PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PADA SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013/2013

Oleh Yuyun Suparman

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untu Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progam Studi S. 1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI PADA

SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012/2013

Oleh

YUYUN SUPARMAN

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA menggunakan metode demonstrasi.

Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru, perangkat tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar yaitu pada siklus I nilai 77 kategori aktif dan siklus II nilai 97 kategori aktif. Hasil belajar siswa siklus I mencapai ketuntasan 48% pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 92%. Kinerja guru pada siklus I nilai 76,55 dan siklus II nilai 82,76mengalami peningkatan 6,21 %.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 5

1.3 RumusanMasalah ... 5

1.4 TujuanPenelitian... 6

1.5 ManfaatPenelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PengertianBelajar ... 8

2.1.1 AktivitasBelajar ... 9

2.1.2 HasilBelajar ... 11

2.2 TeoriBelajar ... 12

2.2.1 TeoriKognitivisme ... 12

2.2.2 TeoriKonstruktivisme... 13

2.3 Pengertianmetode ... 14

2.3.1 MetodeDemonstrasi ... 14

2.3.2 Metode Tanya Jawab ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian ... 19

3.2 Setting Penelitian... 19

3.2.1 TempatPenelitian ... 19

3.2.2 WaktuPenelitian ... 3.2.3 SubjekPenelitian ... 20

3.3 ProsedurPenelitian ... 20

3.4 Jenis Data ... 24

3.5 TeknikPengumpulan Data ... 25

3.5.1 TeknikObservasi... 25

3.6 InstrumenPenelitian ... 26

3.7 TeknikAnalisis Data ... 26

3.7.1 Data kualitatif ... 26


(6)

3.8 IndikatorKeberhasilan ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 31

4.1.1 Siklus I... 31

4.1.2 Siklus II ... 40

4.2 Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 53

5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”, sehingga melalui pembangunan di berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan kualitas sumber daya manusia harus diupayakan untuk dikembangkan sedini mungkin secara terarah terpadu, dan menyeluruh agar potensi generasi muda berkembang secara optimal. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas, 2006:47).

Pencapaian SK dan KD pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler mata pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “mengembangkan aktivitas belajar dan membuat keputusan” (Depdiknas, 2006:48). Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karateristik (hakikat)


(8)

2

dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Karateristik pendidikan IPA yang digariskan oleh (Depdiknas, 2006:55) sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat internasional. IPA sebagai proses penyelidikan meliputi cara berfikir, sikap atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, menulis, menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah dan penguasaan konsep.

Berdasarkan pengamatan penulis dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SD Negeri 3 Bulukarto, guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini masih memiliki kelemahan antara lain pembelajaran masih berpusat pada guru, guru menggunakan strategi pembelajaran yang kurang efektif, siswa kurang aktif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran IPA, siswa yang bertanya sedikit dan selalu itu-itu saja yang bertanya, siswa santai dalam belajar sehingga hasil belajar mata pelajaran IPA rendah.

Tabel 1.1 Data observasi aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Bulukarto

No Jumlah siswa Persentase (%) Kategori

1 8 32 Aktif


(9)

3 14 56 Kurang aktif

25 100

Sumber : dokumentasi guru kelas V SD Negeri 3 Bulukarto

Tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang berkategori aktif sebanyak 8 siswa (32 %), aktivitas siswa berkategori cukup aktif (12 %, aktivitas siswa berkategori kurang aktif (56%). Dengan demikian dapat di katakan bahwa aktivitas belajar siswa IPA siswa kurang aktif.

