Analisis Persepsi Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir
ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG
BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
TESIS
Oleh
SHANTY
077018021/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S E K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA
N
(2)
ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG
BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SHANTY
077018021/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
Nama Mahasiswa : Shanty
Nomor Pokok : 077018021
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 11 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si
Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin M.Ec 3. Dr. Rahmanta Ginting, M.Si 4. Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Analisis Persepsi
Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan
(6)
ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
ABSTRAK
Pariwisata adalah salah satu industri sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Industri pariwisata diharapkan merupakan penggerak utama di abad ini di setiap negara bahkan di Indonesia, terutama Pulau Samosir yang memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata (ODTW). Ada banyak persepsi wisatawan mengenai Pulau Samosir. Ini dilihat dari akomodasi hotel, restoran, aksesibilitas jalan, obyek dan daya tarik Wisata (ODTW) dan alat transportasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel sebanyak 45 orang wisatawan mancanegara dan 45 orang wisatawan nusantara di mana kuesioner disebar di 3 kecamatan utama di Pulau Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Onan Runggu.
Hasil penelitian mengatakan akomodasi Hotel yang sudah cukup memadai dinilai menjadi daya tarik yang penting bagi peningkatan jumlah wisatawan ke Pulau Samosir. Restoran dinilai sudah cukup memadai dengan menyediakan berbagai masakan tradisional dan internasional. Bahwa kurang bagusnya kondisi aksesibilitas jalan menyebabkan masih banyaknya tempat-tempat ODTW yang belum bisa dikunjungi oleh para wisatawan, sehingga masih banyak wisatawan yang belum mengetahui mengenai ODTW yang menarik di Pulau Samosir. Banyaknya ODTW yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang untuk melakukan berbagai kegiatan wisata baik itu wisata alam seperti di Pangururan terdapat Pasir Putih Parbaba yang dinilai sangat bagus, wisata sejarah seperti batu persidangan di Siallagan. Untuk melengkapi keseluruhan variabel diperlukan alat transportasi yang dapat mendukung semua itu. Wisatawan banyak berpendapat bahwa alat transportasi di Pulau Samosir masih sangat belum mencukupi, apalagi untuk menuju ke tempat-tempat wisata, sehingga tidak jarang wisatawan menggunakan alat transportasi sewaan berupa sepeda.
Kata Kunci: Persepsi Wisatawan, Hotel, Restoran, Aksesibilitas Jalan, Obyek dan Daya Tarik Wisata.
(7)
ANALYZE OF TOURIST PERCEPTION INTERESTING TO ISLAND OF SAMOSIR
ABSTRACT
Tourism is one industry that the service sector's fastest growth rates in the world today. The tourism industry is expected to be the prime mover in this centuries in every country even in Indonesia, especially Samosir Island has many objects and Attractions. There are many perceptions of tourists on the island of Samosir. This is seen from accommodation hotel, restaurants, access roads, object and tourist attractions also transportation.
This research is a qualitative study that takes a sample of 45 foreign tourists and domestic tourists in which 45 people questionnaires distributed in 3 main districts on the island of Samosir is Simanindo, Pangururan and Onan Runggu.
Research suggests that lack of good road accessibility condition causes many object and tourist attraction that can not be visited by the tourists. So many tourists who do not know about the object and an interesting tourist attraction on the island of Samosir. Accommodation Hotel that is a reasonable accommodation is considered to be an important attraction for an increasing number of tourists to the island of Samosir. Restaurant is considered to be quite adequate to provide a variety of traditional and international cuisine. Number of objects and attractions that can be visited by the tourists as an important factor to increase the number of tourist who come to perform various activities of both natural tourist attractions such as White Sands Parbaba Pangururan is considered to be very good, like a rock history tour in Siallagan trial. To support all the variable needs of transportation. Many of the tourists argue that the transportation on the Samosir Island is still not sufficient, let alone to go to tourist places, so it is not rare by foreign tourists and domestic tourists using rented such as a bicycle.
Keywords: Tourist perception, Hotel, Restaurant, Road Acessibility, Object and Tourist Attraction.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Kasih dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Persepsi
Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir”. Penyusunan tesis ini merupakan
tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifudin, M.Ec selaku Ketua Program Studi Magister
Ekonomi Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.
6. Bapak Dr. Rahmanta Ginting selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
(9)
7. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.
9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Ekonomi Studi Pembangunan yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini.
10.Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Wilson Hariandja dan Mama Rolida Simangunsong yang telah banyak memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang serta bantuan materil kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
11.Putra terkasih dan tersayang, Baginda Martin Exaudi Simbolon dan Brian Aditya Simbolon, terima kasih anak-anakku atas kesabaran kalian dan maafkan mama bila tak selalu berada disisi kalian.
12.Suamiku, Anthonius Simbolon, terima kasih atas dukungan dan doa hingga mama dapat menyelesaikan sekolah ini.
13.Keluarga Besar Op. Benedictus Simbolon, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, hingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
14.Pimpinan dan rekan-rekan kerja di Pemerintah Kabupaten Samosir, terima kasih atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
15.Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat-Nya atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari
(10)
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukan.
