BAB IV TINDAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH KONSUMEN DALAM
PENGEMBALIAN UANG KEMBALIAN PADA INDUSTRI RETAIL DEPARTEMEN STORE
A. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pengembalian Uang
Kembalian pada Industri Retail Departemen Store
Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi
landasan kebijakan perlindungan hukum terhadap konsumen yakni:
1. UU Mata Uang, sebagai sumber dari segala sumber hukum mata uang di
Indonesia. 2.
UUPK, lahirnya undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas
transaksi suatu barang dan jasa. Dengan adanya pembentukan perlindungan hukum memberikan
pembangunan dan perkembangan perekonomian serta pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi telah membawa pengaruh kepada setiap aspek kehidupan
manusia, khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan yang menghasilkan barang jasa dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Kondisi tersebut membawa
keuntungan bagi pelaku usaha khususnya konsumen karena semakin terbuka peluang untuk mendapatkan barang atau jasa dengan harga yang kompetitif.
Namun di sisi lain ternyata juga menimbulkan pengaruh negatif karena mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang
dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui
Universitas Sumatera Utara
kiat promosi, cara penjualan, pengambalian uang kembalian belanja dengan permen serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
Sesungguhnya modus pengembalian uang kembalian konsumen dengan permen ataupun pembulatan jumlah nilai belanjaan di supermarket sudah
berlangsung lama. Entah modus ini disengaja atau tidak oleh pihak supermarket, yang jelas bila dikumulatifkan, harga produk yang dibayar konsumen jadi lebih
mahal. Jelas pula hal itu merugikan konsumen. Sayangnya, Sampai sekarang belum ada kesadaran kolektif dari konsumen untuk menuntutnya. Mungkin
mereka menganggap hal-hal seperti itu biasa saja, hingga kini YLKI menerima pengaduan konsumen untuk kasus uang kembalian ataupun kesalahan
penghitungan jumlah belanjaan. Dengan adanya kasus-kasus yang sering terjadi dalam melakukan transaksi
jual beli pada departemen store maka adapun perlindungan hukum yang diatur di Indonesia yaitu:
1. Perlindungan hukum terhadap konsumen menurut UU Mata Uang
UU Mata Uang menetapkan, seberapa pun kecil nilai kembalian dalam setiap transaksi, tetap harus menggunakan alat pembayaran yang sah. Seperti yang
dikatakan oleh Direktur Perlindungan Konsumen Depdag, Kami masih memberikan waktu bagi peritel untuk membenahi. Setelah ini kami akan
mengambil tindakan tegas. Jika peritel tetap membandel, ia menilai mereka telah melanggar UU Mata Uang. Sehingga perlu terkena tindakan tegas. Namun,
sebelum mengambil tindakan tegas yang tidak dia sebutkan dalam bentuk apa,
Universitas Sumatera Utara
masalah transaksi ini lebih dulu diselesaikan langsung dengan instansi terkait, yaitu Bank Indonesia.
Perlindungan hukum terhadap konsumen pengaturan mengenai terjamin haknya konsumen hanya terdapat beberapa pasal yang secara tegas
mengamanatkan agar masalah tertentu diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. Hal ini sejalan dengan kewenangan Bank Indonesia untuk mengeluarkan
peraturanpenetapan power to regulate dan kewenangan untuk mengenakan sanksi power ti impose sanctions.
Bank Indonesia telah membuat ketentuan tentang alat pembayaran yang tercantum dalam Pasal 23 Ayat 1 UU Mata Uang yaitu:
“Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk
menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah danatau untuk transaksi keuangan lainnnya di Wilayah Negara Kesatuan Repulik
Indonesia, kecuali terdapat keraguan atas keaslian Rupiah” Kesadaran akan hak-hak dan kewajiban konsumen selalu digugah dengan
menggalakkan prinsip hukum yang dikenal dengan caveat emptor atau let the buyer beware. Dengan asas ini maka para pembeli harus menyadari tentang hak-
haknya bilamana seorang gagal dalam menegakkan hak-haknya, berarti karena kebodohan dan kesalahannya sendiri. Kenyataan tersebut menyadarkan kita
perlunya ada perlindungan hukum bagi konsumen.
