ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA
PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Oleh
RIESTANIA FARADILLA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2013
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA
PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Oleh
RIESTANIA FARADILLA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menjawab pertanyaan
apa alasan utama anda dan mengapa pada materi koloid menggunakan model
pembelajaran problem solving untuk siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang
dan rendah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar
Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2012/2013. Metode yang digunakan
pre-eksperimental dengan desain one shot case study. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama, untuk kelompok tinggi 60% berkriteria sangat
baik, dan 40% berkriteria baik; kelompok sedang 15% berkriteria sangat baik,
40% berkriteria baik, dan 45% berkriteria cukup; kelompok rendah 10% berkriteria baik, 60% berkriteria cukup, dan 30% berkriteria kurang. Kemampuan
menjawab pertanyaan mengapa, untuk kelompok tinggi 60% berkriteria sangat
baik, dan 40% berkriteria baik; kelompok sedang 15% berkriteria sangat baik,
Riestania Faradilla
45% berkriteria baik, dan 40% berkriteria cukup; kelompok rendah 40% berkriteria cukup dan 60% berkriteria rendah.
Kata kunci : problem solving, kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama
anda, menjawab pertanyaan mengapa, kelompok kognitif.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
4
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Konstruktivisme ..............................................................
6
B. Pembelajaran Problem Solving ...........................................................
7
C. Keterampilan Berpikir Kritis ..............................................................
9
D. Kemampuan Kognitif .........................................................................
17
E. Analisis Konsep Koloid ......................................................................
18
F. Kerangka Pemikiran ...........................................................................
24
G. Anggapan Dasar .................................................................................
26
H. Hipotesis .............................................................................................
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian ...............................................................................
27
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................
27
C. Sumber Data .......................................................................................
27
D. Instrumen Penelitian ...........................................................................
28
E. Validitas Instrumen Penelitian............................................................
29
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ........................................................
29
G. Teknik Pengelompokkan ....................................................................
31
H. Analisis Data.......................................................................................
33
1. Pengolahan skor tes tertulis ..........................................................
2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket ........
33
35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................
36
B. Pembahasan ........................................................................................
39
Pembelajaran koloid menggunakan model problem solving ........
Kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama anda .........
Kemampuan menjawab pertanyaan mengapa ..............................
Kendala selama penelitian ............................................................
40
45
46
48
1.
2.
3.
4.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................
49
B. Saran ...................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pemetaan SK dan KD.................................................................................
2. Silabus ........................................................................................................
3. RPP.............................................................................................................
4. Lembar Kerja Siswa ...................................................................................
5. Soal Pretes ..................................................................................................
6. Jawaban Pretes ...........................................................................................
7. Kisi-Kisi Soal Postes ..................................................................................
8. Soal Postes .................................................................................................
9. Rubrik Penskoran Postes ............................................................................
10. Kuesioner ...................................................................................................
54
58
66
94
122
123
125
129
131
134
vi
11. Data Kuesioner ...........................................................................................
12. Penentuan Kelompok Kognitif Siswa Berdasarkan Nilai Pretest
Mengenai Materi Hasil Kali Kelarutan ......................................................
13. Hasil Tes Tertulis Berbasis Keterampilam Berpikir Kritis ........................
14. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ........................................
15. Lembar Observasi Guru Mengajar .............................................................
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................
17. Surat Penelitian Pendahuluan .....................................................................
18. Surat Izin Penelitian ...................................................................................
19. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...............................................
20. Daftar Hadir Seminar Usul ........................................................................
21. Daftar Hadir Seminar Hasil ........................................................................
135
137
139
141
143
153
163
164
165
166
167
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA. Dalam BSNP (2006) disebutkan dua hal
yang tidak terpisahkan dari ilmu kimia, yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuan
yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; serta kimia sebagai proses
yang berupa kerja ilmiah. Kerja ilmiah dalam pembelajaran kimia dapat menumbuhkan kecakapan hidup seperti, keterampilan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah, serta berkomunikasi.
Pada dasarnya siswa sering menjumpai permasalahan dalam keseharian. Permasalahan yang makin kompleks pada era globalisasi ini tentu menuntut keterampilan siswa dalam berpikir terutama keterampilan berpikir kritis. Keterampilan ini dapat dibentuk melalui proses dalam ilmu kimia. Melatihkan keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Sekolah, lebih khususnya guru memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswanya.
(Wahyuni, 2011).
Hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang study di SMA Negeri 1 Natar
didapatkan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Selain itu,
guru juga belum melakukan evaluasi terhadap keterampilan berpikir kritis
2
siswanya, sehingga belum diketahui seberapa jauh keterampilan berpikir kritis
siswa. Salah satu keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan memberikan
penjelasan sederhana. Materi kimia di SMA/MA yang mampu melatihkan keterampilan ini adalah koloid. Standar Kompetensi dari materi koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan SK ini siswa akan dilatihkan untuk memberikan penjelasan sederhana
dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru misalnya, mengapa partikel
debu dapat menghamburkan cahaya, mengapa adsorpsi terjadi di permukaan
koloid, dll.
Penelitian oleh Purlistyani (2012) yang berjudul “Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid dengan Metode DiscoveryInquiry”, didapatkan pencapaian siswa pada keterampilan memberikan penjelasan
sederhana untuk kelompok tinggi tergolong baik (62,7%) serta kelompok sedang
dan rendah tergolong cukup (57,0% dan 48,6%). Penelitian ini membuktikan
bahwa pembelajaran koloid dapat melatihkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana.
Untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa, maka diperlukan model yang
sesuai. Menurut Sulastri (2012), model tersebut harus dapat menggiring siswa
untuk memecahkan masalah, sehingga siswa berperan aktif dalam proses belajar.
Problem solving adalah model yang berbasis pada masalah. Keberhasilan model
ini dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis dijabarkan dalam penelitian
Aeniah (2012) yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas
XI pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving”.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, didapatkan bahwa pencapaian keterampilan
3
memberikan penjelasan sederhana tergolong dalam kriteria baik (71,9%). Hal ini
membuktikan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
Depdiknas menjabarkan langkah-langkah model pembelajaran problem solving
terdiri dari; orientasi siswa pada masalah, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara dari
masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, serta menarik
kesimpulan. Melalui langkah-langkah ini siswa akan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru (Nessinta, 2009).
Berdasarkan kemampuan kognitifnya Nasution (2000) mengelompokkan siswa
menjadi tiga, yaitu; kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Gustini
menjelaskan bahwa kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi,
cenderung memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah. Hal ini membuktikan adanya hubungan
antara kemampuan kognitif siswa dengan keterampilan berpikir kritisnya
(Setiowati, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, maka dilakukanlah penelitian pada
siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar dengan judul : “Analisis Kemampuan
Memberikan Penjelasan Sederhana pada Materi Koloid Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Solving”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah pokok pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam
menjawab pertanyaan apa alasan utama anda, pada materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok tinggi,
sedang dan rendah?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam
menjawab mengapa, pada materi koloid menggunakan model pembelajaran
problem solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, secara umum penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menjawab pertanyaan apa
alasan utama anda dan mengapa pada materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan infomasi kepada guru kimia SMA Negeri 1 Natar mengenai
tingkat keterampilan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
2. Memberikan alternatif model pembelajaran kepada guru untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
5
3. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis keterampilan
memberikan penjelasan sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar permasalahan yang telah dipaparkan dalam penelitian ini menjadi terarah
dan menghindari kajian penelitian yang meluas, maka ruang lingkup masalah
yang diteliti yaitu:
1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu permasalahan
(Tim Penyusun kamus, 2006).
2. Keterampilan memberikan penjelasan sederhana merupakan salah satu keterampilan berpikir kritis, sub keterampilan yang diteliti adalah bertanya dan
menjawab pertanyaan mengapa yang berfokus pada indikator menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan menjawab pertanyaan mengapa.
