UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SDN BABULANG KALIANDA TAHUN AJARAN 2012-2013
(2)
ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI
SDN BABULANG KALIANDA TAHUN AJARAN 2012-2013 Oleh
Nurhayani
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya belajar siswa sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah aktivitas pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN Babulang Kalianda dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan aktivitas pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN Babulang Kalianda tahun 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitan tindakan kelas (classroom action research) dalam bentuk siklus yang masing-masing siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Babulang Kalianda yang berjumlah 15 orang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 6 orang perempuan, dan guru kelas VI pengumpulan data dalam penelitian ini melalaui observasi Analisis data yang digunakan adalah deskriptifn kuantitatif dengan pressentase.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN Babulang Kalianda Lampung Selatan tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil pengolahan data dari penelitian menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa. Data hasil observasi pada siklus I sebanyak 9 orang (60%) yang memenuhi kriteria ketuntasan aktivitas dan pada siklus II sebanyak 14 orang (93%).
Kesimpulan dari penellitian ini adalah metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas pembelajran IPA yang rendah pada siswa kelas VI SDN Babulang Kalianda. Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah metode eksperimen hendaknya menjadi pilihan dalam proses pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan aktivitas siswa yang rendah.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel4.1. Pembagian Tugas Mengajar SDN Babulang ... 23 4.2. Data Perhitungan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pada Pertemuan I ... 27 4.3. Data Perhitungan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pada Pertemuan II ... 28 4.4. Persentase Aktivitas Belajar siswa Siklus I Kelas VI
SDN Babulang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan
Semester Ganjil TP 2012/2013 ... 28 4.5. Persentase Ketuntasan Aktivitas Belajar siswa Siklus I Kelas VI
SDN Babulang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan
Semester Ganjil TP 2012/2013 ... 29 4.6. Data Perhitungan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pada Pertemuan I ... 33 4.7. Data Perhitungan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pada Pertemuan II ... 33 4.8. Persentase Aktivitas Belajar siswa Siklus II Kelas VI
SDN Babulang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan
Semester Ganjil TP 2012/2013 ... 34 4.9. Persentase Ketuntasan Aktivitas Belajar siswa Siklus II Kelas VI
SDN Babulang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan
Semester Ganjil TP 2012/2013 ... 34 4.10.Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. kerangka pikir penelitian... 16 Gambar 3.1. Siklus Penelitian...19
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu pemerintah mengadakan berbagai upaya dalain bidang pendidikan, misalnya dengan membangun sekolah baik negeri manpun swasta, perbaikan fasilitas pendidikan yang kurang memadai, dan penambahan tenaga pengajar. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Pendidikan di sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang sangat berperan bagi peningkatan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan di sekolah kemampuan siswa dilatih secara sistemastis. Salah satu jalur pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar (SD) yang merupakan jalur pendidikan dasar (basic education). Berbagai upaya perbaikan kelas dilakukan, tetapi pada kenyataannya pendidikan yang ada di sekolah-sekolah khususnya di SD belum mencapai hasil maksimal. Belum optimalnya pendidikan yang ada di SD antara lain dapat dilihat dari masih rendahnya hasil belajar siswa selama ini, tidak terkecuali pembelajaran IPA/Sains.
Berdasarkan pengamatan dan dokumentasi guru yang dibantu teman sejawat sebagai guru mitra pada pembelajaran di kelas VI SDN Babulang untuk mata
(13)
2
pelajaran IPA, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Sehingga diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi keadaan tersebut. Berdasarkan pengalaman peneliti, pembelajaran yang selama ini dilakukan di SDN Babulang hanyalah menggunakan metode konvensional. Guru hanya menjelaskan materi, sementara siswa terlihat pasif, aktifitas siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Sehingga belum tampak aktivitas lain seperti bertanya dan jarang mengerjakan tugas. Rendahnya aktivitas belajar siswa inilah diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa kurang memahami materi sehingga berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Guru telah telah berusaha menggunakan strategi dalam mengajar, tetapi Ativitas siswa masih kurang. Hal tersebut terjadi karena penggunaan metode yang belum optimal dan tepat dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pemberian tugas yang belum dilaksanakan secara optimal inilah yang diduga sebagai penyebab rendahnya aktivitas siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa hasil belajar siswa.
