MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)
MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)
Oleh SEPTI KURNIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRACT
SCATTERING PROBLEMS IN THE OPTIMALIZATION OF THE REGION'S MINING POTENCY
(A CASE STUDY IN REGION OF TANGGAMUS)
By
SEPTI KURNIA
This research aims to decribe and identify the problems in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus, to identify and analyze what strategies has bee chosen by the Local Government of Tanggamus in managing mining potency in the region. The methode used is descriptive research with qualitative approach. Data collection technique used are depth interview and documentation.
Results of the research shows that the complication in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus consisted of two main points, first is internal problem which included the lack of professional and skilled employee, insufficient of promotion and networking in miningral resources, the single concentration of a certain mining type, the limited fund for the human resources development, and the unsupported facilities and material. Second, is the external problems, e.g. The large number of illegal mining activity, condition of geographical topography, devastation of nature, and the lack of awareness of the companies to conduct their obligation of reporting the financial report of their mining activity. The strategy that was taken into account by the local government of Tanggamus were upgrading the skill of the public servants who take care of mining administration, increasing supervision and fostering the mining companies an illegal mining companes, developing promotion and network by building a website about mining resources, and the last is supreming the law for illegal mining companies.
(3)
ABSTRAK
MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)
Oleh
SEPTI KURNIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten Tanggamus, untuk mengetahui dan menganalisis strategi apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah. Metode yang digunakan adalah tipe penilitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara mendalam serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus yaitu ada dua macam, yakni masalah internal meliputi kurangnya tenaga terampil yang profesional, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian tertentu, terbatasnya dana untuk pengembangan SDM, serta sarana dan prasarana yang tidak mendukung. Permasalahan eksternal meliputi masih tingginya penambangan tanpa izin/ ilegal, kondisi wilayah geografis, kerusakan lingkungan, dan masih kurangnya kesadaran para pengusaha dalam melaksanakan kewajibannya yakni membuat laporan kegiatan penambangan. Strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus yakni meningkatkan pengetahuan sumber daya aparatur yang menangani bidang pertambangan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan, meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan kegiatan pertambangan kepada perusahaan pertambangan serta penambangan tanpa izin/ ilegal, pengembangan promosi dan networking dengan cara membuat website tentang sumber daya, serta melakukan penertiban pengawasan terhadap perusahaan pertambangan tanpa izin.
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Optimalisasi, Potensi dan Pertambangan Daerah ... 11
B. Manajemen ... 13
C. Strategi ... 18
D. Analisis Lingkungan Strategi ... 23
E. Logical Framework Approach (LFA) ... 25
F. Matriks Logframe ... 29
(8)
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Tipe Penelitian ... 35
B. Fokus Penelitian ... 36
C. Lokasi Penelitian ... 37
D. Jenis dan Sumber Data ... 38
E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Teknik Analisis Data ... 43
G. Teknik Keabsahan Data ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ... 49
B. Sejarah Industri Pertambangan Mineral dan Batubara ... 58
C. Gambaran Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Tanggamus ... 66
D. Kegiatan Usaha Pertambangan ... 70
E. Penyajian dan Analisis Data ... 73
1. Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah .. 73
2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Mengatasi Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah ... 92
a. Analisis Stakeholder ... 96
b. Analisis Permasalahan ... 101
c. Analisis Hasil... 103
d. Analisis Strategi... 106
BABV PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012 ... 5
2.1 Analsis Stakeholder ... 27
2.2 Struktur Matriks Logframe ... 30
3.1 Daftar Informan Wawancara ... 42
4.1 Tabel Kecamatan, Jumlah Pekon, Luas, Jumlah Penduduk ... 52
4.2 Tabel Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Tanggamus ... 54
4.3 Tabel Kewenanangan Pengelolaan Mineral dan Batubara ... 63
4.4 Data Realisasi PAD dan Pendapatan Sektor Pertambangan 2010-2012 ... 75
4.5 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Logam ... 75
4.6 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Bukan Logam dan Batuan ... 77
4.7 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Batubara ... 78
4.8 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 81
4.9 Hasil Analisis Stakeholder ... 97
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Langkah-Langkah Penyusunan Logframe ... 26
2.2 Diagram Pohon Masalah ... 28
2.3 Bagan Kerangka Pikir ... 34
4.1 Gambar Kegiatan Pengelolaan Pertambangan ... 71
4.2 Gambar Alat Pengelolaan Pertambangan Emas ... 71
4.3 Gambar Masalah Eksternal Kerusakan Lingkungan ... 87
4.4 Pohon Masalah ... 101
(11)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan dengan cara mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai nilai ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian. Selain itu pertambangan juga dapat diartikan dengan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang Salim (2005: 1).
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber bahan galian (tambangnya). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, biji besi, dan lain–lain. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk mempergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
(12)
Hak-hak negara dibidang pertambangan dituangkan dalam peraturan Undang-undang yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menimbang “Bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal (2 ayat 1) Berbunyi “ Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan untuk melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi. Pasal (3) Berbunyi “Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah.
(13)
Kabupaten Tanggamus yang berada di Provinsi Lampung merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki banyak potensi sumber daya alam yang memadai dan memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan tinjauan geologi, Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup banyak. Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Tanggamus Hamdan.,S.H dari kegiatan penyelidikan dan investigasi yang dilakukan, potensi sumber daya mineral di Kabupaten ini mencapai belasan jenis. Diantaranya potensi Biji Besi, Mangan, Emas, Galena, Pasir Besi, Batubara, Zeolit, Andesit, Batu Gamping, Seng, Bentonit, Belerang, Batu Apung, Pasir, Granit, Lempung dan Silika. Biji Besi dijumpai di Pekon Padang Ratu dan Pekon Tegineneng Kecamatan Limau, Pekon Suka Agung Kecamatan Bulok serta Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan. Mangan dapat dijumpai di Pekon Tanjung Kemala, Pekon Tanjung Agung, Pekon Gunung Kasih Kecamatan Pugung. Bahan galian Emas terdapat di Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon Umbar Kecamatan Klumbayan, Way Linggo dan Way Semong Kecamatan Bandar Negeri Semong. Galena banyak dijumpai di Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat serta Pekon Umbar dan Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan. Pasir besi dapat dijumpai disepanjang pesisir pantai seperti di Pekon Tegineneng dan Pekon Badak Kecamatan Limau, pesisir pantai Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, pesisir pantai Pekon Napal dan Pekon Negeri Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan. Batubara dapat dijumpai
(14)
di Pekon Tangkit Serdang dan Pekon Gading Pertiwi Kecamatan Pugung, Teluk Berak Pekon Way Nipah Kecamatan Pematang Sawa, Pekon Way Harong Kecamatan Air Naningan, Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon Penyandingan Kecamatan Kelumbayan.
