PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

i

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh IDRUS AFANDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

i ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh IDRUS AFANDI

Bagaimana persepsi siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes sehingga menjadi tolak ukur guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran dengan lebih baik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini utnuk mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes adalah metode deskriptif, dengan jumlah sampel sebanyak 213 orang dengan teknik pengambilan sampel dari jumlah populasi yang dikembangkan oleh Issac dan Michael dengan tabel tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. untuk tehnik pengambilan data

menggunakan tekhnik angket. Sedangkan untuk analisis data dalam persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes menggunakan skala Likert. Hasil yang diperoleh dalam penelitian persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes di SMA Negeri 9 Bandar lampung menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes sudah baik dengan predikat cukup baik dengan pesentase keseluruhan untuk yang menyatakan sangat setuju ada 26,85%, sedangakan yang menyatakan setuju ada 57,75%, yang menyatakan kurang setuju ada12,77%, kemudian yang menyatakan tidak setuju hanya ada 2,10%, terlebih pada pernyataan sangat tidak setuju tidak lebih dari 1% yaitu hanya 0,53%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah guru penjasorkes pada persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik mendapat nilai sebesar 57,75% sehingga dalam rentang penilaian guru penjasorkes dapat diartikan cukup baik dibidangnya.


(3)

(4)

(5)

(6)

xv DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 5

1.3.Batasan Masalah... 5

1.4.Rumusan Masalah ... 5

1.5.Tujuan Penelitian ... 6

1.6.Kegunaan Penelitian... 6

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi ... 7

2.2. Pengertian Kompetensi ... 8

2.3. Pengertian Kompetensi Pedagogik ... 10

2.4. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 14

III. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Objek Penelitian ... 17

a Populasi ... 17

b Sampel ... 17

3.2. Tehnik Pengumpulan data ... 18

3.3. Definisi Operasional Indikator ... 19

3.4. Instrumen Penelitian... 20

3.4.1.Penyusunan Instrumen ... 20

3.4.2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 20

3.4.3. Validitas Instrumen ... 20

3.4.4. Realibilitas ... 21

3.5. Metode Analisis Data ... 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 25

4.2. Pembahasan ... 51

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 60

5.2.Saran ... 60 Halaman


(7)

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semua warga Negara Indonesia dituntut aktif serta dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman.

Potensi yang ada pada individu tersebut apabila tidak dikembangkan akan menjadi sumber daya yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam perkembangan berbagai hal antara lain: konsep, prinsip, kreatifitas,

tanggungjawab, dan keterampilan. Individu juga merupakan makhluk yang ingin berinteraksi dengan lingungan sehingga objek sosial ini yang akan berpengaruh terhadap perkembangan individu.

Lembaga Pendidikan harus memiliki kepercayaan diri bahwa ia mampu memberikan arahan pada anak didiknya. Sebaiknya, guru sebagai tenaga pendidik sekaligus pengajar harus mampu menunjukan kepercayaan dirinya sehingga tujuan pendidikan dapat terealisai melalui kinerja yang sesuai dengan kompetensi profesinya sebagai seorang pendidik sekaligus pengajar.


(9)

Sehingga untuk mencapai Indonesia yang berpendidikan yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, guru harus memiliki empat kompetensi dasar yang diterangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, pasal 2 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Berkenaan potensi guru, dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Kualitas dan Kompetensi guru dijelaskan bahwa

kompetensi pedagogik guru meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, cultural, emosional, dan

intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5)

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evalasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan sementara dari peneliti dan dari hasil surve pendahuluan


(10)

yang telah dilakukan,terlihat dari jenjang pendidikan guru pedidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, semua guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sudah sesuai syarat sebagai guru pendidik, yaitu S1 sesuai dengan jurusan yang pelajari di bangku kuliah, dan lulusannya pun berasal dari perguruan tinggi yang terakreditasi Baik yaitu dari Universitas Lampung (Unila) dan Universitas Negeri Yokyakarta (UNY), sehingga untuk bidang strata pendidikan, guru SMA Negeri 9 Bandar

