Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Pada Satuan Kerja (SATKER) Di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN

KERJA (SATKER) DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

OLEH

BERNARD PAULINUS M. TAMBUNAN 090522147

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Pencetakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN AKUNTANSI PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : BERNARD PAULINUS M. TAMBUNAN

NIM : 090522147

Program Studi : AKUNTANSI

Konsentrasi : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Judul : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DI

LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

Tanggal : Mei 2012 Ketua Program Studi

Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. NIP 19670904 199403 1 004

Tanggal : Mei 2012 Ketua Departemen

Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak. NIP 19580222 198203 1 003


(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA (SATKER) DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna

menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2012

Bernard Paulinus M. Tambunan NIM. 090522147


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis variabel - variabel yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Variabel - variabel yang menjadi subjek penelitian adalah pelaksanaan rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pelaksanaan rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software aplikasi SPSS versi 18 untuk pengolahan data. Penelitian dilaksanakan dengan melibatkan 60 responden yang berasal dari satker di lingkungan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa secara bersama – sama rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta sarana dan prasaran pendukung berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Pada pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara parsial juga berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Kata Kunci : Kualitas Laporan Keuangan, Rekonsiliasi Data, Kompetensi SDM, serta Sarana dan Prasarana Pendukung.


(5)

ABSTRACT

The study was implemented to analyze the variables that affect the quality of financial reporting on the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency. Variables which is the subject of research is the implementation of data reconciliation, HR competencies, and the availability of facilities and infrastructure.

The hypothesis in this study is the implementation of data reconciliation, HR competencies, and the availability of facilities and infrastructure, positively affected the quality of financial statements. Hypothesis testing using the method of multiple linear regression analysis using SPSS version 18 as the software applications for the processing data. The experiment was conducted with the involvement of 60 respondents who come from Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency Region I.

Based on the results of processing data with multiple linear regression analysis, it is known that simultaneously, hypothesis testing showed that together reconciliation of data, HR competencies, as well as facilities and infrastructure positively affected the quality of the financial statements. In the second hypothesis testing also indicates that partially also positively affected the quality of financial statements.

Keywords : Quality of Financial Reports, Reconciliation of Data, HR Competencies, and Facilities and Infrastructure Support.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, pertolongan, kemudahan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan pada Satuan Kerja (Satker) di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika”. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda H. F. Tambunan dan Ibunda Clara Manurung, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa dengan penuh keikhlasan.

Penulis dapat menjalankan segala aktivitas perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini karena bantuan doa, motivasi, dan bimbingan dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi. Ak., selaku Ketua Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera.

5. Ibu Mutia Ismail, MM. Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Erlina, S.E., M.Si., Ph.D., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya, memberikan masukan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(7)

8. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Saudara – saudaraku Abang Benediktus Tambunan, S.Sos., Kakak Melva Tambunan, S.S., Abang Daniel Tambunan, A.Md., Kakak Tiurma Sitio, S.E. serta keluarga yang tak dapat penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih atas perhatian dan dukungannya.

10.Rekan – rekan seperjuangan di Universitas Sumatera Utara khususnya Albert Fadjar Sebayang, Evie Nurlolo Sibarani, Mardi Abas, Marlia Lidwina Sagala, Rismauli Sialagan, serta teman – teman lainnya, yang tak dapat penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih untuk perhatian dan dukungannya.

11.Seluruh responden yaitu para petugas SAI di lingkungan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I, yang telah bersedia meluangkan waktu mengisi kuesioner yang dibagikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca, yang dapat berguna untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Mei 2012 Penulis,

Bernard Paulinus M. Tambunan NIM. 090522147


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

BAB II ...7

TINJAUAN PUSTAKA ...7

1.1. Uraian Teoritis ...7

1.1.1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) ...7

1.1.1.1. Ruang Lingkup SAPP ...7

2.1.1.2. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ... 10

2.1.1.3. Ciri – Ciri Pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ... 10

2.1.1.4. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ... 12

2.1.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) ... 13

2.1.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) ... 14

2.1.2.2. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)... 15

2.1.2.3. Penanggung Jawab Unit Akuntansi Keuangan/Barang ... 15

2.1.3. Rekonsiliasi Data ... 17

2.1.3.1. Definisi Rekonsiliasi ... 17

2.1.3.2. Dasar Hukum Rekonsiliasi ... 18


(9)

2.1.3.4. Sanksi Keterlambatan Rekonsiliasi ... 45

2.1.4. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)... 46

2.1.4.1. Defenisi Kompetensi ... 46

2.1.4.2. Sumber Daya Manusia (SDM)\ ... 48

2.1.4.3. Kompetensi yang Dibutuhkan ... 49

2.1.4.4. Manfaat Kompetensi ... 51

2.1.5. Sarana dan Prasarana Pendukung ... 53

2.1.5.1. Pengertian Sarana dan Prasarana ... 53

2.1.5.2. Teknologi Informasi ... 55

2.2. Kerangka Konseptual ... 56

2.3. Perumusan Hipotesis ... 59

BAB III ... 60

METODE PENELITIAN ... 60

3.1. Jenis Penelitian ... 60

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

3.3. Batasan Operasional ... 61

3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 61

3.4.1. Kualitas Laporan Keuangan ... 61

3.4.2. Rekonsiliasi Data ... 61

3.4.3. Kompetensi SDM... 62

3.4.4. Sarana dan Prasarana Pedukung ... 62

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian... 64

3.6. Jenis Data ... 65

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 65

3.8. Metode Analisis Data ... 66

3.8.1. Uji Kualitas Data ... 66

3.8.1.1. Uji Validitas ... 67

3.8.1.2. Uji Reliabilitas ... 67

3.8.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 68

3.8.2.1. Uji Normalitas ... 68


(10)

