xlii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Kondisi perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan mengalami perkembangan yang cukup menarik. Pada awal tahun 1960, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tercatat 2 per tahun dan pada peride tahun 1984-1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan di atas 6 per tahun.
Dalam tahun 19881989, Neraca Pembayaran Internasional menunjukkan perkembangan yang cukup mantap. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya
ekspor non migas dan terutama pada barang-barang manufaktur. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997
berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 13,1. Hai ini terlihat pada posisi neraca transaksi berjalan yang selalu defisit dari tahun ke
tahun. Disamping itu, kondisi makroekonomi Indonesia juga semakin kacau dengan meningkatnya inflasi yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran
di Indonesia, lemahnya posisi sektor riil dan ;ain-lain. Sehingga keadaan perekonomian Indonesia semakin parah.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia
menekan laju inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6 melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI. Pada saat itu diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan
terserap oleh bank-bank umum akibat dari tingkat suku bunga perbankan yang
Universitas Sumatera Utara
xliii
juga ikut naik. Sehingga pada tahun 1999 inflasi mulai dapat di kendalikan dan PDB Indonesia tumbuhsebesar 0,8.
Sedangkan perekonomian makro Indonesia di tahun 2002 tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi global yang masih ditandai oleh melemahnya
perekonomian di negara-negara besar seperti: Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dengan adanya permasalahan struktural, secara keseluruhan selama tahun
2002 perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 4,2 dan masih bertumpu pada konsumsi, sementara peranan investasi dan ekspor dalam
mendorong pertumbuhan masih terbatas. Terbatasnya investasi sebagai motor penggerak utama tersebut disebabkan masih ada berbagai masalah dasar di sektor
riil, masih tinggi resiko dan ketidakpastian dalam perekonomian, serta pembiayaan investasi akibat belum pulihnya intermediasi perbankan,
meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik minat investasi asing dan mulai menurunnya daya saing Indonesia berakibat memperburuk kinerja ekspor.
Kemudian pada tahun 2003 sampai tahun 2008, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,5.
4.1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi di indonesia juga mengalami banyak perubahan selama dekade 1970an dan 1980an, proses pembangunan di Indonesia mengalami
banyak hambatan yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah internasional menjelang pertengahan tahun
1980an dan adanya resesi ekonomi dunia. Pada pertengahan dekade 1980an
Universitas Sumatera Utara
xliv
pemerintah mulai menghilangkan hambatan terhadap aktivitas ekonomi. Kebijakan ini ditujukan terutama pada sektor eksternal dan finansial, dan
dirancang untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan di bidang ekspor non migas.
Gambar 4.1: Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tahun 1970 – 2007.
Pertumbuhan ekonomi di ukur dengan perubahan Produk Domestik Bruto setiap tahunnya. Sejak tahun 1986 hingga tahun 1989, tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang di ukur melalui PDB terus menerus mengalami peningkatan, yaitu dari 5,9 di tahun 1986 menjadi 7,5 di tahun 1989. Pada
tahun 1990 dan tahun 1991, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1992-1997 mendekati angka 7
juga.
Universitas Sumatera Utara
xlv
Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi -13,1. Namun, sejak tahun 1999 perekonomian Indonesia mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi bertambah 0,8, tahun 2000 sekitar 4,9, tahun 2001 sekitar 3,5, dan tahun 2002
bertambah menjadi 4,2. Peningkatan pertumbuhan ini memberikan harapan kepada bangsa
Indonesia agar bisa keluar dari krisis ekonomi, walaupun pertumbuhan masih berada di bawah target yang diinginkan. Hal ini memperlihatkan pemulihan
perekonomian Indonesia sudah berjalan menuju apa yang di harapkan.