Karena tidak optimalnya aktivitas siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA untuk materi pokok “Konduktor dan isolator panas di kelas VI (enam) semester ganjil SDN Babulang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013, sehingga penulis merasa perlu menggunakan metode eksperimen.
(14)
3
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Aktivitas belajarpada saat proses pembelajaran rendah.
2. Siswa terlihat malas.
3. Siswa lebih sering bermain daripada belajar.
4. Setgelah proses pembelajaran banyak siswa yang tidak memahami apa yang sudah dipahami.
5. Beberapa siswa lebih memilih mengganggu teman daripada belajar.
1.3. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah adalah metode eksperimen dapat digunakan untu mreningkatkan aktivitas belajar IPA yang rendah pada siswa kelas VI (enam) SDN Babulang Kalianda, tahun ajaran 2012/2013.
1.4. Tujuan Penelitian
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran konduktor dan isolator panas menggunakan metode eksperimen.
3. Metode eksperimen dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran IPA bagi guru untuk meningkatkan aktifitas siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian/perbaikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru maupun sekolah yakni :
(15)
4
1. Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh model pembelajaran baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD.
2. Bagi guru
Guru memperoleh wawasan baru mengenai metode pembelajaran untuk dijadikan salah satu alternative pembelajaran IPA yaitu metode eksperimen. 3. Bagi Siswa
Diharapkan siswa lebih mudah memahami pembelajaran IPA, melatih kemandirian siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan aktivitas siswa. F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Babulang pada tahun ajaran 2012-2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012-2013. 3. Objek Penelitian
Sesuai dengan judul yaitu peningkatan aktivitas pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas VI SDN Babulang maka objek penelitian ini dibatasi kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA.
(16)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Aktivitas Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental maupun psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dilakukan pembelajaran dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap yang bersifat permanen. Semua perubahan itu merupakan hasil belajar. Salah satu untuk melihat hasil belajar siswa adalah dengan memberi test. Arikunto (2004 : 7) menyatakan: "Nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan partisipasi tetapi menggambarkan hasil belajar".
Menurut Gagne (1986) yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2002), hasil belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai tersebut berasal dari interaksi pembelajaran dengan lingkungan. Interaksi itu menimbulkan proses kognitif dan psikomotor yang dilakukan oleh pembelajar.
Aktivitas dalam kegiatan belajar merupakan hal yang sangat penting karena tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu bentuk interaksi dalam proses pembelajaran, baik interaksi antar siswa maupun interaksi antar siswa dengan guru, pada prinsipnya belajar
(17)
6
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Ada beberapa macam aktivitas pembelajaran :
- Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan musik - Aktivitas menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan dan lain-lain
- Aktivitas mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa, mengambil keputusan
Melalui interaksi edukatif dalam proses pembelajaran, dihalakan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran SAINS ditandai adanya aktivitas belajar siswa melalui metode eksperimen, jadi interaksi edukatif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar .
2.2. Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata Sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan“pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.
Menurut Abdullah (1998:18). IPA merupakan "pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disiplin dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu denganc ara yang lain”.
(18)
7
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
Pendidikan IPA menurut Sumaji (l498:46) merupakan "suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan Itabunban (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bcrsifat produktif".
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA rnerupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alat dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikemhangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA merapakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan ilmu pcndidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja
(19)
8
teori tersebut bukan untuk dihapal namun diterapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah dengan ciri : objektif, metodik, sistematis, universal dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.
Pusat kurikulum (2006 :4) mendefenisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Adapun hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. IPA bersifat open minded; (2) proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan; (3)
(20)
9
produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; (4) aplikasi : penerapan metode ilmu.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa rnateri atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.