Medan, Februari 2011
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Shanty
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 01 September 1981 3. Alamat : Jl. Lumban Lintong Pangururan
4. Agama : Katholik
5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Pekerjaan : PNS
7. Status : Menikah
8. No.Telepon/HP : 081263089303 9. Pendidikan :
a. Lulus SD Negeri Pondok Cempaka I Jatiwaringin tahun 1993 b. Lulus SMP Negeri 135 Jakarta Timur tahun 1996
c. Lulus SMU Katholik Santo Alexius Jakarta Timur tahun 1999 d. Lulus Universitas Sahid Jakarta tahun 2004
10.Riwayat Pekerjaan :
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pengertian Pariwisata ... 11
2.1.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan ... 13
2.2 Perencanaan Wisata... 15
2.2.1 Etika Perencanaan Suatu Kawasan Wisata ... 15
2.2.2 Pariwisata Berkelanjutan ... 17
2.2.3 Jenis-jenis Pariwisata ... 17
2.2.4 Topologi Wisatawan ... 21
2.2.5 Ekologi Pariwisata ... 22
2.2.6 Kajian Ekonomi Pariwisata ... 24
2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata .. 26
2.2.8 Motivasi Berwisata ... 28
2.2.9 Faktor-faktor Pendorong dan Penarik ... 29
2.3 Objek Wisata ... 30
2.3.1 Objek Wisata Alam ... 30
2.3.2 Pengembangan Objek Wisata ... 31
2.3.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Objek Wisata ... 31
2.3.4 Prasarana dan Sarana ... 31
2.4 Penelitian Terdahulu ... 33
(13)
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36
3.4 Populasi dan Sampel ... 37
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.7 Metode Analisis... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Karakteristik Responden ... 41
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42
4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
4.2 Indikator Penyediaan Fasilitas ... 43
4.2.1 Indikator Objek Wisata ... 53
4.3 Penyediaan Fasilitas ... 55
4.4 Hasil Penelitian Kuesioner ... 62
4.4.1 Hotel dan Penginapan ... 62
4.4.2 Restoran ... 65
4.4.3 Transportasi ... 68
4.4.4 Aksesibilitas ... 72
4.4.5 Objek Daya Tarik Wisata ... 75
4.5 Pembahasan ... 78
4.5.1 Persepsi Wisatawan Ke Samosir ... 82
4.5.2 Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Samosir .... 82
4.5.3 Peningkatan Jumlah Fasilitas Pendukung ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
5.1 Kesimpulan... 85
5.2 Saran ... 86
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Total Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia 2006-2009 ... 3
3.1 Pembagian Lembar Kuesioner ... 37
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
4.4 Jenis Transportasi di Kabupaten Samosir Tahun 2008 – 2010 ... 56
4.5 Data Jalan dan Kondisi Jalan Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir ... 58
4.6 Klasifikasi Hotel di Pulau Samosir ... 59
4.7 Preferensi Pilihan Hotel Menurut Wisman dan Wisnus di Pulau Samosir ... 62
4.8 Preferensi Berdasarkan Tarif Hotel Menurut Wisman dan Wisnus. 64 4.9 Preferensi Pilihan Restoran Menurut Wisman dan Wisnus di Pulau Samosir. ... 66
4.10 Preferensi Wisman dan Wisnus Mengenai Jenis Masakan yang Lebih Disukai ... 67
4.11 Preferensi Pilihan Wisman dan Wisnus Mengenai Jenis Angkutan 69 4.12 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Tingkat Kemahalan Tarif Transportasi di Pulau Samosir ... 71
4.13 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Aksesibilitas yang Harus Diperbaiki ... 72
4.14 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 74
4.15 Preferensi Pilihan ODTW di Kecamatan Simanindo Menurut WISMAN dan WISNUS ... 75
4.16 Preferensi Pilihan ODTW di Kecamatan Pangururan Menurut WISMAN dan WISNUS ... 76
(15)
4.17 Preferensi Pilihan ODTW di Kecamatan Onan Runggu Menurut Wisman dan Wisnus ... 77 4.18 Jumlah Kunjungan Wisnus dan Wisman Ke Pulau Samosir ... 83
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Peta Pariwisata Kabupaten Samosir... 7
2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Wisatawan ke Pulau Samosir ... 35
4.1 Tanggapan WISMAN Mengenai Transportasi Menuju Obyek Wisata di Pulau Samosir ... 44
4.2 Tanggapan WISNUS Mengenai Transportasi Menuju Obyek Wisata di Pulau Samosir ... 45
4.3 Tanggapan WISMAN Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 46
4.4 Tanggapan WISNUS Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 47
4.5 Tanggapan WISMAN Mengenai Waktu Tempuh Menuju Lokasi ODTW di Pulau Samosir ... 48
4.6 Tanggapan WISNUS Mengenai Waktu Tempuh Menuju Lokasi ODTW di Pulau Samosir ... 49
4.7 Tanggapan WISMAN Mengenai Jumlah Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir ... 50
4.8 Jumlah Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir Menurut Wisatawan Nusantara... 51
4.9 Tanggapan Wisman Mengenai Tarif Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir ... 52
4.10 Tanggapan Wisnus Mengenai Kesesuaian Tarif Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir... 53
4.11 Tanggapan Wisman Mengenai ODTW di Pulau Samosir ... 54
4.12 Tanggapan Wisman Mengenai ODTW di Pulau Samosir ... 55
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
I Lembar Kuesioner Penelitian ... 89
II Daftar Hotel dan Akomodasi yang Memiliki Izin ... 96
III Daftar Restoran/Rumah Makan di Kabupaten Samosir ... 99
(18)
ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
ABSTRAK
Pariwisata adalah salah satu industri sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Industri pariwisata diharapkan merupakan penggerak utama di abad ini di setiap negara bahkan di Indonesia, terutama Pulau Samosir yang memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata (ODTW). Ada banyak persepsi wisatawan mengenai Pulau Samosir. Ini dilihat dari akomodasi hotel, restoran, aksesibilitas jalan, obyek dan daya tarik Wisata (ODTW) dan alat transportasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel sebanyak 45 orang wisatawan mancanegara dan 45 orang wisatawan nusantara di mana kuesioner disebar di 3 kecamatan utama di Pulau Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Onan Runggu.
Hasil penelitian mengatakan akomodasi Hotel yang sudah cukup memadai dinilai menjadi daya tarik yang penting bagi peningkatan jumlah wisatawan ke Pulau Samosir. Restoran dinilai sudah cukup memadai dengan menyediakan berbagai masakan tradisional dan internasional. Bahwa kurang bagusnya kondisi aksesibilitas jalan menyebabkan masih banyaknya tempat-tempat ODTW yang belum bisa dikunjungi oleh para wisatawan, sehingga masih banyak wisatawan yang belum mengetahui mengenai ODTW yang menarik di Pulau Samosir. Banyaknya ODTW yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang untuk melakukan berbagai kegiatan wisata baik itu wisata alam seperti di Pangururan terdapat Pasir Putih Parbaba yang dinilai sangat bagus, wisata sejarah seperti batu persidangan di Siallagan. Untuk melengkapi keseluruhan variabel diperlukan alat transportasi yang dapat mendukung semua itu. Wisatawan banyak berpendapat bahwa alat transportasi di Pulau Samosir masih sangat belum mencukupi, apalagi untuk menuju ke tempat-tempat wisata, sehingga tidak jarang wisatawan menggunakan alat transportasi sewaan berupa sepeda.
Kata Kunci: Persepsi Wisatawan, Hotel, Restoran, Aksesibilitas Jalan, Obyek dan Daya Tarik Wisata.
(19)
ANALYZE OF TOURIST PERCEPTION INTERESTING TO ISLAND OF SAMOSIR
ABSTRACT
Tourism is one industry that the service sector's fastest growth rates in the world today. The tourism industry is expected to be the prime mover in this centuries in every country even in Indonesia, especially Samosir Island has many objects and Attractions. There are many perceptions of tourists on the island of Samosir. This is seen from accommodation hotel, restaurants, access roads, object and tourist attractions also transportation.
This research is a qualitative study that takes a sample of 45 foreign tourists and domestic tourists in which 45 people questionnaires distributed in 3 main districts on the island of Samosir is Simanindo, Pangururan and Onan Runggu.