3. Langkah-langkah dalam model pembelajaran problem solving dijabarkan oleh
Depdiknas terdiri dari; mengorientasikan siswa pada masalah, mencari data
atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut, dan menarik kesimpulan (Nessinta, 2009).
4. Kelompok tinggi, sedang dan rendah merupakan kelompok siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang dan rendah (Nasution, 2000).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang (Sardiman, 2007).
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti
hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu. (Suparno, 1997)
Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tibatiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap
7
untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada
strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
Mengajar adalah membantu siswa belajar;
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan;
6. Guru adalah fasilitator.
B. Pembelajaran Problem Solving
Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran dengan menggunakan model problem solving. Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut
siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok.
Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru. Masalah pada hakikatnya merupakan bagian
dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses
berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkahlangkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan
8
sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu
pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.
Menurut Nasution (2000) mempelajari aturan perlu, terutama untuk memecahkan
masalah. Problem solving merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan.
Problem solving prosesnya terletak dalam diri siswa. Memecahkan masalah dapat
dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan
yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah
yang baru. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan
yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam
mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi
konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah
menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu
(Hidayati, 2006).
Langkah-langkah pembelajaran problem solving dijabarkan Depdiknas (Nessinta,
2009), yaitu meliputi :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan;
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain;
9
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua di atas;
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode metode lainnya
seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain;
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Kelebihan dari pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002)
adalah sebagai berikut :
1. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
2. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
3. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan
berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahannya.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara
mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka
itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran
dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan
pemahaman terhadap sesuatu, menerka berbagai kemungkinan ide atau ciptaan
dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang
dialami. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, mem-
10
berikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang
lebih benar. (Mustaji, tanpa tahun)
Menurut Depdiknas (2008), berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu atau menimbang-nimbang dalam ingatan, sedangkan kritis diartikan sebagai sifat tidak percaya, bersifat selalu menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan. Jadi, berpikir kritis
dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat
keputusan.
Preseisen (Costa, 1985) secara umum membagi keterampilan berpikir menjadi
dua, yakni keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau
tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi
empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan
kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur,
menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan
menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa.
Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis
lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.
11
Ertanti menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berpikir kritis apabila
telah mampu untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan dan belajar
konsep-konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir reflektif berdasarkan sesuatu yang diyakini sebagai sesuatu yang benar sehingga dapat membuat
kesimpulan terbaik (Aeniah, 2012).
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis.
No
Unsur
1 Focus
2
Reasoning
3
Inference
4
Situation
5
Clarity
6
Overview
Keterangan
Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama,
isu, pertanyaan, ataupermasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di
dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari
suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan
alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus
dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut
dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.
Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan
Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh
situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun
sosial).
Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan
kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan
Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita
temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
(Saputra, 2012)
Moore dan Parker menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa
karakteristik (Saputra, 2012), yaitu:
1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat.
2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional.
3. Memisahkan fakta dari pendapat.
12
4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang
lain.
6. Menunjukkan analisis data atau informasi.
7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah
dan informasi.
9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermakna ganda.
10. Membangun argumen yang meyakinkan.
11. Memilih data penunjang yang paling kuat.
12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.
14. Menyadari ketidakjelasan.
15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.
16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya
dalam pengambilan keputusan.
17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu.
18. Menggunakan bukti secara benar.
19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.
Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis.
Keterampilan
berpikir kritis
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
Sub keterampilan
berpikir kritis
1. Menfokuskan
pertanyaan
2. Menganalisis
argumen
Indikator
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria jawaban
yang mungkin.
c. Menjaga pikiran terhadap
situasi yang sedang dihadapi
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi dan
menangani ketidaktepatan
13
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
2. Membangun
kemampuan dasar
Sub keterampilan
berpikir kritis
2. Menganalisis
argumen
Indikator
f. Mencari struktur dari
argumen
g. Meringkas
3. bertanya dan
a. bertanya dan menjawab
menjawab
pertanyaan mengapa?
pertanyaan
b. Apa alasan utama Anda?
klarifikasi dan
c. Apa yang Anda maksud
pertanyaan yang
dengan...?
menantang
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan menjadi
contoh?
f. Bagaimana mengaplikasikan
ke kasus ini?
g. Apa yang menjadi
perbedaan?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang Anda
katakan,...?
j. Apakah yang ingin Anda
katakan lagi mengenai hal
tersebut?
4. Mempertimbangkan a. Keahlian
apakah sumber
b. Mengurangi konflik yang
dapat dipercaya atau
menarik perhatian
tidak
c. Kesepakatan antarsumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang
ditetapkan
f. Mengetahui resiko
g. Kemampuan memberikan
alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan a. Mengurangi menggunakan
mempertimbangkan
dugaan
b. Mempersingkat waktu antara
hasil observasi
observasi dengan laporan
c. Laporan yang dilakukan oleh
pengamat
d. Mencatat hal-hal yang
diperlukan.
e. Pembuktian
f. Kemungkinan dalam
pembuktian
g. Kondisi akses yang baik
14
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
2. Membangun
Kemampuan
dasar
3. Menyimpulkan
Sub keterampilan
berpikir kritis
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator
h. Kompeten dalam
menggunakan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas kriteria
6. Mendeduksi dan
a. Kelas logika
mempertimbangkan b. Mengkondisikan logika
hasil deduksi
c. Menginterpretsi suatu
pernyataan
1) Penyangkalan
2) Kondisi yang dibutuhkan
dan secukupnya
3) Kata logika lainnya:
“hanya”,“jikadanhanya
jika”.“atau”,“beberapa”,
“kecuali”.“tidak
keduanya”,dll.
7. Menginduksi dan
a. Menggeneralisasi
mempertimbangkan
1) Kekhasan dari sebuah data:
batasan cakupan data
hasil induksi
2) Pengambilan contoh
3) Tabel dan grafik
b. Menyimpulkan kesimpulan
yang bersifat penjelasan dan
hipotesis
1) Tipe-tipe kesimpulan yang
bersifat menjelaskan dan
hipotesis:
a) Pernyataan sebab akibat
b) Menyatakan hal yang
dapat dipercaya dan
sikap orang lain.
c) Menginterpretasikan
maksud penulis
d) Menyatakan secara
historikal tentang hal-hal
yang terjadi
e) Melaporkan definisi
f) Menyatakan sesuatu
yang merupakan alasan
dan kesimpulan yang
tidak tercantum.
2) Menginvestigasi
a) Merancang eksperimen,
termasuk merancang
variabel kontrol.
15
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
3. Menyimpulkan
4. Membuat
penjelasan lanjut
Sub keterampilan
berpikir kritis
7. Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Indikator
b) Mencari fakta dan fakta
yang berlawanan
c) Mencari penjelasan
yang mungkin
2) Kriteria memberikan
anggapan yang tepat.
a) Mengemukakan
kesimpulan yang dapat
menjelaskan fakta
b) Mengemukakan
kesimpulan berdasarkan
fakta
c) Alternatif kesimpulan
yang tidak sesuai fakta
d) Mengemukakan
kesimpulan yang masuk
akal
8. Membuat dan
a. Latar belakang fakta
mengkaji hasil
b. Konsekuensi
pertimbangan
c. Menerapkan konsep (prinsipprinsip, hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Menyeimbangkan,
menimbang, dan
memutuskan
9. Mendefinisikan
Ada 3 dimensi:
istilah dan
a. Bentuk: sinonim, klasifikasi,
mempertimbangkan
rentang, ekspresi yang sama,
definisi
cara kerja, contoh dan non
contoh
b. Strategi definisi
1) Tindakan: melaporkan
maksud, menetapkan
maksud, mengungkapkan
posisi pada suatu permasalahan (termasuk
rencana dan definisi yang
meyakinkan)
2) Mengidentifikasi dan
mengendalikan
(a) Memberikan perhatian
kepada keadaan
16
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
4. Membuat
penjelasan lanjut
5. Strategi dan taktik
Sub keterampilan
berpikir kritis
9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
Indikator
(b) Jenis-jenis respon yang
mungkin:
(i) “Definisiyang kurang
tepat”(responyang
sederhana)
(ii) Pengurangan keadaan
yang bukan-bukan
“Menurutdefinisi
tersebut, ada hasil
yang tidak sesuai”
(iii)Mempertimbangkan
alternatif interpretasi
3) Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan
definisi konten (isi).
