3 kelemahan yang lebih mendominasi maka hasilnya akan ditinggalkan
khalayaknya. Melihat perkembangan film yang demikian pesat, Wilbur Schramm mengatakan film telah digunakan secara efektif untuk mengajarkan segala macam
subjek, baik teoritis maupun praktik. Film semakin meluas dampaknya hingga menjadi bagian tak terpisahkan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Media
massa film secara teknis memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu bersamaan. Untuk itu media massa film mempunyai
fungsi utama yang selalu harus diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-
pemahaman baik yang lama maupun yang baru.
1.2. Representasi dalam Sebuah Film
Representasi atau
to represent
didefinisikan tiga definisi yaitu
to stand for, to speak or a ct on beha lf of
dan
to re-present
Giles and Middleton, 1999.
To represent
dapat didefinisikan sebagai
to stand for
, tanda yang tidak sama dengan realitas namun dihubungkan dan mendasarkan diri padanya, sebagai contoh:
bendera sebuah negara yang dikibarkan pada suatu acara nternasional menunjukkan bahwa negara tersebut hadir sebagai peserta, maka bendera
menyimbolkan suat negara.
To represent
juga didefinisikan sebagai
to act or speak on behalf
yang dapat dijelaskan dengan contoh Majelis Perwakilan Rakyat MPR. Para anggota MPR adalan orang-orang yang mewakili sekelompok massa
yang memilih mereka dan mendapat mandat untuk bertindak atas nama kelompok rakyat pendukung mereka. Definisi terakhir,
to represent
dapat dijelaskan dengan contoh sebuah foto atau poster yang digunakan untuk menghadirkan kembali
sebuah peristiwa yang telah terjadi. Foto merupakan representasi melalui gambar yang bersifat
iconic.
Ketiga definisi tersebut mengacu pada representasi sebagai proses pemaknaan yang berkaitan dengan bahasa. Naum, pada prakteknya makna
dari representasi ini dapat saling tumpang tindih. Hall 2003 memberikan penjelasan lebih sederhana tentang representasi, ”
representation is an essential part of the process by which meaning is produced and exhanged between
members of culture.
Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan
4 dipertukarkan antar anggota masyarakat. Dengan kata lain, representasi
merupakan suatu cara untuk memproduksi makna. Representasi bekerja melalui suatu sistem yang terdiri dari dua komponen
penting, yaitu konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini saling berelasi membentuk sebuah makna tunggal. Namun makna tidak dapat
dikomunikasikan tanpa bahasa. Sebagai contoh, masyarakat mengenal konsep ‟bunga‟ dan mengetahui maknanya. Namun makna dari bunga tersebut tidak dapat
dikomunikasikan, misalnya bagian dari tumbuhan yang berwarna-warni, jika makna tersebut tidak diungkapkan dalam bahasa yang dimengerti oleh orang lain.
Hall 2003 mengungkapkan bawah hal yang terpenting dalam sistem representasi adalah kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah
kelompok tertentu yang memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan suatu pemahaman yang sama.
Makna merupakan suatu konstruksi. Manusia mengkonstruksi makna dengan tegas shg suatu makna terlihat seolah-olah alamiah dan tidak dapat diubah.