59
Dengan adanya perlindungan hukum terhadap konsumen, apabila ketetapan tersebut telah dilanggar maka UU Mata Uang menetapkan Ketentuan
Pidana dan Sanksi Administratif pada Pasal 33 ayat 2 UU Mata Uang yaitu :
59
Sri Wahyuni Endang, Aspek Hukum Sertifikat dan Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen, Bandung : Citra Adytia Bakti, 2003, Hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
“Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk
menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah danatau untuk transaksi keuangan lainnnya di Wilayah Negara Kesatuan Repulik
Indonesia, kecuali terdapat keraguan atas keaslian Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah”
Pemberian sanksi ini berupaya agar memberikan efek jera terhadap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan pada departemen store, sehingga menciptakan
masyarakat Indonesia yang tertib hukum, sehingga jelas eksistensi negara Indonesia adalah negara hukum.
Terkait dengan penegakan hukum atas kewajiban penggunaan uang
Rupiah, UU Mata Uang perlu mengatur tidak hanya mengenai sanksi pidana terhadap penolakan untuk menerima Rupiah tetapi juga mengenai ancaman pidana
terhadap pelanggaran atas kewajiban untuk menggunakan Rupiah di wilayah Republik Indonesia dan larangan pembawaan uang rupiah dalam jumlah tertentu
ke luar dan masuk wilayah pabean Indonesia tanpa izin BI. Pengaturan seperti ini adalah sebagaimana telah diatur dalam UUBI.
Selanjutnya mengenai usulan pengaturan bahwa pengecualian penggunaan uang Rupiah diatur dalam peraturan perundang-undangan, hal ini akan berdampak
terlalu luas. Sesuai dengan UU Mata Uang diperlukan sebagai alat pembayaran yang sah dalam kegiatan perekonomian nasional dan internasional guna
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Memuat UU Mata Uang mengenai penggunaan Rupiah yang terdapat pada Pasal 21 ayat 1,
adalah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan
Universitas Sumatera Utara
pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang danatau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jika melanggar pasal ini akan dikenakan pidana yang diatur dalam Pasal 33 ayat 1.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam rangka menghindari adanya pengaturan yang demikian, pengaturan mengenai pengecualian penggunaan uang
Rupiah perlu diamanatkan oleh RUU Mata Uang untuk diatur dalam Peraturan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan UUBI saat ini.
2. Perlindungan hukum terhadap konsumen menurut UUPK
Perlindungan hukum merupakan hak dari konsumen, agar lebih terjamin hak tersebut maka UUPK membentuk suatu badan yang disebut sebagai Badan
Perlindungan Konsumen Nasional. Adapun Badan Perlindungan Konsumen Nasional menurut UUPK yaitu:
a. Pemerintah;
b. Pelaku usaha;
c. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
d. Akademis; dan
e. Tenaga ahli.
Di dalam pelaksanaan perlindungan konsumen agar menjamin hak konsumen serta dilaksanakan kewajiban dari pelaku usaha pemerintah ikut
bertanggung jawab dalam praktik dan pengawasan, yang semua ini dilakukan agar pemenuhan hak dari konsumen mendapat perlindungan hukum yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan dari pengawasan sesuai dengan Pasal 29 ayat 4 UUPK antara lain:
a. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku
usaha dan konsumen; b.
Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; c.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan perkembangan di bidang perlindungan konsumen.
Dalam keterkaitan dengan kelancaran perlindungan konsumen pemerintah lebih mempercayakan pada lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
dengan memberikan informasi agar konsumen sadar akan haknya serta mewujudkan rasa kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang.
Mempersoalkan masalah uang kembalian menimbulkan masalah ilegal- political, di samping masalah hukum yang muncul karena uang menjadi alat tukar
yang sah hal ini juga mempunyai implikasi dengan kebanggaan nasional kita dalam pemakaian uang Rupiah. Oleh karena itu, pelaku retail mengimbau
pelanggan membayar dengan uang pas atau menggunakan uang logam dalam transaksi pembelian. Atau sebaliknya, menukarkan uang logam yang dimiliki di
pusat perbelanjaan retail.
60
B. Pertanggungjawaban Pelaku Usaha atas Pengembalian Uang Kembalian