3.8.3. Pengujian Hipotesis ... 69

3.8.3.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 69

3.8.3.2. Uji F ... 69

3.8.3.3. Uji t ... 70

BAB IV ... 72

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 72

4.1. Hasil Penelitian ... 72

4.1.1. Karakteristik Responden... 72

4.1.2. Uji Kualitas Data ... 74

4.1.2.1. Uji Validitas ... 74

4.1.2.2. Uji Reliabilitas ... 76

4.1.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 77

4.1.3.1. Uji Normalitas ... 77

4.1.3.2. Uji Multikolinearitas ... 80

4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 81

4.1.4.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 81

4.1.4.2. Uji F ... 82

4.1.4.3. Uji t ... 83

4.2. Pembahasan ... 86

4.2.1. Pengaruh Rekonsiliasi Data terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 86

4.2.2. Pengaruh Kompetensi SDM terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 87

4.2.3. Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendukung terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 88

BAB V ... 89

KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 90


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 60

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 63

Tabel 4.1 Pengumpulan Data ... 72

Tabel 4.2 Karakteristk Responden Menuru Jenis Kelamin ... 72

Tabel 4.3 Karakteristk Responden Menuru Umur ... 73

Tabel 4.4 Karakteristk Responden Menuru Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Kualitas Laporan Keuangan ... 74

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Rekonsiliasi Data ... 75

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kompetensi SDM ... 75

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Sarana dan Prasarana Pendukung ... 76

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 76

Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 79

Tabel 4.11 Nilai Tolerance dan VIF ... 80

Tabel 4.12 Koefisien Determinasi (R²) ... 81

Table 4.13 Hasil Pengujian Hipotesis Uj F ... 82


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat ... 13

Gambar 2.2 Alur SAI ... 14

Gambar 2.3 Bagan Alur Proses Rekonsiliasi ... 44

Gambar 2.4 Sanksi Bagi KPA ... 46

Gambar 2.5 KerangkaKonseptual ... 59

Gambar 3.1 Kurva Uji F... 70

Gambar 3.2 Kurva Uji t ... 71

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 77


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ... 93

KUESIONER ... 93

LAMPIRAN 2 ... 102

TABULASI DATA... 102

LAMPIRAN 3 ... 111

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 111

LAMPIRAN 4 ... 116


(14)

DAFTAR SINGKATAN

ADK : Arsip Data Komputer

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAR : Berita Acara Rekon

BAST : Berita Acara Serah Terima

BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BUN : Bendahara Umum Negara

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

GL : General Ledger

GUP : Ganti Uang Persediaan

Kanwil Ditjen PBN : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

KPA : Kuasa Pengguna Anggaran

KPKNL : Kantor Pelayanan dan Kekayaan Negara Lelang

KPP : Kantor Pelayanan Pajak

KPPN : Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara

LBKP : Laporan Barang Kuasa Pengguna

LHR : Laporan Hasil Rekonsiliasi

LK-KPA : Laporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran

LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

LPND : Lembaga Pemerintah Non Departemen

LRA : Laporan Realisasi Anggaran

NTB : Nomor Transaksi Bank

NTPN : Nomor Transaksi Penerimaan Negara

PDI : Pengolahan Data dan Informasi

PNBP : Pendapatan Negara Bukan Pajak

PMK : Peraturan Menteri Keuangan

Satker : Satuan Kerja

SA-BSBL : Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain

SAI : Sistem Akuntansi Instansi

SA-IP : Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah

SAK : Sistem Akuntansi Keuangan

SAKPA : Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

SAKUN : Sistem Akuntansi Kas Umum Negara

SAP : Sistem Akuntansi Pemerintah

SAPP : Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

SA-PP : Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman

SA-UPH : Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah

SA-TD : Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah

SA-TK : Sistem Akuntansi Transaksi Khusus

SAU : Sistem Akuntansi Umum

SDM : Sumber Daya Manusia

SIMAK BMN : Sistem Infromasi Manajemen Barang Milik Negara


(15)

SP2LK : Surat Peringatan Penyampaian Laporan Keuangan

SP2S : Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi

SP3S : Surat Pemberitahuan Pencabutan Pengenaan Sanksi

SPM : Surat Perintah Membayar

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak

SSPB : Surat Setoran Pengembalian Belanja

UAKPA : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

UAKPB : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang

UAPA : Unit Akuntansi Pengguna Anggaran

UAPB : Unit Akuntansi Pengguna Barang

UAPPA-E1 : Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1

UAPPB-E1 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1

UAPPA-W : Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah

UAPPB-W : Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah

UP : Uang Persediaan

TMP : Tidak Memberi Pendapat

TUP : Tambahan Uang Persediaan

WDP : Wajar Dengan Pengecualian


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis variabel - variabel yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Variabel - variabel yang menjadi subjek penelitian adalah pelaksanaan rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pelaksanaan rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software aplikasi SPSS versi 18 untuk pengolahan data. Penelitian dilaksanakan dengan melibatkan 60 responden yang berasal dari satker di lingkungan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa secara bersama – sama rekonsiliasi data, kompetensi SDM, serta sarana dan prasaran pendukung berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Pada pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara parsial juga berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Kata Kunci : Kualitas Laporan Keuangan, Rekonsiliasi Data, Kompetensi SDM, serta Sarana dan Prasarana Pendukung.


(17)

ABSTRACT

The study was implemented to analyze the variables that affect the quality of financial reporting on the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency. Variables which is the subject of research is the implementation of data reconciliation, HR competencies, and the availability of facilities and infrastructure.