Makna dikonstruksi melalui sistem representasi dan difiksasi melalui kode. Kode inilah yang membuat masyarakat yang berada dalam satu kelompok budaya yang
sama mengerti dan menggunakan nama yang sama, yang telah melewati proses konvensi secara sosial. Misalnya, ketika seseorang memikirkan orang tua, anak,
saudara yang tinggal bersama dalam satu rumah, ia menggunakan kata
keluarga
untuk mengkomunikasikan yang ingin diungkapkan kepada orang lain. Ini terjadi karena kata
keluarga
merupakan kode yang telah disepakati dalam masyarakat untuk memaknai suatu konsep mengenai orang-orang yang tinggal dibawah satu
atap rumah. Dari analogi tersebut dapat dilihat bahwa kode membangun korelasi antara sistem konseptual yang ada dalam pikiran dengan sistem bahasa yang
digunakan oleh masyarakat. Dari penjabaran di atas, dapat dijelaskan representasi merupakan suatu
proses untuk memproduksi makna dari konsep yang ada di pikiran melalui bahasa. Proses produksi makna tersebut dimungkinkan dengan hadirnya sistem
representasi. Namun proses pemaknaan tersebut tergantung apda latar belakang pengetahuan dan pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu tanda. Suatu
5 kelompok harus memiliki pengalaman yang sama untuk dapat memaknai suatu ide
dengan cara yang sama. Representasi muncul dalam berbagai bentuk, antara lain tulisan, ucapan,
isyarat yang maknanya sudah disepakati dengan konsensus, gambar serta lukisan, ukiran serta bentuk tercetak, sinyal asap, lampu senter, rekaman suara, foto dan
film Currie, 1995. Film merupakan jenis representasi yang memiliki karakter spesial yang berhubungan dengan gambar. Film secara umum terdiri atas dua
unsur pembentuk yaitu unsur naratf dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Unsur naratif adalah bahan materi yang akan diolah, sementara unsur sinematika merupakan
cara gaya untuk mengolah materi tersebut. Dalam film, cerita sebagai unsur naratif merupakan perlakukan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik
merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terdiri atas empat elemen utama yaitu
mise-en-scene,
sinematografi,
editing
dan suara. Masing-masing elemen tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya
sinematik secara utuh Pratista, 2008.
Mise-en-scene
adalah segala hal yang berada di depan kamera yang terdiri dari empat elemen pokok yaitu
setting
atau latar; tata cahaya; kostum dan
make up;
serta akting dan gerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan
kamera dengan obyek yang diambil.
Editing
adalah transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Sedangkan suara merupakan segala hal di dalam film yang
mampu ditangkap melalui indra pendengaran. Cerita film dapat direkayasa untuk menyampaikan pesan tertentu kepada
penontonnya. Hal inilah yang memudahkan film menjadi media representasi suatu realitas yang akan ditanamkan pada masyarakat sebagai penonton. Menurut
Turner, makna yang dimuat dalam film sebagai representasi dari realitas masyarakat, berbeda dengan film hanya sebagai refleksi dari realitas. Sebagai
representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas
6 berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya
Sobur, 2006. Film mempengaruhi dan membentuk respon masyarakat berdasarkan
muatan pesan
message
di baliknya. Dengan kata lain film tidak bisa dipisahkan dari konteks masyarakat yang memproduksi dan mengkonsumsinya. Selain itu,
sebagai representasi dari realitas, film juga mengandung muatan ideologi pembuatnya sehingga dapat digunakan sebagai alat propaganda. Representasi
adalah tindakan menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu baik orang, peristiwa, maupun objek melalui sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya
berupa tanda atau simbol. Representasi ini belum tentu bersifat nyata tetapi bisa juga menunjukan dunia khayalan, fantasi, dan ide-ide abstrak Hall, 1997: 28.
Pesan yang dimasukkan dalam suatu media bergantung pada kepentingan- kepentingan di balik media tersebut. Begitu pula dengan film sebagai salah satu
produk media massa. Pembuat film telah membingkai realitas sesuai dengan subjektivitasnya yang dipengaruhi oleh kultur dan masyarakatnya. Sebuah film
tentu dapat mewakili pula pandangan pembuatnya, dan seseorang membuat film untuk mengkomunikasikan pandangan itu. Dengan kata lain film juga
mengandung ideologi pembuatnya yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap suatu hal. Ideologi bukanlah fantasi perorangan, namun
terjelma dalam cara hidup kolektif masyarakat. Bagi kebanyakan orang, ideologi mewakili suatu kecenderungan umum untuk menukarkan yang benar dengan apa
yang tidak baik bagi kepentingan sendiri. Sekalipun anggapan yang sangat luas tersebar ini tidak harus berarti bahwa ideologi adalah suatu konsepsi palsu
mengenai kesadaran, namun anggapan itu mengakui bahwa hanya ada satu ideologi saja yang dapat dikatakan benar, dan ada tanda-tanda bahwa kita dapat
menemukan ideologi mana yang benar dengan bersikap lebih objektif Sobur, 2006.
7
1.3. Tindak Pidana Korupsi