lampung tidak diragukan lagi, bahkan salah satu guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan mengambil peran yang paling penting dalam mengkonsep mutu sekolah yaitu sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Didalam perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil riset yang didapat dari salah satu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu berkembang, SMA Negeri 9 Bandar Lampung,telah mengikuti perkembangan yang diberikan oleh Mentri Pendidikan Nasional RI. Dan dari perestasi yang diperoleh 3 (tiga) tahun terakhir, dari 2009 dan 2010, SMA Negeri 9 Bandar Lampung dalam ajang Development Basketball Lague (DBL) di Lampung mendapat prestasi juara II, kemudian juara I tingkat Asia dibidang karate, mengikuti Liga Pelajar Indonesia (LPI) yang diadakan di tingkat Kota Bandar Lampung mendapatkan juara II, dan untuk tahun 2011, SMA Negeri 9 Bandar Lampung mengikuti kejuaraan bulutangkis ditingkat Nasional walau tidak mendapatkan juara akan tetapi menjadi perserta terbaik di tingkat Provinsi Lampung.


(11)

Menurut Pertaturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, tentang guru, pasal 2 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peneliti fokus pada kompetensi maka bisa dikatakan guru pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sudah terbilang baik dalam memperhatikan pengetahuan dan beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan, dan dari persepsi sebagian siswa yang kami lakukan dari penelitian pendahuluan, siswa menilai guru pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan, dalam kinerjanya saat mengajar guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan melihat cukup baik dalam memberikan pengajaran, baik dengan permainan kelompok

maupun individu, sehingga guru pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan selalu memantau dan memberikan pengajaran yang siknifikan. Ini berarti guru pendidikan jasmnai olahraga dan kesehatan dalam menunjang ilmu pengetahuan dibidang pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan cukup baik.

Sehingga yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: apakah benar guru pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung benar-benar memiliki kompetensi pedagogik yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78? Kemudian memakai seragam baik seragam olahraga saat di lapangan maupun di dalam ruangan?, dan apakah Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan benar-benar sudah menjadi teladan bagi muridnya?, apakah guru pendidikan jasmani olahraga dan


(12)

kesehatan benar-bnar memperhatikan keselamatan siswa dan mengevaluasi setelah pembelajaran selesai?, apakah guru pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan dapat bergaul secara efektif baik kepada peserta didik ataupun pada Stack Holder yang ada di lingkungan sekitar.

Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan diatas baik dari siswa maupun pengalaman pribadi penulis serta dari pokok pikiran dan pendapat yang timbul dari lingkungan sekolah, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul: “ Persepsi Siswa Tehadap Kompetensi Pedagogik Guru

Pendidikan Jasmani Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun 2011/2012.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat di Indentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Guru pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan memiliki dan memahami tentang wawasan landasan pendidikan.

2. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum maksimal dalam mengembangakan kurikulum dan silabus.

3. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum maksimal dalam melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 4. Kemampuan kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani olahraga dan


(13)

1.3. Batasan Masalah

Ruang Lingkup dalam penelitian ini sangat luas, untuk itu penulis membatasi masalah pada Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada Tahun 2011/2012 dari segi proses belajar mengajar.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimanakah persepsi siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat mempunyai kegunaan yaitu:

1. Bagi pihak sekolah, informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melihat kopetensi pedagogik guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

2. Memberikan informasi kepada guru dalam peningkatan pengetahuan dan peningkatan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang mempunyai relefansinya


(14)

4. Berguna bagi pembaca yaitu dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

5. Secara praktis memberikan cerminan bagi Guru Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan guna untuk meningkatkan kompetensinya dalam mengajar.


(15)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Persepsi

Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar member makna kepada lingkungan mereka.

Pendapat senada diuraikan oleh Mangkunegara, (2003:78) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan

pembentukan sikap.

MenurutA Ignasius (2010:7) persepsi adalah proses pengenalan terhadap objek (benda, manusia, gagasan, gejala dan peristiwa) melalui panca indera sehingga dengan serta merta member makna dan nilai kepada suatu objek dengan menonjolkan sifat khas dari suatu obyek serta hasil dari persepsi bisa bias berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda dari individu.

Dari pengertian yang dijelaskan oleh para pakar peneliti, dapat membuat pernyataan bahwa “persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang


(16)

menyeleksi, mengatur dan menginterpretasika nmasukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti”.