10. Mengidentifikasi
a. Alasan yang tidak
asumsi
dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan:
rekonstruksi argumen
11. Memutuskan suatu
a. Mendefinisikan masalah
tindakan
b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi
yang mungkin
c. Merumuskan alternatif
solusi
d. Memutuskan hal-hal yang
akan dilakukan sementara
e. Merivew, memasukkan
sumber ke dalam laporan
dan membuat keputusan
f. Memonitor pelaksanaan
12. Berinteraksi dengan a. Memberi label
orang lain
b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan posisi,
baik lisan maupun tulisan
(Costa, 1985)
17
Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah :
Tabel 3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada penelitian
No
1
Keterampilan
Berpikir Kritis
Memberikan
penjelasan
sederhana
Sub Keterampilan
Indikator
Berpikir Kritis
Bertanya dan menjawab a. Menjawab pertanyaan
pertanyaan klarifikasi
mengapa?
dan pertanyaan yang
b. Apa alasan utama Anda?
menantang
D. Kemampuan Kognitif
Kurniawan (2012) mendefinisikan kemampuan sebagai suatu kesanggupan atau
kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk
mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Sementara kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi merupakan kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai
hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
sendiri.
Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).
18
Kemampuan kognitif menurut Nasution (2000) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Secara alami kemampuan kognitif dalam satu kelas kemampuan
kognitif siswa yang bervariasi. Jika dikelompokkan, maka akan terdapat 3 kelompok yaitu, kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman, apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep)
akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi
yang dipelajari (Winarni, 2006).
Siswa dengan kemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan
awal lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama
dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih
baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Sehingga pada awal pelajaran
siswa berkemampuan tinggi memiliki mental yang lebih dibandingkan dengan
siswa yang berkemampuan rendah.
E. Analisis Konsep Koloid
Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mendefinisikan konsep secara umum
sebagai suatu ide. Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori
yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Sementara
Markle dan Tieman (Saputra 2012) mengungkapkan bahwa tidak ada kata yang
tepat untuk menjelaskan arti konsep, sehingga diperlukan suatu analisis konsep
19
yang dapat memungkinkan untuk mendefinisikan konsep dan menghubungkan
dengan konsep-konsep lain.
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu
guru dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran sebagai suatu ketecapaian
konsep. Langkah-langkah dalam analisis konsep, yaitu: (1) menentukan nama
atau label konsep; (2) definisi konsep; (3) jenis konsep; (4) atribut kritis; (5)
atribut variabel; (6) posisi konsep; (7) contoh, dan non contoh.
Berikut analisis konsep materi koloid disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis konsep materi koloid.
No
Label Konsep
1.
Campuran
2.
Suspensi
3.
Larutan
4.
Koloid
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Suspensi
Zat
Larutan
terlarut
Koloid
Zat
pelarut
Ukuran
partikel
Superordinat
-
Konsep
Koordinat
-
Subordinat
Suspensi
Larutan
Koloid
Campuran
heterogen
Zat terlarut
Zat pelarut
Ukuran
partikel
Zat
terlarut
Zat
pelarut
Campuran
larutan
koloid
campuran
homogen
Zat terlarut
Zat pelarut
Ukuran
partikel
Zat
terlarut
Zat
pelarut
Campuran
suspensi
koloid
Larutan
elektrolit dan
non elektrolit
Larutan asam
basa
Fase
terdispersi
Fase
pendispersi
Efek Tyndall
Gerak Brown
Ukuran
Campuran
partikel
Sifat-sifat
Jenisjenis
larutan
suspensi
Contoh
Udara
Non
Contoh
Gas O2,
gas
Nitrogen
Campuran
air dengan
pasir
Santan,
susu
Larutan
gula,
larutan
garam
campuran
air dan pasir
-
Efek Tyndall Susu,
Gerak Brown santan , cat,
Elektroforesis tinta
Adsorpsi
Dialisis
Koagulasi
Campuran
air dengan
minyak,
campuran
gula dan
air
20
Jenis
Konsep
Campuran merupakan Konsep
gabungan dari dua
konkret
senyawa atau lebih
dengan perbandingan
tak tentu yang tidak
dapat dipisahkan
secara fisika. Contohnya seperti larutan,
suspensi, koloid.
Suspensi merupakan Konsep
campuran heterogen
konkret
yang terdiri dari dua
fasa dan dapat dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
Larutan merupakan
Konsep
campuran homogen
konkret
yang terdiri dari satu
fasa dan tidak dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
Koloid merupakan
Konsep
campuran senyawa
abstrak
yang terdiri dari fase contoh
terdispersi dan fase
konkret
pendispersi dan
memiliki sifat-sifat
Definisi Konsep
21
Tabel 4 (lanjutan)
No
6.
7.
8.
9.
Label Konsep
Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Efek Tyndall
Gerak Brown
10. Elektroforesis
Definisi Konsep
tertentu seperti Efek
Tyndall, Gerak
Brown, Elektroforesis,
Adsorpsis, Dialisis,
Koagulasi, dan terbagi
kedalam 4 jenis
diantaranya Sol,
Emulsi, Buih dan
Aerosol. Dapat dibuat
dengan 2 cara dispersi
dan kondensasi.
Zat yang
didispersikan dalam
medium pendispersi
Zat yang berperan
mendispersikan zat
lain.
Jenis
Konsep
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Elektroforesis adalah
pergerakan partikel
koloid yang
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Zat
Koloid
Koloid
Penghamburan Ukuran
seberkas cahaya partikel
oleh partikel
koloid
sifat-sifat
koloid
gerak zig zag
partikel koloid
sifat-sifat
koloid
ukuran
partikel
parikel koloid Muatan
dalam medan
partikel
listrik
Konsep
Koordinat
Superordinat
sifat-sifat
koloid
Fase
Pendispersi
Fase
Terdispersi
gerak brown
elektroforesis
adsorpsi
dialisis
koagulasi
efek Tyndall
koagulasi
adsorpsi
elektroforesis
dialisis
efek Tyndall
koagulasi
adsorpsi
Subordinat
sol
emulsi
buih
aerosol
-
-
-
-
-
Contoh
Zat
pewarna
dalam tinta
Zat
pengencer
(air) dalam
tinta.