Tabel 4.1 PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku tahun 1970-2007
Tahun PDB
Rp Milyar
Laju Pertumbuhan
Ekonomi Tahun PDB
Rp Milyar
Laju Pertumbuhan
Ekonomi
1970 3339.7
- 1989
167494.7 7,5
1971 3793.9
6,9 1990
197721 7,2
1972 4548
7,8 1991
227162.8 7,0
1973 6605
8,1 1992
260786.3 6,5
1974 10708
7,6 1993
382219.7 6,5
1975 12642.5
5,0 1994
379209.4 7,5
1976 15466.7
6,9 1995
454514.1 8,2
1977 19010.7
8,8 1996
532630.8 7,8
1978 21967.4
6,8 1997
672695.5 4,7
1979 32025.4
7,3 1998
955753.5 - 13,1
1980 45445.7
9,9 1999
1109980 0,8
Universitas Sumatera Utara
xlvi
1981 54027
7,9 2000
1264919 4,9
1982 59632.6
2,2 2001
1467655 3,5
1983 73697.6
4,2 2002
1610565 4,2
1984 85914.4
7,0 2003
1786691 4,6
1985 96066.4
2,5 2004
2273142 4,9
1986 102545.9
5,9 2005
2774281 5,6
1987 124538.9
4,9 2006
3339480 5,5
1988 142104.8
5,8 2007
3957404 6,3
Sumber : Bank Indonesia Dalam Angka 2008. Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat PDB Indonesia berdasarkan harga
berlaku mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970, PDB Indonesia tercatat sebesar Rp. 3,33 triliun dan menjadi Rp. 45,44 triliun di tahun
1980. Pada tahun 1997, PDB Indonesia sebesar Rp. 627,69 triliun. Setahun kemudian menjadi sebesar Rp. 955,75 triliun. Produk Domestik Bruto Indonesia
berdasarkan harga berlaku pada tahun 2002 menjadi Rp. 1.610,56 triliun. Hal ini menunjukkan secara perlahan-lahan Indonesia berusaha memperbaiki kondisi
perekonomiannya. Dengan meningkatnya PDB, maka diharapkan akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sehingga Indonesia dapat memiliki
pembangunan ekonomi yang sehat. Selanjutnya pada tahun 2005 nilai PDB Indonesia sebesar Rp. 2.774,28
triliun, dengan pertumbuhan mencapai 22,04 dibanding tahun 2004. Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan terbaik selama periode
2007 hingga semester I-2008 sejak krisis 1997-1998. Pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
xlvii
mencapai 6,3 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 6,4 selama semester I- 2008.
4.1.2 Perkembangan Ekspor di Indonesia
Perkembangan ekspor di Indonesia mengalami pola yang terus menerus berubah setiap tahunnya. Pada tahun 1970, ekspor Indonesia 1,1 milyar US dan
mengalami peningkatan sebesar 125,5 juta US pada tahun 1971. Peningkatan pertumbuhan ekspor Indonesia terjadi dari tahun ke tahun. Namun, pada tahun
1975, pertumbuhan ekspor menurun sebesar 4,36. Begitu juga pada tahun 19971998, ekspor Indonesia juga mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi pada saat itu yang menyebabkan penurunan kinerja ekspor Indonesia. Penurunan nilai tukar rupiah
yang tajam disertai dengan terputusnya akses ke sumber dana luar negeri menyebabkan turunnya kegiatan produksi secara drastis sebagai akibat tingginya
ketergantungan produsen domestik pada barang dan jasa impor. Para pengusaha mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang
segera harus dipenuhinya. Pemutusan hubungan kerja juga sangat mewarnai ekonomi Indonesia pada saat itu sebagai dampak semakin banyaknya perusahaan
mengurangi aktivitas, atau bahkan menghentikan produksinya.Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan
atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa.