Zeolit banyak dijumpai di Pekon Batu Balai Kecamatan Kota Agung Timur. Batu andesit dapat dijumpai di Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Kota Agung Timur, Kecamatan Bulok, Kecamatan Cukuh Balak. Batu gamping banyak dijumpai pada beberapa wilayah di Kecamatan Pugung, seperti di Pekon Gunung Kasih, Pekon Tanjung Kemala. Seng banyak diijumpai di Pekon Tanjung Agung Kecamatan Pugung. Bentonit dapat dijumpai di Dusun Umbul Solo Pekon Tangkit Serdang Kecamatan Pugung. Belerang dapat dijumpai di Pekon Suka Indah Kecamatan Ulu Belu. Batu apung dapat dijumpai di Pekon Tampang Kecamatan Pematang Sawa. Pasir banyak dijumpai di Pekon Sri Kuncoro dan Pekon Karang Rejo Kecamatan Semaka, disepanjang aliran sungai Way Semaka Pekon Tugu Rejo dan Pekon Karang Anyar Kecamatan Wonosobo, Pekon Baros Kecamatan Kota Agung. Batu Granit banyak dijumpai di Pekon Tulung Asahan. Lempung banyak dijumpai di Pekon Gunung Kasih dan Pekon Tanjung Kemala Kecamatan Pugung, Pekon Way Ngison. Mineral silika dijumpai di Pekon Gunung Kasih Kecamatan Pugung, disepanjang pantai Pekon Karang Anyar Kecamatan Wonosobo, di Pekon Air Kubang, Air Naningan dan Sinar Sekampung Kecamatan Air Naningan.
(15)
Kabupaten Tanggamus memiliki sumber daya tambang yang beragam, tetapi pengelolaan dan pengembangan potensi tambang yang ada di daerah tersebut masih rendah. Hal ini dilihat dari rendahnya pengembangan sarana infrastruktur penunjang tambang, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian tertentu, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral serta minimnya sumber daya manusia yang profesional yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengelola potensi tambang guna meningkatkan perekonomian daerah. Apabila dalam pengelolaan dan pengembangan potensi tambang tidak maksimal sehingga realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan tidak tercapai dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari realisasi (PAD).
Tabel 1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012.
Tahun 2010 2011 2012
PAD Rp 11.663.513.273,47 Rp 16.139.087.294,71 Rp 17.812.516.766,36
Sektor Pertambangan Rp 247.749.766,00 Rp 764.487.654,30 Rp 139.748.533,96 % Rp 4707.78 Rp 2111.098 Rp 12746.121 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Tanggamus Tahun 2011)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 PAD Kabupaten Tanggamus mengalami peningkatan tetapi pada sektor pertambangan mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus hanya pengelolaan bahan galian golongan C yakni seperti bahan galian pasir kali,
(16)
batu gamping, andesit, batu kuarsa, dan lain-lain. Selain itu, diperlukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengembangan potensi, apabila potensi pertambangan di Tanggamus dapat dikelola dengan baik dan maksimal kemungkinan pendapatan sektor pertambangan akan mengalami peningkatan yang lebih baik dan otomatis PAD juga akan mengalami peningkatan serta masyarakat akan lebih sejahtera dan pembangunan di Kabupaten Tanggamus akan lebih maju dan lebih baik lagi.
Menurut Hamdan, jumlah perusahaan tambang yang ada di Tanggamus terbilang sedang, baik jumlah maupun kemampuan perusahaannya. Ada dua puluh perusahaan yang bergerak dibidang mineral dan logam, delapan belas perusahaan yang bergerak dibidang mineral bukan logam dan batuan, tiga perusahan dibidang batubara dan perusahaan bergerak dibidang galian C, serta beberapa perorangan. Hingga saat ini perusahaan yang masih bergerak hanya pasir atau galian C, karena permintaannya juga banyak rata-rata 100 ribu ton per tahun berbeda dengan bahan tambang lainnya permintaan tidak menentu. Potensi alam Kabupaten Tanggamus memang potensial, tapi kembali lagi jika dalam pengelolaan dan pengembangannya tidak didukung dengan SDM yang profesional serta sarana prasarana dan teknologi penunjang tambang yang lengkap dan baik maka potensi tersebut tidak terkelola dengan baik. Hal ini cukup disayangkan, mengingat potensi tersebut sebenarnya mampu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kabupaten Tanggamus bila potensi ini dikelola secara maksimal, tentunya akan menciptakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Tanggamus.
(17)
Hasil pra-riset penulis dengan Bapak Hamdan,SH (Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Tanggamus) dan Bapak Arif Sutanto,ST (Kepala Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum Kabupaten Tanggamus), menunjukkan bahwa selain permasalahan sumber daya modal dan anggaran di pertambangan Kabupaten Tanggamus, juga terdapat masalah internal dan eksternal organisasi di Dinas Pertambangan Kabupaten Tanggamus. Apabila masalah–masalah yang ada di pertambangan ini tidak cepat diatasi oleh pemerintah, maka dapat berdampak negatif terhadap pengelolaan dan pembinaan perusahaan-perusahaan pertambangan di Kabupaten Tanggamus, yang berujung pada terhambatnya perkembangan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus tersebut.
Peran aktif pemerintah adalah kunci utama dalam berbagai persoalan ini. Sehingga, perlu diadakan pembentukan manajemen dan strategi oleh pemerintah daerah dalam optimalisasi potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten Tanggamus. Strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan, menurut Mc Nichols dalam Salusu (2000: 101). Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi Salusu (2000: 109). Dengan strategi yang tepat guna dan efektif, maka
(18)
pengelolaan pertambangan di Kabupaten Tanggamus dapat dilaksanakan secara lebih profesional dan inovatif.
Penelitian “Mengurai Berbagai Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Tanggamus)” ini penting untuk dilakukan dalam rangka mengetahui apa saja permasalahan yang timbul dalam optimalisasi potensi pertambangan dan menganalisisnya berdasarkan Teori Manajemen Strategis dan Administrasi Pemerintahan Daerah, sehingga dapat direkomendasikan berbagai macam alternatif solusi dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di Dinas Pertambangan Kabupaten Tanggamus.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus?
2. Bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus?
(19)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengoptimalisasikan potensi pertambangan daerah.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan diketahui tujuan dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk:
1. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, yang dalam hal ini yaitu dinas pertambangan dalam mengoptimalkan potensi pertambangan untuk meningkatkan dan mengembangkan pertambangan di daerah tersebut.
2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran, khususnya dalam kajian Ilmu Administrasi Negara mengenai Manajemen Publik yang khusunya dalam mengurai berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Negara Indonesia, khususnya di Kabupaten Tanggamus, Lampung.
(20)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Optimalisasi potensi SDA di Daerah Kabupaten Tanggamus. Dengan adanya desentralisasi yang kemudian diwujudkan dengan pemberian otonomi daerah, maka kemudian hal ini memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan karakteristik yang ada di tempat. Salah satu diantaranya adalah dengan cara mengoptimalkan potensi pertambangan.