Sorot lampu
mobil pada
malam yang
berkabut
Pengamatan
partikel
koloid pada
susu
Untuk
identifikasi
DNA dalam
Non
Contoh
Pemurnian
gula tebu
Sorot
lampu
mobil pada
malam
yang
berkabut
Pengamatan partikel
koloid
21
Efek Tyndall adalah
tehamburnya berkas
cahaya oleh sistem
koloid, dikarenakan
ukuran partikelnya
Gerak Brown yaitu
suatu gerak zig-zag
partikel koloid yang
dapat diamati dengan
mikroskop ultra
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Elektroforesis
Adsorpsi
Dialisis
Koagulasi
Sol
Emulsi
Buih
Aerosol
Cara dispersi
Cara
kondensasi
Zat
-
22
Tabel 4 (lanjutan)
No
Label Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Superordinat
bermuatan dalam
medan listrik
11. Adsorpsi
12. Koagulasi
13. Dialisis
14. Aerosol
15. Sol
Adsorpsi
Muatan
Kemampuan
partikel
menyerap berbagai macam
zat pada permukaan
Penggumpalan Muatan
pada sistem
partikel
koloid
sifat-sifat
koloid
Dialisis
Campuran
yang dapat
dipisahkan
oleh ion-ion
sifat-sifat
koloid
Konsep
Koordinat
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
koagulasi
elektroforesis
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
adsorpsi
elektroforesis
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
adsorpsi
elektroforesis
gerak brown
koagulasi
Subordinat
Konsep
abstrak
Koagulasi yaitu
peristiwa penggumpalan pada
sistem koloid
Konsep
abstrak
Dialisis yaitu
campuran koloid
yang dapat
dipisahkan dari ionion
Konsep
abstrak
Aerosol merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi padat
atau cair dan
medium pendispersi
gas
Sol merupakan jenis
koloid dengan fase
terdispersi padat dan
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Fase
Fase zat
terdispersi
padat atau cair
Medium
pendispersi gas
jenis-jenis
koloid
sol
emulsi
buih
Aerosol
padat
Aerosol cair
Konsep
abstrak
contoh
Fase
terdispersi
padat
jenis-jenis
koloid
aerosol
emulsi
buih
Sol padat
Sol cair
partikel
koloid
ion-ion
penggang
gu
Fase zat
sifat-sifat
koloid
-
-
-
mengidentifikasi
pelaku
kejahatan
Pemurnian
gulaPenjern
ian air
Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl
Non
Contoh
pada susu
Sorot
lampu
mobil pada
malam
yang
berkabut
Pemutihan
gula tebu
Proses
pemisahan
hasil-hasil
metabolisme dari
darah oleh
ginjal
Asap, debu
dalam
udara,
Kabut, dan
awan
Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl
Sol sabun,
sol
detergen,
Santan,
susu,
mayonaise
Air sungai,
cat
22
Partikel koloid
memiliki kemampuan menyerap berbagai macam zat
pada permukaan
Contoh
23
Tabel 4 (lanjutan)
No
Label Konsep
Definisi Konsep
medium pendispersi
padat atau cair
16. Emulsi
17. Buih
18. Cara Dispersi
19. Cara Kondensasi
Jenis
Konsep
konkret
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Medium
pendispersi
padat atau cair
emulsi
fase zat
terdiri dari
fase terdispersi
cair dan
medium pendispersi cair
Fase
Fase zat
terdispersi gas
Medium
pendispersi
cair atau padat
Konsep
Koordinat
Subordinat
Contoh
Non
Contoh
sol kanji
aerosol
sol
buih
Emulsi
padat
Emulsi cair
Susu,
santan,
mutiara,
jeli
Kabut,
awan
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
Buih cair
Buih padat
Buih sabun,
karet busa
batu apung
susu,
santan, jeli
Partikel
Cara
Pembuatan
koloid
Cara konden- Cara dispersi Pembuatan
sasi
langsung
sol belerang
Homogenisasi
Peptisasi
Busur bredig
Pembuatan sol
Fe(OH)3
Kondensasi
Partikel
Pembuatan
koloid dengan
cara menggumpalkan
partikel larutan
sejati menjadi
partikel koloid
Cara
Pembuatan
koloid
Cara kondensasi
Pembuatan
sol
belerang
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Konkret
Pembuatan
sistem koloid
dari partikel
yang lebih
besar dari
koloid.
Cara pembuatan
koloid dari partikel
kecil (larutan)
menjadi partikel
koloid
Konkret
Reaksi
Hidrolisis
Reaksi
Redoks
Pertukaran
ion
Pembuatan
sol Fe(OH)3
23
jenis-jenis
koloid
Emulsi merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi cair
dan medium
pendispersi padat
atau cair
Buih merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi gas
dan medium
pendispersi cair atau
padat
Cara dispersi yaitu
pembuatan koloid
dari partikel yang
ukurannya lebih
besar dari partikel
koloid (suspensi)
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Superordinat
24
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan menjawab pertanyaan
apa alasan utama anda dan mengapa menggunakan model pembelajaran problem
solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Model pembelajaran
Problem Solving melibatkan siswa terhadap permasalahan dalam pembelajarannya. Penerapan model ini akan membuat siswa cenderung aktif melibatkan diri
pada proses pembelajaran, sehingga guru tidak mendominasi kelas. Pada proses
pembelajaran siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan
kognitifnya. Dalam satu kelompok masing-masing terdiri dari siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.
Tahap pertama, mengorientasikan siswa pada masalah. Tahap ini dimulai dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan fakta atau fenomena untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menentukan atau menemukan
permasalahan dari fenomena masalah yang telah disampaikan oleh guru.
Tahap kedua yaitu mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi dari sumber (buku, internet,
artikel, koran) sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi.
Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis.
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk memberikan ide atau pendapat
sebagai hipotesis awal terhadap jawaban atas permasalahan yang dikemukakan
secara bebas berdasarkan pengetahuan awal mereka.
25
Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini
siswa melakukan percobaan untuk membuktikan jawaban sementara yang bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati fenomena-fenomena
yang terjadi dengan memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin. Setelah
melakukan praktikum, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi persamaan atau
perbedaan (membandingkan) bermacam-macam campuran, mengontraskan ciriciri, serta mengelompokkan atau menggolongkan campuran kedalam larutan,
koloid, dan suspensi. Kemudian melakukan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Pada tahap
ini, siswa berkemampuan kognitif rendah, akan terbantu dalam memahami materi
koloid dengan baik. Melalui diskusi kelompok, kegiatan praktikum, dan LKS berbasis problem solving, siswa berkemampuan kognitif tinggi, dapat membantu
siswa berkemampuan kognitif sedang dan rendah untuk dapat memahami materi
koloid dengan baik.
Tahap kelima menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah awal. Dengan kebebasan untuk mengolah
semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan
awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang diperoleh melalui
tahapan pembelajaran ini, yaitu siswa dapat menyimpulkan definisi koloid.
Dengan pemikiran, melalui penerapan model pembelajaran problem solving ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki yaitu kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan
mengapa. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa yang
26
memiliki tingkat kemampuan kognitif tinggi akan memiliki kemampuan
menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan mengapa yang baik.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1
Natar tahun ajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian memiliki kemampuan kognitif yang heterogen.
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif
siswa maka akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan mengapa.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar
Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 40.
Subyek penelitian ini memiliki karakteristik siswa yang heterogen.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimental dan desain
penelitian one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan
kemudian dilakukan observasi. Penggambaran desain menurut Creswell (1997) :
X
Keterangan:
O
X = Perlakuan yang diberikan;
O = Posttest
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data pretest yang
digunakan untuk penentuan pengelompokkan siswa berdasarkan kelompok
kognitifnya, lembar observasi (guru mengajar dan aktivitas siswa), data posttest
28
yang diberikan pembelajaran problem solving, data kuesioner atau keterlaksanaan
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi koloid.
2. Lembar Kerja Siswa yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat,
yaitu: LKS 1 mengenai sistem koloid melalui percobaan; LKS 2 jenis-jenis
koloid berdasarkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya melalui percobaan; LKS 3 sifat-sifat koloid melalui media video dan gambar; LKS 4
pembuatan koloid serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
3. Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu
a. Pretest terdiri dari soal essay berjumlah 5 soal materi hasil kali kelarutan.
Hasil tes ini digunakan untuk menentukan kelompok kognitif siswa.
b. Posttest terdiri dari soal essay berjumlah 4 soal materi koloid. Hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda dan mengapa pada pembelajaran sistem koloid melalui penerapan model pembelajaran problem solving.
4. Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis yaitu aktivitas siswa dan
kinerja guru. Lembar observasi berupa check list yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran.
5. Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran koloid melalui penerapan model pembelajaran
29
problem solving. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban
telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
E. Validitas Instrumen Penelitian
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian
validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Pengujian dilakukan dengan
menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator,
kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur tersebut terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan
untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian
penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya, yaitu
Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dr. Noor Fadiawati, M.Si..
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 1 Natar untuk melaksanakan
penelitian.
30
b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar
guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat
digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi
pokok koloid berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda dan menjawab pertanyaan mengapa.
d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan
karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apa
alasan utama anda dan mengapa melalui penerapan model pembelajaran
Problem Solving.
