Tingkatan Dismenore. Etiologi dan Patofisiologi Dismenore.

2.1.3 Tingkatan Dismenore.

- Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melakukan kerja sehari- hari, aktifitas biasa tidak terganggu. 1,5 Dismenore dapat dibagi berdasarkan intensitas dan tingkat keparahannya dalam 3 kategori : - Sedang :Diperlukan obat penghilang rasa nyeri analgesik untuk mengatasi nyeri, tanpa perlu meninggalkan pekerjaan. - Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri menjalar hingga ke pinggang, diare, dan rasa tertekan. Sehingga penderita tidak bisa beraktifitas normal saat haid.

2.1.4 Etiologi dan Patofisiologi Dismenore.

Etiologi dan patofisiologi dismenore belum sepenuhnya dimengerti. Meskipun demikian, berikut ini mungkin terlibat. Dismenore Primer. Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin endometrium. Senyawa ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada endometrium sekretorik dibandingkan endometrium fase proliferatif. Hiperaktifitas dari uterus pada wanita dengan dismenorea primer pertama kali dikemukakan pada tahun 1932. Peningkatan kadar PGF2α dalam darah menyebabkan kontraksi rahim dan vasokonstriksi yang mengakibatkan timbulnya Universitas Sumatera Utara nyeri berupa dismenore. Peningkatan kontraktilitas uterus bukan disebabkan perubahan kepekaan uterus meningkat terhadap PGF2α penderita dismenore. Kadar prostaglandin paling tinggi terjadi pada 2 hari pertama siklus haid. Skematik terjadinya dismenore primer diperlihatkan pada gambar 1. Gambar 1: Skema etiologi dismenore primer Penurunan kadar progesteron pada fase luteal akhir memicu aksi enzimatik litik, menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan aktivasi dari jalur COX siklooksigenase. Biosintesis dan metabolisme prostaglandin dan tromboksan berasal dari asam arakidonat digambarkan pada Gambar.2 Universitas Sumatera Utara Gambar 2 : Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien. PLseA2, phospholipase A2; LO, lipoxygenase; COX, cyclooxygenase; PG, prostaglandin; TxA2, thromboxane; LT, leukotriene. Bukti saat ini menunjukkan bahwa patogenesis dismenore primer diperankan prostaglandin F2alpha PGF2alpha, rangsangan miometrium yang kuat dan vasokonstriktor, di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenore mendukung pernyataan bahwa dismenore dimediasi oleh prostaglandin. Bukti substansial menunjukkan bahwa dismenore juga disebabkan kontraksi rahim yang berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium. Peningkatan kadar 1,9,10 Universitas Sumatera Utara prostaglandin ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenore dan berhubungan dengan derajat nyeri. 11,12 Kadar prostaglandin dapat meningkat 3 kali lipat pada endometrium dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruation.Peningkatan prostaglandin di endometrium yang diikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menyebabkan meningkatnya tonus otot dan kontraksi miometrium. 1 Leukotrien telah didalilkan meningkatkan sensitivitas nyeri serabut syaraf di dalam rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan di endometrium wanita dengan dismenore primer yang tidak merespon pengobatan dengan antagonis prostaglandin. 9,13,14 Hormon vasopressin mungkin terlibat dalam hipersensitivitas miometrium, menurunkan aliran darah rahim berkurang, dan mempengaruhi nyeri pada dismenore. Vasopressin primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. 10,15,16 Hipotesis neuronal juga diduga sebagai patogenesis dismenore primer. Tipe C neuron nyeri distimulasi oleh metabolit anaerob yang dihasilkan oleh endometrium iskemik. 13 Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan psikologis.Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun tetap harus dipertimbangkan jika terapi medikamentosa gagal. 12,13 Universitas Sumatera Utara Dismenore Sekunder. 1,9,10,17 Sejumlah faktor mungkin terlibat dalam patogenesis dismenore sekunder. Patologi pelvis berikut ini dapat menyebabkan dismenore : • Endometriosis • Penyakit radang panggul • Kista dan tumor ovarium • Fibroid • Uterine polip • Adhesi intrauterine, dll Hampir setiap proses yang dapat mempengaruhi visera pelvis dapat menghasilkan nyeri panggul siklik dengan intensitas nyeri yang berbeda- beda.Berat ringannya nyeri tergantung dari kelainan ginekologis yang mendasari dan faktor psikis penderita. Ada banyak hal yang mempengaruhi intensitas nyeri haid seperti awal usia saat menarche,haid yang panjang, jumlah darah haid yang banyak, merokok, ada riwayat keluarga dismenore, akan dapat memperberat dismenore. 16

2.1.5. Epidemiologi.