Analisis Polimorfisme Protein Darah Domba UP3J dengan Menggunakan Teknik PAGE (Polyacrilamide Gel Electropheresis)

ANALISIS POLIMORFISME PROTEIN DARAH DOMBA
UP3J DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PAGE
(POLYACRILAMIDE GEL ELECTROPHORESIS)

SKRIPSI
ASEP PRIATNA KUSUMA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
ASEP PRIATNA KUSUMA. D14051399. 2012. Analisis Polimerfisme Protein
Darah Domba UP3J dengan Menggunakan Teknik PAGE (Polyacrilamide Gel
Electrophoresis). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Dr. Jakaria, S. Pt, M. Si
Pembimbing anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc
Sejumlah perbedaan-perbedaan yang diatur secara genetik telah diketemukan
dalam globulin, albumin dan enzim-enzim darah serta hemoglobin. Perbedaanperbedaan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan prosedur biokemis,

terutama elektroforesis. Polimorfisme darah diatur secara genetis oleh pasangan alel.
Polimorfisme protein merupakan ekspresi dari gen dapat dideteksi dengan teknik
elektroforesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polimorfisme protein darah
domba lokal Jonggol menggunakan metode Polyacrilamide Gel Electrophoresis
(PAGE).
Penelitian ini dilakukan selama sebulan yang dilaksanakan di Laboratorium
Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Total sampel plasma yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84
sampel yang berasal dari populasi domba Jonggol. Analisis data yang digunakan
adalah frekuensi alel, nilai heterozigositas dan rataan heterozigisitas.
Hasil penelitian diperoleh Albumin (Alb) dengan alel A, Post albumin (Pa)
dengan alel S, Transferrin (Tf) dengan alel A, B dan C, Post transferrin-1 (Ptf-1)
dengan alel A dan Post transferrin-2 (Ptf-2) dengan alel A. Metode yang digunakan
adalah metode elektroforesis gel poliakrilamida (PAGE). Protein Transferrin bersifat
polimorfik ditandai dengan adanya dua variasi jumlah pita. Protein Albumin, Post
albumin, Post transferrin-1 dan Post transferrin-2 bersifat monomorfik. Berdasarkan
frekuensi alel lokus Transferrin menunjukkan angka keragaman yang rendah, dengan
angka = 0,0700, sedangkan pada Albumin, Post albumin, Post transferrin-1 dan
Post transferrin-2 ditemukan angka homozigositas maksimum dengan

heterozigositas = 0. Hasil analisis polimorfisme lima lokus yang ada pada domba
jonggol didapatkan angka rata-rata heterozigositas sebesar = 0,0140.
Kata-kata kunci : Domba lokal, Polimorfisme, PAGE

ABSTRACT
Blood Protein Polymorphism Analysis in Jonggol Sheep by Using PAGE
(Polyacrilamide Gel Electrophoresis) Techniques
Kusuma, A. P., Jakaria and C. Sumantri
The purpose of this research is to know blood protein polymorphism of
Jonggol sheep using Polyacrilamide Gel Electrophoresis (PAGE) procedure.
Samples were conducted on July 2010 at Animal Genetic and Moleculler Laboratory,
Department of Animal Production and Science Technology, Faculty of Animal
Husbandry, Bogor Agricultural University. Individual variation can be identified
genetically by studying plasma protein polymorphism. The plasma used in this
research was collected from local sheep of Jonggol. There are five kinds of plasma
protein which were studied in this research. There are Albumin (Alb), Post albumin
(Pa), Transferrin (Tf), Post transferrin-1 (Ptf-1) and Post transferrin-2 (Ptf-2). The
metode used in this research is polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE).
Transferrin protein reveals polymorphism. Two allels were identified. Albumin, Post
albumin, Post transferrin-1 and Post transferrin-2 proteins were monomorph.

Keywords : Local sheep, polimorphism, PAGE.

ANALISIS POLIMORFISME PROTEIN DARAH DOMBA
UP3J DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PAGE
(POLYACRILAMIDE GEL ELECTROPHORESIS)

ASEP PRIATNA KUSUMA
D14051399

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul


: Analisis Polimorfisme Protein Darah Domba UP3J dengan
Menggunakan Teknik PAGE (Polyacrilamide Gel Electropheresis)

Nama

: Asep Priatna Kusuma

NIM

: D14051399

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Jakaria, S.Pt, M.Si)
NIP. 19660105 199303 1 001


(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004

Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 24 Oktober 2011

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 03 Agustus 1987 di Sumedang, sebagai anak
keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Tatang dan almarhumah Ibu Rd.
Teti Kurnia Saleh. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN
Gudangkopi 1, sedangkan pendidikan menengah tingkat pertama diselesaikan pada
tahun 2002 di SLTPN 1 Sumedang. Pendidikan menengah tingkat atas berhasil

diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 3 Bogor. Penulis diterima sebagai
mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak (Himaproter) Fakultas Peternakan IPB periode 2006-2007. Penulis
aktif di organisasi Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Peternakan FAMM AL
AN’AM selama periode kepengurusan 2006-2007.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis memperoleh
kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Analisis polimerfisme Protein Darah Domba UP3J dengan menggunakan
Teknik PAGE (Polyacrilamide Gel Electrophoresis)” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Domba merupakan hewan ternak yang mempunyai peranan penting untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, sumber protein dan gizi masyarakat. Komoditas
ternak domba meliputi daging, wol dan kulit. Komoditas-komoditas tersebut

berpotensi memberikan peluang usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
karena mempunyai beberapa kelebihan. Perbedaan-perbedaan pada kondisi
lingkungan dan latar belakang genetik dapat menyebabkan fenotipe yang berbedabeda. Hal ini dapat mempermudah proses pengembangan ternak domba.
Pengembangan ternak domba dapat dilakukan dengan seleksi dan pemurnian. Seleksi
bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik, sedangkan pemurnian bertujuan untuk
melestarikan plasma nutfah yang dapat memberikan info dasar asal-usul domba
lokal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Namun
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca. Selain itu karya kecil ini juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap kemajuan dunia peternakan di Indonesia.

Bogor, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................


i

ABSTRACT ...........................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

v

KATA PENGANTAR ............................................................................


vi

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

x

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan ........................................................................................


1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Domba (Ovis aries) .......................................................................
Domba lokal ....................................................................
Domba Ekor Tipis .................................................
Domba Ekor Gemuk ..............................................
Protein Darah ................................................................................
Polimorfisme Protein Darah. .............................................
Elektroforesis ................................................................................
Keragaman Genetik ......................................................................

3
3
4

5
5
6
17
19

MATERI DAN METODE ......................................................................

21

Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi .........................................................................................
Bahan Penyiapan Campuran Kimia ...................................
Prosedur ......................................................................................
Pembuatan Gel Elektroforesis ............................................
Penetesan Contoh dan Proses Pemisahan Protein (running)
Teknik Pewarnaan dan Pencucian ......................................
Teknik Pembacaan Hasil Elektroforesis….. .......................
Analisis Data ................................................................................

