4.4.2.3. Harga Gula.
Sesuai dengan hasil estimasi yang dilakukan bawah harga gula berpengaruh negatif sebesar 0,82 terhadap permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara. Artinya
jika harga gula mengalami kenaikan sebesar Rp.1 maka akan diikuti dengan penurunan permintaan akan komoditi kopi sebesar 0,82 Kg. Sesuai dengan hasil
estimasi diperoleh bahwa variabel harga gula Ps berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara, pada
α = 5 t. hitung 1,864 t. tabel 1,746. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan harga gula
dipasaran akan dapat menyebabkan terjadinya penurunan permintaan terhadap kopi di
pasaran. Gula dan kopi merupakan barang “komplementer”, dimana jika terjadi kenaikan harga pada salah satu barang tersebut kopi atau gula dapat menyebabkan
kenaikan harga barang lain sebagai komplemennya. Sementara itu Gultom 1996, menambahkan bahwa harga dapat
mempengaruhi permintaan pangan masyarakat karena terjadinya fluktuasi harga akan mengakibatkan terjadinya pergantian substitusi barang yang dikonsumsi. Dan
tingkat harga suatu barang sangat berpengaruh terhadap jumlah yang dibeli oleh seseorang, dimana semakin mahal harga barang tersebut maka jumlah yang dibeli
akan semakin berkurang ceteris paribus.
4.4.2.4. Pendapatan Perkapita.
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diketahui bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif sebesar 0,34 terhadap permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara. Berdasarkan hasil estimasi bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh positif dan nyata terhadap permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara
pada α = 5 t hitung 3,286 t tabel 1,746 atau pada tingkat keyakinan 95.
Artinya jika pendapatan perkapita meningkat sebesar Rp 1, maka permintaan akan komoditi kopi akan meningkat sebesar 0,344 Kg. Dan jika pendapatan seseorang
mengalami perubahan maka barang yang dimintanya juga akan mengalami perubahan. Menurut Sudarsono 1990, bahwa tingkat kemampuan membeli daya
beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu; pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang
dapat dibelanjakan oleh sesorang berubah maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian juga halnya dengan barang yang dikehendaki oleh konsumen
juga dapat berubah maka secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta oleh konsumen dapat diketahui
secara serentak. 4.5.
Elastisitas.
Model dinamik umumnya mempunyai permintaan yang berbeda untuk jangka panjang dan jangka pendek, demikian pula dengan elastisitasnya. Besarnya nilai
elastisitas tersebut dipengaruhi oleh koefisien penyesuaian adjustment coefficient dan faktor lainnya.
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh elastisitas harga permintaan price elasticity of demand dengan nilai – 0,93, artinya jika terjadi
penurunan harga kopi domestik di Sumatera Utara sebesar 1, maka akan mengakibatkan terjadinya kenaikan permintaan komoditi kopi sebesar 0,93 di
Sumatera Utara. Nilai elastisitas – 0,93 1 inelastis, menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan harga komoditi kopi tersebut tidak begitu mempengaruhi terhadap
kanaikan permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan juga diperoleh elastisitas silang
permintaan cross elasticity atas barang substitusi teh yang menggambarkan intensitas hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang lain
dengan nilai elastisitas 0,63, artinya jika terjadi kenaikan harga teh sebesar 1 maka dapat mengakibatkan kenaikan permintaan komoditi kopi sebesar 0,63 di Sumatera
Utara. Nilai elastisitas 0,63 1 inelastis, menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan harga teh dipasaran tidak begitu mempengaruhi naiknya permintaan
komoditi kopi di Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan juga diperoleh elastisitas pendapatan income elasticity yang menggambarkan intensitas hubungan antara
jumlah barang yang diminta dengan tingkat pendapatan konsumen masyarakat dengan nilai elastisitas 0,34, artinya jika terjadi kenaikan pendapatan perkapita
sebesar 1 maka dapat mengakibatkan kenaikan permintaan komoditi kopi sebesar
0,34 di Sumatera Utara. Nilai elastisitas 0,34 1 inelastis, menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan perkapita tidak begitu mempengaruhi
terhadap kenaikan permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara.
4.6.
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Pada Hasil Estimasi Permintaan Kopi.
4.6.1.
Uji Normalitas.
Untuk penerapan ordinary least square OLS untuk model regresi linier klasik diasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari gangguan mempunyai nilai
rata-rata yang diharapkan sama dengan nol. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti unbiased dan
mempunyai varian minimum. Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengatahui normal atau tidaknya faktor
pengganggu, yang dapat dideteksi melalui uji JB-test. Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan chi-square probability distribution.
Sebagai pedoman dalam uji normalitas dengan uji JB test ini adalah; jika nilai JB test hitung X
2
nilai X
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual adalah berdistribusi normal ditolak. Dan Jika nilai JB test hitung X
2
nilai X
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual adalah berdistribusi normal tidak
dapat ditolak Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan maka diperoleh JB-test
sebagaimana pada grafik berikut :
Grafik 1. Hasil Estimasi Jerque Bera Normality Test Permintaan Kopi di Sumatera Utara.
1 2
3 4
5 6
7 8
-2000000 -1000000
1000000 Series: Residuals
Sample 1986 2005 Observations 20
Mean 1.68E-09
Median 179961.8
Maximum 1171492.
Minimum -1802112. Std. Dev.
751788.1 Skewness
-0.655383 Kurtosis
2.854026 Jarque-Bera
1.449511 Probability
0.484443
Sumber : Lampiran 8. Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, berdasarkan hasil estimasi uji JB-test
yang dilakukan, maka diperoleh besarnya nilai Jarque-Bera Normality JB-test sebesar 1,449511 dan bila dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
sebesar 2,58 dengan tingkat keyakinan 5, maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB-test lebih kecil dari
nilai X
2 tabel
JB-test hitung 1,449511 X
2 tabel
2,58. Dengan demikian dapat diartikan bahwa model empiris yang digunakan dalam analisa tersebut mempunyai
residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
4.6.2. Uji Multikolinearitas.