Universitas Sumatera Utara
xlviii
Gambar 4.2 : Perkembangan Ekspor Indonesia, Tahun 1970 – 2007. Ekspor non migas lebih mendominasi pertumbuhan ekspor di Indonesia
bila dibandingkan dengan ekspor migas. Pada tahun 2000, ekspor non migas Indonesia sebesar 47,75 milyar US , sedangkan ekspor migasnya sebesar 14,36
milyar US . Begitu juga pada tahun 2003, peningkatan ekspor non migas di dorong oleh peningkatan ekspor mesin-mesinpesawat mekanik sebesar 135,1 juta
US . Ekspor migas justru turun sebesar 7,45. Ini menjelaskan bahwa ekspor non migas lebih berperan dari pada ekspor migas. Perkembangan ekspor di
Indonesia pada tahun 1970 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.2 Perkembangan Ekspor Indonesia tahun 1970-2007
Tahun Ekspor
Pertumbuhan Ekspor
Tahun Ekspor
Pertumbuhan Ekspor
Rp Milliar Rp
Milliar
Universitas Sumatera Utara
xlix
1970 1108.1
- 1989
22158.9 15,29
1971 1233.6
11,33 1990
25675.3 15,86
1972 1777.7
44,10 1991
29142.4 13,50
1973 3210.8
80,61 1992
33967 16,55
1974 7426.3
90,03 1993
36823 8,40
1975 7102.5
-4,36 1994
40053.4 8,77
1976 8546.5
20,33 1995
45418 13,39
1977 10852.6
26,98 1996
49814.8 9,68
1978 11643.2
7,28 1997
53443.6 7,28
1979 15590.1
33,89 1998
48847.6 -8,59
1980 23950.4
53,63 1999
48665.4 -0,37
1981 25164.5
5,06 2000
62124 27,65
1982 22328.3
-11,27 2001
56320.9 -9,34
1983 21145.9
-5,29 2002
57158.8 1,48
1984 21887.8
3,50 2003
61058.2 6,82
1985 18586.7
15,08 2004
71584.6 17,23
1986 14805
-20,34 2005
85660 19,66
1987 17135.6
15,74 2006
100798.6 17,67
1988 19218.5
12,15 2007
114100.9 13,19
Sumber : Bank Indonesia dalam Angka 2008. Pada tabel 4.4 di atas menunjukan ekspor yang selalu mengalami
perubahan setiap tahunnya. Pada tahun 1978 tercatat sebesar 11,64 milyar US dan menjadi 25,67 milyar US di tahun 1990. Kemudian pada tahun 2003
pertumbuhan ekspor meningkat sebesar 6,82 dari tahun 2002. Laju pertumbuhan ekspor yang tinggi dapat memperbesar proporsi dari nilai ekspor
atau perdagangan luar negeri di dalam pembentukan PDB.
Universitas Sumatera Utara
l
Berdasarkan data diatas dapat dilihat nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar 136,76 milyar US meningkat sebesar 19,86 dibanding ekspor dari tahun
sebelumnya. Sedangkan ekspor non migas mencapai 107,8 milyar US atau meningkat 17,16. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir
menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan 2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas lebih
disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi
penurunan permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai dampak melemahnya perekonomian di tahun 2008.
4.1.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia
Realisasi pengeluaran pemerintah pusat dan daerah adalah seluruh pengeluaran negara yang dianggarkan pada APBN dan telah direalisasikan.
Realisasi pengeluaran ini digunakan untuk belanja rutin, pengeluaran pembangunan dan pengeluaran untuk daerah yang jumlahnya dapat berbeda
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN.