2.2. Pengertian Kompetensi

Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. Tentang Kurikulum Inti PerguruanTinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”, sehingga dari pemaparan Surat Keputusan Mendiknas terkait dengan kompetensi ialah seorang yang memiliki kemampuan tertentu atau dalam bidangnyalah yang dapat dikatagorikan sebagai orang yang

memiliki kompetensi apalagi terkhusus guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang sudah tentu terlihat dari arah dan tujuan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: “kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan”, dapat kita lihat betapa berpengaruh sekali kompetensi untuk kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan, antara peran untuk melaksanakan tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai pribadi


(17)

dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangat dilihat untuk menghasilkan kompetensi yang dapat bersaing di dunia internasional, seperti kata pepatah “ guru itu digugu dan ditiru” dalam arti bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan haruslah memiliki peribadi yang

mecerminkan karakter bangsa Indonesia dan tidak lupa guru pendidikan jasamani olahraga dan kesehatan memliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru yang profesional dibidangnya.

Erie Sudewo (2011) mengemukakan bahwa “Kompetensi yang berasal dari kata, competence (kecakapan), merupakan kemampuan dalam mengemban tugas, menyelesaikan pekerjaan, atau menangani persoalan”, dari definisi yang dipaparkan oleh bapak arie sudewo sangat mengglobal tapi sangat jelas dan terang tentang makna kompetensi, beliau menjelaskan asalnya makna kompetensi itu sendiri dan bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan, akan tetapi juga untuk menangani persoalan-persoalan yang ada di lingkungan sekolah, karena pembentukan karakter anak bangsa sangat berpengaruh sekali dalam seni mendidik baik didalam ruangan maupun di luar ruangan dan terkadang mealkukan pembelajaran di luar ruangan cukup sulit dalam menajemen kelas, akan tetapi berbeda hasilnya jika guru yang memiliki kompetensi baik yang menangani kelas tersebut maka dari itu guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangat di tuntut sekali memiliki kompetensi yang baik dibidangnya.

Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat


(18)

untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.

Dari beberapa definisi kompetensi peneliti dapat memberikan divinisi kompetensi yaitu bahwa, kompetensi merupakan “suatu kemampuan

seseorang dalam mengemban tugas dengan penuh tanggungjawab guna untuk membangun ilmu pengetahuan, keterampilan, yang didasarkan pada

pengalaman yang pernah dialami untuk menangani berbagai pekerjaan yang dihadapi”.

2.3. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Berkenaan potensi guru, dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Kualitas dan Kompetensi guru dijelaskan bahwa

kompetensi pedagogik guru meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, cultural, emosional, dan

intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5)

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan


(19)

penilaian dan evalasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan uraian tentang kompetensi pedagogik diatas yang lebih terfokus pada kompetensi pedagogik dalam pembelajaran berbeda dengan definisi kompetensi yang lebih menjurus, maka peneliti dapat simpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah “kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, yang meliputi aspek: (1) pemahaman wawasan landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum dan silabus, (4) perencanaan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi

pembelajaran, (7) pelaksanaan evaluasi hasil belajar, (8) memanfaatkan hasil penilaian dan evalasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (9) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran untuk

menghasilkan tujuan dari pembelajaran”.

Difinisi dan komponen kompetensi pedagogik yang dipaparkan diatas, dikomponen pertama guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam mengajar harus memahami landasan pendidikan yang merupakan landasan para guru dalam mengajar, dengan landasan pendidikan itulah guru mengerti dan tau mau dibawa kemana dan kearah mana peserta didiknya.


(20)

Kemudian dikomponen kedua guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus memahami para peserta didik yang notabenenya satu sama lain memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga peran guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangatlah besar untuk menentukan metode pembelajaran di kelas agar peserta didik dapat memahami pelajaran yang diberikannya.

Komponen ketiga guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus dapat mengembangkan kurikulum dan silabus karena disetiap sekolah

memiliki karakter yang berbeda-beda seperti halnya fikiran manusia, sekolah yang mayoritas wanita/siswi akan beda perlakuannya dengan sekolah yang mayoritas laki-laki/siswa ataupun juga sekolah yang seimbang jumlahnya antara pria dan wanita, karena itu kurikulum dan silabusnya pun harus sesuai dengan kebutuhan di sekolah, karenanya tuntutan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pengembangan kurikulum dan silabus sangat menunjang pencapaian ketuntasan dalam belajar.