2) Melakukan validasi instrumen sebelum
PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Oleh
RIESTANIA FARADILLA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2013
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA
PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Oleh
RIESTANIA FARADILLA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menjawab pertanyaan
apa alasan utama anda dan mengapa pada materi koloid menggunakan model
pembelajaran problem solving untuk siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang
dan rendah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar
Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2012/2013. Metode yang digunakan
pre-eksperimental dengan desain one shot case study. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama, untuk kelompok tinggi 60% berkriteria sangat
baik, dan 40% berkriteria baik; kelompok sedang 15% berkriteria sangat baik,
40% berkriteria baik, dan 45% berkriteria cukup; kelompok rendah 10% berkriteria baik, 60% berkriteria cukup, dan 30% berkriteria kurang. Kemampuan
menjawab pertanyaan mengapa, untuk kelompok tinggi 60% berkriteria sangat
baik, dan 40% berkriteria baik; kelompok sedang 15% berkriteria sangat baik,
Riestania Faradilla
45% berkriteria baik, dan 40% berkriteria cukup; kelompok rendah 40% berkriteria cukup dan 60% berkriteria rendah.
Kata kunci : problem solving, kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama
anda, menjawab pertanyaan mengapa, kelompok kognitif.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
4
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Konstruktivisme ..............................................................
6
B. Pembelajaran Problem Solving ...........................................................
7
C. Keterampilan Berpikir Kritis ..............................................................
9
D. Kemampuan Kognitif .........................................................................
17
E. Analisis Konsep Koloid ......................................................................
18
F. Kerangka Pemikiran ...........................................................................
24
G. Anggapan Dasar .................................................................................
26
H. Hipotesis .............................................................................................
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian ...............................................................................
27
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................
27
C. Sumber Data .......................................................................................
27
D. Instrumen Penelitian ...........................................................................
28
E. Validitas Instrumen Penelitian............................................................
29
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ........................................................
29
G. Teknik Pengelompokkan ....................................................................
31
H. Analisis Data.......................................................................................
33
1. Pengolahan skor tes tertulis ..........................................................
2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket ........
33
35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................
36
B. Pembahasan ........................................................................................
39
Pembelajaran koloid menggunakan model problem solving ........
Kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama anda .........
Kemampuan menjawab pertanyaan mengapa ..............................
Kendala selama penelitian ............................................................
40
45
46
48
1.
2.
3.
4.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................
49
B. Saran ...................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pemetaan SK dan KD.................................................................................
2. Silabus ........................................................................................................
3. RPP.............................................................................................................
4. Lembar Kerja Siswa ...................................................................................
5. Soal Pretes ..................................................................................................
6. Jawaban Pretes ...........................................................................................
7. Kisi-Kisi Soal Postes ..................................................................................
8. Soal Postes .................................................................................................
9. Rubrik Penskoran Postes ............................................................................
10. Kuesioner ...................................................................................................
54
58
66
94
122
123
125
129
131
134
vi
11. Data Kuesioner ...........................................................................................
12. Penentuan Kelompok Kognitif Siswa Berdasarkan Nilai Pretest
Mengenai Materi Hasil Kali Kelarutan ......................................................
13. Hasil Tes Tertulis Berbasis Keterampilam Berpikir Kritis ........................
14. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ........................................
15. Lembar Observasi Guru Mengajar .............................................................
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................
17. Surat Penelitian Pendahuluan .....................................................................
18. Surat Izin Penelitian ...................................................................................
19. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...............................................
20. Daftar Hadir Seminar Usul ........................................................................
21. Daftar Hadir Seminar Hasil ........................................................................
135
137
139
141
143
153
163
164
165
166
167
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA. Dalam BSNP (2006) disebutkan dua hal
yang tidak terpisahkan dari ilmu kimia, yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuan
yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; serta kimia sebagai proses
yang berupa kerja ilmiah. Kerja ilmiah dalam pembelajaran kimia dapat menumbuhkan kecakapan hidup seperti, keterampilan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah, serta berkomunikasi.
Pada dasarnya siswa sering menjumpai permasalahan dalam keseharian. Permasalahan yang makin kompleks pada era globalisasi ini tentu menuntut keterampilan siswa dalam berpikir terutama keterampilan berpikir kritis. Keterampilan ini dapat dibentuk melalui proses dalam ilmu kimia. Melatihkan keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Sekolah, lebih khususnya guru memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswanya.
(Wahyuni, 2011).
Hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang study di SMA Negeri 1 Natar
didapatkan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Selain itu,
guru juga belum melakukan evaluasi terhadap keterampilan berpikir kritis
2
siswanya, sehingga belum diketahui seberapa jauh keterampilan berpikir kritis
siswa. Salah satu keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan memberikan
penjelasan sederhana. Materi kimia di SMA/MA yang mampu melatihkan keterampilan ini adalah koloid. Standar Kompetensi dari materi koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan SK ini siswa akan dilatihkan untuk memberikan penjelasan sederhana
dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru misalnya, mengapa partikel
debu dapat menghamburkan cahaya, mengapa adsorpsi terjadi di permukaan
koloid, dll.
Penelitian oleh Purlistyani (2012) yang berjudul “Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid dengan Metode DiscoveryInquiry”, didapatkan pencapaian siswa pada keterampilan memberikan penjelasan
sederhana untuk kelompok tinggi tergolong baik (62,7%) serta kelompok sedang
dan rendah tergolong cukup (57,0% dan 48,6%). Penelitian ini membuktikan
bahwa pembelajaran koloid dapat melatihkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana.
Untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa, maka diperlukan model yang
sesuai. Menurut Sulastri (2012), model tersebut harus dapat menggiring siswa
untuk memecahkan masalah, sehingga siswa berperan aktif dalam proses belajar.
Problem solving adalah model yang berbasis pada masalah. Keberhasilan model
ini dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis dijabarkan dalam penelitian
Aeniah (2012) yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas
XI pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving”.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, didapatkan bahwa pencapaian keterampilan
3
memberikan penjelasan sederhana tergolong dalam kriteria baik (71,9%). Hal ini
membuktikan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
Depdiknas menjabarkan langkah-langkah model pembelajaran problem solving
terdiri dari; orientasi siswa pada masalah, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara dari
masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, serta menarik
kesimpulan. Melalui langkah-langkah ini siswa akan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru (Nessinta, 2009).
Berdasarkan kemampuan kognitifnya Nasution (2000) mengelompokkan siswa
menjadi tiga, yaitu; kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Gustini
menjelaskan bahwa kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi,
cenderung memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah. Hal ini membuktikan adanya hubungan
antara kemampuan kognitif siswa dengan keterampilan berpikir kritisnya
(Setiowati, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, maka dilakukanlah penelitian pada
siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar dengan judul : “Analisis Kemampuan
Memberikan Penjelasan Sederhana pada Materi Koloid Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Solving”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah pokok pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam
menjawab pertanyaan apa alasan utama anda, pada materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok tinggi,
sedang dan rendah?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam
menjawab mengapa, pada materi koloid menggunakan model pembelajaran
problem solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, secara umum penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menjawab pertanyaan apa
alasan utama anda dan mengapa pada materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan infomasi kepada guru kimia SMA Negeri 1 Natar mengenai
tingkat keterampilan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
2. Memberikan alternatif model pembelajaran kepada guru untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana.
5
3. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis keterampilan
memberikan penjelasan sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar permasalahan yang telah dipaparkan dalam penelitian ini menjadi terarah
dan menghindari kajian penelitian yang meluas, maka ruang lingkup masalah
yang diteliti yaitu:
1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu permasalahan
(Tim Penyusun kamus, 2006).
2. Keterampilan memberikan penjelasan sederhana merupakan salah satu keterampilan berpikir kritis, sub keterampilan yang diteliti adalah bertanya dan
menjawab pertanyaan mengapa yang berfokus pada indikator menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan menjawab pertanyaan mengapa.
3. Langkah-langkah dalam model pembelajaran problem solving dijabarkan oleh
Depdiknas terdiri dari; mengorientasikan siswa pada masalah, mencari data
atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut, dan menarik kesimpulan (Nessinta, 2009).