21
21
21
22
22
24
24
24
24

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

26

Keragaman Alel Protein Darah ......................................................
Frekuensi Alel pada Lokus Protein Darah .....................................
Nilai Heterozigositas .....................................................................

26
29
29

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

31

Kesimpulan .................................................................................
Saran ..........................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

33

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Data Frequensi Transferrin biakan Doba Lokal Asia .......................

9

2.

Data Frequensi Easterase dan Heoglobin beta biakan Domba Lokal
Asia ...................................................................................................

9

3.

Frekuensi Alel Pada Lokus Pa dan Tf Domba Lokal Maroko……..

12

4.

Rataan Heterozigositas dari Enam Biakan Domba Lokal Maroko …

14

5.

Jumlah Domba dan Frekuensi Pita PTf 2 Elektroforesis 1992……....

15

6.

Jumlah Domba dan Frekuensi Pita PTf 1 Elektroforesis 1992……....

16

7.

Jumlah Domba dan Frekuensi Pita Tf Elektroforesis 1992……........

16

8.

Jumlah Domba dan Frekuensi Pita Pa dan Alb Elektroforesis 1992...

17

9.

Distribusi Protein Darah Domba Bangsa Afrika Barat........................

20

10.

Jumlah Domba Hasil Elektroforesis Macam Genotipe dan Frekuensi
Genotip Domba UP3J......................………………............................

27

11.

Frekuensi Alel pada Lokus Protein Plasma Darah Domba UP3J........

29

12.

Nilai Heterozigositas pada Lokus Protein Plasma Darah Domba
UP3J .................................................................................................. 30

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Profil Domba Ekor Tipis (DET) Jantan dan Betina ............................

5

2. Profil Domba Ekor Gemuk (DEG) Jantan dan Betina ........................

5

3. Migrasi Protein Post Albumin dan Transferrin pada Gel Elektroforesis

13

4. Tipe Pola Pita Darah Domba Jonggol .................................................

14

5. Bagan Alir Metode Kerja Menurut Ogita dan Markert (1979).............

23

6. Hasil PAGE Domba UP3J dan Zymogram dari PAGE Domba
UP3J ..................................................................................................

26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan sangat populer di kalangan peternak di Indonesia. Populasi ternak
domba di Indonesia berjumlah 10.471.991 ekor pada tahun 2009, antara lain populasi
domba di Jawa barat sebanyak 5.524.209 ekor, Jawa Tengah sebanyak 2.661.731
ekor, Jawa Timur sebanyak 740.667 ekor, Banten sebanyak 637.072 ekor, Sumatera
Utara 268.479 ekor, DI Nangroe Aceh Darusalam sebanyak 184.757 ekor dan DI
Yogyakarta sebanyak 134.056 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009).
Domba merupakan hewan ternak yang mempunyai peranan penting untuk
pemenuhan kebutuhan ekonomi, sumber protein dan gizi masyarakat. Komoditas
ternak domba meliputi daging, wol dan kulit. Komoditas-komoditas tersebut
berpotensi memberikan peluang usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
karena mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut diantaranya mudah
dirawat, tidak banyak modal dikeluarkan, berkembangbiak dengan tingkat kesuburan
tinggi dan mudah beradaptasi.
Perbedaan kondisi lingkungan dan latar belakang genetik dapat menyebabkan
keragaman fenotipe. Hal ini dapat mempermudah proses pengembangan ternak
domba. Pengembangan ternak domba dapat dilakukan dengan seleksi. Seleksi
bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik.
Informasi lengkap mencakup ciri morfologi dan genetik diperlukan untuk
mengetahui variasi sifat-sifat pada domba lokal Jonggol. Ciri morfologi dianalisis
melalui sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif diperoleh melalui
pengamatan sifat-sifat yang tampak dari luar sedangkan sifat kuantitatif diperoleh
melalui pengukuran bagian-bagian tubuh (morfometri). Ciri genetik diperoleh
melalui analisis polimorfisme protein darah menggunakan teknik elektroforesis.
Sejumlah perbedaan-perbedaan yang diatur secara genetis telah diketemukan
dalam globulin, albumin dan enzim-enzim darah serta hemoglobin (Warwick et al.,
1990). Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan prosedur
biokemis, terutama elektroforesis. Polimorfisme darah diatur secara genetis oleh
pasangan alel. Polimorfisme protein merupakan ekspresi dari gen, dan dapat

dideteksi dengan teknik elektroforesis. Keadaan genetik domba Jonggol dapat
dianalisis dari polimorfisme protein.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari polimorfisme protein darah domba
lokal Jonggol menggunakan metode Polyacrilamide Gel Electrophoresis (PAGE).

2

TINJAUAN PUSTAKA
Domba (Ovis aries)
Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal
tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada
tidaknya tanduk atau berdasarkan asal ternak. Domba diklasifikasikan menurut
Blakely dan Bade (1992) sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Family

: Bovidae

Genus

: Ovis (domba)

Spesies

: Ovis aries (domba yang didomestikasi)
Jenis domba yang terdapat di Indonesia menurut Iniguez et al. (1991) yaitu

domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Inounu dan Dwiyanto (1996)
mengemukakan bahwa terdapat dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia
yaitu domba ekor tipis dan domba ekor gemuk dengan perbandingan galur dan
masing-masing tipe.
Domba Lokal
Ternak domba yang tersebar masih sangat beragam, demikian pula asalusulnya sedikit sekali diketahui. Umumnya domba-domba di Indonesia (tropis) tidak
mengenal adanya musim pembiakan (nonseasonable inbreeding), berbeda dengan
domba yang berada di daerah iklim sedang. Di Jawa terdapat tiga kelompok domba
yaitu domba ekor tipis (local Javanese thin-tailed) atau domba lokal, domba ekor
gemuk (local Javanese fat-tailed) dan domba priangan (Priangan of west Java) atau
dikenal sebagai domba ekor sedang (Mason, 1980).
Jenis domba yang terdapat di Indonesia menurut Iniguez et al. (1991) adalah
domba Jawa ekor tipis, domba Jawa ekor gemuk, dan domba Sumatra ekor tipis.
Domba di Indonesia pada umumnya berekor tipis (thin-tailed), tetapi ada pula
yang berekor gemuk (fat-tailed) seperti domba Donggala atau domba yang berada di