Komponen keempat guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sudah merancang atau membuat planing jangka penjang dan jangka pendek, jangaka pendek dalam arti satu semester dan jangka panjang untuk waktu satu tahun, agar pembelajarannya dapat terukur dan terarah tidak hanya mengajar tanpa tahu output yang akan dihasilkan. Sehingga peserta didik hanya mengetahui mata pelajaran penjasorkes adalah hanya olahraga dan bermain, akan tatapi mata pelajaran penjasorkes lebih dari itu.


(21)

Komponen kelima guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus membuat pembelajaran itu menarik dan melakukan pembelajaran dengan mendidik agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan harus ada dialog ataupun diskusi yang aktraktif agar ilmu yang didapat dapat penuh terserap dan siswa memahami dengan matang tidak setengah-setengah.

Komponen keenam guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus bisa memanfaatkan tekhnologi pembelajaran yang ada di sekolah baik yang bersentuhan langsung dengan pembelajaran penjasorkes akan tetapi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat menggunakan berbagai fasilitas tehnologi yang ada di sekolahan, apabila tidak ada fasilitas guru pendidikan jasamani olahraga dan kesehatan dituntut kreatifitasnya dalam memodifikasi alat pembelajaran.

Komponen ketujuh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus selalu mengevaluasi hasil belajar sudah sejauh mana siswa menyerap mata pelajaran yang telah diberikan dan ittu akan menjadi tolak ukur pembelajaran kedepan, dengan harapan kualitas mengajar lebih baik dari yang sebelumnya. Komponen kedelapan hampir sama dengan komponen pedagogik yang ketujuh hanya saja di komponen yang kedelapan ini lebih ditekankan pada pemanfaatan hasil belajar dan evaluasinya sehingga dilihat dari komponen ini adalah actionnya dari komponen ketujuh. dan komponen yang terakhir yaitu melakukan tindakan reflektif atau mengulang-ulang dari pembelajaran yang telah dilaksanakan agar siswa terus mengasah kemamuapnnya dan selalu mengingat apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani oleharaga dan


(22)

kesehatan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

2.4. Pengertian Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, menurut Wojowasito (2002: 162) kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian.

Menurut Syafrudin (2002: 15) Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan

kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.

Melihat dari pasal 1,ayat 4, Bab 1 UU No.14/2005, tentang Guru & Dosen Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Kemudian kata profesi tersebut mendapat akhiran isme, yang dalam bahasa Indonesia menjadi berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjannya sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan


(23)

sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Pengertian guru seperti yang telah dikemukakan Peter salim (2003: 492) dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga seorang guru harus bersifat mendidik.

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotor.

pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru” diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.

2.5. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktifitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan melalui aktifitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktifitas jasmani.


(24)

Tujuan pendidikan jasmani ini adalah tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menyangkut aspekfisik, psikis, dan sosial atau juga pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktifitas jasmani yang berupa gerak jasmani dan olahraga.

Manusia Indonesia seutuhnya dapat diartikan sebagai manusia yang

mempunyai kepribadian yang baik. Kepribadian itu sendiri terdiri dari empat aspek yaitu religious, sosial, psikis dan fisik. Aspek religious berhubungan dengan manusia dengan tuhan, yang berarti manusia beriman. Aspek sosial mempunyai arti bahwa manusia itu selalu ada ketergantungan dengan manusia lain. Aspek psikis yang berkaitan dengan daya fikir, penalaran, dan emosi, sementara itu aspek fisik berkenaan dengan kondisi tubuh dan kemampuan motorik. Apabila keempat aspek kepribadian berkembang dengan baik, maka dapat dikatakan sebagai manusia utuh.

Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia khususnya dalam bidang pendidikan dimana pendidkikan jasamani olahraga dan kesehatan mengemban tugas dalam aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, berfikir kritis, kertampilan sosial, manajemen, intelegensi, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat serta pengenalan lingkungan bersih melalui berbagai kegiatan jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.


(25)

Konsep dasar pendidikan jasmani

Gambar 2.1. Konsep dasar pendidikan jasmani Keterangan:

1. Sehat spiritual atau cerdas adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan yang Maha Esa.

2. Sehat intelektual atau cerdas adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara

fungsional yang lain.

