5
Perceived Characteristics of the
Innovation
1.
Relative advantage
2.
Compatibility
3.
Complexity
4.
Trialability
5.
Observability Characteristics of the
Decision-Making Unit
1.
Socioeconomic characteristics
2.
Personality variables
3.
Communication behavior
5. Clarified thinking : membantu karyawan melihat permasalahan secara lebih jernih dan
tidak terpengaruh emosi.
6. Reorientation: terjadi perubahan secara psikologis pada karyawan melalui perubahan
nilai dan tujuan, membantu karyawan mengenal dan menerima keterbatasan mereka.
2.3 Adopsi dan Penerapan Praktik Konseling Karyawan
Konseling di dunia industri memiliki cakupan yang luas. Hal ini terkait mengenai sifat industri, siapa konselornya, karyawannya dan sistemnya. Konseling di dunia industri,
karyawan sangat beragam misalnya dari segi usia maupun latar belakang karyawannya. Menurut Handoko 2010: 193, “Program konseling merupakan kegiatan personalia yang
mempunyai pengaruh langsung pada kepuasan kerja, motivasi dan reaksi terhadap stres”.
Karena dapat berpengaruh langsung pada kinerja karyawan, maka konseling diadopsi dan dilakukan di perusahaan-perusahaan.
Untuk memahami proses adopsi praktek konseling karyawan digunakan model proses pengambilan keputusan inovasi menurut Rogers 2003 seperti pada gambar di
bawah ini. Penelitian ini tidak menggunakan model tersebut secara keseluruhan tetapi sebagai sebuah wacana untuk memahami proses adopsi.
Gambar 1 Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi Adopsi
COMMUNICATION CHANNELS
Prior Conditions 1. Previous practice
2. Felt needsproblems 3. Innovativeness
4. Norms of the social systems
Adopsi Continued
Adopsi Later Adopsi
Discontinuance Rejection
Continued Rejection
Sumber: Diffusion of Innovations Roger, 2003
Knowledge Persuasion
Decision Implementation
Confirmation
6 Menurut Boharudin 2011 bahwa dalam praktik konseling di industri, tipe-tipe yang
dipakai dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh karyawan terdapat beberapa tipe yaitu:
1 Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengarkan masalah emosional individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dia lakukan, dan memberitahu
serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut. Directive Counseling sebagian besar
menggunakan fungsi
konseling advice
nasihat juga
reassurance, communication, memberikan emotional release dan sedikit clarified thinking.
Reorientation jarang digunakan dalam directive counseling. Konselor directive counseling harus menjadi pendengar yang baik jika ingin memahami masalah karyawan
sehingga karyawan mengalami emotional release. Setelah mengalami emotional release disertai beberapa ide dari konselor, karyawan diharapkan dapat menjernihkan
pikirannya. 2
Non-directive Counseling Non-directive counseling adalah proses mendengarkan karyawan sepenuhnya dan
mendorongnya untuk menjelaskan masalah emosionalnya, memahami masalah tersebut dan menentukan tindakan-tindakan yang akan diberikan. Tipe konseling ini
memfokuskan perhatian pada karyawan, konselor tidak bertindak sebagai penilai atau penasihat makanya disebut client-centered. Dalam tipe konseling ini konselor
membangun suatu hubungan permisif yang mengarahkan klien untuk berbicara dengan bebas. Hal utama yang dilakukan oleh konselor non-directive adalah menetapkan
hubungan konseling dengan menjelaskan bahwa konselor tidak memberikan penyelesaian masalah karyawan tetapi dapat membantu karyawan untuk menjelaskan
perasaannya
.
3 Cooperative Counseling
Cooperative counseling tidak seluruhnya client-centered counseling atau counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama saling menguntungkan antara konselor
dan karyawan untuk menerapkan perbedaan pandangan pengetahuan dan nilai terhadap masalah. Hal ini ditetapkan sebagai diskusi yang saling menguntungkan tentang
masalah emosional karyawan dan usaha kerja sama untuk membangun kondisi yang akan memulihkan karyawan. Cooperative counseling dimulai dengan menggunakan
tehnik mendengarkan non-directive counseling: tetapi ketika interview berkembang,
7 manager memainkan peran yang lebih positif daripada memainkan peran konselor non-
directive.
2.4 Dampak Praktek Konseling pada Kinerja
Konseling di dunia industri lebih difokuskan pada upaya-upaya perusahaan membantu klien para karyawan dalam mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan
pekerjaan sehari-hari. Meskipun demikian, masalah-masalah pribadi di luar pekerjaan juga mendapat perhatian. Menurut Suwarjo 2009 bahwa “Tujuan penyelenggaraan layanan
konseling adalah untuk membangun dan mengembangkan sense of competence para karyawan, yang pada gilirannya akan meningkatkan dan menjaga produktivitas dan
performance kerja yang optimal”. Pengaruh lain antra antara pelaksanaan konseling dan
kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan dapat dijelaskan seperti pada hasil penelitian- penelitian di bawah ini:
Hasil penelitian Widyasari 2009, bahwa konseling kelompok efektif untuk meningkatkan disiplin waktu karyawan bagian Produksi PT. Phapros, Tbk. Semarang. Hal
ini berarti dengan adanya kegiatan konseling karyawan akan membantu karyawan meningkatkan kinerjanya terutama dalam hal disiplin waktu. Selanjutnya hasil penelitian
Napitupulu 2008, bahwa kegiatan konseling yang dilaksanakan di PT. Indosat, Tbk. Medan pelaksanaannya efektif dan dengan adanya kegiatan konseling tersebut membawa
dampak yang positif bagi karyawan yang ikut serta dalam kegiatan konseling tersebut. Melihat teori dan hasil penelitian terdahulu bahwa koseling karyawan dapat
memberikan dampak positif pada kinerja karyawan maka dalam penelitian ini juga diharapkan dengan mengadopsi konseling kinerja karyawan The Sunan Hotel juga akan
meningkat.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong 2007: 4, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam rangka melakukan analisis kualitatif,
sejumlah data diperlukan dalam bentuk diagram alir dan grafis. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat Usman,2003: 5. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sehingga
memberikan informasi untuk menjawab persoalan penelitian.