Jawa Timur (Devendra dan Mcleroy, 1982). Domba ini tidak jelas asal-usulnya dan
dijumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah (Devendra dan McLeroy, 1989).
Karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, tidak
seragam, berbulu kasar, dan hasil daging relatif sedikit, dengan rata-rata bobot
potong 20 kg (Edey, 1983). Panjang tulang pundak domba dewasa 57 cm dan bobot
potong 19 kg (Mason, 1980). Pendapat lain menyatakan bobot badan dewasa dapat
mencapai 30-40 kg untuk jantan dan 20-25 kg untuk betina, dengan persentase
karkas berkisar antara 44-49 % (Triesnamurti, 1992).
Sifat lain domba lokal tampak dari warna bulu umumnya putih dengan bercak
hitam di sekitar mata, hidung atau bagian lainnya (Mason, 1980). Pola warna sangat
beragam dan bercak putih, coklat, hitam, atau warna polos putih dan hitam
(Triesnamurti, 1992). Kualitas wol sangat rendah dan termasuk wol kasar (Mason,
1980) dan biasanya wol ini dibuang, tidak dimanfaatkan. Profil muka biasanya lurus
atau agak melengkung. Profil muka agak melengkung dijumpai pada domba jantan.
Pada domba lokal Jawa dijumpai tidak melengkung, dan biasanya tidak bertanduk
(Edey, 1983).
Ekor domba lokal umumnya pendek, bentuk padat, dan tidak menunjukkan
adanya timbunan lemak. Panjang ekor rata-rata 19,3 cm, lingkar pangkal ekor 5,6
cm, dan tebal 2,7 cm. Hasil penelitian lain menjelaskan bahwa panjang ekor pada
domba lokal betina di daerah Cirebon dijumpai 0,7 cm, sedangkan di daerah Bogor
diperoleh panjang ekor 16,8 + 2,8 cm dan lebar 4,2 + 1,1 cm (Triesnamurti, 1992).
Domba Ekor Tipis. Domba ini merupakan domba yang paling banyak terdapat di
daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penyebaran domba ekor tipis menurut
Hardjosubroto (1994) banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, bahkan
menurut Gatenby (1991) bahwa jumlah tertinggi di Asia Tenggara adalah terpusat di
Jawa Barat. Domba ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi pada kondisi iklim
tropis serta memiliki sifat seasonal polyestrus, sehingga dapat kawin sepanjang
tahun. Bobot domba ekor tipis jantan yang telah dewasa antara 20-30 kg, sedangkan
bobot betina dewasa 15-20 kg. Profil domba ekor tipis disajikan pada Gambar 1.

4

(a)

(b)

Gambar 1. Profil Domba Ekor Tipis (a) Jantan dan (b) Betina
Sumber : Erlangga (2009)

Domba Ekor Gemuk. Domba ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura, serta
pulau-pulau di nusa tenggara, sedangkan di Sulawesi Selatan dikenal sebagai domba
Donggala. Bobot badan jantan dewasa mencapai 31 kg dan betina dewasa mencapai
27 kg. Domba ini umumnya memiliki bulu putih dan bertanduk kecil pada jantan
sedangkan betinanya tidak bertanduk, berwol kasar dan telinga sedang. Profil domba
ekor gemuk disajikan Gambar 2.

(a)

(b)

Gambar 2. Profil Domba Ekor Gemuk (a) Jantan dan (b) Betina
Sumber : Erlangga (2009)

Protein Darah
Protein merupakan salah satu bentuk makro molekul disamping asam nukleat
dan polisakarida yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator,
hormon, reseptor dan tempat penyimpanan informasi genetik. Makro molekul
tersebut adalah biopolimer yang dibentuk dari unit monomer (bahan bangunan). Unit
monomer untuk asam nukleat adalah nukleotida, untuk kompleks polisakarida adalah
derivate gula dan untuk protein adalah asam amino (Rodwell, 1983).

5

Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang
tertutup. Darah terdiri dari unsur-unsur sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit yang terdapat dalam medium cair yang disebut plasma. Plasma terdiri dari
air elektrolit, metabolit, zat makanan, protein dan hormon. Protein plasma total kirakira 7-7,5 kg/detik, merupakan bagian utama zat padat plasma, dan campuran yang
sangat kompleks yang tidak hanya terdiri dari protein sederhana tetapi juga protein
campuran (conjugated protein) seperti glikoprotein dan berbagai jenis lipoprotein.
Protein plasma dibagi dalam tiga golongan yakni fibrinogen, albumin dan globulin,
bahwa albumin merupakan bahan yang paling tinggi konsentrasinya dan mempunyai
berat molekul yang paling rendah dibanding dengan molekul protein utama plasma
(Martin, 1983).
Perbedaan bentuk setiap protein darah dapat dideteksi dengan membedakan
kecepatan geraknya dalam gel elektroforesis. Molekul yang lebih besar akan
bergerak lebih cepat dan lebih jauh dalam satuan waktu yang sama. Banyaknya
kelompok keragaman bentuk protein darah menunjukkan karakteristik protein
tertentu, dan setiap kelompok protein darah akan diwariskan dari generasi ke
generasi. Protein tersebut ditunjukkan oleh pita (band), jika satu pita pada gel
elektroforesis berarti individu tersebut homozigot, dan individu yang memiliki dua
pita berarti heterozigot. Cara tersebut dapat digunakan untuk mengetahui genotip
setiap individu. Cara tersebut sering pul digunakan untuk menelusuri hubungan
kekerabatan antara individu dengan melihat persamaan dan perbedaan protein darah
yang dimilikinya (Nicholas, 1987).
Polimorfisme Protein Darah
Polimorfisme adalah suatu keadaan terdapat beberapa bentuk fenotip yang
sama yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Studi polimerfisme protein adalah
studi tentang karakteristik dari berbagai protein. Berdasarkan pengertian bahwa
protein atau enzim merupakan produk langsung gen yang relatif tidak terpengaruh
oleh perubahan lingkungan, maka struktur berbagai protein yang dibedakan oleh
runutan asam amino akan menggambarkan runutan basa-basa dalam DNA.
Perbedaan basa dalam DNA dapat dianggap sebagai sifat biokimia yang paling
beralasan untuk membedakan jenis organisme, dengan demikian polimerfisme suatu
organisme dapat dianggap sebagai ciri fenotip dari suatu individu. Dari pita-pita yang
6