Menurut peneliti, belajar adalah bentuk aktivitas yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk mencari, menemukan dan mengalami suatu perubahan baik dalam pengetahuan, sikap, maupun perilaku melalui pengalaman.
(21)
10
2.3. Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk: a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; d) mengembangkan keterainpilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahlcan masalah dan membuat keputusan; e) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; f) memiliki bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA.
Pembelajaran IPA di SD lebih menekankan pada pembelajaran pengalaman langsung melalui pengetahuan dan pengembangan keterampilan proses (mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian) dan sikap ilmiah. Hal ini disebabkan siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan kegiatan, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar (Amalia Sapriati, dkk. dalam buku Pembelajaran IPA di SD, 2009).
(22)
11
2.4. Metode Eksperimen
Metode eksperimen metode mengajar yang dalam penyajian dan pembahasan materinya melalui percobaan dan mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Metode ini dapat dilakukan secara individu maupun secara kelompok apabila alat bantu/peraga tidak mencukupi (Strategi Pembelajaran di SD hal : 5.27 oleh Sri Anitah W, dkk tahun 2009). Setelah eksperimen selesai, siswa ditugaskan untuk membandingkan dengan hasil eksperimen yang lain, dan mendiskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan dalam eksperimen tersebut (Winarno: 1980:90). Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002), metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Menurut Sri Anitah W, dkk dalam bukunya Strategi Pembelajaran di SD. Metode eksperimen memiliki karakteristik, langkah penggunaan, langkah-langkah pelaksanaan, dan kelemahan-kelemahan yakni :
1. Karakteristik
Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut penggunaan alat bantu yang sebenarnya karena esensi pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu objek. Oleh karena itu, dalam prosesnya selalu mengutamakan aktivitas siswa sehingga peran guru lebih banyak sebagai pembimbing siswa. Mulai dari awal pembelajaran siswa sudah mampu memahami topik eksperimen secara jelas hingga memperoleh kemampuan ilmiah.
(23)
12
2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Eksperimen
Untuk menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru antara lain:
1) Sebelum pembelajaran guru perlu mencoba sendiri peralatan yang akan digunakan untuk memahami apa yang akan dikerjakan siswa dan mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul pada proses pembelajaran, sehingga guru menguasai konsep yang akan dieksperimenkan.
2) Guru harus mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta mampu menciptakan kondisi pembelajaran eksperimen yang efektif.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Eksperimen
Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi berkelompok
2) Tiap kelompok diminta mengumpulkan berbagai benda yang akan diuji yaitu benda yang bersifat konduktor atau isolator.
3) Tiap kelompok dibantu guru menyiapkan set eksperimen rangkaian listrik. 4) Tiap kelompok dengan bimbingan guru menyusun rangkaian uji coba
dengan set eksperimen listrik.
5) Secara bergantian menyambungkan bahan atau benda yang diuji pada bagian rangkaian listrik dan mengamati apakah lampu menyala ataukah tidak. Jika lampu menyala bahan termasuk konduktor dan jika tidak menyala maka bahan termasuk isolator.
(24)
13
6) Menuliskan hasil pengamatan ke dalam tabel.
Tabel Pengamatan
No Bahan Klasifikasi
Konduktor Isolator 1 2 3 4 5 6 4. Keunggulan
Jika dilakukan secara efektif pembelajaran eksperimen memiliki keunggulan sebagai berikut : 1) membangkitkan rasa ingin tahu siswa; 2) membangkitkan sikap ilmiah siswa; 3) membuat pembelajaran bersifat aktual; 4) membina kebiasaan pembelajaran kelompok maupun individu.
5. Kelemahan-kelemahan
Pembelajaran eksperimen memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan dalam arti tidak tercapai tujuan yang diinginkan, yaitu : 1) memerlukan alat dan biaya; 2) memerlukan waktu relatif lama; 3) sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen; 4) guru dan siswa banyak yang belum terbiasa dengan melakukan eksperimen. Sehingga pada dasarnya setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, khususnya metode pembelajaran eksperimen.