4. Kelompok tinggi, sedang dan rendah merupakan kelompok siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang dan rendah (Nasution, 2000).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang (Sardiman, 2007).
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti
hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu. (Suparno, 1997)
Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tibatiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap
7
untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada
strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
Mengajar adalah membantu siswa belajar;
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan;
6. Guru adalah fasilitator.
B. Pembelajaran Problem Solving
Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran dengan menggunakan model problem solving. Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut
siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok.
Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru. Masalah pada hakikatnya merupakan bagian
dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses
berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkahlangkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan
8
sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu
pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.
Menurut Nasution (2000) mempelajari aturan perlu, terutama untuk memecahkan
masalah. Problem solving merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan.
Problem solving prosesnya terletak dalam diri siswa. Memecahkan masalah dapat
dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan
yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah
yang baru. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan
yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam
mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi
konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah
menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu
(Hidayati, 2006).
Langkah-langkah pembelajaran problem solving dijabarkan Depdiknas (Nessinta,
2009), yaitu meliputi :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan;
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain;
9
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua di atas;
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode metode lainnya
seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain;
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Kelebihan dari pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002)
adalah sebagai berikut :
1. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
2. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
3. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan
berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahannya.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara
mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka
itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran
dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan
pemahaman terhadap sesuatu, menerka berbagai kemungkinan ide atau ciptaan
dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang
dialami. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, mem-
10
berikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang
lebih benar. (Mustaji, tanpa tahun)
Menurut Depdiknas (2008), berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu atau menimbang-nimbang dalam ingatan, sedangkan kritis diartikan sebagai sifat tidak percaya, bersifat selalu menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan. Jadi, berpikir kritis
dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat
keputusan.
Preseisen (Costa, 1985) secara umum membagi keterampilan berpikir menjadi
dua, yakni keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau
tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi
empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan
kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur,
menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan
menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa.
Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis
lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.
11
Ertanti menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berpikir kritis apabila
telah mampu untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan dan belajar
konsep-konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir reflektif berdasarkan sesuatu yang diyakini sebagai sesuatu yang benar sehingga dapat membuat
kesimpulan terbaik (Aeniah, 2012).
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis.
No
Unsur
1 Focus
2
Reasoning
3
Inference
4
Situation
5
Clarity
6
Overview
Keterangan
Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama,
isu, pertanyaan, ataupermasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di
dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari
suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan
alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus
dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut
dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.
Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan
Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh
situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun
sosial).
Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan
kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan
Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita
temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
(Saputra, 2012)
Moore dan Parker menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa
karakteristik (Saputra, 2012), yaitu:
1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat.
2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional.
3. Memisahkan fakta dari pendapat.
12
4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang
lain.
6. Menunjukkan analisis data atau informasi.
7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah
dan informasi.
9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermakna ganda.
10. Membangun argumen yang meyakinkan.
11. Memilih data penunjang yang paling kuat.
12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.
14. Menyadari ketidakjelasan.
15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.
16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya
dalam pengambilan keputusan.
17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu.
18. Menggunakan bukti secara benar.
19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.
Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis.
Keterampilan
berpikir kritis
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
Sub keterampilan
berpikir kritis
1. Menfokuskan
pertanyaan
2. Menganalisis
argumen
Indikator
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria jawaban
yang mungkin.
c. Menjaga pikiran terhadap
situasi yang sedang dihadapi
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi dan
menangani ketidaktepatan
13
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
2. Membangun
kemampuan dasar
Sub keterampilan
berpikir kritis
2. Menganalisis
argumen
Indikator
f. Mencari struktur dari
argumen
g. Meringkas
3. bertanya dan
a. bertanya dan menjawab
menjawab
pertanyaan mengapa?
pertanyaan
b. Apa alasan utama Anda?
klarifikasi dan
c. Apa yang Anda maksud
pertanyaan yang
dengan...?
menantang
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan menjadi
contoh?
f. Bagaimana mengaplikasikan
ke kasus ini?
g. Apa yang menjadi
perbedaan?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang Anda
katakan,...?
j. Apakah yang ingin Anda
katakan lagi mengenai hal
tersebut?
4. Mempertimbangkan a. Keahlian
apakah sumber
b. Mengurangi konflik yang
dapat dipercaya atau
menarik perhatian
tidak
c. Kesepakatan antarsumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang
ditetapkan
f. Mengetahui resiko
g. Kemampuan memberikan
alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan a. Mengurangi menggunakan
mempertimbangkan
dugaan
b. Mempersingkat waktu antara
hasil observasi
observasi dengan laporan
c. Laporan yang dilakukan oleh
pengamat
d. Mencatat hal-hal yang
diperlukan.
e. Pembuktian
f. Kemungkinan dalam
pembuktian
g. Kondisi akses yang baik
14
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
2. Membangun
Kemampuan
dasar
3. Menyimpulkan
Sub keterampilan
berpikir kritis
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator
h. Kompeten dalam
menggunakan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas kriteria
6. Mendeduksi dan
a. Kelas logika
mempertimbangkan b. Mengkondisikan logika
hasil deduksi
c. Menginterpretsi suatu
pernyataan
1) Penyangkalan
2) Kondisi yang dibutuhkan
dan secukupnya
3) Kata logika lainnya:
“hanya”,“jikadanhanya
jika”.“atau”,“beberapa”,
“kecuali”.“tidak
keduanya”,dll.
7. Menginduksi dan
a. Menggeneralisasi
mempertimbangkan
1) Kekhasan dari sebuah data:
batasan cakupan data
hasil induksi
2) Pengambilan contoh
3) Tabel dan grafik
b. Menyimpulkan kesimpulan
yang bersifat penjelasan dan
hipotesis
1) Tipe-tipe kesimpulan yang
bersifat menjelaskan dan
hipotesis:
a) Pernyataan sebab akibat
b) Menyatakan hal yang
dapat dipercaya dan
sikap orang lain.
c) Menginterpretasikan
maksud penulis
d) Menyatakan secara
historikal tentang hal-hal
yang terjadi
e) Melaporkan definisi
f) Menyatakan sesuatu
yang merupakan alasan
dan kesimpulan yang
tidak tercantum.
2) Menginvestigasi
a) Merancang eksperimen,
termasuk merancang
variabel kontrol.
15
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
3. Menyimpulkan
4. Membuat
penjelasan lanjut
Sub keterampilan
berpikir kritis
7. Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Indikator
b) Mencari fakta dan fakta
yang berlawanan
c) Mencari penjelasan
yang mungkin
2) Kriteria memberikan
anggapan yang tepat.
a) Mengemukakan
kesimpulan yang dapat
menjelaskan fakta
b) Mengemukakan
kesimpulan berdasarkan
fakta
c) Alternatif kesimpulan
yang tidak sesuai fakta
d) Mengemukakan
kesimpulan yang masuk
akal
8. Membuat dan
a. Latar belakang fakta
mengkaji hasil
b. Konsekuensi
pertimbangan
c. Menerapkan konsep (prinsipprinsip, hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Menyeimbangkan,
menimbang, dan
memutuskan
9. Mendefinisikan
Ada 3 dimensi:
istilah dan
a. Bentuk: sinonim, klasifikasi,
mempertimbangkan
rentang, ekspresi yang sama,
definisi
cara kerja, contoh dan non
contoh
b. Strategi definisi
1) Tindakan: melaporkan
maksud, menetapkan
maksud, mengungkapkan
posisi pada suatu permasalahan (termasuk
rencana dan definisi yang
meyakinkan)
2) Mengidentifikasi dan
mengendalikan
(a) Memberikan perhatian
kepada keadaan
16
Tabel 2 (Lanjutan)
Keterampilan
berpikir kritis
4. Membuat
penjelasan lanjut
5. Strategi dan taktik
Sub keterampilan
berpikir kritis
9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
Indikator
(b) Jenis-jenis respon yang
mungkin:
(i) “Definisiyang kurang
tepat”(responyang
sederhana)
(ii) Pengurangan keadaan
yang bukan-bukan
“Menurutdefinisi
tersebut, ada hasil
yang tidak sesuai”
(iii)Mempertimbangkan
alternatif interpretasi
3) Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan
definisi konten (isi).
