digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
d. Di lingkungan Masyarakat
1. Ekonomi
2. Pendidikan
3. Faktor orang tua
4. Media massa
5. Faktor adat
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  Desiyanti  2015  menunjukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan diusia remaja,
yaitu: a.
Peran  orang  tua:  Kurangnya  peran  orangtua  sehingga  peluang  untuk melaksanakan pernikahan diusia remaja pada anaknya lebih besar.
b.
Pendidikan  orang  tua:  Orang  tua  yang  memiliki  pendidikan  rendah berpeluang  lebih  besar  untuk  melaksanakan  pernikahan  diusia  remaja  pada
anaknya lebih besar.
c.
Pendidikan  anak:  Remaja    yang  memiliki  pendidikan  rendah  memiliki peluang lebih besar untuk melaksanakan pernikahan di usia remaja.
Menurut  Sanderowitz  dan Paxman  dalam  Sarwono: 2003 menyatakan  bahwa  pernikahan  muda  juga  sering  terjadi  karena  remaja
berfikir pendek untuk mengambil keputusan melakukan pernikahan. Selain itu, faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang
tua,  perjodohan  ini  sering  terjadi  akibat  putus  sekolah.  Pendidikan seseorang sangat menentukan dalam kehidupannya, baik dalam mengambil
keputusan,  penyikapan  masalah,  termasuk  didalamnya  kematangan psikologis maupun dalam hal lain yang lebih kompleks Sarwono: 2003.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  faktor  yang  melatar belakangi  seorang  remaja  untuk  menikah  diusia  remaja  sangat  beragam
mulai  dari  faktor  ekonomi,  adat,  serta  pendidikan.  Hal  ini  akan berpengaruh  pada  kehidupannya  yang  akan  datang  sesuai  dengan  alasan
yang  diambil  untuk  menikah  di  usia  remaja,  bahkan  perceraian  pun  bisa datang  menghampiri  ketika  faktor  yang  diambil  untuk  melakukan
pernikahan  tersebut  cenderung  negatif  dan  hanya  menguntungkan salah satu pihak saja.
3. Syarat-syarat Pernikahan
Menurut  Soemiyati  2007  Mengenai  syarat-syarat  pernikahan, dalam Undang-Undang Perkawinan diatur dalam pasal 6 dan pasal 7, yang
pada pokoknya adalah sebagai berikut: a.
Harus  ada  persetujuan  dari  calon  mempelai,  persetujuan  untuk melaksanakan  perkawinan  adalah  syarat  yang  penting  sekali  untuk
membentuk suatu keluarga  yang bahagia, kekal, dan sejahtera, sesuai dengan tujuan perkawinan itu sendiri.
b. Adanya  ijin  dari  kedua  orangtua  atau  wali  pasal  6  ayat  2.  Ijin  ini
hanya  diperlakukan  bagi  calon  mempelai  yang  belum  berumur  21 tahun.
c. Apabila  kedua  orang  tua  meninggal  dunia,  maka  yang  berhak
memberi  ijin  sesuai  dengan  ketentuan  pasal  6  ayat  3,  4,  dan  5  yang berisi:
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
Ayat 3: dalam hal salah seorang dari kedua orangtua meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin
yang dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih  hidup  atau  dari  orangtua  yang  mampu  menyatakan
kehendaknya. Ayat  4:  dalam  hal  kedua  orangtua  telah  meninggal  dunia  atau  dalam
keadaan  tidak  mampu  untuk  menyatakan  kehendaknya,  maka  ijin diperoleh  dari  wali,  orang  yang  memelihara  atau  keluarga  yang
mempunyai  hubungan  darah  dalam  garis  keturunan  lurus  keatas selama  mereka  masih  hidup  dan  dalam  keadaan  dapat  menyatakan
kehendak. Ayat  5:  dalam  hal  ada  perbedaan  pendapat  antara  orang-orang  yang
disebut dalam ayat 2, 3, dan 4 pasal ini, atau salah seorang atau lebih  di  antara  mereka  tidak  menyatakan  pendapatnya,  maka
pengadilan  dalam  daerah  hukum  tempat  tinggal  orang  yang  akan melangsungkan  perkawinan  atas  permintaan  orang  tersebut  dapat
memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat 2, 3, dan 4 pasal ini.
d. Apabila  salah  seorang  dari  kedua  orang  tua  dalam  keadaan  tidak
mampu  menyatakan  kehendaknya  karena  disebabkan  oleh:  1.  Karena dibawah  kuratele,  2.  Atau  sakit  ingatan,  3.  Tempat  tinggalnya  tidak
diketahui,  maka  ijin  cukup  diberikan  oleh  salah  satu  pihak  saja  yang mampu menyatakan kehendaknya.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
e. Apabila  kedua  orang  tua  telah  meninggal  dunia  atau  kedua-duanya
tidak  mampu  menyatakan  kehendaknya,  maka  yang berhak  memberi ijin  adalah:  1.Wali  yang  memelihara  calon  mempelai,  2. Keluarga
yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas, selama  mereka  masih  hidup  dan  dalam  keadaan  dapat  menyatakan
kehendaknya. f.