Hasil penelusuran penulis tentang hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada kelas V menunjukan bahwa nilai siswa masih rendah atau dibawah KKM 63, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.2 Distribusi frekuensi nilai tes formatif mapel IPA

Nilai Frekuensi ∑ = f.x Persentase % KKM (63)

55 1 55 4 Belum tuntas

56 1 56 4 Belum tuntas

57 1 57 4 Belum tuntas

58 1 58 4 Belum tuntas

59 1 59 4 Belum tuntas

60 2 120 8 Belum tuntas

62 2 124 8 Belum tuntas

63 2 126 8 Tuntas

64 1 64 4 Tuntas

65 1 65 4 Tuntas

66 1 66 4 Tuntas

67 1 67 4 Tuntas


(10)

4

70 1 70 4 Tuntas

72 2 144 8 Tuntas

73 1 73 4 Tuntas

75 1 75 4 Tuntas

76 1 76 4 Tuntas

80 1 80 4 Tuntas

85 1 85 4 Tuntas

90 1 90 4 Tuntas

Jumlah 25 1678 100%

Rerata 79,9

Berdasarkan tabel di atas, siswa yang belum mencapai KKM atau belum tuntas adalah 9 orang atau sebesar 36% sedangkan yang tuntas mencapai 64 % hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 3 Bulukarto belum berhasil. Dengan demikian pembelajaran dapat dinyatakan belum berhasil karena belem mencapai KKM.

Pada penelitian ini, peneliti mengunakan metode demonstrasi untuk mengembangkan metode mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas dan hasil belajar merupakan cermin keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran.

Metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan (Trianto, 2009:55). Sanjaya (2008:148) mengemukakan bahwa kelebihan dari metode demonstran


(11)

adalah 1) Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati, 2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain, 3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas maka pembelajaran IPA akan lebih efektif apabila dilakukan dengan menerapkan metode demontrasi. Hal ini yang menyebabkan perlu dilakukan penelitan bagaimana cara meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan metode demontrasi pada siswa kelas V SDN 3 Bulukarto.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat di identifikasi sejumlah masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru

2. Guru menggunakan strategi pembelajaran yang kurang efektif

3. Siswa kurang aktif, kreatif dan inovatif dalam pemebalajar IPA, siswa yang bertanya sedikit dan selalu itu-itu saja yang bertanya, siswa santai dalam belajar

4. Hasil belajar mata pelajaran IPA rendah, karena jumlah siswa yang bertanya sedikit. 5. Penerapan metode demonstrasi dapat membuat pembelajaran IPA lebih efektif.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :


(12)

6

a) Bagaimanakah penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA kelas V SD Negeri 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu? b) Bagaimanakah penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA

kelas V SD Negeri 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan peneletian ini adalah

a) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan metode demonstrasi.

b) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan metode demonstrasi.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru peneliti, dan sekolah.

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan aktivitas belajar, menumbuhkan kerja sama sesama teman, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik.

b. Meningkatkan pemahaman konsep yang bermuara pada hasil belajar c. Siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar IPA.


(13)

a. Mengembangkan kreativitas dalam memotivasi belajar siswa, meningkatkan profesionalisme sebagai tenaga pendidik.

b. Mengetahui salah satu pemecah masalah dalam pembelajaran sehingga terjadi tindakan perbaikan dan peningkatan hasil belajar di kelas.

3. Bagi peneliti

 Peneliti terampil menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang ada, khususnya metode demonstrasi.

 Peneliti mampu memperbaiki kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 3 Bulokarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

4. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri 3 Bulokarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.


(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dimyati, Mudjiono, 2006:13) bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya dan lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

berkembang.

Menurut Gagne (dalam Sanjaya 2005:78), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik. Purwanto, (1992:58) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung di kehidupan sehari-hari dan terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan


(15)

tingkah laku, dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap, dan yang lainnya.

2.1.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas berhubungan dengan gerak dan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan pernyatan Djamarah (1994:67) yang mengungkapkan bahwa melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari anak didik bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja.

Menurut Sardiman (2001:65) Belajar dapat dibagi menjadi aktivitas fisik dan mental. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja. Ia tidak hanya duduk mendengarkan, melihat, atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas mental adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam pembelajaran pada kegiatan pembelajaran kedua aktivitas harus berkaitan.