terbentuk dapat diduga protein atau enzim yang dibawa oleh alel gen dalam lokus
yang sama atau lokus yang berbeda (non-alel gen) (Selander, 1969).
Lebih dari satu dekade silam sejumlah protein dari darah dan susu dari biakan
domba telah dianalisis untuk polimorfisme, supaya dapat menjawab pertanyaan besar
untuk menutupi subjek keseluruhan. Beberapa pengamat, di lain pihak, dengan data
dan informasi yang detail dapat ditemukan seperti literatur. Lokus untuk
polimorfisme biokemis pada sistem plasma anatara lain Albumin (Alb) dengan alel F,
S, W, (D), (T) dan (V); Arylesterase (Es) dengan alel A dan O; dan Transferrin (Tf)
dengan alel A, B, C, D, E, G, P, U, V, H, K , (M), (N), (L) dan X (Piper dan
Ruvinsky, 1997).
Albumin adalah yang paling umum pada semua biakan yang diuji dari tiga
alel yang diakui secara internasional. Lokus terhubung ke lokus vitamin-D binding
protein. Penggunaan starch gel electrophoresis diikuti prosedur pewarnaan yang
spesifik (dengan Naphthyl acetate alpha dan fast blue BB), dua fenotip dengan
intensitas pewarnaan berbeda. Aktivitas Arylesterase muncul selama beberapa
minggu pertama setelah kelahiran. Analisis genetik menunjukkan bahwa fenotip
negatip diatur oleh alel resesif, secara umum predominan pada biakan yang
diselidiki. Penggunaan substrat lain, tiap dua fenotip lebih lanjut lagi dapat dibagi
pada tiga fenotip, tapi penentuan genetiknya hanya diterima sebagai dalil (Piper dan
Ruvinsky, 1997).
Sistem Transferrin menunjukkan variabilitas yang tertinggi, dengan varianvarian yang ditunjukkan: sebelas telah diakui secara internasional, sedang yang
lainnya sedang menunggu konfirmasi, lima varian umum yang pertama kali
ditetapkan, yaitu A, B, C, D, dan E, kemudian varian lainnya: jarang atau terbatas
pada satu biakan, yang diteliti, misalnya, Tf H dan Tf K telah ditemukan pada biakan
Cze choslovakian tertentu, dan Tf L pada silangan Scothish blackface x Wels
mountain. Polimorfisme Tf diatur dengan alel-alel kodominan. Polimorfisme juga
telah dilaporkan untuk Alkaline phospathase, 2-Macroglobulin alpha, Haemopexin,
Immunoglobulin, Leucine amino-peptide, lipoprotein betha, Post transferrin, Pre
albumin, Protease inhibitor alpha dan vitamin D-binding protein. Penyelidikan lebih
jauh diperlukan untuk mengkonfirmasi pengaturan genetiknya (Piper dan Ruvinsky,
1997)

7

Mwacharo et al. (2002) melaporkan variasi pada lima protein darah dari lima
populasi pada domba yang ditemukan di Kenya. Sampel darah dikumpulkan dari
total 309 domba dewasa dari kedua jenis kelamin di distrik Kwale, Makweni dan
Kahamega untuk domba ekor gemuk, dan di distrik Isiolo untuk fat rumped sheep.
Domba Merino penghasil wool yang bagus digunakan di penelitiannya sebagai
populasi referensi. Transferrin, Esterase-A dan Esterase-C bersifat polimorfik pada
semua populasi yang diselidiki, sementara Albumin bersifat monomorfik untuk alel S
pada domba ekor gemuk dan Hemoglobin ditetapkan untuk alel B pada populasi
Kwale, Makueni dan Isiolo.
Mwacharo et al. (2005) menyatakan pengetahuan perbedaan genetik penting
untuk merancang program pemuliaan dan membuat keputusan pada pemanfaatan
penopangan dari sumber genetik ternak. Penelitian ini dirancang untuk menilai
perbedaan genetik, menggunakan tujuh protein darah (Transferrin, Albumin,
Haemoglobin, Esterase-A, Esterase-C, Carbonic anhydrase dan X-protein) dari 457
domba pribumi, ekor gemuk (351) dan fat rumped sheep (106), di Kenya dari tujuh
populasi, dengan empat puluh Merino sebagai control. Transferrin dianalisis
menggunakan polyacrilamide gel electrophoresis dan starch gel elctroforesis
digunakan untuk menganalisis enam lokus lainnya. Lokus yang dianalisis terdapat
tujuh macam, dan dua lokus, yakni Carbonic anhydrase dan X-protein, tidak dapat
diinterprestasikan. Lima marker yang mampu diinterprestasikan, bagaimanapun,
menunjukkan tingkat rendah dari polimorfisme pada jumlah alel dan heterozigositas.
Polimorfisme protein darah dapat digunakan sebagai alat cepat untuk menilai
perbedaan genetik karena tuntutan peralatan berharga dan sederhana, dan prioritas
pemuliaan untuk dianalisis dengan marker mikrosatelit DNA.
Tsunoda et al. (2010) melaporkan posisi filogenetik domba Bayanbulak
(Cina) dan domba Sipsu (Bhutan) pada kelompok domba Asia Utara. Hal tersebut
ditentukan pada dasar dari data frekuensi alel untuk lima lokus informatif, dan
polimorfik pada protein dan non-protrein darah. Penelitian menggunakan teknik
elektroforetik dan ion-densitometrik yang berbeda. Data frekuensi pada lokus
polimorfik dari biakan domba lokal berbeda di Asia disajikan pada Tabel 1. dan
Tabel 2.

8

Tabel 1. Data Frekuensi Transferrin Biakan Domba Lokal Asia
Populasi

N

Lokus
Transferrin
A

G

B

C

D

E

P

Bay

68,0000 0,0882

0,0441

0,3088

0,1691

0,3162

0,0441

0,0074

Kha

196,0000 0,1046

0,0918

0,3368

0,1556

0,2321

0,0332

0,0051

Bhy

41,0000 0,0244

0,0366

0,3658

0,1219

0,3537

0,0122

0,0122

Bar

43,0000 0,0116

0,0000

0,0233

0,0000

0,9651

0,0000

0,0000

Jak

43,0000 0,1279

0,1359

0,2908

0,0465

0,3837

0,0116

0,0000

Sak

35,0000 0,0857

0,1286

0,1571

0,1429

0,4857

0,0000

0,0000

Sip

35,0000 0,0000

0,0428

0,0286

0,0000

0,9143

0,0143

0,0000

Han

60,0000 0,1379

0,0172

0,2500

0,2155

0,3535

0,0172

0,0000

Tan

73,0000 0,0685

0,0479

0,3288

0,1644

0,3836

0,0000

0,0068

Hu

125,0000 0,0694

0,0342

0,2917

0,2037

0,2176

0,1343

0,0231

Ton

65,0000 0,0781

0,0625

0,2500

0,0469

0,4922

0,0313

0,0000

Wad

76,0000 0,0800

0,0333

0,3200

0,1267

0,3600

0,0200

0,0000

Keterangan: Bay=Bayanbulak, Kha=Khalkhas, Bhy=Bhyangung, Bar=Baruwal, Jak=Jakar, Sak=Sakten, Sip=Sipsu, Han=Han,
Tan=Tan, Hu=Hu, Ton=Tong, Wad=Wadi, Mya=Myanmar (Tsunoda et al,,2010)

Tabel 2. Data Frekuensi Esterrase dan Hemoglobin beta Biakan Domba Lokal Asia
Populasi