(25)
14
2.5. Penelitian yang Relevan
Selain mengkaji defenisi-defenisi yang sesuai peneliti juga melakukan pengkajian pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa teman sejawat, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Eliya Mardiana (2011) yang menyatakan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Jussanti (2012) bahwa dengan menggunakan media gambar dalam metode eksperimen yang dipakai dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di tempatnya mengajar.
Berdasarkan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang sudah dilakukan inilah peneliti sangat berharap dapat mencapai semua tujuan penelitian.
2.6. Kerangka Berpikir Penelitian
Penggunaan metode pembelajaran yang tidak bervariatif dalam pembelajaran IPA membuat siswa merasa bosan dan enggan dalam belajar IPA, sehingga hasil belajar IPA cenderung rendah. Penggunaan metode eksperimen dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan aktivitas belajar IPA kelas VI (enam) SDN Babulang.
Tahapan perkembangan anak usia SD yang masih dalam tahap operasional konkret, menuntut guru untuk aktif dalam mengkombinasikan media pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih tertantang dan dapat terlihat aktif dalam pembelajaran.
(26)
15
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
2.7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut, apabila pembelajaran IPA kelas VI (enam) di SD Negeri Babulang Kecamatan Kalianda menggunakan metode belajar eksperimen maka aktivitas belajar siswa akan meningkat.
Aktivitas belajar IPA rendah
Metode Eksperimen
Aktivitas belajar IPA meningkat
(27)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan
Penelilian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kawasan kelas bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Pengertian ini merujuk pada pendapat Ebbut (Kasihani Kasbolah, 1999:14) yang menyatakan: Penelitian Tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Babulang yang berlokasi di Desa Babulang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Dilakukan sebanyak 2 (dua) siklus pada bulan Oktober–Desember tahun 2012.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI (enam) berjumlah 15 orang terdiri 9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, dengan latar belakang suku yang homogen karena mayoritas siswa kelas VI bersuku Lampung. Selain siswa
(28)
17
subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru kelas VI SDN Babulang.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap dengan beberapa siklus sampai pada terlaksananya ketercapaian indikator, yang tiap siklus memiliki tahap :
1. Perencanaan
Perencanaan dibuat berawal dari permasalahan yang muncul di lapangan yaitu dari pengalaman peneliti sebagai guru di kelas IV SD N Babulang. Permasalahan ini dapat disebut sebagai refleksi awal, yaitu hasil belajar IPA yang selalu rendah terutama pada kompetensi dasar tentang “Perubahan Wujud Benda”. Dalam tahapan pertama ini peneliti membuat persiapan dan perencanaan pembelajaran dan meminta ijin melakukan penelitian kepada kepala sekolah.
2. Pelaksanaan tindakan
Setelah masalah penelitian dianalisa tindakan yang dipakai berpedoman pada rancangan peneliti sebagai upaya perbaikan metode pengajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Setelah itu menentukan RPP dan tindakan RPP dilampirkan. Penelitian dibuat dalam 1 (satu) siklus.
(29)
18
3. Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung seorang observer melakukan observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
4. Refleksi
Tahapan penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Refleksi dilakukan dengan mengidentifikasikan rencana tindakan yang terlaksana dan belum terlaksana serta efek-efek yang timbul karena tindakan yang bersangkutan serta penentuan tingkat perkembangan atau keberhasilan penerapan tindakan.
Gambar : Siklus Penelitian (Kemmis & N. Taggart, 1988) 3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai peneliti adalah teknik observasi. Teknik ini digunakan untuk melihat secara langsung aktivitas belajar siswa saat mengikuti proses
(30)
19
pembelajaran IPA pada pokok bahasan konduktor dan isolator panas. Dalam setiap pembelajaran ada rekan sejawat yang bertindak sebagai observer yang tugasnya mengamati dan mencatat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas guru dan siswa.