Menurut Hamalik (2004:150) aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya adalah : 1. Kegiatan-kegiatan visual, yang didalamnya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara diskusi dan interupsi.


(16)

10 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti merenung, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

aktivitas-aktivitas dalam belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran, contohnya adalah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi, dan mencatat. Dengan melakukan banyak aktivitas yang relevan dengan pembelajaran maka siswa mampu memahami, mengingat dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.

2. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman. Berdasarkan pendapat di atas maka penulis simpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan dari anak didik berupa tingkah laku di dalam interaksi belajar mengajar. Interaksi belajar


(17)

siswa diambil pada setiap pertemuan dengan mengunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa.

Berdasarkan pendapat peneliti aktivitas belajar adalah bentuk pernyataan dari anak didik bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Sutrisno (2008: 25) mengemukakan “hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.

Suyono (2009: 8) menyatakan “hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional”.


(18)

12 Slameto (1993: 17) menyatakan “hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugasnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

2.2 Teori Belajar

1. Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli teori belajar ini cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefracois, 1985). Tekanan utama psikologi kognitif adalah sturktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya (long-team memor). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses perkaitan utama psikologi kognitif adalah upaya memahami proses individu individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menyimpan informasi.

2. Teori konstruktivisme

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget (dalam Sanjaya 2008:125) bahwa teori belajar mengenai pengetahuan baru yang dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Ada dua prinsip utama dalam


(19)

pembelajaran dengan teori konstruktivisme pertama pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif. Tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki peserta didik.

Bruner (dalam Slameto, 2003: 11) bahwa yang terpenting dalam belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar banyak dan mudah. Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapatmenyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Mementingkan partisipasi aktif siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discoverylearning environment, ialah lingkungan tempat siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam masalah, dalam lingkunganbanyak hal yang dapat dipelajari siswa. merencanakan isi dan proses pembelajaran IPA di SD, guru perlu memperhatikan: (1) apa materi pelajaran yang secara konkret dapat diamati siswa,(2) apa karakteristik isi pembelajarannya, (3) apa yang dibayangkan dan direfleksikan siswa, (4) apa hubungan antara sesuatu yang dipelajari murid dengan lingkungan kehidupannya, dan (5) bagaimana menghubungkan konteks kehidupan masyarakat dengan isi dan proses pembelajaran sehingga menghasilkan pengalaman dan pengetahuan yang konstruktiv.


(20)

14 2.3Pengertian Metode

Sanjaya (2008:148) metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi pembelajaran. Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.

2.3.1 Metode Demonstrasi

Metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan, Trianto (2009:55). Sebelumnya proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam demonstrasi tersebut.

Dalam bukunya Sanjaya (2008:128) yang di maksud dengan metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Hal itu berhubungan baik dengan pendapat Arsyad (2005:57) yang mengemukakan bahwa metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelumnya


(21)

proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam demonstrasi tersebut. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian mata pelajaran IPA, misalnya mengetahui ciri-ciri makhluk hidup, pertumbuhan dan perkembangan, energi dan lainnya.

Dalam Sanjaya (2008:140) Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah :

1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran 2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan di demonstrasikan

3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa 4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi 5. Kesimpulan

Sanjaya (2008:148) mengemukakan kelebihan dan kekurangan metode demonstran adalah:

1. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati

2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain

3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

4. Dapat menambah pengalaman anak didik

5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan


(22)

16

7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.

Kelemahan metode demonstrasi adalah:

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien

3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya

4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit

5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

Penerapan pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi, siswa dapat : 1. Memahami jelas tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

2. Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Meningkatkan motivasi untuk belajar

4. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

2.3.2Metode Tanya Jawab

Merupakan interaksi langsung antara guru dengan siswa. Guru memberikan sedikit rangsangan tentang materi yang disampaiakan. Berupa pengetahuan awal sebagai dasar materi selanjutnya. Di dalam kegiatan pembelajaran komunikasi itu sangatlah penting antara guru dengan siswa. Hal itu menunjukkan pendekatan emosional yang menopang jalannya kegiatan belajar. Dengan menggunakan Tanya jawab, guru dapat/mengukur pengetahuan anak didiknya dengan melakukan interaksi dengan siswa.