Tabel 4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia tahun 1970-2007
Tahun pengeluaran
pemerintah Tahun
pengeluaran pemerintah
Universitas Sumatera Utara
li
Rp. Milliar Rp. Milliar
1970 458
1989 38165
1971 545
1990 49450
1972 736
1991 51992
1973 1164
1992 60511
1974 1978
1993 68718
1975 2730
1994 72343
1976 3684
1995 82353
1977 4306
1996 98513
1978 5299
1997 131545
1979 8076
1998 245192
1980 11716
1999 231900
1981 13918
2000 221400
1982 14356
2001 341600
1983 18311
2002 322200
1984 19381
2003 378800
1985 22825
2004 435700
1986 21891
2005 509419
1987 26959
2006 669800
1988 32990
2007 752373
Sumber : Bank Indonesia dalam Angka 2008
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2000 total realisasi pengeluaran pemerintah mengalami penurunan menjadi Rp. 221.400
milliar dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 231.900 milliar. Hal ini disebabkan karena kondisi internal dimana masih tingginya resiko dan
Universitas Sumatera Utara
lii
ketidakpastian dan berlanjutnya berbagai permasalahan dalam negeri yang terkait dengan restrukturisasi hutang. Sehingga mengakibatkan menurunnya kepercayaan
dunia usaha untuk melakukan kegiatan produksi dan investasi. Maka pemerintah menurunkan pengeluaran pembangunan sebesar Rp. 19,4 triliun dibanding tahun
sebelumnya. Walaupun demikian, pada tahun 2001 realisasi pengeluaran total
pemerintah kembali meningkat menjadi Rp. 341.600 milliar sekitar 12,27 bila dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2002, realisasi pengeluaran
pemerintah menunjukan penurunan menjadi Rp. 322.200 milliar. Rasio pengeluaran pemerintah yang disumbangkan terhadap PDB pada tahun 2001
sebesar 23,6. Sedangkan pada tahun 2002, rasio yang disumbangkan terhadap PDB mengalami sedikit penurunan menjadi 21,39 bila dibandingkan dengan
tahun lalu. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2001 merupakan masa dimulainya penerapan desentralisasi atau otonomi daerah. Sehingga pemerintah
mengalokasikan sumber daya dalam jumlah besar pada daerah-daerah yang lebih miskin sebagai upaya untuk menyeimbangkan disparitas di negeri ini. Pada saat
itu terjadi kenaikan alokasi pengeluaran untuk daerah menjadi Rp. 98.200 milliar setelah terjadi otonomi daerah. Realisasi dalam pengeluaran rutin menjadi
menurun dari Rp. 218.900 menjadi Rp. 186.700 milliar dan pengeluaran pembangunan menurun dari Rp. 41,600 milliar menjadi Rp. 37,300 milliar.
Perkembangan belanja negara secara nominal juga terus mengalami peningkatan dari Rp. 322.200 milliar pada tahun 2002 menjadi Rp. 376.500
milliar pada tahun 2003. Peningkatan ini terutama dalam upaya perbaikan kesejahteraan aparatur pemerintah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
liii
pemberian stimulus fiskal secara terbatas pada perekonomian dan peningkatan alokasi anggaran ke daerah sejalan dengan pelaksanaan kebijakan desentralisasi
fiskal.
Gambar 4.3 : Perkembangan pengeluaran pemerintah di Indonesia, 1970 – 2007 Pada tahun 2005, arah kebijakan fiskal secara umum bersifat ekspansif
seperti tercermin dari perkembangan defisit anggaran yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2001- 2005 arah kebijakan defisit anggaran pemerintah
dilakukan melalui konsolidasi fiskal yang ditunjukkan oleh defisit dari sebesar 2,4 terhadap PDB pada 2001 menjadi 0,5 pada 2005. Sedangkan pada tahun
2006 dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi arah kebijakan defisit mengalami perubahan orientasi menjadi stimulus melalui peningkatan target
defisit yaitu sebesar 0,9 terhadap PDB. Kebijakan defisit APBN yang cenderung terus meningkat berlanjut pada tahun 2007 menjadi sebesar 1,3 PDB.
Universitas Sumatera Utara
liv
Selama lebih dari 10 tahun terakhir telah terjadi transformasi yang luar biasa pada pengelolaan dan pengalokasian berbagai sumber daya publik. Terdapat
tiga momen penting yang perlu diperhatikan: 1.
1997-1998 – Masa krisis ekonomi. Ekonomi lesu, pengeluaran publik turun. Hutang dan subsidi meningkat, sementara itu pengeluaran
pembangunan menurun tajam. 2.
2001 – Desentralisasi. Sepertiga pengeluaran pemerintah pusat dialihkan ke daerah.
3. 2006 – Dana sebesar US15 milyar untuk dialokasikan kembali.
Pengurangan subdisi bahan bakar minyak BBM memberikan peluang untuk dialokasikan kembali. Jumlah hutang menurun sampai di bawah
40 dari PDB, pengeluaran agregat meningkat sampai dengan 20 , dan transfer dana ke pemerintah daerah meningkat menjadi sebesar 32.
Tabel berikut memberikan gambaran perkembangan pengeluaran pemerintah di Indonesia selama periode 1970-2007 .