The hypothesis in this study is the implementation of data reconciliation, HR competencies, and the availability of facilities and infrastructure, positively affected the quality of financial statements. Hypothesis testing using the method of multiple linear regression analysis using SPSS version 18 as the software applications for the processing data. The experiment was conducted with the involvement of 60 respondents who come from Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency Region I.

Based on the results of processing data with multiple linear regression analysis, it is known that simultaneously, hypothesis testing showed that together reconciliation of data, HR competencies, as well as facilities and infrastructure positively affected the quality of the financial statements. In the second hypothesis testing also indicates that partially also positively affected the quality of financial statements.

Keywords : Quality of Financial Reports, Reconciliation of Data, HR Competencies, and Facilities and Infrastructure Support.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, bahwa untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahaan negara dibutuhkan pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.

Melalui Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara yang dipegang oleh Presiden, dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Kementerian Negara/Lembaga selaku pengguna anggaran dan barang menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan dan barang yang berada dalam tanggung jawabnya. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwewenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara serta mengatur pengelolaan anggaran dan barang milik negara. Namun selain itu, Menteri Keuangan juga menghimpun Laporan Keuangan dan Laporan Barang dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan anggaran dan barang.

Dalam pelaksanaan anggaran, setiap Kementerian Negara/Lembaga selaku pengguna anggaran/barang menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan yang meliputi transaksi pendapatan, belanja, aset, utang, dan ekuitas dana yang berada dalam tanggung jawabnya. Peraturan Menteri Keuangan No. 233/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, menyatakan bahwa setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib


(19)

menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah yang merupakan prasyarat normatif sebagaimana disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) antara lain :

1. Relevan, yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki unsur-unsur berikut :

a. Manfaat umpan balik (feedback value). Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu (timeliness). Informasi yang disajikan secara tepat waktu dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik berikut : a. Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.


(20)

oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan, yaitu informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. 4. Dapat dipahami, yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Oleh karenanya, peningkatan keakuratan data menjadi hal yang signifikan harus dimiliki oleh setiap Satuan Kerja (Satker) di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai pengguna anggaran untuk dasar penyusunan laporan keuangan. Sehingga dengan data akuntansi yang tersedia diharapkan memiliki kualitas keakuratan dan tingkat presisi yang tinggi guna penyusunan laporan keuangan. Namun, tingkat keakuratan data juga diperlukan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) sebagai mitra kerja Satker.

Peningkatan kualitas laporan keuangan menjadi penting sehubungan perolehan opini terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sejak tahun 2006 sampai dengan 2010, BPK telah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga dan memberikan opini atas kualitas laporan keuangan yang telah diperiksa. Opini BPK atas LKPP terdiri atas opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion), dan opini tidak wajar (adversed opinion). BMKG sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) mengalami peningkatan perolehan opini BPK atas laporan keuangan yang telah disusun. Perkembangan perolehan opini BPK atas laporan keuangan BMKG dimulai pada Tahun 2006 dengan perolehan opini tidak memberikan pendapat. Kemudian di Tahun 2007 berkembang dengan perolehan opini wajar dengan pengecualian. Lalu pada di


(21)

Tahun 2008 s.d. 2009 terjadi peningkatan kualitas laporan keuangan sehingga mendorong kepada perolehan opini wajar tanpa pengeculian dengan paragraf penjelasan. Hingga pada akhirnya di Tahun 2010, BPK melakukan pemeriksaan atas 84 kementerian negara/lembaga, dimana BMKG bersama dengan 38 kementerian negara/lembaga berhasil memperoleh predikat tertinggi atas opini BPK yaitu wajar tanpa pengecualian (murni tanpa adanya paragraf penjelasan).

Atas dasar filosofi ini, maka perlu diperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas laporan keuangan BMKG. Pelaksanaan Rekonsiliasi Data dengan KPPN menjadi salah satu hal yang dianggap penting untuk menguji kesesuaian dan kecocokan data akuntansi yang dimiliki. Rekonsiliasi dilakukan dengan mencocokkan data transaksi keuangan Satker, yang terjadi dalam periode waktu satu bulan dengan data yang dimiliki KPPN yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama. Selain pelaksanaan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN selaku BUN, rekonsiliasi juga dilakukan secara internal antara petugas SAK dengan SIMAK BMN untuk mencocokkan atau menyamakan data Barang Milik Negara yang tercatat pada aplikasi SAKPA dengan yang terdapat pada aplikasi SIMAK BMN. Melalui pelaksanaan Rekonsiliasi diharapkan penyusunan laporan keuangan memiliki keakuratan data dan tingkat presisi yang tinggi sehingga dapat menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, dan kinerja keuangan yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat keputusan dan menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Faktor kedua yang memungkinkan mempengaruhi keandalan laporan keuangan adalah kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini disebabkan kurangnya staf yang memiliki keahlian dalam melaksanakan pertanggungjawaban anggaran, khusunya bidang akuntansi. Di samping itu, pemahaman terhadap teknologi informasi dan peraturan keuangan juga masih kurang. Padahal untuk dapat terlaksananya pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, harus didukung oleh teknologi informasi yang memadai.


(22)

empiris bahwa 76,77 % unit pengelola keuangan di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah diisi oleh pegawai yang tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi sebagai pengetahuan dasar yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan masih belum memadai. Kualitas sumber daya manusia yang minim ini mungkin memiliki pengaruh terhadap keandalan pelaporan keuangan.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung juga dimungkinkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas laporan keuangan karena berpengaruh terhadap efektivitas dan motivasi kerja. Kesiapan sarana pendukung seperti komputer baik hardware atau softwate diperlukan untuk menjalankan sistem keuangan secara lebih efektif. Ruangan yang nyaman, tertata rapi, dan teratur akan menambah semangat kerja. Kendala terkait kurang optimalnya pemanfaatan teknologi, mungkin akan mempengaruhi nilai – nilai informasi pelaporan keuangan yang andal dan terpercaya.