(23)

Metode tanya jawab merupakan suatu metode yang bertujuan menarik perhatian siswa agar terpusat kepada proses pembelajaran. Guru dapat melontarkan pertanyaan sebagai salah satu upaya membangkitkan konsentrasi siswa.

Rukmini dkk (2003:44) kelebihan metode tanya jawab yang dikemukakan oleh Rukmini dkk antara lain :

1. Siswa dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat

2. Keterampilan yang dilontarkan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa 3. Merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingat 4. Pertanyaan yang jelas lebih mudah di pahami siswa

Kelemahan dari metode tanya jawab adalah : 1. Proses belajar di kelas terlihat monoton 2. Guru kurang kreatif dalam memilih metode 3. Meminimalkan materi ajar


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ) terhadap proses pembelajaran IPA SD dikelas V dengan kajian berdaur ulang yang terdiri dari empat tahapan yaitu merencanakan proses belajar mengajar, melakukan tindakan pembelajaran, mengamati tindakan yang dilakukan, dan terakhir adalah merefleksikan hasil pembelajaran sehingga dapat melakukan perencanaan yang lebih matang.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SD Negeri 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakan pada tahun pelajaran 2012/2013 semester genap selam tiga bulan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Maret.


(25)

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Bulukarto dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu, siklus pertama dan kedua saling berhubungan. Prosedur penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu: merencanakan, melakukan tindakan, mengamati (observasi) dan melakukan refleksi (Arikunto 2007:15). Adapun alur penelitian tindakan kelas digambarkan seperti di bawah ini:

Dst

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas, Arikunto 2007

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Pelaksanaan Identifikasi

Masalah

Siklus I

Perencanaan

Observasi

Refleksi Refleksi Siklus II


(26)

20

Siklus

1. Tahap Perencanaan

a) Menetapkan waktu penelitian.

b) Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.

c) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

d) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e) Membuat lembar observasi dan lembar kerja siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: 1. Pendahuluan

- Mengucapkan salam - Absensi siswa

- Menyampaikan tujuan pembelajaran

- Apersepsi dengan bertanya kepada siswa tentang materi pokok gaya magnet.

2. Kegiatan inti

A Eksplorasi (10 menit)

1. Untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa guru bertanya: apakah anak-anak pernah melihat magnet Bentuknya seperti apa

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan prosedur demonstrasi yang akan dilakukan


(27)

B Elaborasi (40 menit)

1. Guru menyajikan gambaran sekilas materi tentang magnet 2. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan didemonstrasikan

3. Guru mendemonstrasikan kekuatan magnet dapat menembus benda tertentu Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Apabila kutub yang senama didekatkan akan tolak-menolak dan apabila kutub tak senama didekatkan akan tarik menarik magnet dapat menarik benda-benda dari besi-baja (benda magnetis) Magnet tidak dapat menarik benda dari plastik karet kayu dsb (benda non-magnetis)

4. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi guru dan menganalisa 5. Setiap kelompok mencoba mendemonstrasikan dan mencatat hasilnya 6. Setiap kelompok mengemukakan hasil kerja kelompoknya di depan

kelas

7. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan selama melakukan demonstrasi percobaan

C Konfirmasi (10 menit)

1. Selesai mendemonstrasikan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil dari demonstrasi percobaan yang telah dilaksanakan

2. Guru membahas hasil percobaan dengan siswa setelah siswa selesai mendemonstrasikan magnet

3. Kesimpulan: gaya magnet dapat menembus benda-benda tertentu magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan Magnet dapat menarik benda-benda magnetis seperti besi dan baja