10. Mengidentifikasi
a. Alasan yang tidak
asumsi
dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan:
rekonstruksi argumen
11. Memutuskan suatu
a. Mendefinisikan masalah
tindakan
b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi
yang mungkin
c. Merumuskan alternatif
solusi
d. Memutuskan hal-hal yang
akan dilakukan sementara
e. Merivew, memasukkan
sumber ke dalam laporan
dan membuat keputusan
f. Memonitor pelaksanaan
12. Berinteraksi dengan a. Memberi label
orang lain
b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan posisi,
baik lisan maupun tulisan
(Costa, 1985)
17
Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah :
Tabel 3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada penelitian
No
1
Keterampilan
Berpikir Kritis
Memberikan
penjelasan
sederhana
Sub Keterampilan
Indikator
Berpikir Kritis
Bertanya dan menjawab a. Menjawab pertanyaan
pertanyaan klarifikasi
mengapa?
dan pertanyaan yang
b. Apa alasan utama Anda?
menantang
D. Kemampuan Kognitif
Kurniawan (2012) mendefinisikan kemampuan sebagai suatu kesanggupan atau
kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk
mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Sementara kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi merupakan kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai
hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
sendiri.
Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).
18
Kemampuan kognitif menurut Nasution (2000) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Secara alami kemampuan kognitif dalam satu kelas kemampuan
kognitif siswa yang bervariasi. Jika dikelompokkan, maka akan terdapat 3 kelompok yaitu, kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman, apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep)
akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi
yang dipelajari (Winarni, 2006).
Siswa dengan kemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan
awal lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama
dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih
baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Sehingga pada awal pelajaran
siswa berkemampuan tinggi memiliki mental yang lebih dibandingkan dengan
siswa yang berkemampuan rendah.
E. Analisis Konsep Koloid
Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mendefinisikan konsep secara umum
sebagai suatu ide. Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori
yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Sementara
Markle dan Tieman (Saputra 2012) mengungkapkan bahwa tidak ada kata yang
tepat untuk menjelaskan arti konsep, sehingga diperlukan suatu analisis konsep
19
yang dapat memungkinkan untuk mendefinisikan konsep dan menghubungkan
dengan konsep-konsep lain.
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu
guru dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran sebagai suatu ketecapaian
konsep. Langkah-langkah dalam analisis konsep, yaitu: (1) menentukan nama
atau label konsep; (2) definisi konsep; (3) jenis konsep; (4) atribut kritis; (5)
atribut variabel; (6) posisi konsep; (7) contoh, dan non contoh.
Berikut analisis konsep materi koloid disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis konsep materi koloid.
No
Label Konsep
1.
Campuran
2.
Suspensi
3.
Larutan
4.
Koloid
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Suspensi
Zat
Larutan
terlarut
Koloid
Zat
pelarut
Ukuran
partikel
Superordinat
-
Konsep
Koordinat
-
Subordinat
Suspensi
Larutan
Koloid
Campuran
heterogen
Zat terlarut
Zat pelarut
Ukuran
partikel
Zat
terlarut
Zat
pelarut
Campuran
larutan
koloid
campuran
homogen
Zat terlarut
Zat pelarut
Ukuran
partikel
Zat
terlarut
Zat
pelarut
Campuran
suspensi
koloid
Larutan
elektrolit dan
non elektrolit
Larutan asam
basa
Fase
terdispersi
Fase
pendispersi
Efek Tyndall
Gerak Brown
Ukuran
Campuran
partikel
Sifat-sifat
Jenisjenis
larutan
suspensi
Contoh
Udara
Non
Contoh
Gas O2,
gas
Nitrogen
Campuran
air dengan
pasir
Santan,
susu
Larutan
gula,
larutan
garam
campuran
air dan pasir
-
Efek Tyndall Susu,
Gerak Brown santan , cat,
Elektroforesis tinta
Adsorpsi
Dialisis
Koagulasi
Campuran
air dengan
minyak,
campuran
gula dan
air
20
Jenis
Konsep
Campuran merupakan Konsep
gabungan dari dua
konkret
senyawa atau lebih
dengan perbandingan
tak tentu yang tidak
dapat dipisahkan
secara fisika. Contohnya seperti larutan,
suspensi, koloid.
Suspensi merupakan Konsep
campuran heterogen
konkret
yang terdiri dari dua
fasa dan dapat dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
Larutan merupakan
Konsep
campuran homogen
konkret
yang terdiri dari satu
fasa dan tidak dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
Koloid merupakan
Konsep
campuran senyawa
abstrak
yang terdiri dari fase contoh
terdispersi dan fase
konkret
pendispersi dan
memiliki sifat-sifat
Definisi Konsep
21
Tabel 4 (lanjutan)
No
6.
7.
8.
9.
Label Konsep
Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Efek Tyndall
Gerak Brown
10. Elektroforesis
Definisi Konsep
tertentu seperti Efek
Tyndall, Gerak
Brown, Elektroforesis,
Adsorpsis, Dialisis,
Koagulasi, dan terbagi
kedalam 4 jenis
diantaranya Sol,
Emulsi, Buih dan
Aerosol. Dapat dibuat
dengan 2 cara dispersi
dan kondensasi.
Zat yang
didispersikan dalam
medium pendispersi
Zat yang berperan
mendispersikan zat
lain.
Jenis
Konsep
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Elektroforesis adalah
pergerakan partikel
koloid yang
Konsep
abstrak
Konsep
abstrak
Zat
Koloid
Koloid
Penghamburan Ukuran
seberkas cahaya partikel
oleh partikel
koloid
sifat-sifat
koloid
gerak zig zag
partikel koloid
sifat-sifat
koloid
ukuran
partikel
parikel koloid Muatan
dalam medan
partikel
listrik
Konsep
Koordinat
Superordinat
sifat-sifat
koloid
Fase
Pendispersi
Fase
Terdispersi
gerak brown
elektroforesis
adsorpsi
dialisis
koagulasi
efek Tyndall
koagulasi
adsorpsi
elektroforesis
dialisis
efek Tyndall
koagulasi
adsorpsi
Subordinat
sol
emulsi
buih
aerosol
-
-
-
-
-
Contoh
Zat
pewarna
dalam tinta
Zat
pengencer
(air) dalam
tinta.