4.1.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia
Angka inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas ekonomi selalu menjadi pusat perhatian orang. Inflasi menggambarkan gejolak ekonomi dan
selalu mengikuti perjalanan sebuah perekonomian Negara yang berkembang dan dinamis. Inflasi bisa muncul jika suatu permintaan lebih tinggi dibandingkan
penawaran dan juga karena factor lainnya. Naik turunnya angka ini
Universitas Sumatera Utara
lv
menggambarkan seberapa besar kemampuan daya beli masyarakat terhadap barang barang dipasaran
Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesai tahun 1970-2007
Sumber : Bank Indonesia dalam Angka 2008.
Tahun Inflasi
Tahun Inflasi
1970 9.8
1989 5.97
1971 2.5
1990 9.53
1972 25.8
1991 9.52
1973 27.3
1992 4.94
1974 33.3
1993 9.77
1975 19.7
1994 9.24
1976 14.2
1995 8.64
1977 11.8
1996 6.47
1978 6.7
1997 11.05
1979 21.8
1998 77.63
1980 15.9
1999 2.01
1981 7.1
2000 9.53
1982 9.7
2001 12.55
1983 11.5
2002 10.03
1984 8.7
2003 5.06
1985 4.3
2004 6.4
1986 8.8
2005 17.11
1987 8.9
2006 6.6
1988 5.47
2007 6.59
Universitas Sumatera Utara
lvi
Tabel diatas memberikan gambaran perkembangan inflasi di Indonesia selama periode 1970-2007. Besar kecilnya laju inflasi di Indonesia tidak terlepas
dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah, meningkatnya inflasi dunia, dan penyesuaian terhadapa harga BBM.
Tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 1970 sampai 2007 sangat berfluktuasi. Khususnya pada tahun 1998, dimana tingkat inflasi nya tertinggi
yaitu 77,63. Inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,01. Pada tahun 1986-1987 inflasi terjadi karena tingginya ketergantungan
impor untuk memenuhi kebutuhan industri substitusi impor di Indonesia dan juga terjadinya devaluasi. Pada tahun 1990-1997 inflasi terjadi karna adanya kenaikan
harga BBM yang mendorong meningkatnya harga barang-barang lainnya. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63.
Krisis moneter yank berkepanjangan dan keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengambil uangnya di
bank bank rush dan akibatnya jumlah uang beredar bertambah. Fluktuasi inflasi yang tinggi selama tahun 1998-1999 disebabkan oleh kondisi ekonomi dan social
politik yang tidka menentu, terutama semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia dan juga terkait dengan serangkaian kebijakan pemerintah seperti pencabutan
subsudi BBM dan kenaiakn tarif dasar listrik TDL.
Universitas Sumatera Utara
lvii
Grafik 4.4 : Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia tahun 1970-2007.
Dari gambar diatas dapat dilihat setelah tahun 1998 tingkat inflasi mulai menurun yang mengindikasikan perbaikan dalam perekonomian Indonesia.
Berbagai kebijakan pemerintah pasca krisis ekonomi serta ketersediaannya berbagai kebutuhan pokok mendorong hal ini.
Setelah tahun 1999, kondisi perekonomian mulai membaik, terbentuknya pemerintahan yang baru hasil pemilu 1999 tersebut telah memunculkan kembali
ekspektasi yang positif di masyarakat terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Pada tahun 2003, tingkat inflasi mencapai mencapai titik terendah selama enam
tahun terakhir 1998-2003 yang disebabkan membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan situasi perekonomian yang stabil.
Angka inflasi sebagai salah satu indicator stabilitas ekonomi selalu menjadi pusat perhatian orang. Inflasi menggambarkan gejolak ekonomi dan
Universitas Sumatera Utara
lviii
selalu mengikuti perjalanan sebuah perekonomian Negara yang berkembang dan dinamis. Inflasi bisa muncul jika suatu permintaan lebih tinggi dibandingkan
penawaran dan juga karena faktor lainnya. Naik turunnya angka ini menggambarkan seberapa besar kemampuan daya beli masyarakat terhadap
barang barang dipasaran.
4.2 Analisi Data 4.2.1 Hasil Uji Akar Unit Unit Root Test