Tugas- Tugas Perkembangan Bagi Perempuan Lanjut Usia Masalah yang Dihadapi Perempuan Usia Lanjut Pensiunan

30

3. Tugas- Tugas Perkembangan Bagi Perempuan Lanjut Usia

Havighurst dalam Hurlock, 1980: 9 menjelaskan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melakukan tugas- tugas berikutnya. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan yakni menimbulkan rasa ketidakbahagiaan serta menimbulkan kesulitan dalam menghadapi tugas- tugas berikutnya. Menurut Havighurst dalam Hurlock, 1980: 10 tugas perkembangan bagi usia lanjut pada umumnya adalah sebagai berikut: a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income penghasilan keluarga c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup d. Membentuk hubungan dengan orang- orang yang seusia e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Tugas perkembangan tersebut diatas merupakan tugas perkembangan bagi usia lanjut secara umum yakni bagi laki- laki maupun perempuan. Namun bagi perempuan terdapat tambahan yakni penyesuaian dalam menghadapi menopause. Lebih lanjut dalam bukunya Andi Mappiare 1983: 195 menjelaskan bahwa tugas 31 perkembangan jika dibandingkan keadaan antara laki- laki dan perempuan terjadi perbedaan. Pada beberapa perempuan akan berhadapan dengan tugas- tugas perkembangan khusus menerima dan menyesuaikan diri dengan adanya perubahan- perubahan psikologis, sebagai akibat dicapainya menopause dalam tahun- tahun pertama setengah baya.

4. Masalah yang Dihadapi Perempuan Usia Lanjut Pensiunan

Perubahan- perubahan psikis dalam masa setengah baya menimbulkan kerumitan masalah yang timbul dalam kehidupan keluarga. Hal ini terutama dialami oleh kebanyakan kaum perempuan pada masa lanjut usia. Menurut Andi Mappiare 1983: 233 perubahan psikis tidak hanya melibatkan penampakan wajah dan tubuh melainkan juga berhubungan dengan datangnya menopause dan kehilangan fungsi melahirkan serta berkurangnya gairah dalam melayani suami. Hal- hal tersebut menjadi permasalahan bagi perempuan lanjut usia yang berperan sebagai ibu rumah tangga sedangkan bagi perempuan yang juga mengalami pensiun permasalahan bertambah. Selanjutkan Siti Partini Suardiman 2011, 141 menyimpulkan hal- hal yang dihadapi oleh para pensiunan adalah sebagai berikut: a. Berkurangnya atau bahkan hilangnya kesibukan bekerja b. Berkurangnya pendapatan c. Berkurangnya atau hilangnya fasilitas yang dulu diterima 32 d. Berkurangnya kontak sosial dengan teman sekerja dan relasi e. Banyaknya waktu luang f. Penyesuaian diri dengan situasi baru Berdasarkan kesimpulan diatas, salah satu masalah yang biasa dihadapi oleh para pensiunan adalah penyesuaian terhadap datangnya masa pensiun. Selanjutnya menurut Siti Partini Suardiman 2011,138 pensiun menyebabkan berkurangnya atau hilangnya peran seseorang yang menjadi bagian dari harga dirinya. Keadaan ini biasanya diasumsikan sebagai proses yang menimbulkan stress dan menjadi akar penyebab menurunnya kesehatan fisik dan mental. Selain masalah –masalah tersebut diatas yang tidak kalah pentingnya adalah masalah perubahan peran. Pada masa lanjut usia terjadi syndrome sarang kosong emptynest dimana anak- anak sudah mulai meninggalkan rumah dan keadaan rumah menjadi sepi hal ini menjadi berat bagi kaum perempuan yang terbiasa mengurus rumah tangga. Seperti yang dijelaskan Andi Mappiare 1983: 237 dalam bukunya yakni salah satu hal penting dalam hubungan dengan perginya sang anak meninggalkan rumah adalah perasaan “gersang dan sunyi” yang dialami oleh pihak orang tua terutama pihak ibu. Hal tersebut menjelaskan beratnya masa sarang kosong atau emptynest bagi perempuan. Seseorang yang mengalami pensiun dengan anggapan negatif cenderung merasa kehilangan jabatannya atau yang biasanya disebut Post Power Syndrome. Faizal Faizal Ramadhan S P 2014:2 menyebutkan Post 33 Power Syndrome adalah gejala pasca kekuasaa dimana sebagian individu merasakan kehilangan status sosial, jabatan, kekuasaan, penghasilan dan kehormatan. Pada pensiunan pria umumnya hal ini menjadi masalah yang seringkali terjadi dan dialami, akantetapi pada tiak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada perempuan. Menurut Santoso dalam Faizal Ramadhan S P 2014:2 Post Power Syndrome terjadi karena beberapa faktor antara lain adalah penurunan aspek fisiologis, psikis; fungsi fisik, kognitif, regulasi emosi, minat, sosial, ekonomi dan religiusitas.

5. Profil Perempuan lanjut Usia Pensiunan