Sorot lampu
mobil pada
malam yang
berkabut
Pengamatan
partikel
koloid pada
susu
Untuk
identifikasi
DNA dalam
Non
Contoh
Pemurnian
gula tebu
Sorot
lampu
mobil pada
malam
yang
berkabut
Pengamatan partikel
koloid
21
Efek Tyndall adalah
tehamburnya berkas
cahaya oleh sistem
koloid, dikarenakan
ukuran partikelnya
Gerak Brown yaitu
suatu gerak zig-zag
partikel koloid yang
dapat diamati dengan
mikroskop ultra
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Elektroforesis
Adsorpsi
Dialisis
Koagulasi
Sol
Emulsi
Buih
Aerosol
Cara dispersi
Cara
kondensasi
Zat
-
22
Tabel 4 (lanjutan)
No
Label Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Superordinat
bermuatan dalam
medan listrik
11. Adsorpsi
12. Koagulasi
13. Dialisis
14. Aerosol
15. Sol
Adsorpsi
Muatan
Kemampuan
partikel
menyerap berbagai macam
zat pada permukaan
Penggumpalan Muatan
pada sistem
partikel
koloid
sifat-sifat
koloid
Dialisis
Campuran
yang dapat
dipisahkan
oleh ion-ion
sifat-sifat
koloid
Konsep
Koordinat
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
koagulasi
elektroforesis
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
adsorpsi
elektroforesis
gerak brown
dialisis
efek Tyndall
adsorpsi
elektroforesis
gerak brown
koagulasi
Subordinat
Konsep
abstrak
Koagulasi yaitu
peristiwa penggumpalan pada
sistem koloid
Konsep
abstrak
Dialisis yaitu
campuran koloid
yang dapat
dipisahkan dari ionion
Konsep
abstrak
Aerosol merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi padat
atau cair dan
medium pendispersi
gas
Sol merupakan jenis
koloid dengan fase
terdispersi padat dan
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Fase
Fase zat
terdispersi
padat atau cair
Medium
pendispersi gas
jenis-jenis
koloid
sol
emulsi
buih
Aerosol
padat
Aerosol cair
Konsep
abstrak
contoh
Fase
terdispersi
padat
jenis-jenis
koloid
aerosol
emulsi
buih
Sol padat
Sol cair
partikel
koloid
ion-ion
penggang
gu
Fase zat
sifat-sifat
koloid
-
-
-
mengidentifikasi
pelaku
kejahatan
Pemurnian
gulaPenjern
ian air
Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl
Non
Contoh
pada susu
Sorot
lampu
mobil pada
malam
yang
berkabut
Pemutihan
gula tebu
Proses
pemisahan
hasil-hasil
metabolisme dari
darah oleh
ginjal
Asap, debu
dalam
udara,
Kabut, dan
awan
Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl
Sol sabun,
sol
detergen,
Santan,
susu,
mayonaise
Air sungai,
cat
22
Partikel koloid
memiliki kemampuan menyerap berbagai macam zat
pada permukaan
Contoh
23
Tabel 4 (lanjutan)
No
Label Konsep
Definisi Konsep
medium pendispersi
padat atau cair
16. Emulsi
17. Buih
18. Cara Dispersi
19. Cara Kondensasi
Jenis
Konsep
konkret
Atribut Konsep
Kritis
Variabel
Medium
pendispersi
padat atau cair
emulsi
fase zat
terdiri dari
fase terdispersi
cair dan
medium pendispersi cair
Fase
Fase zat
terdispersi gas
Medium
pendispersi
cair atau padat
Konsep
Koordinat
Subordinat
Contoh
Non
Contoh
sol kanji
aerosol
sol
buih
Emulsi
padat
Emulsi cair
Susu,
santan,
mutiara,
jeli
Kabut,
awan
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
Buih cair
Buih padat
Buih sabun,
karet busa
batu apung
susu,
santan, jeli
Partikel
Cara
Pembuatan
koloid
Cara konden- Cara dispersi Pembuatan
sasi
langsung
sol belerang
Homogenisasi
Peptisasi
Busur bredig
Pembuatan sol
Fe(OH)3
Kondensasi
Partikel
Pembuatan
koloid dengan
cara menggumpalkan
partikel larutan
sejati menjadi
partikel koloid
Cara
Pembuatan
koloid
Cara kondensasi
Pembuatan
sol
belerang
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Konkret
Pembuatan
sistem koloid
dari partikel
yang lebih
besar dari
koloid.
Cara pembuatan
koloid dari partikel
kecil (larutan)
menjadi partikel
koloid
Konkret
Reaksi
Hidrolisis
Reaksi
Redoks
Pertukaran
ion
Pembuatan
sol Fe(OH)3
23
jenis-jenis
koloid
Emulsi merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi cair
dan medium
pendispersi padat
atau cair
Buih merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi gas
dan medium
pendispersi cair atau
padat
Cara dispersi yaitu
pembuatan koloid
dari partikel yang
ukurannya lebih
besar dari partikel
koloid (suspensi)
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Superordinat
24
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan menjawab pertanyaan
apa alasan utama anda dan mengapa menggunakan model pembelajaran problem
solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Model pembelajaran
Problem Solving melibatkan siswa terhadap permasalahan dalam pembelajarannya. Penerapan model ini akan membuat siswa cenderung aktif melibatkan diri
pada proses pembelajaran, sehingga guru tidak mendominasi kelas. Pada proses
pembelajaran siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan
kognitifnya. Dalam satu kelompok masing-masing terdiri dari siswa berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.
Tahap pertama, mengorientasikan siswa pada masalah. Tahap ini dimulai dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan fakta atau fenomena untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menentukan atau menemukan
permasalahan dari fenomena masalah yang telah disampaikan oleh guru.
Tahap kedua yaitu mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi dari sumber (buku, internet,
artikel, koran) sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi.
Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis.
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk memberikan ide atau pendapat
sebagai hipotesis awal terhadap jawaban atas permasalahan yang dikemukakan
secara bebas berdasarkan pengetahuan awal mereka.
25
Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini
siswa melakukan percobaan untuk membuktikan jawaban sementara yang bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati fenomena-fenomena
yang terjadi dengan memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin. Setelah
melakukan praktikum, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi persamaan atau
perbedaan (membandingkan) bermacam-macam campuran, mengontraskan ciriciri, serta mengelompokkan atau menggolongkan campuran kedalam larutan,
koloid, dan suspensi. Kemudian melakukan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Pada tahap
ini, siswa berkemampuan kognitif rendah, akan terbantu dalam memahami materi
koloid dengan baik. Melalui diskusi kelompok, kegiatan praktikum, dan LKS berbasis problem solving, siswa berkemampuan kognitif tinggi, dapat membantu
siswa berkemampuan kognitif sedang dan rendah untuk dapat memahami materi
koloid dengan baik.
Tahap kelima menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah awal. Dengan kebebasan untuk mengolah
semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan
awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang diperoleh melalui
tahapan pembelajaran ini, yaitu siswa dapat menyimpulkan definisi koloid.
Dengan pemikiran, melalui penerapan model pembelajaran problem solving ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki yaitu kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan
mengapa. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa yang
26
memiliki tingkat kemampuan kognitif tinggi akan memiliki kemampuan
menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan mengapa yang baik.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1
Natar tahun ajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian memiliki kemampuan kognitif yang heterogen.
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif
siswa maka akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apa alasan utama anda dan mengapa.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar
Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 40.
Subyek penelitian ini memiliki karakteristik siswa yang heterogen.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimental dan desain
penelitian one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan
kemudian dilakukan observasi. Penggambaran desain menurut Creswell (1997) :
X
Keterangan:
O
X = Perlakuan yang diberikan;
O = Posttest
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data pretest yang
digunakan untuk penentuan pengelompokkan siswa berdasarkan kelompok
kognitifnya, lembar observasi (guru mengajar dan aktivitas siswa), data posttest
28
yang diberikan pembelajaran problem solving, data kuesioner atau keterlaksanaan
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi koloid.
2. Lembar Kerja Siswa yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat,
yaitu: LKS 1 mengenai sistem koloid melalui percobaan; LKS 2 jenis-jenis
koloid berdasarkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya melalui percobaan; LKS 3 sifat-sifat koloid melalui media video dan gambar; LKS 4
pembuatan koloid serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
3. Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu
a. Pretest terdiri dari soal essay berjumlah 5 soal materi hasil kali kelarutan.
Hasil tes ini digunakan untuk menentukan kelompok kognitif siswa.
b. Posttest terdiri dari soal essay berjumlah 4 soal materi koloid. Hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda dan mengapa pada pembelajaran sistem koloid melalui penerapan model pembelajaran problem solving.
4. Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis yaitu aktivitas siswa dan
kinerja guru. Lembar observasi berupa check list yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran.
5. Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran koloid melalui penerapan model pembelajaran
29
problem solving. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban
telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
E. Validitas Instrumen Penelitian
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian
validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Pengujian dilakukan dengan
menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator,
kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur tersebut terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan
untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian
penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya, yaitu
Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dr. Noor Fadiawati, M.Si..
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 1 Natar untuk melaksanakan
penelitian.
30
b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar
guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat
digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi
pokok koloid berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda dan menjawab pertanyaan mengapa.
d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan
karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apa
alasan utama anda dan mengapa melalui penerapan model pembelajaran
Problem Solving.
2) Melakukan validasi instrumen sebelum