Dengan adanya desentralisasi maka terbentuknya daerah-daerah otonom atau daerah-daerah yang memiliki otonomi. Kepada daerah kemudian diberikan semacam keleluasaan untuk bisa mengelola daerahnya sesuai dengan kondisi setempat. Syarat untuk bisa menegakkan otonomi ialah jika daerah itu didukung dengan kapasitas keuangan yang memadai. Maka dari itu, kepada daerah diserahkan beberapa kewenangan antara lain kewenangan di bidang pertambangan, melalui aktifitas eksplorasi maupun eksploitasi sumber-sumber pertambangan yang ada di daerah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas di daerah. (Dahlanforum.htm)
(21)
A. Optimalisasi, Potensi, Pertambangan Daerah
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (2003:753) mengemukakan bahwa optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewadarminta (2003:92) mengemukakan bahwa potensi diartikan sebagai Kemampuan. Sedangkan Alwi M. Dahlan (1989: 42) merumuskan kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang memuaskan baik berupa barang atau jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat”.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).
Potensi pertambangan yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah sumber daya alam (SDA) yang dikelola secara cermat oleh sumber daya manusia (SDM) dimana potensi pertambangan ini dapat menjadi suatu keterkaitan yang menyatu dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di Kabupaten Tanggamus. Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini dapat dijadikan modal dan sebagai salah satu penopang dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat serta untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Tanggamus, dimana
(22)
potensi pertambangan merupakan salah satu kekayaan yang sangat berpengaruh cepat terhadap pembangunan daerah serta meningkatkan PAD di kabupaten tersebut. Apabila potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini dapat dikelola dengan maksimal, otomais akan mempercepat pembangunan dan meningkatkan PAD di Kabupaten Tanggamus ini.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pertambangan, yakni: (a) Menjamin efektivitas pelaksanaan dari pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing; (b) Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup; (c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri; (d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing ditingkat nasional, regional, dan internasional; (e) Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat; (f) Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009).
Adapun peraturan Undang–Undang mengenai pertambangan yang menunjang penelitian ini, yakni: (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
(23)
(4) Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi.
B. Manajemen
Pertambangan daerah akan dapat dikelola secara baik jika pemerintah daerah memiliki suatu manajemen yang handal. Menurut Robbins (2007: 8) mendefinisikan manajemen sebagai proses mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Sedangkan menurut Aime, (2010: 8) manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur–unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Malayu, 2006: 2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses penggunaan sumber daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol seperti dikutip Robbins (2007: 9) menyatakan bahwa terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: (1) Perencanaan adalah fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah aktivitas atau
(24)
kegiatan; (2) Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat; (3) Kepemimpinan adalah fungsi manajemen yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku pegawai; (4) Mengendalikan adalah fungsi manajemen yang mencakup memantau kinerja aktual, membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya.
Robinson (1997: 41) Manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Karena ini melibatkan pengambilan keputusan yang rumit, berjangka panjang dan berorganisasi ke depan serta membutuhkan sumber daya yang besar, partisipasi manajemen puncak sangatlah penting. Manajemen strategi merupakan proses tiga lapis yang melibatkan para perencana ditingkat korporasi, bisnis, dan fungsional, serta personil-personil pendukung. Makin rendah tingkatnya, kegiatan strategi makin bersifat lebih spesifik, sempit, jangka pendek, dan berorientasi ke tindakan, dengan resiko yang lebih kecil tetapi peluangnya untuk memberikan dampak besar dan kecil.
Sedangkan dalam bukunya Heene (2010: 9) manajemen strategi dideskripsikan sebagai kesatuan proses manajemen pada suatu organisasi yang berulang-ulang dalam menciptakan nilai serta kemampuan untuk menghantar dan memperluas distribusinya kepada pemangku kepentingan ataupun pihak lain yang
(25)
berkepentingan. Artinya, manajemen strategi menjadi suatu kesatuan dari keseluruhan proses yang terintegrasi.
Dalam bukunya Heene (2010: 76) Houthoofd mendefinisikan manajemen strategi sebagai suatu proses organisasi menata diri demi tercapainya tujuan-tujuan keorganisasian melalui analisis strategi yang proporsional, perumusan strategi yang dijadikan keunggulannya, pengimplementasian strategi yang akurat, dan pengevaluasian kontinum terhadap kinerjanya. Viljoen mengutarakan bahwa manajemen strategi adalah suatu proses dari pengidentifikasian, pemilihan, dan pengimplementasian aktivitas-aktivitas yang dapat memperbaiki kinerja jangka panjang dari organisasi melalui penentuan arah, disertai melanjutkan komitmen ataupun penyesuaian antara keterampilan internal dengan sarana-sarana dari organisasi berikut pula dengan lingkungan yang berubah evolutif dimana organisasi itu beroperasi. Joyce memaparkan manajemen strategi yakni suatu proses manajemen puncak yang mengelompokkan dan mengorientasikan semua kegiatan dan fungsi yang ada pada organisasi serta terfokus untuk diaktualisasikannya agenda strategi dari organisasi tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan, tindakan dan suatu proses organisasi menata diri untuk mengembangkan diri dan mencapai suatu tujuan keorganisasian dengan cara analisis strategi, perumusan, pelaksanaan, dan pengevaluasian.
Dalam buku salusu (2006: 496) ada beberapa manfaat dari manajemen strategi, yaitu: (a) Identifikasi Peluang. Dengan manajemen strategi, organisasi
(26)
dimungkinkan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dalam lingkungan eksternal dan sekaligus memanfaatkannya. Ancaman dari lingkungan dapat dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi. Dengan peluang dan kekuatan, organisasipun dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan. Bahkan manajemen strategi dapat memberi petunjuk bagaimana mengantisipasi perubahan-perubahan awal dari lingkungan eksternal; (b) Semangat Korps. Dalam lingkungan organisasi, manajemen strategi mampu menciptakan sinergi dan spirit de corps, yaitu semangat korps yang penuh integritas sehingga dapat melicinkan jalan menuju sasaran organisasi. Semangat itu diharapkan akan meningkatkan produktivitas mereka. Dengan begitu organisasi akan mampu bertahan lama, bebas dari perasaan curiga antar karyawan. Hasilnya, akan lebih mampu memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Sebaliknya, kondisi ini akan memampukan organisasi untuk mendapatkan bantuan lebih banyak dari luar lingkungannya; (c) Perubahan-Perubahan Strategi. Para manajer organisasi publik dan nonprofit tidak akan pernah luput dari perubahan-perubahan strategi dalam tubuh organisasinya. Apabila perubahan-perubahan itu mutlak harus dilakukan, mereka perlu menyesuaikan arah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang ingin dicapai. Perubahan yang dimaksud itu antara lain yang berkaitan dengan kebijaksanaan, prosedur, pelayanan, atau yang berkaitan dengan klien dan konsumen.