Aktivitas yang dimaksud dengan penelitian adalah 1. Menyimak penjelasan guru
2. Melakukan persiapan eksperimen dengan baik 3. Melakukan eksperimen dengan baik
4. Bertanyajawab antara siswa dan guru 5. Mengerjakan tugas dari guru
Cara menskornya adalah 2, 1, 0
Skor tertinggi = 2 0%-34% = tidak aktif
Skor terendah =0 35%-68% =cukup aktif
Skor maksimal =12 69%-100% =aktif
Na= skor perolehen x 100 % Skor maksimal
Dengan kriteria keaktifan sebagai berikut : 1. Menyimak penjelasan guru
Skor 0 jika tidak memperhatikan sama sekali Skor 1 jika menyimak tapi kurang memperhatikan Skor 2 jika menyimak dan bisa memahami
2. Melakukan persiapan eksperimen dengan baik Skor 0 jika tidak melakukan eksperimen sama sekali
(31)
20
eksperimen
Skor 2 jika melakukan persispan eksperimen dengan baik 3. Melakukan eksperimen dengan baik
Skor 0 jika hanya menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen Skor 1 jika sedikit membantu ketika kelompknya melakukan eksperimen Skor 2 jika melakukan eksperimen dengan baik bersma kelompoknya 4. Bertanyajawab antara siswa dan guru
Skor 0 jika tidak bertanya sama sekali
Skor 1 jika hanya sekali bertanya atau menjawab Skor 2 jika bertanya atau menjawab lebih dari sekali 5. Mengerjakan tugas dari guru
Skor 0 jika tidak melaksanakan semua tugas dari guru Skor 1 jika melaksanakan sebagian tugas dari guru Skor 2 jika melaksanakan semua tugas dari guru 6. Kerjasama dalam kelompok
Skor 0 jika tidak dapat bekerjasama atau menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen
Skor 1 jika kadang dapat bekerjasama atau kadang hanya menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen
Skor 2 jika dapat bekerjasama dengan baik ketika kelompoknya melakukan eksperimen
(32)
21
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif dan persentase, yaitu menganalisis beberapa hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Observasi dilakukan dengan bantuan rekan sejawat sebagai observer.
3.7. Indikator Keberhasilan
Indikator/kriteria keberhasilan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran mengacu pada SK dan KD, yang secara umum menitikberatkan pada:
a. Aktivitas siswa, di mana siswa dikatakan aktif jika rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran di setiap siklus mencapai≥70 %.
b. Apabila aktivitas siswa meningkat maka metode eksperimen dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran IPA.
(33)
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah metode eksperimen dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran IPA yang rendah pada siswa kelas VI SDN Babulang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah metode eksperimen hendaknya menjadi piliha dalam proses pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa yang rendah.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1998. Pendidikan Teoritis IPA. Jakarta : Kanisius.
Anitah, W.S. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2004.Pengelolaan Kelas Dan Siswa, Sebuah Pendekatan
Evaluatif .Jakarta : Rajawali
Aryad. 1995. Belajar dan Mengajar, Flores : Ende.
Depdiknas. 2002. Panduan Penyusunan RPP. Jakarta : Diknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Diknas. Dirjen dikti. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Ebut, Kosbolah. 1999. Penelitianh Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Jussanti. 2012. Upaya Peningkatan Aktivitas Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Gulak Galik Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011–2012. Bandar Lampung : FKIP Unila.
Mardiana, Eliya. 2011. Penerapan Metode Eksperimen dalam Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata
Pelajaran Sains di SDN Babulang Kecamatan Kalianda. Bandar Lampung : FKIP Unila.
Kurikulum SD. 2006. Panduan Penyusunan RPP. Jakarta : Diknas.
(35)
39
Sumaji, Arif. 1998. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Grasindo.
Suyoso. 1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bina Aksara.
(1)
19
pembelajaran IPA pada pokok bahasan konduktor dan isolator panas. Dalam setiap pembelajaran ada rekan sejawat yang bertindak sebagai observer yang tugasnya mengamati dan mencatat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas guru dan siswa.