Ketiga hal tersebut di atas, dianggap sebagai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan pada satker di lingkungan BMKG. Oleh karenanya pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengambil penelitian dengan judul skripsi tentang “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan pada Satker di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika “.


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan rekonsiliasi data berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan BMKG?

2. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan BMKG?

3. Apakah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan BMKG?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan rekonsiliasi, peranan kompetensi SDM, dan ketersediaan fasilitas pendukung bagi peningkatan kualitas laporan keuangan pada satker di lingkungan BMKG.

Adapun manfaat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi satker di lingkungan BMKG, sebagai masukan demi peningkatan kualitas laporan keuangan demi mempertahankan opini BPK atas laporan keuangan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).

2. Bagi civitas akademik, semoga dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian berikutnya yang ingin menjadikannya sebagai bahan pembanding, referensi, ataupun sumber kepustakaan.

3. Bagi penulis, semoga dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan, serta mengembangkan kreatifitas dalam melaksanakan penelitian pada bidang ilmu akuntansi lainnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Uraian Teoritis

1.1.1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) 1.1.1.1. Ruang Lingkup SAPP

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang berlaku untuk seluruh Unit organisasi pada Pemerintah Pusat dan Unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Yang tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah Pemerintah Daerah (sumber dana berasal dari APBD) dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari Perusahaan Perseroan dan Perusahaan Umum.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP terdiri dari:

1. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan Pengguna Anggaran Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). SA-BUN terdiri dari beberapa subsistem, yaitu :

a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang terdiri dari : 1) Sistem Akuntansi Kas Umum (SAKUN)

Sistem Akuntansi Kas Umum (SAKUN) adalah subsiste m SiAP yang menghasilkan laporan arus kas dan neraca Kas Umum Negara (KUN).

2) Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Sistem Akuntansi Umum (SAU) adalah subsistem SiAP yang menghasilkan laporan realisasi anggaran pemerintah pusat.


(25)

b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H)

Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UPH) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi operasi utang pemerintah, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan serta penerimaan hibah.

c. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)

Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi penerusan pinjaman.

d. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)

Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi investasi pemerintah.

e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)

Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi transfer ke daerah.


(26)

f. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain (SA-BSBL)

Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain (SA-BSBL) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan atas transaksi keuangan pusat pada Kementerian Negara/Lembaga dan Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

g. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)

Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan transaksi khusus.

h. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

Akuntansi Badan Lainnya adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi keuangan badan lainnya.

2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.


(27)

2.1.1.2. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk :

1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi – instansinya melalui pencatatan, pemprosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;

2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan tujuan akuntabilitas;

3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;

4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

2.1.1.3. Ciri – Ciri Pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Ciri – ciri pokok sistem akuntansi pemerintah pusat antara lain : 1. Basis Akuntansi

Cash toward accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.


(28)

2. Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu : Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.

3. Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.

4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.

5. Bagan Perkiraan Standar

SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

6. Sistem Akuntansi Pemerintah

SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.


(29)

2.1.1.4. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.

2. Neraca Pemerintah

Neraca SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan ini menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu.

3. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.

4. Catatan atas Laporan Arus Kas

Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.


(30)

Gambar 2.1 Sistem Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

2.1.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) adalah serangkaian prosedur manual terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengiktisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian negara/lembaga. SAI terdiri dari dua subsistem, yaitu :

1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) yaitu subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan milik kementerian negara/lembaga.

2. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yaitu subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk menyusun Neraca dan Lapoaran Barang Milik Negara serta laporan manajerial lainnya menurut ketentuan yang berlaku.


(31)

Gambar 2.2 Alur SAI

2.1.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)

Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) seperti halnya SAU, menghasilkan LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan, namun laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan keuangan pada tingkat kementerian negara/lembaga.dikarenakan dalam struktur organisasi kementerian negara/lembaga sangat berjenjang dimulai dari kementerian negara/lembaga sampai dengan satuan kerja (satker), maka dalam pelaksanaannya dibentuk Unit akuntansi keuangan pada jenjang – jenjang tersebut. Proses akuntansi diawali dari penyusunan laporan keuangan pada Unit akuntansi terendah (satker) sampai pada Unit akuntansi di atasnya untuk digabung. Demikian seterusnya, sehingga akan diperoleh laporan keuangan pada tingkat kementerian negara/lembaga.

Unit akuntansi pada SAK terdiri atas : 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1); 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W);


(32)

2.1.2.2. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)

Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang, tidak ternasuk surat dan surat berharga. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan yang sah. Contoh perolehan lainnya yang sah adalah hibah atau rampasan/sitaan. Tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah barang – barang yang dikuasai atau dimiliki oleh Pemda (bersumber dari APBD), BUMN/BUMD, serta Bank pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah.

Unit akuntansi barang pada SIMAK BMN terdiri atas : 1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB).