Nutt dan Backoff dalam Salusu (2006: 497) menampilkan beberapa alasan mengapa perubahan-perubahan strategi diperlukan, sekaligus memberi petunjuk
(27)
tentang manfaat dari manajemen strategi bagi organisasi publik dan nonprofit, yaitu: (1) Suatu organisasi yang baru didirikan atau yang sedang bertumbuh, perlu memikirkan kemana ia hendak pergi dan sasaran apa yang perlu diberi perhatian serta prioritas; (2) Kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas pembiayaan. Apabila satu sumber dana berkurang atau hilang, untuk mempertahankan roda organisasi diperlukan strategi baru untuk mencari sumber-sumber yang baru; (3) Keinginan untuk mengembangkan pelayanan. Pemerintah pada umumnya mulai dengan pelayanan yang terbatas karena sumber daya dan dana yang terbatas. Tetapi lama kelamaan, seiring dengan makin tersedianya sumber daya yang memadai, keinginan untuk memperluas pelayanan, mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan dalam kebijaksanaan, prosedur, dan bahkan prioritas konsumen yang dilayani; (4) Perluasan peranan atas desakan konsumen. Sering kali masyarakat mendesak kepada pemerintah atau organisasi nonprofit untuk menambahkan peranan baru pada organisasinya guna menjawab kebutuhan mendesak mereka; (5) Perubahan kepemimpinan. Munculnya pemimpin baru dalam organisasi menyusul pergantian pejabat, biasanya diikuti dengan memperkenalkan visi baru yang sekaligus menuntut kepada para eksekutif lainnya untuk menyesuaikan diri dan pemahaman tentang kebijaksanaan baru tersebut; (6) Ancaman politik. Pihak-pihak penguasa politik sesekali menuntut kepada para eksekutif untuk menyesuaikan kebijaksanaan organisasinya dengan tuntutan politik tersebut; (7) Manajemen strategi mampu memberikan petunjuk bagaimana mengantisipasi masalah-masalah dan peluang di masa yang akan datang; (8) Memungkinkan para karyawan memahami tujuan dan sasaran organisasi secara
(28)
jelas sehingga mereka mengetahui arah perjalanan organisasinya; (9) Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan; (10) Menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya. Manajemen yang bagus diwujudkan dalam bentuk strtegi yang bagus.
C. Strategi
Manajemen yang bagus itu akan bisa berhasil guna dan berdayaguna jika didukung dengan kemampuan untuk berpikir strategis dari para pemimpinnya. “Strategi” berasal dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (Jenderal), yang pada dasarnya diambil dari pilihan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan
“strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh -musuh dengan menggunakan cara-cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki” (Aime, 2010: 53).
Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Strategi sangat penting untuk dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan terendah. Hal ini harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya oleh pejabat tingkat tinggi. (Salusu, 1996: 101)
Menurut Mintzberg dalam bukunya Aimee (2010:54) konsep strategi itu mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu: (a)
(29)
Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya; (b) Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi; (c) Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat memunculkan aktivitasnya; (d) Suatu perspektif menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungan; (e) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing ataupun oposan.
Strategi adalah rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran organisasi. Strategi adalah “rencana main” suatu organisasi. Strategi mencerminkan kesadaran organisasi mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan untuk maksud (purpose) apa. (Pearce dan Robinson, 1997: 20)
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu rencana dan manajemen yang berskala besar serta seni dalam menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional untuk mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
Salusu (2006: 99) mengambil kesimpulan bahwa strategi umumnya sepakat membahas tentang: (a) Tujuan dan sasaran. Organizational goals adalah keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan Organizational objectives adalah pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai
(30)
goals, lebih terikat dengan waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau dihitung; (b) Lingkungan. Harus disadari bahwa organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi. Sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan lingkungan, dimana bisa terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Sebaliknya sasaran organisasi dapat mengontrol lingkungan; (c) Kemampuan internal. Kemampuan internal oleh Sirley digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan; (d) Kompetisi. Kompetisi ini tidak dapat diabaikan dalam merumuskan strategi; (e) Pembuat strategi, hal ini penting karena menunjuk siapa yang kompeten membuat strategi; (f) Komunikasi, melalui komunikasi yang baik, strategi bisa berhasil. Karena hanya dengan komunikasi kita dapat mengetahui alam kehidupan sekitar kita dan bagaimana pihak lain mengetahui kita.
Konsep strategi mengandung tiga aspek penting yang harus diperhatikan, yakni tujuan, sarana, dan cara. Dalam konteks penelitian ini strategi yang dimaksud adalah strategi untuk mengoptimalkan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus sebagai bagian penting dari perekonomian suatu daerah. Oleh karena itu strategi disini banyak dihadapkan pada kondisi internal dan kondisi eksternal suatu organisasi pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Koteen dan Higgins dalam Salusu (1996: 105) menjelaskan tentang tipe-tipe strategi yaitu: (a) Corporate Strategy (strategi organisasi) strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatifinisiatif strategi yang baru; (b) Program Strategy (strategi program) strategi ini lebih memberi perhatian pada
(31)
implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi; (c) Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) strategi sumber daya ini memusatkan perhatian lebih kepada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya; (d) Institutional Strategy (strategi kelembagaan) fokus dari strategi ini lebih mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Dari keempat tipe strategi di atas, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah tipe strategi Corporate Strategi (strategi organisasi), Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya), dan Institusional Strategy (strategi kelembagaan). Dimana fokus dari strategi organisasi berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategi yang baru, strategi pendukung sumberdaya memusatkan perhatian lebih kepada memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi, dan strategi kelembagaan lebih fokus mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Hatten dan Hatten (1998) dalam Salusu (1996:107) memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi, yaitu: (a) Strategi harus konsisten dengan lingkungannya. Jangan membuat strategi yang melawan arus, ikutilah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju; (b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Apabila
(32)
banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang, semua strategi hendaknya diserasikan satu dengan yang lain; (c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari unit lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi; (d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat; (e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, anda harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan; (f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Setiap strategi mengandung resiko, tetapi harus berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lubang yang besar. Oleh karena itu, suatu strategi harus dapat selalu dikontrol; (g) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi di atas kegagalan; (h) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
Sedangkan berpikir strategis menurut Wahyudi dalam Hermawan (2005: 9) bahwa berpikir strategis adalah kekuatan dalam manajemen strategis termasuk
(33)
kekuatan untuk mengatasi berbagai persoalan strategis yang dihadapi oleh organisasi dimasa depan. Beberapa karakteristik berfikir strategis yakni, berorientasi masa depan, berhubungan dengan bisnis yang sangat kompleks, memerlukan perhatian dari manajemen puncak, dan mempengaruhi kemakmuran jangka panjang organisasi dan melibatkan sumber daya yang besar dari organisasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir strategis akan menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif sehingga akan menimbulkan banyak model penyelesaian masalah yang akan dihadapi, selain itu akan meminimalkan kesalahan dan menciptakan karakteristik organisasi yang selalu siap menghadapi perubahan lingkungan demi pencapaian tujuan.
Dalam tataran realitas pengelolaan pertambangan di daerah itu tidak semudah seperti yang dibayangkan, ada berbagai macam persoalan yang harus dipecahkan oleh pemerintah daerah, jika pemerintah daerah ingin mendapatkan manfaat dari kegiatan pertambangan yang ada di daerah. Untuk menganalisis ini, maka penulis menggunakan teori analisis lingkungan strategi.
