Grafik 1. Hasil Estimasi Jerque Bera Normality Test Permintaan Kopi di Sumatera Utara.
1 2
3 4
5 6
7 8
-2000000 -1000000
1000000 Series: Residuals
Sample 1986 2005 Observations 20
Mean 1.68E-09
Median 179961.8
Maximum 1171492.
Minimum -1802112. Std. Dev.
751788.1 Skewness
-0.655383 Kurtosis
2.854026 Jarque-Bera
1.449511 Probability
0.484443
Sumber : Lampiran 8. Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, berdasarkan hasil estimasi uji JB-test
yang dilakukan, maka diperoleh besarnya nilai Jarque-Bera Normality JB-test sebesar 1,449511 dan bila dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
sebesar 2,58 dengan tingkat keyakinan 5, maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB-test lebih kecil dari
nilai X
2 tabel
JB-test hitung 1,449511 X
2 tabel
2,58. Dengan demikian dapat diartikan bahwa model empiris yang digunakan dalam analisa tersebut mempunyai
residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
4.6.2. Uji Multikolinearitas.
Uji multikolinearitas pertama sekali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch 1934, yang mengatakan bahwa suatu model regresi dikatakan menghadapi masalah
multikolinearitas bila terjadi hubungan linier yang perfect atau exact diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Maka akibatnya akan
mempersulit dalam melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan.
Kaidah rule of tumb yang lazim digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dalam model estimasi adalah dengan melihat nilai R
2
yang dihasilkan. Jika nilai R-Square R
2
yang dihasilkan berdasarkan estimasi model empiris sangat tinggi dan terdapat tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t-
statistik yang juga tinggi dan semua variabel bebas memiliki signifikansi yang diharapkan, biasanya menandakan tidak adanya multikolinearity. Pada tabel dibawah
ini ditampilkan hasil uji multikolinearity sebagai berikut :
Tabel 4. 4. Hasil Estimasi Uji Multikolinearity Koefisien Korelasi parsial. Variabel R
2
Qdc 0,969154 Pcd 0,943498
Pcde 0,952289 Pt 0,925453
Ps 0,907530 I 0,790583
Sumber : Lampiran 2 - 7. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai R
2
Qdc, C, Pcd, Pcde, Pt, Ps, I,, yaitu 0,969154 lebih besar dari pada nilai R
2
dalam regresi parsial yaitu; 0,943498, 0,952289, 0,925453, 0,907530, 0,790583, maka berdasarkan ketentuan
rule of thumb sebagai pedoman dengan menggunakan metode ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinearity.
4.6.3. Uji Autokorelasi.
Untuk mendiagnosa terjadinya korelasi serial autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Lagrange Multiplier Test LM-test, sebagai mana terlihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4. 5. Uji Autokorelasi Pada hasil Estimasi Permintaan Komoditi Kopi.
Jenis Uji Alat Uji
Obs R
2
Nilai Tabel X
2
Kesimpulan
Autokorelasi LM-test
12,41743 16,91
dalam model estimasi tidak ditemukan adanya
autokorelasi
Sumber : Lampiran 9. Pada tabel 4.5 diatas diperoleh besarnya nilai LM-test sebesar 12,41743 dan
bila dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
sebesar 16,91 pada tingkat kenyakinan 5, maka dapat disimpulkan bahwa nilai LM-test lebih kecil dari nilai X
2 tabel
R
2
12,41743 X
2 tabel
16,91. Dengan demikian hipotesis nol Ho diterima, artinya tidak ada autokorelasi antara permintaan komoditi kopi Qdc dengan harga kopi domestik
Pcd, harga ekspektasi kopi domestik Pcde, harga teh Pt, harga gula Ps dan pendapatan perkapita I.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil estimasi yang dilakukan diperoleh bahwa nilai R-Squared R
2
sebesar 0,969154, artinya variasi yang terjadi pada variabel permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara Qdc, dapat dijelaskan oleh variable-variabel harga kopi domestik Pcd, harga ekspektasi kopi domestik Pcde, harga teh Pt, harga gula
Ps, dan pendapatan perkapita I, sebesar 96,91 dan sisanya sebesar 3,09 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
2. Faktor-faktor yang signifikan yang mempengaruhi permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara ialah harga kopi domestik, harga ekspektasi kopi domestik, harga gula dan pendapatan per kapita.
3. Teh merupakan komoditi penting bagi masyarakat dan sebagai komoditi
substitusi terhadap komoditi kopi. Dimana jika harga teh meningkat maka permintaan komoditi kopi juga akan mengalami peningkatan atau sebaliknya.
4. Gula merupakan bahan penting bagi masyarakat, sebagai bahan komplementer
bagi kopi. Dimana jika harga gula mengalami peningkatan maka konsumen akan mengurangi tingkat konsumsi terhadap kopi sehingga permintaan terhadap
komoditi kopi akan berkurang dan sebaliknya.