N

Lokus
Esterase
A

Hemoglobin beta
A

A

B

X

G

Bay

68,0000

0.4312

0.5688

0.1140

0.5702

0.3070

0.0082

Kha

196,0000

0.3571

0.6429

0.1556

0.4082

0.4362

0,0000

Bhy

41,0000

0.5583

0.4417

0.7805

0.0122

0.2073

0,0000

Bar

43,0000

0.3180

0.6820

0.1395

0.0930

0.7675

0,0000

Jak

43,0000

0.2686

0.7314

0.6046

0.2907

0.1047

0,0000

Sak

35,0000

0.2829

0.7171

0.5741

0.2143

0.2143

0,0000

Sip

35,0000

0.2829

0.7171

0.2000

0.3000

0.5000

0,0000

Han

60,0000

0.4748

0.5252

0.2917

0.3583

0.3500

0,0000

Tan

73,0000

0.5946

0.4054

0.1575

0.3630

0.4795

0,0000

Hu

125,0000

0.4077

0.5923

0.0500

0.5864

0.3636

0,0000

Ton

65,0000

0.5196

0.4804

0.1746

0.4762

0.3492

0,0000

Wad

76,0000

0.4499

0.5501

0.2434

0.3553

0.4013

0,0000

Keterangan: Bay=Bayanbulak, Kha=Khalkhas, Bhy=Bhyangung, Bar=Baruwal, Jak=Jakar, Sak=Sakten, Sip=Sipsu, Han=Han,
Tan=Tan, Hu=Hu, Ton=Tong, Wad=Wadi, Mya=Myanmar (Tsunoda et al,,2010)

9

Tsunoda et al. (2010) menyatakan tidak ada perbedaan frekuensi alel pada
lokus Tf dilihat antara domba Bayanbulak dan banyak dari biakan lokal bagian utara
lainnya, khusus untuk domba Baruwal, Jakar, Sakten dan Sipsu. Frekuensi alel
tertinggi ada pada alel D pada semua domba, dibanding alel lainnya. Mengingat
semua lokus yang diuji, domba Bayanbulak lebih beragam dibanding domba
Myanmar, pada domba Sipsu, kemiripan pada domba Baruwal paling menyolok pada
lokus Tf dan Es. Frekuensi alel pada lokus polimorfik dari domba Bayanbulak dan
Sipsu, termasuk biakan domba lokal lain, di Asia bagian utara dan Myanmar
(representatif dari biakan domba lokal bagian selatan) diestimasikan dan disajikan
pada Tabel 1.
Dominasi frekuensi alel D pun terlihat pada biakan domba Djallonke menurut
laporan Missouhou et al. (1999) yang melaporkan distribusi dari protein darah pada
biakan domba Afrika Barat. Begitupun pada domba Touabire dengan frekuensi alel
D sebesar 0,3940%. Domba Fulani mempunyai frekuensi alel A tertinggi sebesar
0,4280%.
Nie et al. (1999) menyatakan variasi genetik dari 31 lokus protein darah pada
236 sapi dari delapan populasi di China Selatan (termasuk Mithar, Bos frontalis) dan
populasi Holstein diinvestigasi dengan rataan dari horizontal starch gel
electrophoresis. Tiga belas lokus (Alb, CAR, Hb-b, Np, PGM, Amy-I, PEP-B, AKP,
GPGD, CP, Pa, EsD dan TF) ditemukan merupakan polimorfik. Perbandingan dari
heterozigositas rataan (H) menunjukkan bahwa semua sapi asli mencakup perbedaan
yang kaya genetik. Hasil pada polimorfisme protein memberi kesan bahwa sapi di
Cina sebagian besar dari Bos indicus dan Bos taurus; sapi Xuwen, Hainan, Wenshan
dan Dehong, serta Zebu Dehong dekat pada sapi Zebu. Sapi Diqing dan Zhaotong
dekat pada Turine. Mithar sangat berbeda dari sapi lokal lainnya, dan dinilai bahwa
asalnya sangat rumit dan kemungkinan dipengaruhi oleh spesies sapi yang lain.
Tsunoda et al. (2006) menyatakan hubungan filogenetik diantara 23 biakan
dan variasi domba lokal di Asia Timur ditentukan berdasarkan pada data frekuensi
alel untuk lima lokus protein dan non-protein darah polimorfik yang informatif
(Transferrin, Arylesterase, Hemoglobin beta, X-protein dan Potassium transport)
menggunakan teknik elektroforesis dan ion-densitometrik. Distribusi frekuensi
ditemukan perbedaan, khususnya pada alel Hemoglobin beta dan X-protein, dilihat

10

antar populasi utara pada biakan Khalkar, Bhyanglung, Baruwal, Jakar, Sakten dan
Isima China, dan populasi di selatan pada biakan Bengal, Kagi, Lampuchrre,
Myanmar dan Sipsu. Dua grup populasi dibagi dengan batas dari Himalaya, dan
dibedakan kembali menjadi tiga subgroup; subgrup Mongolia, Tibetan dan
Himalayan di utara, dan subgroup india I, II dan III di selatan. Hal yang perlu dicatat
bahwa perbedaan genetik pada populasi terlihat jelas pada grup yang di utara.
Penemuan tersebut secara nyata memberi kesan keberadaan dari setidaknya dua
besar dari kelompok gen berbeda secara filogenetik pada domba di Asia Timur.
Tsunoda dan Sato (2001) menyatakan polimorfisme X-protein eritrosit nonHemoglobin terdiri dari dua fenotip dinamai X-positif [X(c)] dan X-negatif [X(i)]
ditentukan pada 576 domba lokal sehat tak berelasi dari Asia Timur, menggunakan
starch gel electrophoresis satu dimensi dan horizontal. Perbedaan yang terhitung
pada frekuensi mengkodekan alel X secara dominan untuk tipe X(c) antara populasi
utara dan selatan dari domba Asia Timur lokal yang dibagi dengan dataran
pegunungan Himalaya terlihat frekuensi alel X berjarak dari 0 hingga 0,0438 dengan
rata-rata 0,0323 di populasi utara yang diuji, terdiri dari domba Bhyanglung,
Baruwal, Yunnan dan Khalkar termasuk grup domba Tibetan dan Mongolian.
Bedanya, frekuensi dari alel yang sama pada rentang 0,2037 – 0,4655 dan frekuensi
rataannya 0,2998 pada populasi selatan yang diuji, terdiri dari domba Bengal, Kagi,
Lampuchrre, Vietnamese dan Myanmar, dan termasuk grup domba Indian.
Penemuan ini memberi kesan bahwa alel X muncul menjadi marker domba Indian
dan kemungkinan besar penting pada pembelajaran filogenetik pada populasi domba
lokal, khususnya Asia Timur.
Analisis perbandingan polimorfisme protein darah pada satwa langka dan
dilindungi di Indonesia pernah dilakukan pada rusa Jawa/timor (Cervus timorenses),
rusa sambar (C. unicolor) dan rusa bawean (Axis kuhli). Hasil analisis elektroforesis
gel akrilamida dari keenam lokus menunjukkan adanya variabilitas jumlah dan pola
pita yang ditampilkan diantara ketiga jenis rusa tersebut. Lokus yang dapat
digunakan sebagai pembeda atau penciri genetik untuk mengidentifikasi dan/atau
membedakan genotip diantara ketiga jenis rusa tersebut adalah Post albumin dan
Hemoglobin (Thohari et al., 1993).