D. Analisis Lingkungan Strategi
Untuk bisa mendapatkan strategi yang handal, seorang pemimpin dituntut untuk melakukan analisis lingkungan strategi. Menurut Hitt (1997: 78), analisis lingkungan harus dilakukan karena organisasi dewasa ini lebih merupakan suatu sistem yang terbuka (open system). Oleh karena itu, organisasi sangat dipengaruhi dan berinteraksi secara konstan dengan lingkungan yang melingkupinya. Dengan demikian tugas utama yang paling penting bagi manajemen organisasi adalah
(34)
memastikan bahwa pengaruh tersebut dapat disalurkan melalui arah yang positif dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap keberhasilan dan pencapaian daya saing organisasi secara keseluruhan. Analisis lingkungan strategi terbagi menjadi dua macam, yakni analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal.
Lingkungan internal, menurut Hitt (1997: 78), adalah lingkungan organisasi yang berada didalam organisasi tersebut secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada organisasi. Organisasi sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market porition tertentu.Dengan demikian analisis internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas, kompetensi/strategi inti yang dimiliki oleh organisasi dan kinerja.Lingkungan internal dalam penelitian ini adalah lingkungan yang berada didalam instansi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Sedangkan lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan eksternal terdiri dari dua komponen, yakni: (a) Lingkungan Khusus. Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi (stakeholder), seperti para birokrat instansi pemerintah, masyarakat. (b) Lingkungan Umum. Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan kondisi global yang mungkin mempengaruhi organisasi. Perubahan lingkungan
(35)
umum biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus, namun demikian manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas organisasi publik. Lingkungan eksternal dalam penelitian ini adalah lingkungan diluar instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus.
E. Logical Framework Approach (LFA)
Untuk bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari aktifitas pertambangan di daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk memiiliki kapasitas atau kompetensi yang memadai dalam rangka mengidentifikasi berbagai persoalan yang ada di dalam pertambangan daerah. Salah satu cara yang dapat membantu atau memudahkan untuk menginfentarisir berbagai persoalan adalah dengan menggunakan pendekatan Logical Framework Approach (LFA).
Logical Framework Approach (LFA) adalah alat untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi dari project/program. Selain itu LFA adalah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi eksisting, membangun hierarki logika dari tujuan yang akan dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcome), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek (httpkyutri.commenyusun-logical-framework-analysis-lfa). Diperjelas oleh Alan Wasch (2002: 2) The Logical Framework Approach (LFA) is a tool-or other an
(36)
open set of tools-for project design and management. Its purpose is to provide a clear, rational framework for planning the envisomed activities and determining
how to measure a project’s success, while taking external factors into account.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan logframe mencakup seluruh proses manajemen yang meliputi perencanaan, penilaian, monitoring dan evaluasi. Karena itu sangat tepat jika dikatakan bahwa logframe merupakan management tools. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa LFA adalah alat untuk perencanaan, monitoring, evaluasi, instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan dicapai dari project/program.
Dalam the Logical Framework Approach (LFA) terdapat beberapa analisis yang dilakukan. Alan Wasch (2000: 9-21) dalam artikelnya Introduction to the LFA ada 4 analisis yang dilakukan, yakni analisis stakeholder, analisis problem, analisis tujuan, dan analisis strategi.
Gambar 2.1 Langkah-langkah penyusunan logframe adalah sebagai berikut:
Analisis Strategi Analisis Situasi
Pelaksanaan Pembuatan Matriks
Analisis untuk menentukan pilihan strategi dalam mencapai tujuan/ hasil.
Pembuatan workplan.Budget dan perencanaan SDM.
Mengikuti urutan dan format.
Analisis stakeholder, analisis permasalahan, analisis tujuan/ hasil.
(37)
Pertama, Analisis Stakeholder yakni merupakan, (a) Analisis stakeholder digunakan untuk memetakan dan menganalis setiap stakeholder yang terkait dengan pencapaian project; (b) Stakeholder adalah pihak bisa individu atau kelompok atau organisasi/lembaga yang terkait dengan kegiatan program/project yang akan dilakukan; (c) Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan; (d) Stakeholder sekunder adalah stakeholder yang berpengaruh tidak langsung terhadap program/project;
Tabel 2.1 Analisis Stakeholder
Urutan Stakeholder Pengalaman, Keahlian dan Sumberdaya
Interest dan Keinginan
Hambatan dan Isu
Peran (Terkait dengan
Kegiatan)
Stakeholder Utama
Stakeholder
Sekunder
Stakeholder Tersier
Kedua, Analisis Permasalahan, meliputi: (a) Menyusun list permasalahan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan program/project; (b) Menyusun dalam bentuk pohon permasalahan dimulai dengan menentukan permasalahan kunci atau permasalahan utama; (c) Menyusun penyebab dari permasalahan tersebut muncul. Disusun secara bertingkat mulai dari satu tingkat ke tingkat lainnya; (d) Menyusun akibat dari adanya permasalahan tersebut. Juga disusun secara bertingkat; (e) Pohon permasalahan memberikan gambaran mulai dari akar
(38)
sampai pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan untuk menyusun logframe. Berikut gambar contoh sederhana diagram pohon problem/ masalah:
Gambar 2.2 Diagram Pohon Masalah
Ketiga, Analisis Hasil yakni: (a) Merupakan prosedur yang secara sistematis mengenali, memilah dan menjelaskan secara rinci mengenai keterlibatan semua pihak dalam situasi yang tertentu; (b) Dalam prakteknya dilakukan dengan membuat pohon hasil yang dikembangkan dari pohon permasalahan yang diangkat dan melakukan perincian lebih detail lagi dengan menuliskan pilihan pilihan dari hasil yang akan dicapai; (c) Cara melakukannya adalah dengan mengacu pada pohon permasalahan, dan mengubah kalimat negatif dari pohon permasalahan menjadi kalimat positif; (d) Setelah diubah menjadi kalimat positif maka harus diiperhatikan adalah peryataan objective/hasil tersebut harus jelas. Kemudian jika diperlukan untuk mendetailkan peryataan objective/hasil tersebut
Masalah Kunci/ Focal Problem
SE
B
A
B
A
K
IBA
(39)
maka dapat dilakukan; (e) Analisis hasil juga harus jelas dan sudah mempertimbangkan resiko.
Keempat, Analisis strategi adalah tahapan identifikasi pilihan-pilihan strategi untuk mencapai tujuan program, dari pilihan yang ada kemudian ditentukan strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama pengembangan program. Pilihan strategi mesti mempertimbangkan resiko yang mungkin muncul serta membangun kriteria seperti target group penerima manfaat, kelanjutan manfaat, kemampuan memelihara aset setelah program selesai, jumlah biaya yang dibutuhkan, kelayakan teknis, kontribusi terhadap penguatan institusi, dampak terhadap lingkungan, dan kesesuaian dengan prioritas program pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dibangunlah matriks logframe yang merupakan rangkuman dari tujuan program, strategi mencapai tujuan, asumsi yang digunakan dan bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks terdiri dari 4 elemen dasar yaitu: (1) Hubungan antara Goals, Objectives, outputs dan Activities; (2)Logika vertical dan logika horizontal; (3) Indikator; (4) Asumsi dan resiko yang perlu diidentifikasi pada tahap penyusunan program.