(28)

22

Magnet tidak dapat menarik benda-benda non magnetis seperti kayu karet plastik dan uang logam

4. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mengerjakan soal hal 93 di buku IPA salingtemas

D Refleksi (10 menit)

1. Siswa mencatat hasil dari mendemonstrasikan percobaan 2. Guru mengevaluasi hasil dan proses demonstrasi

3.Kegiatan penutup

 Mengulas materi yang disampaikan  Bersama siswa membuat kesimpulan

3. Tahap Observasi

Pelaksanakan observasi dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

- Lembar observasi aktivitas digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran

- Lembar observasi hasil digunakan untuk mengamati hasil belajar siswa setelah dilakukan evaluasi.

- Lembar observasi kinerja guru untuk memonitoring guru ketika pembelajaran berlangsug. Hasil observasi dijadikan sebagai bahan perencanaan untuk pembelajaran berikutnya.

4. Tahap Refleksi

Setelah pembelajaran dan evaluasi dilaksanakan, maka hasil yang diperoleh pada tahap evaluasi pada setiap siklus dikumpulkan dan dianalisis. Hasil dari analisis ini kemudian dijadikan bahan untuk direfleksikan tindakan dan


(29)

digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan siklus berikutnya. Yang direfleksikan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar, hasil belajar, dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

3.4 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis sebagai berikut: 1) Data Kualitatif

- Aktivitas siswa, data kualitatif berupa informasi berbentuk kalimat yang

memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), sikap siswa terhadap metode belajar (afektif), aktivitas tes siswa, antusias belajar siswa, kepercayaan diri dan motivasi belajar. Menurut Arikunto (2006:56) yang termasuk data kualitatif adalah data yang diperoleh dengan cara observasi dan kuisioner.

- Kinerja guru, data kualitatif berupa informasi berbentuk kalimat yang

memberi gambaran kepada guru untuk evaluasi pembelajaran selanjutnya.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan cara membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dengan menggunakan instrumen berupa tes formatif. Arikunto (2006:60). Data ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah evaluasi yang dilakukan oleh guru.


(30)

24

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1 Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut dapat berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif, yaitu proses pengamatan observer berada dalam keadan yang sedang diamati. Sukmadinata (2010:220). Dalam penelitian ini, teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data:

1. Kinerja guru, diamati oleh guru mitra,

2. Data aktivitas dan keterampilan siswa dalam melakukan demontrasi dengan menggunakan lembar observasi. sedangkan aktivitas dan keterampilan siswa dalam melakukan demonstrasi akan diamati oleh satu orang observer selama proses pembelajaran berlangsung.

3.5.2 Teknik Tes

Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data penguasaan konsep IPA siswa. Tes dilakukan sebanyak satu kali pada setiap akhir siklus. Pada akhir siklus aktivitas dan hasil tes seluruh siswa direrata, kemudian dibandingkan dengan rerata aktivitas dan hasil tes pada siklus berikutnya.


(31)

3.6 Instrumen Penelitian

1. Lembar observasi

Lembar observasi aktivitas siswa, nilai hasil belajar siswa, dan kinerja guru.

2. Perangkat tes

Berupa soal pilihan ganda untuk menentukan hasil belajar siswa

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Data kualitatif

a. Data nilai aktivitas siswa

Data aktivitas siswa dalam pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang berisi lima aktivitas, yaitu menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, aktif dalam diskusi, dan memberi pendapat, menirukan gerakan guru.