11

Polimorfisme biokimia darah dari enam biakan domba lokal Maroko, yang
dilaporkan Boujenane et al. (2008), dipelajari menggunakan sistem elektroforesis
Post-albumin dan Transferrin. Keseluruhan 1263 contoh darah dari Timahdite, Béni
Guil, Sardi, D’man, Béni Ahsen dan Boujaâd diuji. Semua contoh lokus ditemukan
polimorfik. Lokus Post-albumin menunjukkan tiga alel dan lokus Transferrin
menunjukkan enam sampai sembilan alel. Nilai tengah heterozigositas yang
diharapkan bervariasi dari 0,3310 hingga 0,4910. Biakan D’man, Sardi dan Béni Guil
bisa memainkan peran penting untuk pengaturan sumber genetik domba. Hal ini
disimpulkan berdasarkan rataan heterozigositas. Lokus jenis Post albumin dan
Transferrin dilakukan menggunakan polyacrylamide gel electrophoresis (PAGE, pH
8.9). Frekuensi alel diperoleh dari menghitung gen secara sederhana. Perkiraan
heterozigositas yang diharapkan pada lokus berbeda ditentukan menurut formula Nei
(1973). Alel yang diamati pada tiga lokus protein darah dan frekuensi mereka
dipresentasikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Frekuensi Alel pada Lokus Pa dan Tf Domba Lokal Maroko
Lokus

Pa

TF

Alel

Timahdite

Béni Guil

Sardi

Boujaâd

D’man

Béni Ahsen

F

0,0850

0,0970

0,0870

0,0390

0,0920

0,0610

S

0,9000

0,8850

0,8820

0,9510

0,8370

0,8970

V

0,0150

0,0180

0,0310

0,0100

0,0710

0,0420

A

0,1270

0,1550

0,2310

0,1790

0,1080

0,1660

G

0,0450

0,0500

0,0420

0,0610

0,0190

0,0280

B*

0,0000

0,0000

0,0160

0,0000

0,0000

0,0000

B

0,3150

0,2000

0,1670

0,2230

0,2430

0,2030

C

0,1270

0,2600

0,2070

0,2570

0,1900

0,4020

D

0,3720

0,3080

0,2620

0,2500

0,3710

0,1750

M

0,0000

0,0000

0,0050

0,0000

0,0130

0,0000

E

0,0140

0,0270

0,0660

0,0300

0,0560

0,0240

P

0,0000

0,0000

0,0020

0,0000

0,0000

0,0020

Sumber: Boujunue (2008)

Boujenane et al. (2008) melaporkan jumlah alel pada lokus Transferrin ada
sembilan dan jumlah alel Post albumin ada tiga. Nilai tengah dari alel per lokus

12

kisaran dari empat pada biakan Timahdite, Béni Guil dan Boujaâd ke lima pada
biakan Sardi. Semua enam biakan mempunyai alel F, S dan V pada lokus Post
albumin. Alel S terdapat pada frekuensi tertinggi pada lokus tersebut. Enam alel
ditemukan pada lokus Transferrin pada biakan Timahdite, Béni Guil dan Boujaâd,
tujuh alel pada biakan D’man dan Béni Ahsen dan sembilan alel pada biakan Sardi.
Alel A, G, B–E disajikan pada semua biakan. Alel M hanya ditemukan pada biakan
Sardi and D’man, dan alel P hanya disajikan pada biakan Sardi dan Béni Ahsen yang
ditemukan pada masing-masing individu biakan. Varian baru yang dinamai B*
ditemukan pada biakan Sardi dengan frekuensi terendah hal ini disajikan pada
Gambar 3. Varian ini migrasi diantara G dan B dan tidak dapat dicampur dengan
varian yang telah dideskripsikan. Alel C sering muncul pada biakan Boujaâd dan
Béni Ahsen dan alel D pada biakan sisanya.

Gambar 3. Migrasi Protein Post Albumin dan Transferrin pada Gel Elektroforesis
Sumber : Boujenane et al. (2008)

Perkiraan heterozigositas yang diharapkan antar biakan pada lokus protein
darah yang dianalisa menunjukkan bahwa biakan D’man mempunyai heterozigositas

13

tertinggi (0,4910), dan Timahdite menunjukkan heterozigositas terendah (0,3310).
Biakan

lain

menunjukkan

heterozigositas

menengah.

Transferrin

Lokus

menunjukkan heterozigositas tertingi pada domba lokal Maroko, seperti yang
diharapkan dari jumlah tinggi alel. Rataan heterozigositas dari enam biakan domba
lokal Maroko ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Heterozigositas dari Enam Biakan Domba Lokal Maroko
Lokus

Timahdite

Béni Guil

Sardi

Boujaâd

D’man

Béni Ahsen

Pal

0,1820

0,2070

0,2130

0,0940

0,2860

0,1900

Tf

0,7270

0,7700

0,8000

0,7850

0,7520

0,7340

Hbβ

0,0830

0,1580

0,1280

0,1390

0,3040

0,1840

Ĥ

0,3310

0,3780

0,4280

0,3390

0,4910

0,3690

Sumber : Boujenane et al. (2008)

Analisis perbandingan polimorfisme protein darah pada domba Jonggol di
Indonesia telah dilakukan Rahardjo (1992) dan Zulkarnaen (1992). Lokus yang
ditemukan berjumlah lima, yaitu Albumin (Alb), Post albumin (Pa), Transferrin (Tf),
Post transferrin 1 (PTf1) dan Post transferrin 2 (PTf2). Tipe pita darah domba
terdapat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tipe Pola Pita Darah Domba Jonggol.
Sumber : Rahardjo (1992)

14

Rahardjo (1992) melaporkan terdapat PTf-2 dengan frekuensi pola pita tipe A
hanya 0,0800 pada jantan dan 0,0000 pada betina. Domba betina Jonggol relatif lebih
beragam dibandingkan domba jantan dengan tipe dominan AB baik pada jantan
maupun pada betina. Zulkarnaen (1992) melaporkan pola pita domba lokal-Jonggol
didominasi oleh pola pita tipe B (0,5000) sedangkan frekuensi pola pita A dan C
hanya 0,1000. Jumlah domba dan frekuensi pita PTf-2 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Domba dan Frekuensi Pita PTf 2 Elektroforesis 1992
Lokus

Tipe

Jumlah Domba

Frekuensi Pita

1992a

P-Tf2

Jantan

Betina

A

1,0000

0,0000

B

0,0000

C

1992b

1992a

1992b

Jantan

Betina

2,0000

0,0800

0,0000

0,1000

0,0000

10,0000

0,0000

0,0000

0,5000

1,0000

3,0000

2,0000

0,0800

0,1000

0,1000

E

0,0000

2,0000

0,0000

0,0000

0,0700

0,0000

G

0,0000

2,0000

6,0000

0,0000

0,0700

0,3000

AB

8,0000

15,0000

0,0000

0,6700

0,4700

0,0000

AC

2,0000

9,0000

0,0000

0,1700

0,2700

0,0000

AE

0,0000

1,0000

0,0000

0,0000

0,0300

0,0000

Sumber: a = Rahardjo (1992), b = Zulkarnaen (1992)