F. Matriks Logframe
Matriks logframe merupakan hasil dari analisis logframe di atas yang menyajikan ringkasan apa yang menjadi tujuan program dan bagaimana melakukannya, apa yang menjadi asumsi dasar, dan bagaimana output dan outcome dimonitor dan dievaluasi. Struktur matriks logframe terdiri dari hirarki
(40)
tujuan (goal, objectives, outcome), kegiatan, indikator pengukuran, metode verifikasi, dan asumsi. Tabel berikut adalah contoh struktur matriks logframe:
Tabel 2.2 Struktur Matriks Logframe
HIRARKI LOGIS
INDIKATOR ALAT VERIVIKASI INDIKATOR
ASUMSI DAN
RESIKO
GOAL/TUJUAN Indikator yang menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
PURPOSE/ MAKSUD
Indikator yang
menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
OUTPUT/
KELUARAN Indikator yang menunjukkan adanya output atau keluaran yang dihasilkan
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
ACTIVITIES/ INPUT/ KEGIATAN
Indikator yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (termasuk biaya, SDM, dll)
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
Dipilihnya pendekatan kerangka logis dengan instrument matriks logframe dalam perumusan strategi pengelolaan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus didasari oleh pertimbangan sebagai berikut: (1) Mengingat semua program dipengaruhi oleh stakeholder yang memiliki beragam kepentingan,
(41)
potensial, kekurangan, dan karakteristik lainnya. Maka pendekatan logframe diharapkan mampu untuk memetakana dan menganalisis setiap stakeholder yang terkait dengan pencapaian program tersebut; (2) Melalui pendekatan logframe ini, diharapkan dapat teridentifikasinya problem kunci, tantangan dan kesempatan, serta hubungan sebab-akibat, sehingga desain program yang dibangun dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi; (3) Melalui pendekatan logframe ini juga dapat digambarkan situasi masa depan yang akan dicapai; (4) Selanjutnya dengan pendekatan logframe ini dapat teridentifikasinya pilihan-pilihan strategi untuk mencapai tujuan program. Dari pilihan yang ada kemudian ditentukan strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama pengembangan program. Apabila dalam pengelolaan pertambangan di Daerah Kabupaten Tanggamus pencapaian hasil ingin sesuai dengan yang diharapan secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan optimalisasi potensi pertambanga.
H. Alur Kerangka Pemikiran
Pertambangan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai nilai ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki banyak potensi pertambangan yang memadai dan memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan tinjauan geologi, Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup banyak. Diantaranya potensi Biji Besi, Mangan, Emas, Galena, Pasir Besi, Batu Bara,
(42)
Zeolit, Andesit, Batu Gamping, Seng, Bentonite, Belerang, Batu Apung, Pasir, Granit, Lempung dan Silika. Potensi pertambangan yang berlimpah ini akan dikelola berdasarkan peraturan perundangan yang telah ada sebagai berikut; (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara; (3) Peraturan daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi; (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Namun, muncul sejumlah permasalahan dalam hal pengelolaan pertambangan di Kabupaten Tanggamus ini, yaitu: (1) Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan SDM; (2) Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; (3) Minimnya SDM yang Professional; (4) Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis Bahan Galian Tertentu; (5) Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan; (6) Jalur Gempa/ Sesar Semangka; (7) Masih Tingginya Jumlah Penambangan Tanpa Izin (Ilegal). Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui upaya strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus. Namun sebelum menentukan strategi apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus, terlebih dahulu melakukan Analisis stakeholder, analisis permasalahan, analisis hasil, dan analisis strategi untuk mengetahui apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten
(43)
Tanggamus dan meminimalisir masalah baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi dengan menciptakan sebuah strategi dan menganalisisnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Alasan yang mendasari diperlukannya strategi dan manajemen strategi dalam optimalisasi potensi pertambangan adalah untuk lebih meningkatkan potensi pertambangan serta mempermudah mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang dialami dan peluang di masa yang akan datang. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan saran agar dimasa mendatang dapat terwujud Kabupaten Tanggamus sebagai kabupaten pengelola pertambangan yang baik, profesional, dan berorientasi lingkungan,
sehingga mampu meningkatkan PAD dan PDRB Kabupaten
(44)
Gambar2.3 Kerangka Pikir:
Potensi pertambanga n yang ada di Kabupaten Tanggamus
Regulasi tentang Pertambangan yang berlaku di daerah Tanggamus:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara
3. Peraturan daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Permasalahan yang muncul:
1. Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan SDM;
2. Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; 3. Minimnya SDM yang Professional;
4. Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis Bahan Galian Tertentu;
5. Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan;
6. Jalur Gempa/ Sesar Semangka
7. Masih Tingginya Jumlah Penambangan Tanpa Izin (Ilegal);
Logical Framework Approach (LFA):
Terwujudnya Pengelolaan Potensi Pertambangan di Kabupaten Tanggamus dengan Baik dan Maksimal.
(45)
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009:5) penelitian kualitatif diartikan sebagai suatu jenis penelitian yang berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut Denzin Dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.Sedangkan menurut Moleong (2009:6) Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain– lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata–kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
(46)
Berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus merupakan fenomena yang akan diteliti dalam penelitian ini. Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi, serta menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus dengan cara melakukan penelitian serta diperlukan data–data yang faktual. Karena penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan, serta menganalisis strategi dalam optimalisasi potensi pertambangan, maka motode yang tepat digunakan menurut peneliti adalah metode deskriptif. Penyajian data dan informasi dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang lebih bermakna dan mudah dipahami.
B. Fokus Penelitian
Pentingnya fokus dalam penelitian kualitatif adalah untuk memberikan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan pembatasan ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap masalah–masalah yang menjadi tujuan penelitian.Selain itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian.Melalui fokus penelitian, suatu informasi di lapangan dipilah–pilah sesuai dengan konteks permasalahan.
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah : a. Masalah Internal
(47)
2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah :
a. Analisis Stakeholder b. Analisis Permasalahan c. Analisis Hasil
d. Analisis Strategi
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data–data penelitian yang akurat. Cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian (Moleong, 2009:86).
Dalam penentuan lokasi penelitian, peneliti memilih lokasi penelitian di Kabupaten Tanggamus. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Kabupaten Tanggamus termasuk kabupaten yang berpotensi dan kaya akan sumber daya alam. Adapun potensi pertambangannya yakni, seperti tambang emas, batu bara, zeolit, bertonit, marmer, pasir besi, biji besi, mangan, silika, lempung, gamping, batu kapur, granit, diorite, panas bumi, andesit, sirtu sampai
(48)
apung. Selain itu pertambangan di Kabupaten Tanggamus juga memiliki berbagai permasalahan dalam pengelolaan potensi pertambangannya.
D. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai data yang ingin diteliti yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait yang dianggap bisa memberikan informasi yang sesuai dengan yang peneliti butuhkan. Data primer dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi langsung dari peneliti terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus.
2. Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dalam
(49)
penelitian ini berupa surat-surat keputusan, catatan, laporan kegiatan, maupun dokumen lain yang berkaitan dengan pengelolaan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus. Adapun data-data jenis sekunder didapat peneliti melalui:
1. Dokumen, merupakan data-data berupa dokumen resmi dari Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanggamus seperti Rencana Strategik (Renstra), Rencana Kerja (Renja), data Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan lain-lain;
2. Makalah atau hasil laporan penelitian lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
2. Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari informan.Informan adalah orang yang benar-benar terlibat atau ikut melakukan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus tersebut. Upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka informan ditentukan secara “purposive” pada tahap awal dan dalam pengembangannya dilakukan secara snowball sampling” sampai diperoleh data dan informasi yang lengkap dan menunjukkan tingkat kejenuhan. Oleh sebab itu, pemilihan informasi pada tahap awal ini didasarkan atas subyek penelitian yang menguasai masalah, memiliki data, dan bersedia memberikan data tentang berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah Kabupaten Tanggamus.
(50)
Dalam penelitian ini, sebagai sumber data perseorangan yang diwawancarai yaitu orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan tema penelitian.Dalam penelitian ini aparat Dinas Pertambangan dan Energi (DISTAMBEN) Kabupaten Tanggamus, Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tanggamus, DPRD Kabupaten Tanggamus.Sumber data dari pengamatan yaitu pengamatan di lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta mengamati fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara. Sumber data pendukung yaitu berupa dokumen yang didapat berupa laporan, catatan, arsip-arsip, serta bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.
E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data yang telah dilakukan dalam penenlitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan, diantaranya:
1. Tahap memasuki lokasi penelitian
Pada tahap awal penelitian ini, peneliti mendatangi lokasi penelitian dan beberapa tempat yang berhubungan dengan data-data sekunder penelitian seperti Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah dan DPRD Kabupaten Tanggamus yang merupakan unsur dari pemerintah yang menjalankan pekerjaan/kegiatan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten Tanggamus. Agar proses ini berjalan lancar peneliti berusaha seluwes mungkin didalam menghubungi para nara sumber/ informan.
(51)
2. Ketika berada dilokasi penelitian
Upaya dalam mendapatkan data yang valid, peneliti berusaha melakukan interaksi naturalistic dengan para informan dan berusaha mendapatkan informasi yang lengkap dan mengungkap makna perilaku para informan. Oleh karena itu, peneliti harus bersikap sebijak mungkin sehingga tidak menyinggung perasaan informan dengan cara menjalin hubungan pribadi baik secara formal maupun informal.
3. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si pewawancara dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Pada proses ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan potensi pertambangan Daerah Kabupaten Tanggamus. Pertanyaan yang diajukan teresebut diharapkan dapat membantu peneliti menemukan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang mengacu pada fokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.Adapun pihak-pihak yang akan menjadi nara sumber dalam wawancara antara lain:
(52)
Tabel 3.1 Daftar Informan Wawancara
No Nama Informan Nama Dinas Jabatan/Keterangan Tanggal
wawancara
1 Asroni, S.Sos. MM Dinas
Pertambangan dan Energi
Kepala Sub Bagian
Umum dan Keuangan
15 April 2013
2 Ir. Hasanuddin Dinas
Pertambangan dan Energi
Kepala Bagian
Pertambangan Umum
27 Maret 2013
3 Arief Sutanto, ST Dinas
Pertambangan dan Energi
Kepala Seksi
Pengusahaan
Pertambangan Umum
15 April 2013
4 Kemas Amin Yusfi, ST. MM
Dinas
Pertambangan dan Energi
Kepala Bidang Geologi dan SDM
27 Maret 2013
5 Hilman Dinas Pendapatan
Daerah
Kepala Sub Bagian
Keuangan
28 Maret 2013
6 Hasanah Dinas Pendapatan
Daerah
Kepala Seksi Bidang Pendapatan
27 Maret 2013
7 Ismail Kardi, SE DPRD Kabupaten
Tanggamus
Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Tanggamus
28 Maret 2013 8 M. Gilas Kurniawan
Bastari, ST
Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanggamus
Kepala Dinas
Pertambangan dan
Energi Kabupaten
Tanggamus
29 Maret 2013
9. Firza Hasbi Perusahaan
Tambang emas di Cukuh Balak
Pengawas/ Mandor 20 September
2013
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui sumber data ini merupakan bentuk dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, yakni telah melalui tangan kedua dan seterusnya. Data sekunder ini dapat diperoleh misalnya dari arsip, majalah, koran, dan keterangan–keterangan dan publikasi lainnya.
c. Observasi
Teknik ini digunakan untuk merekan data–data primer berupa peristiwa atausituasi sosial tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Adapun observasi yang akan peneliti lakukan adalah
(53)
mengamati secara langsung kegiatan dan perilaku actor yang terlibat dalam proses optimalisasi pertambangan daerah kabupaten tanggamus
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen dalam Moleong, (2009:248) analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian. Data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja. Melalui analisis data penyajian masalah dalam penelitian akan dapat dimengerti dengan lebih sederhana. Analisi data sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah–milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data pada penelitian kualitatif meliputi tahap–tahap sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan–catatan tertulis dilapangan. Data yang diperoleh di lokasi penelitian kemudian dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal–hal pokok, difokuskan pada hal–hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian
(54)
berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih dan menyeleksi serta merangkum data yang diperoleh difokuskan pada hal–hal yang berkaitan dengan optimalisasi potensi pertambangan Daerah Kabupaten Tanggamus.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian.Pada dasarnya penyajian data merupakan pembagian pemahaman peneliti tentang hasil penelitian.Penyajian yang digunakan pada data yang telah direduksi yaitu disajikan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan /verifikasi
Verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal–hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan.Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi, wawancara serta dokumentasi hasil penelitian.
(55)
G. Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (Trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, Sugiyono (2005:121) menyebutkan dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi yaitu :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penerapan kriterium derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi: pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayan hasil–hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Teknik–teknik dalam memeriksa kredibilitas data, yaitu :
a. Triangulasi
Adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi metode meliputi pengecekkan beberapa teknik pengumpulan data, dan sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi penyidik, dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain. Triangulasi teori, dilakukan secara induktif atau secara logika.
(56)
Untuk itu, peneliti dapat melakukannya dengan jalan: (i) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan; (ii) Memperiksa dengan berbagai sumber data; (iii) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekkan kepercayaan data dapat dilakukan.
Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti agar penelitian dapat dipercaya yaitu melakukan triangulasi, yaitu berupaya untuk mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan.Untuk memeriksa keabsahan data, penulis melakukan pengecekan dalam berbagai sumber yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu pihak informan yang berasal dari elemen yang berbeda, yakni para pegawai instansi Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah dan DPRD Kabupaten Tanggamus. Selain wawancara dengan berbagai sumber informan, peneliti juga melakukan pembandingan data dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi.
b. Kecukupan Referensial
Yaitu dengan memanfaatkan bahan–bahan tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Misalnya, film atau video tape dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang terkumpul. Kecukupan referensial dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan penelitian ini untuk mengkaji kembali data ada.