3. Sehat emosional atau cerdas adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makluk lain dan alam sekitar.


(26)

4. Sehat mental atau cerdas adalah memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain baik secara jasmani maupun rohani.

5. Sehat sosial atau cerdas adalah apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu.

6. Terampil atau cerdas adalah kecakapan seseorang untuk menyelesaikan atau membuat sesuatu menjadi terampil.

7. Segar adalah suatu keadaan dimana tubuh seseorang merasa nyaman dan sehat.


(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Penentuan Objek Penelitian

Menurut Margiyono S. (2008: 90) Metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi.

a.Populasi

Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang memiliki kwaliatas dan

karakteristik tertentu yang di tatapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, dimana populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas X,XI, SMA Negeri 9 Bandar lampung yang berjumlah 546 orang dengan rincian terlampir pada halaman 65 .

b.Sampel

Sugiyono (2008:118) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Sehingga semakin besar tingkat kesalahan maka semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, semakin kecil tingkat


(28)

kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.

Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%.Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut.

Dari rumus yang didapat untuk menetukan sampel yang telah kami peroleh dapat di lihat dari tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%.

tabelpenentuan jumlah sampel menggunakan ketentuan menurut sugiyono (2008:128) terlampir pada halaman 66.

Menurut tabel tersebut peneliti mengacu pada taraf kesalahan 5% dan juga dari jumlah populasi peneliti, maka untuk jumlah sampel yang akan diteliti, peneliti mengambil sampel sebanyak 213 orang di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

3.1. Teknik Pengumpulan Data

Faktor penting yang berhubungan dengan data adalah metode pengumpulan data.untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian terlebih dahulu memilih metode pemilihan data yang


(29)

tepat. Adapun metode pemilihan data yang dilakukan ini adalah dengan metode angket atau kuesioner.

Sugiyono (2008:198) Kuesioner adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk menjawab. Metode kuesioner ini digunakan sebagai alat pengumpulan data tentang Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

3.2. Definisi Oprasional Indikator a.Kopetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Secara oprasional kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah skor total diperoleh dari siswa dengan

menggunakan angket yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pemahaman wawasan landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)

pengembangan kurikulum dan silabus, (4) perencanaan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6)


(30)

belajar, (8) memanfaatkan hasil penilaian dan evalasi untuk

kepentingan pembelajaran, dan (9)melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Beberapa aspek pedagogik yang telah disebutkan diatas kemudian dijabarkan kedalam beberapa indicator untuk mendapatkan butir-butir instrument variabel kompetensi pedagogik. Variabel kompetensi pedagogik dalam penelitian ini akan di ukur dalam skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Daftar pembobotan penilaian Kompetensi Pedagogik Guru No Pilihan Jawaban Singkatan Bobot nilai

1 Sangat Setuju SS 5

2 Setuju S 4

3 Kurang Setuju KS 3

4 Tidak Setuju TS 2

5 Sangat Tidak Setuju STS 1

3.3. Instrumen Penelitian 3.3.1. Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah pembatasan materi yang digunakan untuk penyusunan instrumen yang mengacu pada ruang lingkup persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru penjasorkes di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.Untuk mencapai tujuan tersebut dibuat kisi-kisi isntrumen penelitian yang dapat diihat pada lampiran.


(31)

3.3.2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk penyempurnaan penelitian maka instrumen penelitian tersebut perludiujicobakan, dengan tujuan untuk diketahui apakah instrumen penelitian tersebutdapat digunakan untuk pengambilan data atau tidak.Instrumen yang baik adalahinstrumen yang dapat terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik.

3.3.3. Validitas Instrumen

Suharsimi Arikunto, (2002:146) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas atau kesahihan suatu instrumen. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product momentyang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

rxy=

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = nilai factor tertentu

Y = nilai factor total N = jumlah peserta

(Suharsini Arikunto, 2002:147)

Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga rxy >rtabel pada

taraf signifikansi 5%.

Hasil uji coba angket kepada 20 responden diperoleh hasil seperti disajikan dilampiran tantang hasil uji validitas instrumen penelitian.