Research suggests that lack of good road accessibility condition causes many object and tourist attraction that can not be visited by the tourists. So many tourists who do not know about the object and an interesting tourist attraction on the island of Samosir. Accommodation Hotel that is a reasonable accommodation is considered to be an important attraction for an increasing number of tourists to the island of Samosir. Restaurant is considered to be quite adequate to provide a variety of traditional and international cuisine. Number of objects and attractions that can be visited by the tourists as an important factor to increase the number of tourist who come to perform various activities of both natural tourist attractions such as White Sands Parbaba Pangururan is considered to be very good, like a rock history tour in Siallagan trial. To support all the variable needs of transportation. Many of the tourists argue that the transportation on the Samosir Island is still not sufficient, let alone to go to tourist places, so it is not rare by foreign tourists and domestic tourists using rented such as a bicycle.
Keywords: Tourist perception, Hotel, Restaurant, Road Acessibility, Object and Tourist Attraction.
(20)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Bersama dengan industri teknologi dan informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi penggerak utama perekonomian abad 21. Ini adalah sebuah optimisme.
Perkembangan pariwisata Indonesia tak terlepas dari perkembangan pariwisata dunia. Dari sanalah optimisme ini tumbuh. Adalah World Tourism Organization (WTO) yang melontarkan estimasi optimistik dalam WTO’s Tourism
2020 Vision. WTO memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia akan mencapai 1.048.000.000 orang pada tahun 2010. Secara total, tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan diperkirakan 4,1 persen per tahun. Untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan dapat dicapai pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 6,5 persen.
Pertumbuhan pariwisata internasional seperti tersebut di atas juga memberikan dampak positif pada sektor ekonomi. Pertumbuhan dimaksud sudah tentu juga akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Namun, untuk bisa mendapatkan dampak positif pertumbuhan pariwisata internasional tersebut di Indonesia, maka masyarakat Indonesia khususnya para pelaku bisnis
(21)
kepariwisataan, harus dapat secara sistematis memperkenalkan aset-aset kepariwisataan Indonesia, termasuk budaya lokal, sumber daya alam dan manusia demikian juga dalam hal jasa dan barang. Menangani industri pariwisata memang lebih rumit. Penanganan industri pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi (multi sektor) baik yang tergolong tourism characteristic industry seperti hotel dan restoran maupun tourism connected industry yaitu industri yang sepintas tak berkaitan dengan industri pariwisata namun sebagian demand nya berasal dari pariwisata. Jumlah industri berskala kecil dan menengah yang terkait dan menerima dampak multiplier dari pariwisata sungguh tak terbilang.
Di Indonesia, pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Peluang dimaksud didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti: letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan panoramis (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautannya.
Berdasarkan letak dan keadaan geografisnya yang strategis maka dipastikan akan ada banyak wisatawan asing untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Ini dimungkinkan karena kepariwisataan Indonesia menawarkan keunikan tersendiri yang nota bene mengakomodir keinginan wisatawan mancanegara. Walaupun Indonesia memiliki banyak permasalahan seperti kasus Bom yang terjadi dua kali di Bali namun itu tidak mengurangi minat para wisatawan untuk datang kembali ke Bali. Pernyataan ini dikuatkan seperti Tabel 1.1:
(22)
Tabel 1.1. Total Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia 2006-2009 Jumlah
Kunjungan Wisatawan
2006 2007 2008 2009
4.871.351 5.505.759 6.429.027 6.452.259
Sumber: Departemen Pariwisata dan Kebudayaan
Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa fluktuasi kedatangan wisatawan dari tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Seperti di tahun 2007 jumlah kedatangan wisatawan mengalami peningkatan sebesar 1,13% dari tahun 2006 dan pada tahun 2008 dan 2009 juga mengalami peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahun. Fluktuasi kunjungan wisatawan tentunya memberikan dampak yang sangat berarti bagi Indonesia, mengingat sebagian besar dari pemasukan national account Indonesia berasal dari sektor pariwisata, tetapi ini merupakan tugas yang menantang untuk kembali mendongkrak kedatangan wisatawan.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan Visit Indonesia Year 2008 atau Tahun Kunjungan Wisata untuk mendorong meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata trend pariwisata dunia tahun 2020 adalah wisatawan nusantara dan fokus pariwisata tahun 2009 ini adalah leisure dan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition). Wisatawan didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa daerah di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Selain untuk kegiatan ‘bersenang-senang’, tujuan untuk bisnis juga
(23)
mempengaruhi kunjungan wisatawan ke suatu daerah. Di waktu senggangnya, orang tersebut melakukan aktivitas berwisata.
Sehubungan dengan tingkat kesibukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, pariwisata atau berwisata sudah merupakan kebutuhan untuk pemulihan kesegaran jasmani dan rohani. Seseorang/sekelompok orang yang membutuhkan pemulihan kesegaran jasmani dan rohani dan memiliki minat untuk melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan Potensial. Wisatawan potensial yang berminat melakukan perjalanan wisata harus memenuhi persyaratan pokok yaitu memiliki waktu luang yang cukup, memiliki uang atau dana yang cukup, memiliki kesehatan yang cukup dan memenuhi aspek legalitas. Apabila seseorang/sekelompok orang wisatawan potensial telah memenuhi persyaratan dasar dan mengambil keputusan untuk berwisata maka selanjutnya dia membuat perencanaan perjalanannya atau membeli paket wisata yang telah disusun oleh Biro Perjalanan Wisata. Dengan adanya rencana perjalanan, maka seorang atau sekelompok wisatawan potensial tadi menjadi calon wisatawan. Rencana perjalanan wisata biasanya memuat lokasi Obyek dan Daya Tarik Wisata, lamanya kegiatan wisata yang dilakukan sejak keberangkatan sampai dengan kembali ke rumah dan sarana apa saja yang digunakan (transportasi, akomodasi, makan-minum, peralatan dan sebagainya).
Selain Bali masih banyak lagi tempat wisata yang ada di Indonesia, contohnya Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi Sumatera Utara, pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memacu pembangunan perekonomian. Obyek dan daya tarik wisata Sumatera Utara berupa keadaan alam, flora dan fauna,
(24)
peninggalan purba kala, peninggalan sejarah, adat istiadat, budaya dan kesenian yang dimiliki daerah ini. Dengan kata lain, di Sumatera Utara terdapat banyak obyek yang sangat menarik bagi para wisatawan sepanjang tahun.
Salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Samosir. Kabupaten ini dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003, terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir yaitu Kecamatan Simanindo, Kecamatan Pangururan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Onan Runggu dan 3 kecamatan berada tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan yaitu Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio.