Jika  ada  perbedaan  pendapat  antara  mereka  yang  disebut  dalam  ayat 2,  3,  dan  4  dalam  pasal  6  ini,  atau  salah  seorang  atau  lebih
diantara mereka tidak ada menyatakan pendapatnya. Pengadilan dalam daerah  hukum  tempat  tinggalorang  yang  hendak  melaksanakan
perkawinan yang berhak memberi ijin. g.
Batas  umur  untuk  melaksanakan  perkawinan  adalah  sekurang- kurangnya 19 tahun bagi calon suami dan 16 tahun bagi calon istri.
Syarat-syarat pernikahan diatas sudah diatur dalam undang-undang pernikahan,  yang  isinya  disesuaikan  dengan  masyarakat  yang  ada  di
Indonesia pada umumnya.
D. Perspektif Teoritis
Pada  umumnya  setiap  manusia  pasti  pernah  membuat  suatu keputusan  ataupun  mengambil  keputusan  yang  menurut  mereka  baik,
tetapi  banyak  diantara  mereka  dianggap  kurang  memiliki  kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tepat. Dalam penetapan pengambilan
keputusan  harus  disertai  dengan  pemikiran  yang  matang  dengan mengumpulkan  informasi  yang  ada  serta  memutuskan  keputusan  yang
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
sesuai  atau  bisa  juga  dengan  musyawarah  bersama.  Sehingga  keputusan yang diambil pun sesuai dan tak hanya mengikuti hawa nafsu semata.
Menurut  Steinberg  2010  Pengambilan  keputusan  pada  remaja memiliki  karakteristik  tersendiri  dibandingkan  dengan  orang  dewasa.
Remaja  sangat  sensitif  terhadap  penghargaanhadiah, remaja  lebih  fokus pada  konsekuensi  yang  langsung  pada  suatu  keputusan  daripada  berfikir
tentang jangka panjang pada suatu keputusan, orientasi yang lemah dalam memprediksi  masa  depan,  dalam  mengambil  resiko  remaja  lebih  mudah
terpengaruhi,  remaja  kurang  mampu  untuk  mengatur  perilakunya,  dan pengambilan  keputusan  pada  remaja  lebih  terganggu  oleh rangsangan
emosi sosial dibandingkan dengan orang dewasa. Pengambilan  Keputusan  dalam  hal  ini  pengambilan  keputusan
untuk  menikah,  seseorang  terlebih  dulu  akan  melakukan  pertimbangan sebelum  mengambil  sebuah    keputusan  sehingga  mereka  dapat
menghadapi  situasi  dan  kondisi  yang  menuntut  keduanya  untuk menentukan  posisi,  dan  menerima  serta  mempertanggung  jawabkan
pilihan  dan  keputusan  yang  diambil.  Pengambilan  keputusan untuk menikah biasanya didasari dari usia pasangan.
Menurut Sarwono 2003 dan Zulkifli 2006 pernikahan pada usia remaja merupakan pernikahan  yang terjadi pada  masa pubertas, dan pada
masa ini remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual, sebab pada masa ini  remaja  mulai  tertarik  dengan  lawan  jenisnya,  sehingga  dengan
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
melakukan pernikahan tersebut remaja dapat terbebas dari fitnah syahwat dan seks pranikah.
Pengambilan  keputusan  untuk  menikah  di  usia  remaja  terjadi karena  dipengaruhi  oleh  berbagai  macam  faktor  yang  mendorong,
diantaranya;  Menurut  Suryono  dalam    Khomsatun: 2012  menyatakan bahwa  faktor  yang  mendorong  seseorang  untuk  melangsungkan
pernikahan  di  usia  remaja,  diantaranya:  Masalah  ekonomi  keluarga  yaitu penghasilan  keluarga  yang  relatif  rendah  sehingga  untuk  memikirkan
pendidikan  anak-anaknya  sangat  kurang.  Adanya  pernikahan  anak-anak tersebut, maka keluarga merasa akan berkurangnya tanggung jawab.
Selain  faktor-faktor  tersebut  adapula  faktor  lingkungan  yaitu: Faktor  ekonomi yaitu penghasilan  masyarakat  disekitarnya  yang  relatif
rendah. Faktor Pendidikan masyarakat  yang masih rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya mengenai Undang Undang
perkawinan  nomer  1  Tahun  1974. Faktor  orang  tua  terjadi  karena  orang tua  selalu  menganggap  dirinya  sebagai  contoh  sehingga  aman  bagi  dia
pasti aman buat anaknya, sebagai contoh apabila orang tua menikah di usia remaja dan tidak terjadi hal yang merugikan maka dia sangat mendukung
apabila  dikemudian  hari  anaknya  menikah  di  usia  muda.  Faktor  media massa  baik  cetak  koran,  majalah,  buku-buku  porno  maupun  elektronik
dinilai  banyak  menyuguhkan  materi  pornografi  dan  pornoaksi  secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang mendalam
dan gambaran psikoseksual  yang salah, serta dapat mendorong timbulnya