(32)

3.3.4. Realibilitas

Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat instrumen itu sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Dalam penelitian ini untuk mencari realibilitas alat ukur digunakan teknik dengan

menggunakan rumus alpha :

r11 =

Keterangan:

r11 : realibilitas instrumen k : banyaknya butir

: jumlah varian butir : varian total

(Suharsimi Arikunto, 2002:171)

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga tabel r kritik product moment dengan taraf signifikansi 5% adalah realibilitas 0,404.Jika harga r11 lebihbesar dari reseptor tabel maka dikatakan instrumen tersebut reliable.

3.4. Metode Analisis Data

1. Beberapa aspek pedagogik yang telah disebutkan diatas kemudian dijabarkan kedalam beberapa indicator untuk mendapatkan butir-butir instrument variabel kompetensi pedagogik. Variabel kompetensi


(33)

pedagogik dalam penelitian ini akan di ukur dalam skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti yang tertera pada tabel 3.2. tentang pembobotan nilai kompetensi pedagogik guru. 2. Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada

masing-masing variabel atau subvariabel.

3. Dari hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk prosentase.

Adapun analisis untuk analisis Deskriptif Presentase (DP) adalah:

DP = x 100% Keterangan:

DP = skor yang diharapkan N = jumlah skor maksimum n = jumlah skor minimum (Sutrisno Hadi, 1991:164)

4. Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujan penelitian, sehingga digunakan analisis presentase. Dan untuk menentukan katagori/ deskripsi persentase yang diperoleh masing-masing indicator dan variable yang kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Langkah-langkah perhitungan untuk menentukan kriteria adalah sebagai berikut:


(34)

1. Menetapkan skor tertinggi 2. Menetapkan skor terendah

3. Menetapkan persentase tertinggi =100% 4. Menetapkan persentase terendah =20%

5. Menetapkan rentang persentase = 100%-20% =80% 6. Menetapkan interval =80%:5 =16%

Tabel 3.2. Rentang Penilaian Persentase Interval Koefisien Keterangan

0%-19,9% Sangat Rendah

20%-39,9% Rendah

40%-59,9% Sedang 60%-79,9% Tinggi

80%-100% Sangat Tinggi


(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penilitian yang didapat dan dari data yang ada, menunjukan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cukup memiliki kompetensi pedagogik. terlihat dimensi yang memenuhi syarat baik ada dua yaitu pada dimensi dua pada pemahaman terhadap peserta didik dan dimensi lima pada pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Sedangkan dimensi yang dinilai paling baik diantara semuanya ada pada dimensi lima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sudah baik dengan katagori cukup.

5.2. Saran

Adanya penelitian ini, semoga menjadi evaluasi dan gambaran bagi para pendidik terutama pada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung guna untuk meningkatkan kualitas dalam mengajar, dan saran bagi penulis yaitu:

1. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bisa menambah kompetensinya, terutama pada kompetensi pedagogik yang cenderung masih terlihat cukup standar.


(36)

2. Bagi pembaca harapannya bisa menjadi referensi baik sebagai ilmu

pengetahuan ilmiyah maupun untuk sebagai rujukan penelitian selanjutnya 3. Sekolah yang memiliki guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

dengan adanya penelitian ini dapat memberikan perhatian lebih agar memperhatikan kompetensinya.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

AqibZaenal. 2008. Profesionalisme Guru dan PengawasSekolah. Bandung. CV.

YramaWidya

Arindita. S. 2003.Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanandan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi. Surakarta: FakultasPsikologi UMS.

Depdiknas. 2003. KetentuanUmum. Jakarta: Depsiknas.

Fauzi Muchamad. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. Alfabeta

Imron, 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta

Poerwadarminta. 2006. KamusBesarUmum Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Rifai.2009. Persepsi Guru non Penjasorkes terhadap kinerja Guru Penjasorkes

Tingkat SMA di Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun 2008/2009. Skripsi Fakultas Keolahragaan UNS.

Riduwan, Kuncoro Achmad Engkos, 2011, Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis ( AnalisisJaluar). Bandung. Alfabeta

Rustiyan. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Sekolah dan

Motivasi Kerja Guru Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Pringsewu, Tesis FKIP Unila.

S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto. 2002. Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris. Bandung. Hasta

Salim, Yeny Salim. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum . Jakarta Sugiyono.2008.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sukoco Hendri. 2011. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kompetensi Pedagogik Duru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Pringsewu, Tesis FKIP Unila


(38)

Sudewo Erie.2011.Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta. Republika Penerbit.