Pembangunan di Kabupaten Samosir didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada pengembangan sektor pariwisata dengan karakter kebudayaan Batak Toba yang dijiwai oleh agama Kristen, serta sektor industri kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Sesuai dengan visi Kabupaten Samosir yaitu Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif tahun 2015. Untuk mewujudkan visi tersebut tentunya banyak hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir, salah satunya adalah mengembangkan seluruh potensi pariwisata yang ada dengan panorama Danau Toba sebagai faktor utama nilai jual pariwisata. Suatu studi oleh Goeldner dalam Kartawan (2008) mengatakan bahwa pariwisata adalah kombinasi aktivitas, pelayanan dan industri yang menghantarkan pengalaman perjalanan,
(25)
transportasi, akomodasi, usaha makanan dan minuman, toko, hiburan, fasilitas aktivitas dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi perorangan atau group yang sedang melakukan perjalanan jauh dari rumah, sedangkan definisi pariwisata yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Usaha sektor pariwisata memiliki peran strategis dan potensial untuk dikembangkan serta berperan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Khusus untuk bidang kepariwisataan Pulau Samosir banyak mempunyai potensi dan daya tarik yang masih belum dikelola secara optimal tetapi mempunyai prospek pasar skala nasional dan internasional. Oleh karena itulah, Pemerintah Kabupaten Samosir giat mengembangkan usaha-usaha sektor pariwisata di Samosir. Usaha sektor pariwisata adalah usaha-usaha pada setiap sektor yang mendukung langsung kegiatan kepariwisataan atau perjalanan wisatawan, antara lain yaitu: (1) sektor hotel/penginapan (2) sektor restoran/rumah makan, (3) sektor transportasi, (4) aksesibilitas. Seluruh sektor tersebut mendukung wisatawan untuk tinggal lebih lama di suatu obyek wisata. Dengan lamanya wisatawan menetap di Pulau Samosir maka akan memacu roda perekonomian karena industri pariwisata adalah industri yang aggregate.
(26)
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kab. Samosir (2007)
Gambar 1.1. Peta Pariwisata Kabupaten Samosir
Usaha sektor pariwisata di Pulau Samosir masih belum menyeluruh seperti rumah makan, hotel, transportasi, obyek dan daya tarik wisata, kios souvenir namun ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan investasi dan pembangunan pariwisata. Smith (1988) mengklasifikasikan berbagai kebutuhan barang dan jasa yang harus disediakan oleh suatu daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:
1. Transportation.
2. Travel services.
(27)
4. Food service.
5. Activities and attractions (recreation/culture/entertainment).
6. Retail goods.
Dengan dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir merupakan hal yang menarik untuk diteliti, sehingga penulis tertarik untuk menganalisis persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir dengan mengaitkan sektor akomodasi hotel/penginapan, restoran/rumah makan, transportasi, aksesibilitas, obyek dan daya tarik wisata sebagai tolak ukur persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir.
1.2. Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah yang diketengahkan adalah:
1. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap akomodasi hotel/penginapan di Pulau Samosir?
2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap restoran/rumah makan di Pulau Samosir?
3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap transportasi di Pulau Samosir? 4. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas di Pulau Samosir?
5. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap obyek dan daya tarik wisata di Pulau Samosir?
(28)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, meliputi:
1. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap akomodasi hotel/penginapan di Pulau Samosir.
2. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap restoran/rumah makan di Pulau Samosir.
3. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap transportasi di Pulau Samosir.
4. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas di Pulau Samosir.
5. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap obyek dan daya tarik wisata di Pulau Samosir.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai kontribusi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dalam melaksanakan kebijakan pembangunan sektor pariwisata daerah.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat atau pihak–pihak yang ingin mengetahui persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir dengan memakai tolak ukur akomodasi hotel/penginapan, restoran/rumah makan, transportasi, aksesibilitas, obyek dan daya tarik wisata.
3. Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
(29)
4. Untuk menambah wawasan penulis tentang persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir.
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pariwisata
Menurut Goeldner (2000) pariwisata adalah kombinasi aktivitas, pelayanan dan industri yang menghantarkan pengalaman perjalanan: transportasi, akomodasi, usaha makanan dan minimuan, toko, hiburan, fasilitas aktivitas dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi perorangan atau grup yang sedang melakukan perjalanan jauh dari rumah.
Pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu ketertarikan terhadap sesuatu hasil kebudayaan dan tata cara hidup suatu masyarakat, kekhasan suatu daerah atau panorama alam yang jarang dijumpai di daerah (negara) lain. Dengan demikian maka kondisi tersebut dapat mendorong terjadinya motivasi orang tertentu untuk datang berkunjung. Adanya pengunjung ini akan terciptakan suatu kondisi yang mengakibatkan terjadinya pertukaran barang atau informasi yang akan memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat setempat (Kusuma, 2008).
Menurut Gamal (2004: 3) berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun
(31)
karena itu, batasan tentang pariwisata belum ada keseragaman tergantung dari sudut pandangnya. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996).
Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.
Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan
traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya”.
Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah yang dikemukakan oleh Sihite (2000). Menurutnya, “industri pariwisata
adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara
(32)
langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller selama dalam perjalanannya.
2.1.1. Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan
Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling mempengaruhi (Geriya, 1996)
Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata yang dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.
Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah
(33)
satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya, 1996). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan dengan pariwisata, seperti: promosi, atraksi, manajemen, makanan, cindera mata, hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat dibedakan dari pariwisata negara lain.
Uraian di atas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh kebudayaan nasional Indonesia.
Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal antara lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya, akulturasi budaya, dan revitalisasi budaya. Sedangkan dampak negatif yang sering dikhawatirkan terdapat budaya masyarakat lokal antara lain; proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi Dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat lokal ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan yang bermutu tinggi kepada pembeli (wisatawan); (2) untuk
(34)
menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya masyarakat lokal kepada dunia luar; (3) masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi
Subadra (2006) memberikan batasan yang lebih jelas mengenai dampak sosial-budaya pariwisata. Dampak positif sosial budaya pengembangan pariwisata dapat dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat lokal seperti kegiatan keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, dan diterimanya pengembangan obyek wisata dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal. Sedangkan dampak negatif sosial budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat lokal terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik kepentingan di antara para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah sosial seperti praktek perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan seks (sexual abuse).
2.2. Perencanaan Wisata
2.2.1. Etika Perencanaan Suatu Kawasan Wisata
Syamsu, dkk (2001) mengatakan bahwa Perencanaan pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan seperti: marketing
research, situational analysis, marketing target, tourism promotion, pemberdayaan
masyarakat dan swasta dalam promosi dan marketing. Lebih lanjut dijelaskan, untuk menjadikan suatu kawasan menjadi obyek wisata yang berhasil haruslah memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
(35)
1. Faktor Kelangkaan (Scarcity) yakni: sifat obyek/atraksi wisata yang tidak dapat dijumpai di tempat lain, termasuk kelangkaan alami maupun kelangkaan ciptaan.
2. Faktor Kealamiahan (Naturalism) yakni: sifat dari obyek/atraksi wisata yang belum tersentuh oleh perubahan akibat perilaku manusia. Atraksi wisata bisa berwujud suatu warisan budaya, atraksi alam yang belum mengalami banyak perubahan oleh perilaku manusia.