(57)
2. Keteralihan (Tranferability)
Pemeriksaan keteralihan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik ‘uraian rinci’ yaitu dengan melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ketempat lain. Untuk melakukan keteralihan peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama dengan peran dan fungsi Dinas Pertambangan dan Energi dalam mengatasi permasalahan yang ada di pertambangan Kabupaten Tanggamus.
3. Kebergantungan (Dependability)
Dalam penelitian kualitatif, uji ketergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi tidak bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian itu tidak dependable. Untuk mengetahui, mengecek, serta memastikan hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing secara setahap demi setahap mengenai konsep–konsep yang dihasilkan dilapangan.
(58)
4. Kepastian (Confirmability)
Dalam penelitian kualitatif uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabiliti berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati hasil penelitian oleh banyak orang maka hasil tidak lagi subjektif tetapi sudah objektif.
(59)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan mengenai mengurai berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Permasalahan internal dan eksternal dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten Tanggamus
a. Masalah Internal
Kurangnya informasi database potensi pertambangan dan energi, penyusunan program kegiatan yang belum terinci dan terpadu, kurangnya tenaga terampil yang profesional dibidangnya masing-masing, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian tertentu, terbatasnya dana untuk pengembangan SDM, serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti jalan menuju lokasi pertambangan.
b. Masalah Eksternal
Masih tingginya jumlah penambangan tanpa izin (ilegal), masyarakat tidak bisa diajak kompromi/ bekerjasama seperti sulitnya meminta izin kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan penambangan; jalur gempa/ sesar
(1)
semangka dimana Kabupaten Tanggamus berada pada jalur sesar semangka, sesar Sumatera dan sesar utama yang masih aktif hingga saat ini maka lokasi tambang yang ada di Wilayah Kabupaten Tanggamus ini relatif lebih rentan terhadap aktifitas gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Untuk itu dalam pengembangan pertambangan konstruksi dan desain tambang harus memperhitungkan pengaruh gempa; Masih rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat dibidang pertambangan; Kerusakan lingkungan; serta kurangnya kesadaran para pengusaha dalam melaksanakan kewajibannya yakni membuat laporan kegiatan penambangan (bulanan/ triwulan/ tahunan).
2. Strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus adalah:
a. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya aparatur yang menangani bidang pertambangan dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan;
b. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan kegiatan pertambangan dan energi kepada perusahaan-perusahaan serta penambang tanpa izin (ilegal);
c. Mengembangkan sarana-prasarana jalan menuju kelokasi pertambangan; d. Mengoptimalkan pengelolaan terhadap pendapatan daerah dari sektor
pertambangan supaya terlaksananya peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus dari sektor pertambangan;
e. Pengembangan promosi dengan cara membuat website tentang sumber daya mineral di Wilayah Kabupaten Tanggamus baik yang sedang maupun yang
(2)
112
belum dimanfaatkan; Pengembangan sumberdaya melalui workshop, seminar, lokakarya yang dilaksanakan didalam maupun diluar instansi;
f. Menciptakan koordinasi yang sinergi antara pengusaha dan instansi terkait dalam rangka pengembangan usaha; dan
g. Melakukan penertiban pengawasan terhadap perusahaan tambang tanpa izin (ilegal).
B. Saran
Adapun hal-hal yang dapat dijadikan masukan atau bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus, yaitu:
1. Pemerintah khususnya Dinas Pertambangan harus mengetahui permasalahan-permasalahan dengan benar dan pemerintah daerah khusunya dinas pertambangan perlu melakukan analisis analisis lingkungan yang akurat dengan menggunakan metode Logical Framework Approach(LFA) yang mencakup analisis stakeholder, analisis permasalahan, analisis hasil dan analisis strategi, supaya program-program yang ada tepat dan sesuai dengan kebutuhan dalam mengoptimalkan potensi sumber daya pertambangan;
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus perlu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, baik melalui pendidikan ataupun pelatihan sehingga para pegawai/ pekerja dapat menjalankan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dengat tepat serta menyediakan sarana prasarana dan teknologi yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan potensi pertambangan ini seperti sumberdaya manusia yang khususnya menangani bidang pertambangan.
(3)
3. Mengalokasikan anggaran khusus untuk suatu kegiatan yang akan dijalankan sehingga anggaran bukan menjadi permasalahan terbesar pada instansi untuk melakukan pengawasan terkait masalah-masalah yang ada dalam optimalisasi potensi pertambangan;
4. Strategi yang dilakukan oleh organisasi harus sesuai dengan kondisi lingkungan serta dilihat dari peluang atau potensi yang dimiliki supaya tujuan dan hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal;
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus harus lebih bersikap tegas dalam memberikan sanksi terhadap perusahaan pertambangan tanpa izin (ilegal) agar mereka merasa takut dan jera untuk melakukan penambangan ilegal lagi; 6. Perlu mengadakan sosialisasi terhadap pengusaha-pengusaha mengenai
potensi-potensi pertambangan yang ada serta peluang-peluang yang ada di daerah Kabupaten Tanggamus supaya para pengusaha mau ikut bergabung untuk menginvestasikan sahamnya ke Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus;
7. Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus agar mampu memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan dalam optimalisasi potensi pertambangan supaya kegiatannya dapat berjalan dengan lancar;
8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) komisi C khususnya yakni harus lebih meningkatkan sistem pengawasannya terhadap dinas-dinas yang terkait dalam pengelolaan pertambangan, supaya kegiatan pengelolaan pertambangan dapat terpantau dan akan menghasilkan sesuai tujuan utama;
(4)
114
9. Perusahaan pertambangan harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus serta memiliki kesadaran untuk membuat laporan kegiatan-kegiatan pertambangan supaya kegiatan yang dilakukan terpantau dengan baik dan kegiatan pertambangan dapat dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah pertambangan yang baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2011. Manajemen Strategik Konsen dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bryson, John. 2002. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial. Terjemahan Miftahudin, M. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Heene, Aime. 2010. Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Jakarta: Rafika Aditama.
Hermawan, Dedy. 2005. Buku Ajar Manajemen Strategi. Bandarlampung: Unila. Hitt, Michael A. 1997. Manajemen Strategis. Jakarta: Erlangga.
Hs, Salim. 2005. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2007. Manajemen. Jakarta: PT Indeks.
Robbins, Stephen P. 1997. Manajemen Strategi. Jakarta: Binarupa Aksara. Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta: PT
(6)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Universitas Michingan
SumberLain :
Jurnal
Alan, Wasch. 2000. Artikel Introduction to the Logical Framework Approach
(LFA). Berlin.
Dokumen
Rencana Strategis Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanggamus Profil Kabupaten Tanggamus
Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Website
httpSatarmusnanda.comLogicalFRAMEWORKAPPROACHPendekatankerangkalo gis. Diakses pada tanggal 19 Februari 2013.
httpkyutri.commenyusun-logical-framework-analysis-lfa. Diakses pada tanggal 27 Februari 2013