1 Motif bersenang-senang atau tamasya
2 Motif rekreasi
3 Motif kebudayaan
4 Motig olah raga
5 Motif bisnis
6 Motif konvensi
7 Motif spiritual
8 Motif interpersonal
9 Motif kesehatan
10 Motif social Soekadijo,1996
Menurut Happy 2002 beberapa prinsip-prinsip pariwisata yang layak dam dapat meningkatkan manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut adalah :
1. Secara aktif mendorong kelangsungan peninggalan di suatu daerah,
kebudayaan, sejarah, dan alam. 2.
Menekankan dan menampilkan identitas daerah sebagai sesuatu yang unik.
3. Dilakukan berdasar pada ketrampilan interpretasi peninggalan
yang ada. 4.
Memberdayakan masyarakat local untuk menginterpretasikan warisan mereka sendiri kepada para tamu.
5. Membangun rasa bangga masyarakat local akan warisan mereka
dan meningkatkan hubungan dengan tamu serta ketrampilan pelayanan. 6.
Membantu memelihara gaya hidup dan nilai-nilai setempat. 7.
Memberdayakan masyarakat local untuk merencanakan dan memfasilitasi pengalaman berdimensi ganda yang otentik dan bermakna kepada
pengunjung. 8.
Bersifat “antar budaya” yang berarti tamu dan tuan rumah sama- sama menerima pengalaman yang saling memperkaya.
9. Mewakili program yang dapat diterapkan di setiap tingkat
pengembangan pariwisata dan semua kondisi pariwisata. 10.
Menampilkan pendekatan “bernilai tambah” terhadap pariwisata yang berarti meningkatkan kedalaman dan level pelayanan yang diberi kepada
wisatawan. 11.
Menampilkan suatu pendekatan kea rah pengembangan pariwisata berkelanjutan. Karena menkankan dan menghormati peninggalan suatu daerah serta
memberdayakan penduduknya sebagai basis pembangunan pariwisata sejati.
2.3 Pendapatan
Menurut Gilarso 1992, pendapatan atau sering disebut dengan penghasilan didefenisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atau
balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : a usaha sendiri, wiraswasta, misalnya berdagang,
mengerjakan sawah, b bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan baik swasta maupun pemerintah, c
hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga tertentu.
14
Pendapatan dapat diterima berupa uang, dapat juga dalam bentuk barang misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau perkarangan sendiri, atau fasilitas-fasilitas
misalnya rumah dinas, pengobatankesehatan gratis, selain hal tersebut di atas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari uang pension bagi mereka yang sudah
usia lanjut dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lainnya, sembangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudarafamili, warisan dari nenek, hadiah
tabungan. Pinjaman atau utang, ini memang merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dilunasidikembalikan.
Model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan regional dapat berasal dari beberapa sember yang mungkin tidak lagi semata-mata berasal dari
perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen. Sumber-sumber ini meliputi a perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional misalnya investasi,
pengeluaran pemerintah, b perubahan tingkat pendapatan suatu daerah atau daerah-daerah lain dalam sitem yang bersangkutan yang akan terlihat dalam
perubahan ekspor daerah, c berubahnya salah satu diantara parameter-parameter model hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan irregional atau tingkat
pajak marginal Richardson,2001. Penting untuk dicatat bahwa apabila yang menjadi tujuan adalah memaksimumkan
pendapatan nasional, maka distribusi optimal dari pengeluaran tidaklah tergantung pada nilai-nilai koefisien perdagangan interregional. Apabila tujuan-tujuan yang
hendak dicapai adalah lebih kompleks, misalnya perubahan-perubahan distribusi pendapatan yang dikehendaki bagi beberapa atau semua, maka nilai hasrat import
marginal pun menjadi relevan Engerman, 1965 dalam Richardson, 2001. Dalam teori basis ekspor menyederhanakan suatu system regional menjadi dua
bagian, yakni daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah selebihnya, dalam teori ini diambil bahwa ekspor adalah satu-satunya unsure otonom dalam pengeluaran,
semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan dan fungsi pengeluaran serta fungsi impor. Suatu kelemahan yang sering dikemukakan
mengenai model teori ini adalah besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Kadang-kadang diartikan bahwa justru hal inilah yang
merupakan keberatan terpenting terhadap teori basis karena setiap nilai multiplier yang kita inginkan boleh dikatakan selalu dapat diperoleh dengan jalan mengubah
skala daerah, tetapi dalam kenyataannya nilai-nilai multiplier adalah lebih tinggi bagi daerah-daerah yang besar. Daerah yang besar cenderung mempunyai basis
ekspor yang lebih kecil.
2.4 Kerangka Konseptual Penelitian