3. Faktor Keunikan (Uniqueness) yakni sifat obyek/atraksi wisata yang memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan obyek lain yang ada di sekitarnya. 4. Faktor Pemberdayaan Masyarakat (Community empowerment). Faktor ini
menghimbau agar masyarakat lokal benar-benar dapat diberdayakan dengan keberadaan suatu obyek wisata di daerahnya, sehingga masyarakat akan merasa memiliki agar menimbulkan keramahtamahan bagi wisatawan yang berkunjung.
5. Faktor Optimalisasi Lahan (Area optimalsation) maksudnya adalah lahan yang dipakai sebagai kawasan wisata alam digunakan berdasarkan pertimbangan optimalisasi sesuai dengan mekanisme pasar. Tanpa melupakan pertimbangan konservasi, preservasi, dan proteksi.
6. Faktor Pemerataan harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan manfaat terbesar untuk kelompok masyarakat yang paling tidak beruntung serta memberikan kesempatan yang sama kepada individu sehingga tercipta
(36)
ketertiban masyarakat tuan rumah menjadi utuh dan padu dengan pengelola kawasan wisata.
2.2.2. Pariwisata Berkelanjutan
Menurut Ardiwidjaja (2003), berkelanjutan dapat diartikan kelestarian yang menyangkut aspek fisik, sosial, dan politik dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya alam (resources management) yang mencakup hutan, tanah, dan air, pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan, serta pembangunan sumber daya manusia (human resource development). Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention), memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention) dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial (social dimention) yang telah ada. 2.2.3. Jenis-jenis Pariwisata
Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.
1. Wisata budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
(37)
kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara) atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
2. Wisata maritim atau bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih di danau, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, meyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim, di laut Karibia, Hawai, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia banyak daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini seperti Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.
3. Wisata cagar alam (taman konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam
(38)
dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. Misalnya, Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya Bogor.
4. Wisata konvensi
Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta konfrensi, musyawarah atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Wisata konvensi merupakan jenis wisata yang sedang marak dilaksanakan tentu saja dengan melengkapi fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan yang menarik.
5. Wisata pertanian (agro wisata)
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya di mana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
(39)
6. Wisata buru
Jenis ini banyak dilakukan di negara yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti negara di Afrika untuk berburu gajah, singa dan lainnya.
7. Wisata ziarah
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang-orang Katolik misalnya melakukan wisata ziarah ke istana Vatikan di Roma, umat Budha ke tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Di Indonesia sendiri misalnya Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Makam Wali Songo, Makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya.
(40)
Sesungguhnya daftar jenis-jenis wisata lain dapat saja ditambahkan di sini, tergantung kepada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negera yang memang mendambakan industri pariwisatanya dapat menjadi berkembang. Pada hakikatnya semua ini tergantung kepada selera atau daya kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam bisnis industri pariwisata ini. Makin kreatif dan banyak gagasan-gagasan yang dimiliki oleh mereka yang mendedikasikan hidup mereka bagi perkembangan dunia kepariwisataan di dunia ini, makin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri ini, karena industri pariwisata pada hakikatnya kalau ditangani dengan kesungguhan hati mempunyai prospektif dan kemungkinan sangat luas, seluas cakrawala pemikiran manusia yang melahirkan gagasan-gagasan baru dari waktu ke waktu. Termasuk gagasan-gagasan untuk menciptakan bentuk dan jenis wisata baru tentunya.
2.2.4. Topologi Wisatawan
Menurut Plog (1972) tipologi wisatawan sebagai berikut:
1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang
belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal.
2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan
wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.
(41)
3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris
Menurut Pitana (2005), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam pengembangan kepariwisataan, tipologi yang lebih sesuai adalah tipologi berdasarkan atas kebutuhan riil wisatawan sehingga pengelola dalam melakukan pengembangan obyek wisata sesuai dengan segmentasi wisatawan. Pada umumnya kelompok wisatawan yang datang ke Indonesia terdiri dari kelompok wisatawan psikosentris (Psycocentris). Kelompok ini sangat peka pada keadaan yang dipandang tidak aman dan sangsi akan keselamatan dirinya, sehingga wisatawan tersebut enggan datang atau membatalkan kunjungannya yang sudah dijadualkan (Darsoprayitno, 2001). Berdasarkan hal inilah, teori di atas ditulis kembali dengan harapan untuk mengingatkan kembali bahwa wisatawan yang datang ke Indonesia dari kelompok Psycocentris sehingga siapapun yang menjadi pengelola obyek wisata di Indonesia dapat memperhatikan karakteristik di atas, termasuk juga pengelola Kebun Raya Eka Karya, Bali.
2.2.5. Ekologi Pariwisata
Menurut Darsoprayitno (2001), ekologi didefinisikan sebagai ilmu mengenai hubungan timbal balik antar unsur hayati dengan tata alam di sekitarnya, hubungan timbal balik ini merupakan irama kehidupan alami yang disebut ekosistem. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa lingkungan hidup manusia dibentuk oleh dua kelompok unsur terdiri dari kelompok nonhayati dan kelompok hayati.
(42)
Pada kelompok hayati seperti tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan oleh manusia sangat tergantung pada tata alam. Dari definisi di atas dapat dikatakan ekologi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar unsur hayati yang dapat dibudidayakan dan nonhayati yang dapat dikelola untuk kegiatan pariwisata tanpa harus menyimpang dari tata alam yang ada (Pencagaran). Dalam konteks ekologi pariwisata alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan menerapkan asas pencagaran sebagai berikut:
1. Benefisiasi; kegiatan kerja meningkatkan manfaat tata lingkungan dengan teknologi tepat guna, sehingga yang semula tidak bernilai yang menguntungkan, menjadi meningkat nilainya secara sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Optimalisasi; usaha mencapai manfaat seoptimal mungkin dengan mencegah kemungkinan terbuangnya salah satu unsur sumber daya alam dan sekaligus meningkatkan mutunya.
3. Alokasi; suatu usaha yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan dalam menentukan peringkat untuk mengusahakan suatu tata lingkungan sesuai dengan fungsinya, tanpa mengganggu atau merusak tata alamnya.
4. Reklamasi; memanfaatkan kembali bekas atau sisa suatu kegiatan kerja yang sudah ditinggalkan untuk dimanfaatkan kembali bagi kesejahteraan hidup manusia.
5. Substitusi; suatu usaha mengganti atau mengubah tata lingkungan yang sudah menyusut atau pudar kualitas dan kuantitasnya, dengan sesuatu yang sama
(43)
sekali baru sebagai tiruannya atau lainnya dengan mengacu pada tata lingkungannya
6. Restorasi; mengembalikan fungsi dan kemampuan tata lingkungan alam atau budayanya yang sudah rusak atau terbengkalai, agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
7. Integrasi; pemanfaatan tata lingkungan secara terpadu hingga satu dengan yang lainnya saling menunjang, setidaknya antara perilaku budaya manusia dengan unsur lingkungannya baik bentukan alam, ataupun hasil binaannya. 8. Preservasi; suatu usaha mempertahankan atau mengawetkan runtunan alami
yang ada, sesuai dengan hukum alam yang berlaku hingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
2.2.6. Kajian Ekonomi Pariwisata
A. Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik dalam Ariyanto (2005) ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek tersebut adalah:
1. Attraction (daya tarik), di mana daerah tujuan wisata dalam menarik
wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.
2. Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.
(44)
3. Amenities (fasilitas), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu
syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) di mana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.
4. Ancillary (lembaga pariwisata). Wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of
Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu
kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung/orang bepergian.
B. Aspek Permintaan Pariwisata
Lebih lanjut Menurut Ariyanto (2005), menjelaskan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan di mana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/ pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variabel lainnya.
2. Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
(45)
3. Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
2.2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Menurut Ariyanto (2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya. 2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan
untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4. Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan DTW dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut
(46)
berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga Barang Substitusi, di samping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, di mana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan Wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura). 7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling
membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, di mana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya.
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk membeli atau mengunjungi obyek wisata, ada lima faktor yang menentukan seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi obyek wisata, yaitu: (1) lokasi, (2) fasilitas, (3) citra/image, (4) harga/tarif, (5) pelayanan.
(47)
2.2.8. Motivasi Berwisata
Menurut Pitana (2005) menekankan bahwa: motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan “Trigger” dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau
fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi
dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai obyek tinggalan budaya.
3. Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestige), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.
4. Fantasy motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang
akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis. Menurut Pitana (2005), berpendapat bahwa wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa
(48)
faktor yakni: Kebutuan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasi diri.
2.2.9. Faktor-faktor Pendorong dan Penarik
Faktor-faktor pendorong dan penarik untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Pitana (2005), menjelaskan sebagai berikut:
1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan,
atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan
motivasi untuk escape di atas.
3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang
merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan,
khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (group tour).
5. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau social standing.
(49)
6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman
sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa
memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.
8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru,
mempelajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri
biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10.Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama
dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri.
2.3. Obyek Wisata
2.3.1. Obyek Wisata Alam
Obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan (Suwantoro, 1997) contohnya goa, danau, gunung dan pantai.
(50)
2.3.2. Pengembangan Obyek Wisata
Suatu obyek wisata tidak akan bisa menarik pengunjung apabila potensi dari obyek wisata tersebut tidak dikembangkan. Pengembangan obyek wisata adalah suatu usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata sebagai suatu industri penghasil devisa (Yoeti, 1985).
2.3.3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Obyek Wisata Menurut Yoeti (2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan obyek wisata. Hal-hal tersebut adalah:
1. Obyek wisata itu harus ada apa yang disebut sebagai “something to see”.
Artinya di tempat tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang berbeda dengan apa yang dimiliki tempat lain.
2. Obyek wisata itu harus mempunyai apa yang disebut “something to do”.
Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dilihat dan disaksikan harus pula ada kegiatan lain yang dapat dilakukan.
3. Obyek wisata itu harus ada yang disebut sebagai “something to buy”. Artinya
di tempat tersebut harus terdapat fasilitas belanja (shopping) terutama
souvenir sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
2.3.4. Prasarana dan Sarana
Adapun hal-hal yang dapat menunjang pengembangan suatu obyek wisata adalah prasarana dan sarananya.
(51)
1. Prasarana
Prasarana adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Prasarana Perekonomian (Economic Infrastructure), yang dibagi atas: a) Pengangkutan (Transportasi)
Yang dimaksud dengan pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negeri di mana ia biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang rnerupakan daerah tujuan wisata, seperti pesawat udara untuk jarak jauh, kapal laut, kereta api, bus, taxi dan kendaraan lainnya.
b) Prasarana Komunikasi (Communication Infrasturcture)
Termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya ialah telepon, telegraf, radio dan TV, surat kabar dan pelayanan kantor pos.
c) Prasarana yang langsung melayani wisatawan
Termasuk di dalam kelompok ini adalah guide lokal yang memberikan pelayanan informasi tentang obyek wisata tersebut kepada para wisatawan. 2. Sarana
Sarana adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak selamanya tergantung pada wisatawan.
(52)
Sarana terbagi atas:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan
Yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk kedalam kelompok ini adalah kantin dan restoran.
b. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Yaitu fasilitas yang diperlukan wisatawan yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap dan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya tersebut. Yang termasuk dalam sarana penunjang kepariwisataan; souvenir shop dan penjual makanan khas daerah setempat.
2.4. Penelitian terdahulu
Ujang (2007) tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Batam, menjelaskan ada empat faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah wisatawan yang datang pada daerah tujuan yaitu hotel, restoran, traveling dan biaya promosi. Penelitian ini menggunakan hipotesis yang memiliki empat variabel independen dan satu variabel dependen. Dari analisis regresi dapat disimpulkan bahwa empat variabel dependen yang mempengaruhi wisatawan mancanegara datang ke Pulau Batam, hanya dua variabel
(53)
yang mempunyai pengaruh signifikan, yaitu variabel hotel dan biaya promosi. Dan dari dua variabel ini yang sangat berpengaruh adalah variabel hotel.
Lubis (2003) tentang analisis beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata Kota Medan, menjelaskan ada 4 faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata yaitu jumlah pengeluaran wisatawan, kurs valuta asing, pendapatan per kapita, dan kebijakan pemerintah Indonesia dalam promosi. Hasil yang ditemukan adalah bahwa jumlah pengeluaran, kurs dan pendapatan per kapita berpengaruh terhadap permintaan pariwisata Kota Medan.
Suradnya (2008) tentang Analisis Faktor-faktor daya tarik Wisata Bali dan implikasinya terhadap perencanaan pariwisata daerah Bali, menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil-hasil analisis dan pembahasan di atas dapat dibuat beberapa simpulan dan saran-saran kebijakan dalam perencanaan pengembangan pariwisata Bali yakni sebagai berikut. Melalui analisis faktor (factor analysis) berhasil diidentifikasi 8 faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara memilih Bali sebagai daerah tujuan wisata untuk dikunjungi, yakni; (1) Harga (price), (2) Budaya (culture), (3) Pantai (beach), (4) Kenyamanan (convenience), (5) Relaksasi (relaxation), (6) Citra (image), (7) Keindahan alam (natural beauty), dan (8) Penduduk setempat (local people). Temuan di atas berimplikasi terhadap perencanaan pariwisata Bali. Semua ini akan bermuara kepada peningkatan kualitas pariwisata Bali dan tetap terjaganya citra (image) Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia. Temuan penting lainnya yang juga berimplikasi terhadap perencanaan pariwisata Bali adalah adanya peningkatan perhatian wisatawan
(54)
terhadap harga-harga produk wisata yang ditawarkan sejalan dengan meningkatnya persaingan di antara daerah-daerah dan bahkan dari negara tujuan wisata lainnya.