Rahardjo (1992) melaporkan pola pita PTf-1 domba jantan Jonggol
mempunyai keragaman tinggi, dengan tipe AB lebih dominan (0,5000) sedangkan
tipe A hanya 0,2500. Domba betina Jonggol mempunyai keragaman rendah dengan
dominan pola pita tipe A (0,9300). Zulkarnaen (1992) melaporkan pola pita domba
lokal-Jonggol tipe B, G, AB dan AC mempunyai frekuensi 0,2000 sedangkan pola
pita tipe A dan F hanya 0,1000. Jumlah domba dan frekuensi pita PTf-1 disajikan
pada Tabel 6.
Frekuensi pola pita Transferrin tipe A pada penelitian Rahardjo (1992),
domba jantan sebesar 0,9200 dan domba betina 0,9300. Namun tidak ada pola pita
H, yang ada justru pola pita B pada jantan (0,0800) dan betina (0,0700). Zulkarnaen
(1992) melaporkan pola pita domba lokal-Jonggol didominasi oleh pola pita A

15

(0,8000) sedangkan pola pita H hanya 0,0500. Jumlah domba dan frekuensi pita Tf
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 6. Jumlah Domba dan Frekuensi Pita PTf 1 Elektroforesis 1992
Lokus

Tipe

Jumlah Domba

Frekuensi Pita

1992a

P-Tf1

Jantan

Betina

A

3,0000

30,0000

B

0,0000

C

1992b

1992a

1992b

Jantan

Betina

2,0000

0,2500

0,9300

0,1000

2,0000

4,0000

0,0000

0,0700

0,2000

1,0000

0,0000

0,0000

0,0800

0,0000

0,0000

F

0,0000

0,0000

2,0000

0,0000

0,0000

0,1000

G

0,0000

0,0000

4,0000

0,0000

0,0000

0,2000

AB

6,0000

0,0000

4,0000

0,5000

0,0000

0,2000

AC

2,0000

0,0000

4,0000

0,1700

0,0000

0,2000

Sumber: a = Rahardjo (1992), b = Zulkarnaen (1992)

Tabel 7. Jumlah Domba dan Frekuensi Pita Tf Elektroforesis 1992
Lokus

Tipe

Jumlah Domba

Frekuensi Pita

1992a

Tf

Jantan

Betina

A

11,0000

30,0000

B

1,0000

C

1992b

1992a

1992b

Jantan

Betina

14,0000

0,9200

0,9300

0,7000

2,0000

0,0000

0,0800

0,0700

0,0000

0,0000

0,0000

2,0000

0,0000

0,0000

0,1000

D

0,0000

0,0000

2,0000

0,0000

0,0000

0,1000

AB

0,0000

0,0000

2,0000

0,0000

0,0000

0,1000

Sumber: a = Rahardjo (1992), b = Zulkarnaen (1992)

Lokus Pa dan Alb hasil penelitian Rahardjo (1992). hanya ditemukan satu
buah pola pita A pada kedua lokus tersebut. Zulkarnaen (1992) melaporkan pola pita
domba lokal-Jonggol diperoleh pola pita beragam dengan frekuensi tertinggi tipe C
(0,4000). Jumlah domba dan frekuensi Pa dan Alb disajikan pada Tabel 8.

16

Tabel 8. Jumlah Domba dan Frekuensi Pita Pa dan Alb Elektroforesis 1992
Lokus

Tipe

Jumlah Domba

Frekuensi Pita

1992a

Pa

Alb

1992b

Jantan

Betina

A

12,0000

32,0000

B

0,0000

C

1992a

1992b

Jantan

Betina

0,0000

1,0000

1,0000

0,0000

0,0000

4,0000

0,0000

0,0000

0,2000

0,0000

0,0000

8,0000

0,0000

0,0000

0,4000

D

0,0000

0,0000

8,0000

0,0000

0,0000

0,4000

A

12,0000

32,0000

0,0000

1,0000

1,0000

0,0000

B

0,0000

0,0000

4,0000

0,0000

0,0000

0,2000

C

0,0000

0,0000

8,0000

0,0000

0,0000

0,4000

D

0,0000

0,0000

8,0000

0,0000

0,0000

0,4000

Sumber : a. Rahardjo (1992) , b. Zulkarnaen (1992)

Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu teknik untuk memisahkan berbagai molekul kimia
dengan menggunakan arus listrik. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan
ukuran, berat molekul dan muatan listrik yang dikandung oleh makro molekul
(Stennesh, 1984). Elektroforesis tidak hanya digunakan untuk mendeteksi variasi alel
gen dari suatu individu tetapi dapat juga digunakan untuk menduga variasi genetik
dalam suatu populasi. Teknik elektroforesis pada dasarnya digunakan untuk
mengetahui pita dari protein yang dianalisis, mengarah ke kutub positif (anoda) atau
ke kutub negatif (katoda). Jenis protein tersebut antara lain adalah Amilase, Albumin,
Alkalin posfatase dan Esterase serta Transferin (Maeda et al., 1980).
Pergerakan molekul di dalam medan listrik dipengaruhi oleh ukuran, bentuk
besar muatan, dan sifat kimianya. Berbagai komponen protein suatu campuran,
seperti sel darah merah, pada nilai pH di atas dan di bawah titik isoelektriknya akan
bermigrasi dalam berbagai kecepatan dalam larutan tersebut. Bila arus listrik
dialirkan pada suatu media penyangga yang telah berisi protein plasma atau sel darah
merah, maka migrasi komponen-komponen protein tersebut dimulai. Molekul
albumin yang lebih kecil dan mempunyai muatan besar menunjukkan laju migrasi
tercepat kemudian diikuti oleh berbagai molekul globulin (Harper et al., 1980).

17

Protein-protein yang tidak didenaturasi pada teknik elektroforesis bergerak
melalui gel yang dapat terbuat dari agarose, akrilamid atau bahan lain yang memiliki
kecepatan berbeda saat diberi muatan listrik. Tehnik elektroforesis pada dasarnya
digunakan untuk mengetahui pita dari protein yang dianalisis, mengarah ke kutub
positif (anoda) atau ke kutub negatif (katoda). Sebagian besar protein bergerak dari
katoda ke anoda, dipengaruhi oleh muatan, bentuk dan ukuran yang dimilikinya.
Elektroforesis tidak hanya digunakan untuk mendeteksi variasi alel gen dari suatu
individu tetapi dapat juga digunakan untuk menduga variasi genetik dalam suatu
populasi.

