santapan empuk oleh scammer perusahaan pialang palsu, khususnya perusahaan- perusahaan yang Ilegal dan yang tidak memiliki kepastian hukum.
163
Dalam hukum perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 1866 KUH Perdata dan Pasal 164 HIR, alat bukti terdiri atas bukti tertulis, bukti saksi, persangkaan,
D. Mekanisme Penyelesaian Klaim
Dengan berkembangnya kecanggihan teknologi internet hampir mendorong hampir semua jenis industri seperti manufaktur, industri keuangan,
dan sebagainya menggunakan internet dalam beraktivitas transaksi yang tentu saja lebih efisien dalam penggunaan waktu dan biaya. Begitu juga dengan hadirnya
perdagangan forex ini dapat memberi keuntungan profit nasabah investor dan juga sebaliknya, dapat memberikan kerugian terhadap nasabah investor itu
sendiri. Namun dalam melakukan transaksinya terdapat kelemahan dan kekurangan apabila dihadapkan pada masalah alat bukti di pengadilan.
Apabila didalam perjanjian antara perusahaan pialang dengan nasabah dalam transaksi forex margin trading, dimana salah satu pihak wanprestasi maka
timbul permasalahan. Penyelesaian permasalahan selalu berkaitan dengan apa yang menjadi alat bukti dalam transaksi, sebagai akibat transaksi melalui media
elektronik. Ini dikarenakan penggunaan dokumen atau data elektronik sebagai akibat transaksi melalui media elektronik, belum secara khusus diatur dalam
hukum acara yang berlaku, baik dalam hukum acara perdata maupun dalam hukum acara pidana.
163
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pengakuan, dan sumpah. Selanjutnya dalam Pasal 1867 KUH Perdata ditentukan bahwa pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau tulisan di
bawah tangan. Pengertian ”tulisan” dalam Pasal tersebut dipastikan dalam bentuk tertulis diatas kertas.
Dalam hal perlindungan nasabah investor berkaitan dengan perlindungan konsumen maka perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian
atau kesalahan yang telah terjadi dalam pengelolaan transaksi tersebut sehingga terjadi kerugian yang dialami oleh nasabah. Oleh karena itu perusahaan pialang
berjangka dalam hal ini PT. Inter Pan Pasifik Futures disebut juga sebagi pelaku usaha mempunyai tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kerugian
nasabah, sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1999.
Apabila yang dipermasalahkan adalah perusahaan pialang berjangka yang seyogianya sebagai mediator antara nasabah Perdagangan Bursa Berjangka
Komoditi
164
Tanpa mengurangi hak para Pihak untuk menyelesaikan perselisihan perdata yang berkaitan dengan Perdagangan berjangka di pengadilan atau
melalui arbtrase. Setiap perselisihan wajib diupayakan terlebih dahulu penyelesaiannya melalui
maka sebagaimana dalam wewenangnya dalam Pasal 61 Undang- undang No.32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka maka penyelesaian
masalah tersebut dapat diselesaikan dengan penyelesaian perselisihan perdata, yaitu :
164
Wawancara dengan Bapak Beni selaku Wakil Pialang pada PT. Inter Pan Pasifik Futures, Medan. Pada hari Jumat, tanggal 12 Februari 2010, Pukul 15.00 Wib. Di kantor PT. IPPF,
Medan.
Universitas Sumatera Utara
a. musyawarah untuk mencapai mufakat diantara Pihak yang berselisih;
atau b.
pemanfaatan sarana yang disediakan Oleh Bappebti danatau Bursa Berjangka apabila musyawarah untuk mencapai mufakat, sebagimana
dimaksud pada huruf a, tidak tercapai
165
Berikut penjelasan dari Pasal 61 Undang-undang No. 32 Tahun 1997, yaitu : .
Perselisihan yang terjadi dalam kegiatan Perdagangan berjangka perlu diselesaiakan dengan cepat dan murah. Langkah pertama yang harus
ditempuh adalah musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak tercapai mefakat, langkah berikutnya adalah menggunakan sarana yang
disediakan oleh Bappebti danatau Bursa Berjangka seperti komite lantai, komite keanggotaan, dan komite pelaksanaan Perdagangan bussiness
conduct committee
. Putusan yang diambil dapat berbentuk ganti rugi atau berbentuk lain sesuai dengan fakta yang ditemukan dalm proses
penyelesaian tersebut
166
Apabila nasabah tidak menerima keadaan yang menimpa dirinya karena kerugian maka mereka berhak untuk mengajukan gugatan. Gugatan yang
biasanya digunakan ialah perdata class action, tetapi dapat juga dilakukan perdata secara perorangan, sesuai dengan Pasal 46 ayat 1 Undang-undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen. Gugatan ini dapat diajukan oleh lembaga .