2.5. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Persepsi Wisatawan ke Pulau Samosir Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir dilihat dari beberapa tolak ukur yaitu Akomodasi Hotel/Penginapan, Restoran/Rumah Makan, Transportasi, Aksesibilitas, dan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).
Persepsi Wisatawan ke
Pulau Samosir
Akomodasi
Hotel/Penginapan
Restoran/Rumah
Makan
Transportasi
Aksesibilitas
Obyek dan Daya
Tarik Wisata
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir, adapun yang menjadi tolak ukur adalah akomodasi hotel/ penginapan, restoran/rumah tinggal, transportasi, aksesibilitas, dan objek dan daya tarik wisata.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Samosir dengan mengambil objek penelitian di Kecamatan Simanindo, Pangururan, dan Onan Runggu sebagai daerah penelitian.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu daftar pertanyaan tertutup (kuesioner) dan observasi yaitu mengamati secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
(56)
Data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Samosir dan BPS Kabupaten Samosir.
3.4. Populasi dan Sampel
Sampel diambil di tiga lokasi yaitu Kecamatan Simanindo, Pangururan dan Onan Runggu dengan alasan di tiga daerah tersebut merupakan pusat wisatawan mancanegara dan nusantara datang. Dipilihnya ketiga daerah tersebut karena ketiga daerah tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata di Samosir.
Dari ketiga daerah itu diambil sampel secara acak (Simple Random Sampling) sebanyak 30 orang di Simanindo, 30 orang di Pangururan dan 30 orang di Onan Runggu. Di mana nanti populasi ini akan dibagi dua antara wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Pembagian Lembar Kuesioner
Lokasi Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Simanindo 15 15
Pangururan 15 15
Onan Runggu 15 15
(57)
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Wisatawan adalah pengunjung yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam di suatu daerah dan maksud mereka berkunjung dapat didasarkan atas waktu luang (berekreasi, cuti, kesehatan, olah raga) dan bisnis, keluarga, misi dan rapat dinas.
b. Persepsi adalah proses di mana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus masuk kedalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses baru dihasilkan persepsi.
c. Hotel/penginapan adalah akomodasi yang menyediakan jasa pelayanan penginapan dan menggunakan seluruh fasilitas dan pelayanan.
d. Restoran/rumah makan adalah suatu usaha pariwisata yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum.
e. Transportasi adalah fasilitas yang digunakan oleh wisatawan sebagai alat transportasi yang membawa wisatawan dari tempat asalnya ke tempat tujuan sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan selama wisatawan tersebut berada di objek wisata.
f. Aksesibilitas adalah suatu sarana untuk memudahkan wisatawan tiba di tempat wisata tanpa bersusah payah, untuk itu diperlukan sarana jalan yang bagus.
(58)
g. Obyek dan daya tarik wisata adalah objek wisata yang ada di pulau Samosir yang dapat menarik minat wisatawan asing maupun domestik untuk datang ke tempat wisata tersebut.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik dalam mengumpulkan data, seperti yang dikemukakan Sevilla, dkk (1993) bahwa dalam pengumpulan data penelitian dalam pendidikan dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengamatan
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, cek list, catatan kejadian dan lain-lain.
2. Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
(59)
3.7. Metode Analisis
Data hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan model analisis kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982).
Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya,
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan temuan-temuan umum (Seiddel, 1998).
(60)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pada hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan usia, menunjukkan bahwa responden yang berusia 20-29 tahun sebanyak 13 orang (14,44%), 30-39 tahun sebanyak 15 orang (16.66%), 40-49 tahun sebanyak 28 orang (31.11%), dan sisanya responden yang berusia 50-60 tahun sebanyak 34 orang (37.77%). Dari hasil penelitian komposisi responden berdasarkan usia dapat dilihat bahwa lebih banyak jumlah responden yang menjawab kuesioner penelitian ini berada pada usia tidak produktif, sehingga jawaban yang diperoleh mayoritas dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, usia-usia yang tidak produktif tadi adalah usia di mana manusia memerlukan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat yang dapat menyenangkan dan dapat menghilangkan stres di usia yang bisa dikatakan tidak produktif lagi.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) (%)
1. 20-29 13 14.44
2. 30-39 15 16.67
3. 40-49 28 31.11
4. 50-60 34 37.78
Jumlah 90 100
(61)
Pada Bab ini, penulis menyajikan hasil dari wawancara terhadap para responden. Selain itu penulis juga menyajikan hasil dari kuesioner yang telah disebarkan kepada para wisatawan di Pulau Samosir.
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian karateristik responden menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa responden yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA sebanyak 20 orang (22,22%), Diploma III (D-III) sebanyak 35 orang (38,88%), Sarjana (S-1) sebanyak 30 orang (33,33%), dan sisanya yang memiliki latar belakang pendidikan S-2 (Magister) sebanyak 5 orang (5,55%).
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Responden (%)
1. SLTA 20 22.22
2. D-III 35 38.88
3. S-1 30 33.33
4. S-2 5 5.55
Jumlah 90 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)
4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 40 orang atau sebanyak 44,44% dan responden yang berjenis kelamin perempuan adalah 50 orang atau sebanyak 55,55%.
(62)
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Persentase (%)
Laki-laki 20 20 44,44%
Perempuan 25 25 55,55%
Jumlah 45 45 100,0%
Sumber: Data Primer (2009)
4.2. Indikator Penyediaan Fasilitas
Penyediaan fasilitas yang berhubungan dengan kunjungan wisatawan ke Pulau Samosir dibutuhkan beberapa komponen pendukung. Untuk melihat penyediaan fasilitas yang berhubungan dengan kunjungan wisatawan di Pulau Samosir maka dalam penelitian ini ditinjau dari parameter penyediaan fasilitas akomodasi hotel/ penginapan, penyediaan akomodasi restoran/rumah makan, penyediaan fasilitas transportasi, aksesibilitas serta objek dan daya tarik wisata.