Tabel 3.1 Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama

Aspek yang diamati

Jml Kriteria M en ja w ab p er ta n y aa n M en g aj u k an p er ta n y aa n M en ir u k an g ea rk an g u ru A k ti f d al am d is k u si P en d ap at A k tif K u ran g ak tif T id ak ak tif 1 2 3 4 5 Jumlah Persentase

Sumber : dimodifikasi dari (Carolina, 2010:29) Keterangan :

AK : Aktif (jika melaksanakan 4 aktivitas atau lebih)


(32)

26

TA : Tidak Aktif (tidak melaksanakan aktivitas)

Proses analisis untuk data aktvitas siswa adalah sebagai berikut :

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aktivitas siswa

b. Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus :

c. Nilai aktivitas setiap siswa = % aktivitas (dihilangkan %nya) d. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa : Bila nilai siswa 75,6 maka dikategorikan aktif, Bila 59,4 nilai siswa < 75,5 maka dikategorikan cukup aktif, bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif, Memes (2001:36).

Tabel 3.2 Distribusi frekuensi Hasil Belajar

No Nama Nilai Frekuensi ∑ = f.x % Kategori

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap skor

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

c. Nilai hasil belajar adalah :

Nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan % nya) d. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus


(33)

Ketuntasan hasil belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum pada SD Negeri 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yaitu : Bila nilai siswa 63, maka dikategorikan tuntas (T), bila nilai siswa < 63, maka dikategorikan belum tuntas (BT). Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2000:245) yaitu :

Bila nilai siswa 63, maka dikategorikan baik.

Bila 55 nilai siswa < 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka kurang baik.

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru

No Aspek yang diamati Skor

I Pra Pembelajaran

- Mempersiapkan siswa untuk belajar - Melakukan kegiatan apersepsi

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 II Kegiatan Inti

A Penguasaan Materi pelajaran

- Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

- Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan - Menyampakan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki

belajar dan karateristik siswa

- Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 B Strategi Pembelajaran

- Melaksakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

- Melaksakan pembelajaran secara runtut - Menguasai kelas

- Melaksakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

- Melaksakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

- Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Alokasi waktu yang direncakan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 C Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

- Menggunakan media secara efektif dan efisien - Menghasilkan pesan yang menarik

- Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 D Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

- Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran - Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

- Menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam belajar

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5


(34)

28

E Penilaian proses dan hasil belajar

- Memantau kemajuan belajar selam proses

- Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuandengan gaya yang sesuai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 F Penggunaan bahasa

- Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

- Menyampaikan pesan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 III Penutup

- Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

- Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau keiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Total Skor

Keterangan skor:

1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = baik, 5 = sangat baik 85 – 100 = baik sekali 41 - 55 = kurang baik 71 – 85 = baik 0 - 40 = sangat kurang 56 - 70 = cukup

3.7.2 Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data penguasan konsep siswa. Analisis data penguasaan konsep siswa dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata penguasaan konsep siswa setiap siklus dengan menggunakan rumus:

x 100%

x 100% Arikunto (2006:95)

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja ini adalah :

- Meningkatnya aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus hingga


(35)

- Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus ke siklus hingga mencapai


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V di SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan 20% yaitu pada siklus I nilai 77 dan siklus II nilai 97.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 9,6 % pada siklus I adalah 66 dan siklus II menjadi 75,6. Kinerja guru mengalami peningkatan 6,21 % dari siklus I nilai 76,55 dan siklus II nilai 82,76. Sesuai pendapat ahli Slameto (1993:17) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar.

Dari hasil pembelajaran menggunakan metode demontrasi maka aktivitas dan hasil belajar siswa naik secara berkesinambungan dan tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.


(37)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka di harapkan:

1. Bagi siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi diri karena setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengekplorasi kemampuan dirinya, dengan itu hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi guru/peneliti sebaiknya mengubah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran metode demonstrasi dan diusahakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode yang menarik agar dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa.

3. Bagi sekolah.

- Selalu mengikut sertakan guru dalam kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pendidikan.

- Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan berbagai model pembelajaran.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S. 2007. Pelaksanaan Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Arsyad. 2005.Media Pembelajaran. Bumi Aksara : Jakarta

Carollina, H. S. 2010. Cara Belajar Yang Efisien. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Gagne & Brigs. 1988. The Theory Procces Information.Gramedia. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud

Hamalik. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Hopkin, David. 1993. A Teacher’s Guideto Classroom Research, Open University Press

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta

Jhonson, D.W. & Jhonson R (1993). Leading the Cooperative (2nd Edition)) Edina, MN : Interaction Book Company

Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Hopkins. 1993). Macam-macam Media pembelajaran.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sardiman. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta Slavin. 1999. Psikologi Belajar. Semarang. IKIP Semarang Press

Sukmadinata, Nana. S 2006. Aktivitas Pembelajaran. Rineka Cipta. Bandung. Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.


(39)

Slameto, 1993. Media Pembelajaran. Raja Grafindo. Persada. Jakarta

Purwanto, Ngalim (1992).Pengertian Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(1)

E Penilaian proses dan hasil belajar

- Memantau kemajuan belajar selam proses

- Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuandengan gaya yang sesuai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 F Penggunaan bahasa

- Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

- Menyampaikan pesan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 III Penutup

- Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

- Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau keiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total Skor

Keterangan skor:

1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = baik, 5 = sangat baik 85 – 100 = baik sekali 41 - 55 = kurang baik 71 – 85 = baik 0 - 40 = sangat kurang 56 - 70 = cukup

3.7.2 Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data penguasan konsep siswa. Analisis data penguasaan konsep siswa dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata penguasaan konsep siswa setiap siklus dengan menggunakan rumus:

x 100%

x 100% Arikunto (2006:95)

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja ini adalah :

- Meningkatnya aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus hingga mencapai minimal 3 aktivitas pada tabel aktivitas.


(2)

29

- Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus ke siklus hingga mencapai nilai minimal 75% siswa mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 63.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V di SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan 20% yaitu pada siklus I nilai 77 dan siklus II nilai 97.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 9,6 % pada siklus I adalah 66 dan siklus II menjadi 75,6. Kinerja guru mengalami peningkatan 6,21 % dari siklus I nilai 76,55 dan siklus II nilai 82,76. Sesuai pendapat ahli Slameto (1993:17) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar.

Dari hasil pembelajaran menggunakan metode demontrasi maka aktivitas dan hasil belajar siswa naik secara berkesinambungan dan tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.


(4)

53

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka di harapkan: 1. Bagi siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi diri karena

setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengekplorasi kemampuan dirinya, dengan itu hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi guru/peneliti sebaiknya mengubah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran metode demonstrasi dan diusahakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode yang menarik agar dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa.

3. Bagi sekolah.

- Selalu mengikut sertakan guru dalam kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pendidikan.

- Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan berbagai model pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S. 2007. Pelaksanaan Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Arsyad. 2005.Media Pembelajaran. Bumi Aksara : Jakarta

Carollina, H. S. 2010. Cara Belajar Yang Efisien. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Gagne & Brigs. 1988. The Theory Procces Information.Gramedia. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud

Hamalik. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Hopkin, David. 1993. A Teacher’s Guideto Classroom Research, Open University Press

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta

Jhonson, D.W. & Jhonson R (1993). Leading the Cooperative (2nd Edition)) Edina, MN : Interaction Book Company

Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Hopkins. 1993). Macam-macam Media pembelajaran.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sardiman. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta Slavin. 1999. Psikologi Belajar. Semarang. IKIP Semarang Press

Sukmadinata, Nana. S 2006. Aktivitas Pembelajaran. Rineka Cipta. Bandung. Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Suyono, 2009. Proses Belajar dan hasil Belajar. Raja Grafindo. Persada. Jakarta Slameto, 1993. Media Pembelajaran. Raja Grafindo. Persada. Jakarta

Purwanto, Ngalim (1992).PengertianBelajarMengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2 16 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DEMONTRASI MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS V SD NEGERI 2 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/ 2012

2 19 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V SDN 4 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO

0 5 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SDN 3 PAREREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 9 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2012 / 2013

0 2 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 REJOSARI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012/2013

0 12 39

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 60