Aktivitas yang dimaksud dengan penelitian adalah 1. Menyimak penjelasan guru
2. Melakukan persiapan eksperimen dengan baik 3. Melakukan eksperimen dengan baik
4. Bertanyajawab antara siswa dan guru 5. Mengerjakan tugas dari guru
Cara menskornya adalah 2, 1, 0
Skor tertinggi = 2 0%-34% = tidak aktif
Skor terendah =0 35%-68% =cukup aktif
Skor maksimal =12 69%-100% =aktif
Na= skor perolehen x 100 % Skor maksimal
Dengan kriteria keaktifan sebagai berikut : 1. Menyimak penjelasan guru
Skor 0 jika tidak memperhatikan sama sekali Skor 1 jika menyimak tapi kurang memperhatikan Skor 2 jika menyimak dan bisa memahami
2. Melakukan persiapan eksperimen dengan baik Skor 0 jika tidak melakukan eksperimen sama sekali
(2)
20
eksperimen
Skor 2 jika melakukan persispan eksperimen dengan baik 3. Melakukan eksperimen dengan baik
Skor 0 jika hanya menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen Skor 1 jika sedikit membantu ketika kelompknya melakukan eksperimen Skor 2 jika melakukan eksperimen dengan baik bersma kelompoknya 4. Bertanyajawab antara siswa dan guru
Skor 0 jika tidak bertanya sama sekali
Skor 1 jika hanya sekali bertanya atau menjawab Skor 2 jika bertanya atau menjawab lebih dari sekali 5. Mengerjakan tugas dari guru
Skor 0 jika tidak melaksanakan semua tugas dari guru Skor 1 jika melaksanakan sebagian tugas dari guru Skor 2 jika melaksanakan semua tugas dari guru 6. Kerjasama dalam kelompok
Skor 0 jika tidak dapat bekerjasama atau menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen
Skor 1 jika kadang dapat bekerjasama atau kadang hanya menonton ketika kelompoknya melakukan eksperimen
Skor 2 jika dapat bekerjasama dengan baik ketika kelompoknya melakukan eksperimen
(3)
21
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif dan persentase, yaitu menganalisis beberapa hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Observasi dilakukan dengan bantuan rekan sejawat sebagai observer.
3.7. Indikator Keberhasilan
Indikator/kriteria keberhasilan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran mengacu pada SK dan KD, yang secara umum menitikberatkan pada:
a. Aktivitas siswa, di mana siswa dikatakan aktif jika rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran di setiap siklus mencapai≥70 %.
b. Apabila aktivitas siswa meningkat maka metode eksperimen dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran IPA.
(4)
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah metode eksperimen dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran IPA yang rendah pada siswa kelas VI SDN Babulang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah metode eksperimen hendaknya menjadi piliha dalam proses pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa yang rendah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1998. Pendidikan Teoritis IPA. Jakarta : Kanisius.
Anitah, W.S. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2004.Pengelolaan Kelas Dan Siswa, Sebuah Pendekatan
Evaluatif .Jakarta : Rajawali
Aryad. 1995. Belajar dan Mengajar, Flores : Ende.
Depdiknas. 2002. Panduan Penyusunan RPP. Jakarta : Diknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Diknas. Dirjen dikti. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Ebut, Kosbolah. 1999. Penelitianh Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Jussanti. 2012. Upaya Peningkatan Aktivitas Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Gulak Galik Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011–2012. Bandar Lampung : FKIP Unila.
Mardiana, Eliya. 2011. Penerapan Metode Eksperimen dalam Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata
Pelajaran Sains di SDN Babulang Kecamatan Kalianda. Bandar Lampung : FKIP Unila.
Kurikulum SD. 2006. Panduan Penyusunan RPP. Jakarta : Diknas.
(6)
39
Sumaji, Arif. 1998. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Grasindo.
Suyoso. 1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bina Aksara.