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1). 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W). 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

2.1.2.3. Penanggung Jawab Unit Akuntansi Keuangan/Barang 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B)

UAPA/B merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat kementerin negara/lembaga. Penanggungjawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon 1 (UAPPA/B-E1)

UAPPA/B-E1 merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat eselon 1. Penanggungjawabnya adalah pejabat eselon 1. 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah


(33)

a. UAPPA/B-W merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat wilayah yang melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAKPA/B, instansi vertikal kementerian negara/lembaga di wilayahnya. UAPPA/B-W dibentuk dengan menunjuk dan menetapkan kantor wilayah atau satker sebagai UAPPA/B-W. Penanggungjawabnya adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Satker yang ditetapkan sebagai UAPPA/B-W.

b. Koordinator UAPPA/B-W Dekonsentrasi merupakan Unit pengguna anggaran/barang akuntansi pada tingkat wilayah yang melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA/B-W Dekonsentrasi di wilayahnya. Penanggungjawabnya adalah Gubernur.

c. UAPPA/B-W Dekonsentrasi merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat wilayah yang melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAKPA/B Dekonsentrasi yang berada di bawahnya. Setiap dinas pada pemerintah provinsi yang menerima alokasi dana dekonsentrasi ditunjuk dan ditetapkan sebagai UAPPA/B-W. Penanggungjawabnya adalah Kepala Dinas Pemerintah Provinsi sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah melalui kementerian negara/lembaga.

d. Koordinator UAPPA/B-W Tugas Pembantuan/Urusan Bersama merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat wilayah yang melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA/B-W Tugas Pembantuan/Urusan Bersama di wilayahnya.

Penanggungjawabnya adalah Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati).

e. UAPPA/B-W Tugas Pembantuan/Urusan Bersama merupakan Unit akuntansi pengguna anggaran/barang pada tingkat wilayah yang melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAKPA/B


(34)

Setiap dinas pada pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota yang menerima alokasi dana Tugas Pembantuan/Uusan Bersama ditunjuk dan ditetapkan sebagai UAPPA/B-W Tugas Pembantuan/ Urusan Bersama. Penanggungjawabnya adalah Kepala Dinas Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/kota) sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah melalui kementerian negara/lembaga,

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B)

UAKPA/B merupakan Unit akuntansi pada tingkat satker (kuasa pengguna anggaran/barang) yang memiliki wewenang menguasai anggaran/barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penanggungjawabnya UAKPA/B adalah Kepala Satker dan penanggungjawabnya UAKPA/B Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD).

2.1.3. Rekonsiliasi Data 2.1.3.1. Definisi Rekonsiliasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian rekonsiliasi ialah perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan; kemudian pengertian lainnya adalah penetapan pos – pos yang diperlukan untuk mencocokkan saldo masing – masing dari dua akun atau lebih yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain; dan dalam pengertiannya yang lainnya diartikan sebagai ikhtisar yang memuat rincian perbedaan antara dua akun atau lebih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 233/PMK.05/2007 tanggal 23 Desember 2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama.


(35)

2.1.3.2. Dasar Hukum Rekonsiliasi

Dasar hukum pelaksanaan rekonsiliasi antara satuan kerja (satker) sebagai pelaksana Sistem Akuntansi Instansi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai pelaksana Sistem Akuntansi Umum (SAU) adalah :

1. Undang – Undang Republik Indonesian Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang – Undang Republik Indonesian Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2007 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

4. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi Atas Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

5. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER-36/PB/2009 Tanggal 28 Juli 2009 tentang Pedoman Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara.

2.1.3.3. Tahapan Rekonsiliasi

Pelaksanaan rekonsiliasi data antara satker di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan KPPN selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dilalui melalui dua tahap, yaitu :

1. Rekonsiliasi internal

Rekonsiliasi internal adalah rekonsiliasi data yang dilakukan dalam lingkup internal kantor satker di lingkungan BMKG. Rekonsiliasi ini merupakan rekonsiliasi Barang Milik Negara (BMN) antara Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) dengan Sistem


(36)

data BMN yang telah diinput pada aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) telah sesuai dengan aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA). Pelaksanaan rekonsiliasi BMN dilaksanakan setiap bulan.

a. Dokumen Sumber

Dokumen sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan rekonsiliasi internal, meliputi:

1) Dokumen transaksi BMN, terdiri atas :

a) Surat Perintah Membayar (SPM) realisasi belanja pembentuk BMN;

b) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) realisasi belanja pembentuk BMN;

c) Penetapan/persetujuan dari pengelola barang; d) Keputusan pengguna barang;

e) Berita Acara Serah Terima (BAST); f) Risalah lelang;

g) Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) Pengelolaan BMN.

2) Laporan – laporan, terdiri atas :

a) Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) beserta Arsip Data Komputer (ADK);

b) Laporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran (LK-KPA) beserta Arsip Data Komputer (ADK).

3) Dokumen lain yang dianggap perlu, terdiri atas :

a) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), khususnya yang terkait BMN;

b) Rekapitulasi data mutasi BMN perjenis transaksi; c) Daftar SPM/SP2D pembentuk BMN periode berjalan.


(37)

b. Jenis Rekonsiliasi BMN 1) Rekonsiliasi Saldo Awal

Membandingkan nilai persediaan, BMN intrakomptabel per akun neraca dan akun pembalik jurnal korolari dari SPM belanja modal yang diinput di SIMAK BMN dengan akun – akun neraca yang terkait dengan BMN dan jurnal korolari dari belanja modal yang diinput di SAKPA. Nilai – nilai yang dibandingkan tersebut adalah nilai per tanggal akhir bulan sebelum isian parameter bulan (contoh rekonsiliasi saldo awal bulan April berarti yang di rekon adalah akumulasi nilai sampai dengan akhir bulan Maret).