Penggunaan sarana arbitrase merupakan pilihan sukarela para Pihak, yang putusannya bersifat final dan mengikat para Pihak yang berselisih.
Dalam Pasal 62 Undang-undang No.32 Tahun 1997 daikatakan bahwa ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan perdata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61, diatur lebih lanjut denganb Peraturan Pemerintah.
165
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi, Pasal 61.
166
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi, Penjelasan Pasal 61.
Universitas Sumatera Utara
perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah dan atau instansi terkait. Class action adalah jika dilakukan gugatan maka tidak perlu seluruh
nasabah mengajukan gugatan ke pengadilan akan tetapi cukup perwakilan. Pada sistem ini, seluruh kasus nasabah yang dianggap sebagai suatu kesatuan sesuai
dengan proporsi masing-masing bagian nasabah.
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1865 KUH Perdata dapat dikatakan setiap pihak mendalilkan adanya suatu hak, bahwa konsumen harus
dapat membuktikan
167
Dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999, beban pembuktian tersebut dibalikan menjadi beban dan tanggung jawab pelaku usaha. Pembuktian ini diatur
dalam Pasal 22 dan Pasal 28, dengan demikian, selama pelaku usaha tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang terletak pada
pihaknya, maka demi hukum pelaku usaha bertanggung jawab dan wajib mengganti kerugian yang diderita tersebut.
:
1konsumen secara aktual telah mengalami kerugian. 2konsumen harus membukt ikan bahwa kerugian tersebut terjadi karena
akibat dari penggunaan, pemanfaatan, atau pemakaian barang danatau jasa tertentu yang tidak layak.
3Bahwa ketidaklayakan itu merupakan tanggung jawab pelaku usaha tertentu.
4Konsumen tidak berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung atas kerugian yang dideritanya.
167
Kitab Undang-undang Perdata, Pasal 1865
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian Undang-undang Perlindungan Konsumen dirasakan belum memadai untuk melindungi kepentingan nasabah. Nasabah seringkali
masih dirugikan. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pembentuk kebijakan harus membuat suatu peraturan perundang-undangan khusus mengenai transaksi forex
margin trading . Peraturan operasional tersebut dapat memuat batasan-batasan
perjanjian yang berkaitan dengan isi klausula baku dalam perjanjian dalam transaksi forex baik antara perusahaan pialang berjangka maupun dengan nasabah,
jaminan dana kompensasi nasabah, jaminan perlindungan nasabah, dan masalah pertanggungjawaban bagi perusahaan suatu pihak. Prinsip pengaturan dalam
transaksi forex margin trading nantinya dapat menjaminm tingkat perlindungan yang sama kepada nasabah investor. Selain itu, prinsip tersebut sebaiknya tidak
menghambat pertumbuhan dan inovasi peluang melakukan bisnis melalui internet, bahkan harus meningkatkan manfaatn
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang terdapat dalam bab-bab sebelumnya, maka pada sub bab ini penulis mencoba untuk memberikan beberapa kesimpulan.
Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Dasar hubungan hukum antara Perusahaan Pialang Berjangka dengan
NasabahInvestor dalam transaksi forex margin trading adalah perjanjian. Bentuk perjanjian ini berlandaskan pada ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH
Perdata mengenai asas kebebasan berkontrak dan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian. Setiap nasabah yang ingin
mendapatkan fasilitas dalam bertransaksi harus membuat suatu perjanjian dengan pihak pialang berjangka terlebih dahulu. Perjanjian pialang berjangka
dengan nasabah investor berbentuk formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat. Isi perjanjiannya sudah terlebih dahulu direncanakan
oleh pihak pialang berjangka. Maka nasabah tidak dapat menolak isi perjanjian tersebut, baik sebahagian ataupun keseluruhan dari isi perjanjian.
Karena isi perjanjian pialang berjangka dengan nasabah ini dibuat tanpa melalui proses negosiasi. Meskipun demikian, perjanjian pialang berjangka
dengan nasabah harus disepakati dan dilaksanakan oleh masing-masing pihak karena telah mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Sehingga masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban
Universitas Sumatera Utara