Jenis Penelitian

Kajian ini merupakan penelitian Yuridis Normartif. Kajian Normatif digunakan untuk menjawab legalitas Branchless Banking. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan fokus pada kajian tertulis yang menggunakan data sekunder seperti menggunakan peraturan perundang – undangan, teori hukum dan dapat berupa hasil karya ilmiah para sarjana. Berbagai aspek dikaji pada penelitian jenis normatif ini. Pendekatan perundang-undangan yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi untuk menjawab isu hukum atau permasalahan penelitian.7 Aspek – aspek tersebut seperti aspek teori, sejarah, filosofi perbandingan , struktur dan komposisi, lingkup, dan materi, konsistensi, penjelasan umum, dan penjelasan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan yang mengikat suatu perundang – undangan dan bahasa hukum yang digunakan.

6

Rony Hanintijo Soemitro, 1990,Metode Penelitian dan Jurimetri.,Jakarta: Jakarta Press. H. 43 7


(3)

2. Pendekatan Yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu: pendekatan konsep dan pendekatan perundang – undangan(statue approach), adalah pengkajian peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.8Dan pendekatan konsep (conceptual approach), adalah unsur – unsur abstrak yang mewakili kelas – kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang diabstraksikan dari hal – hal particular.9

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumentasi : meliputi pendalaman tentang peraturan perundang – undangan yang terkait dengan Branchless Banking. Studi ini juga dilakukan terhadap bahan – bahan teoritik yang dapat menjustifikasi Branchless Banking sebagai praktek Perbankan yang lazim dilakukan dan legal.

4. Teknik Analisis Data

8

Jhony Ibrahim, teori & metodologi penelitian hukum normatif, Edisi Revisi, Banyumedia Publishing, malang 2008, h. 295.

9


(4)

Data yang diperoleh, baik melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan, selanjutnya dianalisis secara kualitatif, data sekunder yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis).

5. Sumber Hukum

a. Sumber Hukum Primer

1) Kitab Undang – undang Hukum Perdata

2) Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

3)

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang

4) Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/ 25/ PBI/ 2011 tentang Prinsip kehati

– hatian bagi Bank umum yang telah melakukan penyerahan sebagian pelaksana pekerjaan kepada pihak lain.

6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/ POJK.03/ 2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif


(5)

Data diperoleh dari bahan – bahan yang mendukung data primer seperti artikel – artikel baik dari internet yang berisikan tentang hukum Perbankan.

6. Unit Amatan dan Unit Analisis

a. Unit Amatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kitab Undang – undang Hukum Perdata, Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang , Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/ 25/ PBI/ 2011 tentang Prinsip kehati – hatian bagi Bank umum yang telah melakukan penyerahan sebagian pelaksana pekerjaan kepada pihak lain.

b. Unit Analisis, yang menjadi analisis adalah konsrtuksi pengaturan Branchless Banking dalam berbagai aturan.

F. Sistematika Penulisan


(6)

Penulis akan menuliskan latar belakang masalah serta merumuskan rumusan masalah dalam skripsi ini, serta menuliskan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi dan dilanjutkan dengan metode penelitian yang berisi tentang cara Penulis untuk meneliti permasalahan yang dikemukakan oleh Penulis.

Bab II : Kajian Pustaka dan Pembahasan

Pertama Penulis akan menyampaikan kerangka teori yang dekat dengan penelitian, pengertian tentang Branchless Banking, pengaturan yang terkait dengan Branchless Banking, dan beberapa teori hubungan hukum. Serta pada bagian akhir Bab II akan disampaikan analisis tentang hubungan hukum yang terjadi dalam Branchless Banking.

Bab III : Berisikan Kesimpulan dan Saran

Penulis akan menyampaikan akhir kesimpulan dari penelitian atau penulis yang dilakukan dan akan ditutup dengan saran yang diberikan oleh penulis