Sehubungan dengan itu, ketika ditanyakan kepada responden Wisman mengenai alat transportasi yang ada untuk menuju lokasi objek wisata telah memadai atau tidak maka diperoleh jawaban sebagai berikut:
(63)
Sumber: Data Primer (2009)
Gambar 4.1. Tanggapan WISMAN Mengenai Transportasi Menuju Obyek Wisata di Pulau Samosir
Dari distribusi jawaban yang diberikan oleh responden, dapat kita lihat bahwa pada umumnya menyatakan bahwa tanggapan sebanyak 58% Wisman menyatakan bahwa alat transportasi untuk menuju ODTW masih kurang memadai. Dikarenakan sebagian besar armada transportasi tidak memiliki rute perjalanan ke tempat-tempat wisata yang ada di Pulau Samosir. Sehingga mayoritas dari Wisman yang berkunjung itu harus memiliki angkutan pribadi untuk menuju ODTW atau menyewa alat angkutan. Alat angkutan yang sering disewa oleh Wisman, adalah berupa sepeda motor, mobil dan sepeda.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diperoleh oleh para responden Wisnus. Hasil dari responden Wisnus dapat kita lihat pada gambar di bawah ini:
(1)
KUESIONER
ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR
Identitas/ Identity of Respondent
Nomor/ Number
Nama/ Name
Umur/ Age
Status/ Marital satus
Jenis Kelamin/ Sex
Pendidikan/ Education
Pekerjaan/
Alamat/ Address
DAFTAR PERTANYAAN
Persepsi Wisatawan yang Berkunjung ke Pulau Samosir
1. Ada rencana apa anda ke Samosir? a. Liburan
b. Tugas kantor c. Pesta
d. Mengunjungi saudara e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
2. Berapa lama rencana anda di Pulau Samosir ini? a. 2 hari
b. 3 hari c. 6 hari d. 1 minggu
e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
(2)
3. Apakah ini kunjungan pertama anda ke Pulau Samosir? a. Ya
b. Tidak Jelaskan;
4. Jika tidak, ini adalah kunjungan anda yang keberapa kali? a. 3 kali
b. 4 kali c. 5 kali
d. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bahwa Samosir yang ada sekarang telah cukup menarik perhatian Bapak/Ibu?
a. Telah cukup memadai b. Kurang Memadai c. Tidak Memadai Jelaskan:
Hotel/Penginapan
1. Sewaktu anda di Pulau Samosir sudah berapa hotel yang anda pilih untuk menginap?
a. 1 hotel b. 2 hotel c. 3 hotel d. 4 hotel
e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
2. Apa criteria hotel menurut anda yang bisa membuat anda betah? a. Pemandangan yang indah
b. Fasilitas dan pelayanan yang bagus c. Dekat dengan kota
d. Tarif yang Murah e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
3. Berapa tarif kamar hotel yang cocok dengan anda a. Rp 75.000/hari
b. Rp 150.000/hari c. Rp 300.000/hari d. Rp 450.000/hari
(3)
e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
4. Fasilitas apa yang anda sukai dari hotel tempat anda menginap a. Kolam renang
b. Pemandangan yang bagus c. Pelayanan yang ramah d. Makanannya lezat e. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
5. Menurut Bapak/Ibu apakah jumlah hotel dan penginapan di Samosir sudah memadai?
a. Sangat memadai b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan;
6. Menurut Bapak/Ibu apakah fasilitas hotel yang disediakan sudah memadai? a. Sangat memadai
b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan;
7. Menurut Bapak/Ibu apakah fasilitas yang disediakan hotel-hotel sudah sesuai dengan tarif hotel di Samosir?
a. Sangat sesuai b. Cukup sesuai c. Kurang sesuai Jelaskan;
Restoran
1. Apa menu pilihan anda jika anda mampir di salah satu tempat makan favorit anda di Pulau Samosir
a. Makanan Internasional b. Makanan Lokal c. Lainnya (sebutkan) Jelaskan;
(4)
2. Mengapa anda memilih tempat makan/restoran tersebut sebagai tempat favorit anda?
a. Pelayanan yang ramah b. Harga yang terjangkau c. Pemandangan yang indah d. Makanan yang lezat e. Sebutkan (lainnya) Jelaskan;
3. Menurut Bapak/Ibu apakah restoran yang ada di samosir sudah memadai? a. Sangat memadai
b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan;
Transportasi
1. Menurut anda, apakah transportasi yang paling mudah ditemui di Pulau Samosir?
a. Angkutan Kota (Angkot) b. Becak
c. Kapal Penumpang d. Kapal Ferry
e. Sebutkan (Lainnya) Jelaskan;
2. Apakah menurut anda tarif transportasinya terlalu mahal? a. Ya
b. Tidak Jelaskan;
3. Menurut anda, apakah sulit menemukan alat transportasi jika anda ingin pergi ke tempat wisata-wisata yang ada di Pulau Samosir?
a. Ya, Sulit b. Tidak Sulit Jelaskan;
4. Menurut anda alat transportasi apa yang paling anda sukai memakainya saat berada di Pulau Samosir?
a. Kapal Ferry b. Kapal Penumpang c. Angkutan Kota d. Mobil Pribadi
(5)
Jelaskan;
5. Menurut Bapak/Ibu apakah transportasi yang ada di Samosir telah memadai? a. Sangat memadai
b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan:
6. Apakah alat angkutan yang ada untuk mencapai lokasi objek wisata selama ini menurut Bapak/Ibu telah memadai?
a. Sangat memadai b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan;
Infrastruktur
1. Menurut anda bagaimanakah fasilitas infrastruktur seperti jalan di Samosir? a Sudah bagus
b Cukup bagus
c Tidak dapat dilalui oleh alat transportasi Jelaskan;
2. Fasilitas apa yang harus diperbaiki untuk menarik minat para wisatawan? a Jalan
b Alat transportasi Jelaskan;
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah jalan menuju tempat wisata yang ada di Samosir?
a. Sangat memadai b. Cukup memadai c. Kurang memadai Jelaskan;
4. Apakah dilihat dari kondisi jalan yang ada, apakah lokasi objek wisata dapat ditempuh dalam waktu yang relatif singkat?
a. Dapat
b. Sebagian besar c. Tidak dapat Jelaskan;
(6)
ODTW (Objek Daya Tarik Wisata)
1. Menurut anda Objek wisata apa yang menarik di Kecamatan Simanindo? a Kuburan Tua Raja Sidabutar
b Pertunjukan Sigale-gale c Batu Kursi Persidangan
d Panorama Alam
Jelaskan;
2. Menurut Bapak/Ibu apakah ODTW di Kecamatan Simanindo telah memadai? a. Sangat memadai
b. Cukup memadai
c. Memadai
Jelaskan;
3. Menurut anda Objek wisata apa yang menarik di Pangururan? a Pemandian Air Panas
b Pantai Pasir Putih di Huta Bolon c Taman Kota
d Rumah Peninggalan Penjajah Belanda (Pesanggrahan) Jelaskan;
4. Menurut Bapak/Ibu apakah ODTW di Kecamatan Pangururan telah memadai? a Sa ngat memadai
b Cukup Memadai
c Memadai
Jelaskan;
5. Menurut anda objek wisata apa yang menarik di Onan Runggu? a. Objek wisata Hariara Na Godang
b. Objek Wisata pasir pantai Sukkean c. Objek wisata Aek Mual Si Raja Sonang d. Objek wisata Pondok Remaja Lagundi Jelaskan;
6. Menurut Bapak/Ibu apakah ODTW di Onan Runggu sudah memadai? a Sangat memadai
b Cukup memadai
c Memadai
Jelaskan; Saran;