2) Rekonsiliasi Periode Berjalan

Membandingkan nilai persediaan, BMN intrakomptabel per akun neraca per jenis transaksi dan akun pembalik jurnal korolari dari SPM belanja modal yang diinput di SIMAK BMN dengan akun – akun neraca yang terkait dengan BMN dan jurnal korolari dari belanja modal yang diinput di SAKPA yang dibukukan pada bulan sesuai dengan isian parameter bulan (Contoh : rekonsiliasi bulan April berarti yang di rekon adalah nilai persediaan, BMN intrakomtabel per akun dan jenis transaksi, akun korolari dari transaksi yang dibukukan dan diposting di bulan April).

3) Rekonsiliasi SPM BMN

Membandingkan nilai dan akun SPM/SP2D yang diinput di SIMAK BMN dan SAKPA pada periode/bulan sesuai dengan isian parameter bulan rekonsiliasi (Contoh : rekonsiliasi bulan April, berarti yang di rekon adalah SPM/SP2D pendukung BMN yang dibukukan di bulan April dengan SPM/SP2D belanja modal yang diposting di SAKPA di bulan April ).


(38)

c. Prosedur Rekonsiliasi BMN 1) Pengiriman dari SIMAK BMN

a) Login ke Aplikasi SIMAK BMN

Proses login ke aplikasi SIMAK BMN dilakukan dengan mengisi kolom “Username, Password, dan Thn Anggaran”, kemudian klik “Masuk”.

b) Proses Penginputan

Penginputan/pengentryan data transaksi BMN berasal dari dokumen sumber seperti SPM/SP2D, BAST baik transfer masuk maupun hibah.


(39)

c) Pengiriman ke UAKPA

Pengiriman ke UAKPA terdiri atas pilihan menu kirim tahun berjalan dan kirim saldo awal. Menu kirim tahun berjalan digunakan untuk pengiriman dalam bulan bersangkutan di tahun berjalan, sedangkan menu kirim saldo awal digunakan untuk pengiriman saldo tahun lalu, sebelum tahun anggaran berjalan (dilakukan dalam kondisi nilai BMN belum pernah tercatat di aplikasi SAKPA).

d) Pengiriman data bulanan.

Pengiriman data bulanan dilakukan setelah proses penginputan data transaksi selesai dilaksanakan. Pengiriman ini dilakukan dengan mengisi “Periode” bulan yang diinput dan “Lokasi Data” yang dipilih sebagai tempat penyimpan ADK yang akan dikirm.


(40)

e) Daftar SPM/SP2D dan Jurnal

Tampilan jurnal transaksi mutasi BMN dan daftar transaksi SPM dan SP2D yang diinput dalam SIMAK BMN, bisa dilihat sebagai bahan monitoring sebelum pengiriman ke UAKPA dilakukan, guna memastikan semua data SPM/SP2D telah terekam dengan lengkap dan benar.


(41)

f) Proses pengiriman

Pengiriman data BMN ke UAKPA dilakukan dengan mengklik “Proses” kemudian sistem akan memproses pengirimannya.


(42)

g) Register Pengiriman

Register pengiriman merupakan bukti bahwa pengiriman data rekonsiliasi bulanan telah selesai dilaksanakan.

2) Penerimaan pada UAKPA

a) Login ke Aplikasi SAKPA

Proses login ke aplikasi SIMAK BMN dilakukan dengan mengisi kolom “Username, Password, dan Thn Anggaran”, kemudian klik “Masuk”.


(43)

b) Penerimaan Data BMN

Untuk penerimaan saldo awal aset BMN dapat melalui pilihan “Terima Saldo Awal Aset dari UAKPB”, sedangkan untuk pelaksanaan rekon bulanan dapat melalui pilihan “Penerimaan Aset dari UAKPB”.

c) Penerimaan ADK dari UAKPB

Untuk penerimaan data BMN, silakan diisi parameter “Bulan” dan “Lokasi”. Jika penerimaan data pertama kali dilakukan, silakan klik “Terima”, namun jika penerimaan data dikarenakan koreksi/perbaikan data maka silakan klik “Batal Terima” terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang ganda, kemudian klik “Terima”.


(44)

d) Tampilan Penerimaan ADK


(45)

e) Register Penerimaan

Register penerimaan data SIMAK BMN merupakan bukti bahwa penerimaan data BMN telah berhasil.

f) Proses Posting

Proses posting dilakukan dari menu “Proses”. Posting dilakukan untuk setiap penginputan data dan penerimaan data (ADK) pada aplikasi SAKPA guna memastikan bahwa data – data yang masuk telah berada pada pos yang seharusnya.


(46)

Untuk proses posting, silakan klik pada “Periode” bulan terjadinya transaksi atau penerimaan data BMN.


(47)

g) Proses Rekonsiliasi BMN

Setelah proses posting selesai, berikutnya proses rekonsiliasi BMN dapat dilakukan dengan memilih menu “Rekonsiliasi BMN”. Nantinya akan terdapat tiga pilihan proses rekonsiliasi, yaitu : rekonsiliasi saldo awal, rekonsiliasi periode berjalan, dan rekonsiliasi SPM BMN.

h) Rekonsiliasi Saldo Awal

Proses rekonsiliasi saldo awal dapat dimulai dengan mengisi parameter bulan, lalu klik “Proses”.


(48)

Hasil rekonsiliasi saldo awal dapat dicetak untuk memudahkan melihat apakah terdapat selisih antara rupiah SIMAK dengan rupiah SAK.

i) Rekonsiliasi Periode Berjalan

Pada rekonsiliasi periode berjalan dapat memilih rekonsiliasi “Per Bulan” atau “Dari Bulan S/D Bulan” jika ingin melihat untuk beberapa periode bulan, lalu klik “Proses”.