Susiana Rima. 2012. Pengaruh Budaya Sekolah, Disiplin Kerja dan Konsep Diri Guru Terhadap Penerapan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Sub Rayon I Bandar Lampung. Tesis FKIP Unila

Syafrudin Nurdin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat Pers


(1)

pedagogik dalam penelitian ini akan di ukur dalam skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti yang tertera pada tabel 3.2. tentang pembobotan nilai kompetensi pedagogik guru. 2. Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada

masing-masing variabel atau subvariabel.

3. Dari hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk prosentase.

Adapun analisis untuk analisis Deskriptif Presentase (DP) adalah:

DP = x 100% Keterangan:

DP = skor yang diharapkan N = jumlah skor maksimum n = jumlah skor minimum (Sutrisno Hadi, 1991:164)

4. Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujan penelitian, sehingga digunakan analisis presentase. Dan untuk menentukan katagori/ deskripsi persentase yang diperoleh masing-masing indicator dan variable yang kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Langkah-langkah perhitungan untuk menentukan kriteria adalah sebagai berikut:


(2)

2. Menetapkan skor terendah

3. Menetapkan persentase tertinggi =100% 4. Menetapkan persentase terendah =20%

5. Menetapkan rentang persentase = 100%-20% =80% 6. Menetapkan interval =80%:5 =16%

Tabel 3.2. Rentang Penilaian Persentase Interval Koefisien Keterangan

0%-19,9% Sangat Rendah

20%-39,9% Rendah

40%-59,9% Sedang

60%-79,9% Tinggi

80%-100% Sangat Tinggi


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penilitian yang didapat dan dari data yang ada, menunjukan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cukup memiliki kompetensi pedagogik. terlihat dimensi yang memenuhi syarat baik ada dua yaitu pada dimensi dua pada pemahaman terhadap peserta didik dan dimensi lima pada pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Sedangkan dimensi yang dinilai paling baik diantara semuanya ada pada dimensi lima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sudah baik dengan katagori cukup.

5.2. Saran

Adanya penelitian ini, semoga menjadi evaluasi dan gambaran bagi para pendidik terutama pada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung guna untuk meningkatkan kualitas dalam mengajar, dan saran bagi penulis yaitu:

1. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bisa menambah kompetensinya, terutama pada kompetensi pedagogik yang cenderung masih terlihat cukup standar.


(4)

pengetahuan ilmiyah maupun untuk sebagai rujukan penelitian selanjutnya 3. Sekolah yang memiliki guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

dengan adanya penelitian ini dapat memberikan perhatian lebih agar memperhatikan kompetensinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AqibZaenal. 2008. Profesionalisme Guru dan PengawasSekolah. Bandung. CV. YramaWidya

Arindita. S. 2003.Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanandan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi. Surakarta: FakultasPsikologi UMS.

Depdiknas. 2003. KetentuanUmum. Jakarta: Depsiknas.

Fauzi Muchamad. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. Alfabeta Imron, 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta Poerwadarminta. 2006. KamusBesarUmum Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Rifai.2009. Persepsi Guru non Penjasorkes terhadap kinerja Guru Penjasorkes

Tingkat SMA di Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun 2008/2009. Skripsi Fakultas Keolahragaan UNS.

Riduwan, Kuncoro Achmad Engkos, 2011, Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis ( AnalisisJaluar). Bandung. Alfabeta

Rustiyan. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Pringsewu, Tesis FKIP Unila.

S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto. 2002. Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris. Bandung. Hasta

Salim, Yeny Salim. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum . Jakarta Sugiyono.2008.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sukoco Hendri. 2011. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kompetensi Pedagogik Duru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Pringsewu, Tesis FKIP Unila


(6)

Sudewo Erie.2011.Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta. Republika Penerbit.

Susiana Rima. 2012. Pengaruh Budaya Sekolah, Disiplin Kerja dan Konsep Diri Guru Terhadap Penerapan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Sub Rayon I Bandar Lampung. Tesis FKIP Unila

Syafrudin Nurdin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat Pers


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 17 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 68

PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN, PERSEPSI GURU TENTANG PAIKEM, DAN PENGAWASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 106

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 88

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 28 104

PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 120

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 25 86

PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

2 22 66

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 38

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA DI SMA NEGERI 1 BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 18 56

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA DI SMA NEGERI 1 BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 18 85