Hasil

elektroforesis

terhadap

protein

dapat

digunakan

untuk

memperkirakan hubungan dalam filogeni. Hasilnya juga dapat digunakan untuk
menyatakan tingkat heterozigositas pada suatu populasi dan tingkat in-breeding
(Feldhamer et al., 1999)
Teknik elektroforesis dapat dibedakan menjadi elektroforesis larutan (moving
boundary electrophoresis) dan elektroforesis daerah (zone elektroforesis). Larutan
penyangga yang mengandung makro molekul ditempatkan di dalam suatu gel
tertutup dan dialiri arus listrik untuk elektroforesis larutan. Kecepatan migrasi dari
makromolekul diukur berdasarkan hasil pemisahan molekul yang dilihat dalam
bentuk pita di dalam media pelarut. Elektroforesis daerah menggunakan suatu bahan
padat yang berfungsi sebagai media penunjang dan berisi larutan penyangga. Contoh
yang akan dianalisis diletakkan pada media penyangga. Perpindahan molekul
dipengaruhi oleh medan listrik dan kepadatan dari media penunjang, dengan melihat
kemurnian dan menentukan ukuran dari biomolekulnya. Media penunjang yang biasa
digunakan antara lain gel pati, gel agarose, kertas selulosa poliasetat dan gel
poliakrilamida (Stenesh, 1983).
Gel poliakrilamid adalah gel yang terbentuk dari polimer vynil antara
monomer acryilamide (CH2CH-CO-NH2) dengan penghubung N,N’-Methylene-bis
Acrylamide (CH2=CH-CO-NH2-NH-CO-CH=CH2). Konsentrasi dari Akrilamid
menentukan panjang rantai polimer, sedangkan konsentrasi bis Akrilamid
menentukan intensitas formasi penghubung. Kedua hal tersebut sangat penting untuk
menentukan kondisi fisik dari gel, seperti kepadatan, elastisitas dan kekuatan
mekanik serta pori-pori (Andrews, 1993).

18

Keragaman Genetik
Menurut Warwick et al. (1990), sejumlah besar perbedaan-perbedaan yang
diatur secara genetis telah diketemukan dalam Globulin, Albumin dan enzim-enzim
darah serta Hemoglobin. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan prosedur biokemis, terutama elektroforesis. Polimorfisme darah diatur
secara genetis oleh pasangan alel.
Dinyatakan oleh Warwick et al. (1990) bahwa polimorfisme protein adalah
perbedaan-perbedaan sifat biokimia (biochemical variants) yang diatur secara
genetik dan banyak diketemukan dalam cairan tubuh dan sel-sel ternak.
Polimorfisme merupakan ekspresi dari gen dan dapat dideteksi dengan teknik
elektroforesis.
Missohou et al. (1999) melaporkan distribusi kelompok darah dan protein
darah pada domba bangsa Afrika Barat. Sekitar seratus biakan domba Djallonke,
Fulani dan Touabire dijadikan contoh untuk analisis polimorfisme protein darah.
Kelompok darah mereka digolongkan dengan reaksi haemolitik dan aglutinasi,
sedangkan protein darah mereka dengan starch gel electrophoresis. Hampir semua
lokus yang dianalisis menunjukkan variabilitas pada tiga biakan, dengan Touabire
dan Fulani menjadi lebih dekat satu sama lain pada Djallonke. Distribusi protein
darah domba bangsa Afrika Barat disajikan Tabel 9.

19

Tabel 9. Distribusi Protein Darah Domba Bangsa Afrika Barat
Sistem

Transferrin

Hemoglobin

Carbonic anhydrase

Protein X

Alel

Frekuensi Alel
Djalonke

Fulani

Touabire

A

0,2160

0,4280

0,3080

G

0,0000

0,0410

0,0300

B

0,0500

0,0720

0,1420

C

0,1100

0,1390

0,1260

D

0,6090

0,3200

0,3940

A

0,0000

0,0000

0,1500

B

1,0000

1,0000

0,9850

M

0,2320

0,0800

0,0500

S

0,7680

0,9200

0,9500

X

0,1120

0,0940

0,0890

Sumber : Missohou et al. (1999)

20

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Contoh darah diambil dari koleksi contoh yang tersedia di Laboratorium
Pemuliaan dan Genetika Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian untuk penganalisaan
protein darah dilakukan pada bulan Juli 2010 di Laboratorium Pemuliaan dan
Genetika Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Materi
Bahan-bahan penelitian yang digunakan meliputi 84 sampel plasma darah
dari domba lokal UP3J (Unit Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jonggol)
betina. Peralatan yang digunakan meliputi perangkat elektroforesis terdiri dari
sumber tenaga listrik model P-300 yang bertegangan maksimum 500 volt dan
berkekuatan 250 mili Amphere, dua lempeng kaca pencetak gel, penjepit, sisir
pembuat 13 sumur gel, 5 buah pipet Mohr 10 ml, microsyinge Hamilton, micro tip, 2
buah gelas piala 100 ml, gelas ukur 1000 ml, bola pipet, baskom, sarung tangan
plastik, plastik crap dan label.
Bahan Elektroforesis
Gel elektroforesis terdiri dari gel pemisah dan gel penggertak. Gel pemisah
merupakan gel yang dicampurkan dari beberapa bahan di antaranya bahan IA, IB, IC,
dan ID. Masing-masing bahan terdiri dari:
Bahan IA

: Acrylamide 39,0 gram; Bis Acrylamide 1,0 gram; Glycerol
20,0 ml, dan H2O sampai 100ml.

Bahan IB

: Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H2O sampai 100ml.

Bahan IC

: ammonium persulfat dan 0,2 gram H2O sampai 100ml.

Bahan ID

: TEMED 400µl/100 ml H2O

Gel penggertak merupakan gel yang dicampurkan dari beberapa bahan di
antaranya bahan IIA, IIB, IIC, dan IID. Masing-masing bahan terdiri dari:
Bahan IIA

: Acrylamide 38,0 gram; Bis Acrylamide 2,0 gram; Glycerol
20,0 ml; dan H2O sampai 100 ml.

Bahan IIB

: Tris 1,5 gram, 1 ml HCl, dan H2O hingga 100 ml.

Bahan IIC

: Ammonium persulfat 0,4 gram dan H2O sampai 100 ml.

Bahan IID

: TEMED 200µl/100 ml H2O

Bahan Penyangga Elektrode
Tris 1.5 g, glisin 7.2 g ditambah H2O sampai 1000 ml.
Bahan Indikator Contoh
Tris-HCl 0.5 M penyangga pH 6.8 25 ml dilarutkan dalam gliserin 40 ml,
bromfenol blue 0.01 % 20 ml dan H2O 15 ml.
Bahan Pewarna
Commasie Brilliant Blue 1.25 g, methanol 225 ml, asam asetat 50 ml
ditambah H2O 225 ml untuk penentuan protein albumin dan transferin,.
Bahan Pencuci
H2O 850 ml, methanol 100 ml dan asam asetat 50 ml.
Prosedur
Pola polimorfisme protein darah domba lokal Jonggol diidentifikasi dengan
menggunakan metode elektroforesis gel akr