(49)

Untuk melihat lebih detil rincian ataupun selisih yang terjadi, dapat mengklik “Cetak".

j) Rekonsiliasi SPM BMN

Pada rekonsiliasi SPM BMN dapat memilih rekonsiliasi “Per Bulan” atau “Dari Bulan S/D Bulan” jika ingin melihat untuk beberapa periode bulan, lalu klik “Proses”.


(50)

Untuk melihat lebih detil rincian ataupun selisih yang terjadi, dapat mengklik “Cetak".


(51)

d. Hasil Rekonsiliasi BMN

Hasil rekonsiliasi berupa nilai BMN yang disepakati dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR), dengan dilampiri:

1. Register pengiriman/penerimaan data SIMAK BMN ke SAK, yang telah ditandatangani oleh petugas SIMAK BMN dan petugas SAK.

2. LBKP periode berjalan, yang telah ditandatangani oleh pejabat penanggungjawab UAKPB atau dikuasakan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran periode berjalan, yang telah ditandatangani oleh pejabat penanggungjawab UAKPA atau yang dikuasakan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Data dan dokumen lain yang dianggap penting.

BAR ditandatangani oleh penanggungjawab UAKPB dan UAKPA, atau pejabat/staf yang ditunjuk/dikuasakan. BAR merupakan lampiran dari LKKL KPA dan LBKP yang disampaikan oleh satuan kerja kepada KPPN, KPKNL, dan unit akuntansi pada jenjang diatasnya.


(52)

2. Rekonsiliasi eksternal

Rekonsiliasi eksternal adalah rekonsiliasi data antara satker di lingkungan BMKG dengan KPPN selaku BUN. Rekonsiliasi ini dilaksanakan dengan tujuan pencocokan data transaksi keuangan yang diproses oleh aplikasi SAI oleh satker di lingkungan BMKG dengan aplikasi SAU yang dikelola oleh KPPN. Pelaksanaan rekonsiliasi dilaksanakan setiap bulan, dengan penyampaian BAR paling lama 7 hari kerja bulan berikutnya.

a. Dokumen Sumber

Dokumen sumber yang digunakan untuk proses rekonsiliasi dengan KPPN adalah :

1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA); 2) Daftar Revisi DIPA;

3) Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

4) Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk setoran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP);

5) Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB);

6) Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) seperti Laporan BMN dan Neraca BMN.

b. Kelengkapan Rekonsiliasi

Kelengkapan rekonsiliasi yang dipersiapkan oleh petugas SAK dalam melaksanakan rekonsiliasi dengan KPPN adalah :

1) File ADK kiriman ke KPPN; 2) Register Kiriman;

3) Berita Acara Rekonsiliasi (BAR); 4) Laporan Neraca:


(53)

6) Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja (LRA Pengembalian Belanja);

7) Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah (LRA Pendapatan);

8) Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan (LRA Pengembalian Pendapatan);

9) Rekening Koran

c. Proses Pengiriman ADK ke KPPN Medan II 1) Proses Perekaman dan Rekonsiliasi BMN

Proses rekonsiliasi diawali dengan perekaman data transaksi keuangan pada menu “Transaksi”. Perekaman data meliputi perekaman dokumen SPM/SP2D pada “Daftar SPM”, Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) pada “Pendapatan”, Revisi DIPA pada “Daftar Revisi DIPA”, dan dokumen sumber lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan pada kantor BBMKG Wilayah I Medan. Kemudian, diakhiri dengan proses rekonsiliasi BMN dengan petugas SIMAK BMN.


(54)

2) Proses Backup

Sebelum pengiriman ADK ke KPPN, petugas SAK diharapkan untuk dapat melakukan proses backup sebagai antisipasi bilamana terjadi kerusakan data atau aplikasi yang dimiliki. Silakan pilih menu “Utility”, lalu plih “Back-up”.

Untuk proses backup pilih lokasi tujuan backup, lalu klik ”Proses”


(55)

Register backup merupakan tampilan yang menunjukkan jumlah file yang berhasil dibackup.

3) Proses Kirim ADK

Pengiriman ADK dapat dilakukan dengan memilih menu “Utility” kemudian klik “Pengiriman ke KPPN”.


(56)

Proses pengiriman data ke KPPN (ADK) dilakukan dengan mengisi parameter “Bulan, KPPN, dan Copy Ke”, lalu klik proses.

Register pengiriman adalah bukti pengiriman ADK ke KPPN telah berhasil, yang nantinya akan dilampirkan sebagai kelengkapan berkas rekonsiliasi.


(57)

d. Prosedur Pelaksanaan Rekonsiliasi

Rekonsiliasi data pada tingkatan yang paling rendah adalah rekonsiliasi antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa BUN. Adapun prosedur rekonsiliasi adalah :

1) Subbagian Umum menerima Surat Pengantar, Register

Pengiriman, Daftar Buku Besar, dan Arsip Data Komputer (ADK) – General Ledger Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (ADK – GL UAKPA) dari satuan kerja setiap bulan, kemudian dikirimkan kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi.

2) Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan upload Arsip Data Komputer – General Ledger Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (ADK – GL UAKPA) dengan Menerima ADK – GL UAKPA dari Subbagian Umum, melakukan pengecekan kelengkapan dan kebenaran ADK – GL UAKPA dengan register pengiriman. Apabila terdapat perbedaan antara ADK – GL UAKPA dengan register pengiriman, maka ADK – GL UAKPA bersama register dikembalikan ke Subbagian Umum untuk dikirimkan kembali ke satuan kerja serta memasukkan ADK – GL UAKPA ke data base KPPN.

3) Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan rekonsiliasi data SAU dengan data SAI dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) KPPN. Adapun unsur – unsur yang direkonsiliasi adalah :


(58)

a) Rekonsiliasi Esetimasi Pendapatan

Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data BUN-P dan KPPN dengan data UAKPA.

b) Rekonsiliasi Pagu Belanja

Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA.

c) Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan

Bandingkan data BA, Es1, Kode Satker, Mata Anggaran, Jumlah Rupiah antara data KPPN dengan data UAKPA untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D.

• Pendapatan Pajak

Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Pajak belum dapat dilakukan, namun demikian untuk meyakini kebenaran Laporan Realisasi Penerimaan Pajak pada satker Kantor Pelayanan Pajak (KPP), pada saat rekonsiliasi diwajibkan untuk melampirkan Laporan Rekapitulasi Penerimaan Pajak yang dihasilkan dari bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) sebagai bahan pencocokan dengan Laporan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang dihasilkan oleh SAI. Hal ini dilakukan karena Satker merekam penerimaan pajak pada aplikasi SAI dengan menggunakan dokumen sumber yang dihasilkan dari PDI.


(59)

• Pendapatan Negara Bukan Pajak

Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

- Pada saat rekonsiliasi antara satker dan KPPN, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang

disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan

pencocokan;

- Apabila penyetor melakukan penyetoran pada bank yang bukan merupakan bank persepsi mitra kerja KPPN bersangkutan, satker harus dapat membuktikannya dengan melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB). Atas transaksi di atas harus dijelaskan di dalam Berita Acara Rekonsiliasi.

d) Rekonsiliasi Realisasi Belanja

Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. Lalu bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data KPPN dengan data UAKPA.

e) Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja

Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA; (dari potongan SPM/SP2D). Lalu bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data KPPN dengan data UAKPA.


(60)

f) Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan

Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA.

4) Apabila hasil rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) final yang ditandatangani oleh Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan apabila hasil rekonsiliasi antara data SAU dan SAI tidak sama, diterbitkan BAR sementara. Perbedaan tersebut ditelusuri ke unsur elemen data transaksi untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan. Untuk meyakinkan penyebab perbedaan, telusuri ke dokumen sumber terkait sebagai dasar untuk melakukan perbaikan. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR) sudah sesuai antara SAI dengan SAU maka dibuatkan BAR yang ditandatangani pihak KPPN dan pihak satuan kerja. BAR dan LHR dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan ke satuan kerja dan 1 (satu) rangkap diarsipkan.

5) Selanjutnya setelah rekonsiliasi antara UAKPA dengan KPPN dilakukan, maka rekonsiliasi antara UAPPA-W dengan Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dan dilanjutkan rekonsiliasi antara Kementerian Negara/Lembaga dengan Departemen Keuangan cq Ditjen Perbendaharaan.


(61)

(62)

2.1.3.4. Sanksi Keterlambatan Rekonsiliasi

Pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN dilakukan dengan jangka waktu penyelesaian paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir. Sesuai dengan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi Atas Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan, sanksi yang dapat dikenakan terhadap satker atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan ke KPPN adalah : 1. Dalam hal Kuasa Pengguna Anggaran belum menyampaikan laporan

keuangan, KPPN menerbitkan Surat Peringatan Penyampaian Laporan Keuangan (SP2LK).

2. Jika sampai dengan 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya SP2LK Kuasa Pengguna Anggaran tidak menyampaikan laporan keuangan bulanan, KPPN mengenakan sanksi berupa penundaan penerbitan SP2D atas SPM yang diajukan satker yang bersangkutan dengan disertai penerbitan Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi (SP2S). Penundaan SP2D dikenakan atas SPM UP/TUP/GUP maupun LS yang ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran. Penundaan SP2D dikecualikan terhadap SPM LS Belanja Pegawai, SPM LS kepada pihak ketiga, dan SPM Pengembalian.

3. Pengenaan sanksi tidak membebaskan Kuasa Pengguna Anggaran dari kewajiban menyampaikan laporan keuangan kepada KPPN.

4. Apabila satker telah menyampaikan laporan keuangan setelah batas waktu (lima hari kerja setelah menerima SP2S), KPPN menerbitkan Surat Pemberitahuan Pencabutan Pengenaan Sanksi (SP3S).


(63)

Gambar 2.4 Sanksi Bagi KPA

2.1.4. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) 2.1.4.1. Defenisi Kompetensi

Kompetensi didefenisikan (Mitrani et.al, 1992; Spencer and Spencer, 1993) sebagai an underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion-referenced effective and or superior performance in a job or situation, atau karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Selanjutnya menurut Spencer and Spencer (1993), kompetensi dapat dibagi atas dua kategori yaitu threshold competencies dan differentiating competencies. Threshold competencies adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya, tetapi tidak untuk membedakan seseorang yang berkinerja tinggi dan rata – rata. Sedangkan differentiating competencies adalah faktor – faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Misalnya seorang dosen harus mempunyai kemampuan utama mengajar, itu berarti masuk tataran threshold competencies. Selanjutnya apabila dosen dapat mengajar dengan baik, cara mengajarnya mudah dipahami, dan


(64)

analisisnya tajam sehingga dapat dibedakan tingkat kinerjanya, maka hal itu sudah masuk kategori differentiating competenciesI.

Catano (1998) menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah:

1. Kompetensi adalah kombinasi dari motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri seseorang atau peran sosial, atau suatu bagian dari pengetahuan yang relevan. Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin terkait dengan kesuksesan kinerja (Boyatzis, 1982, dalam Catano, 1998).

2. Pola karakteristik dan terukur pengetahuan, keterampilan, perilaku, keyakinan, nilai – nilai, sifat dan motif yang mendasari, dan kemampuan kerja yang cepat dalam mengaplikasikan pekerjaan (Linkage, Inc., 1996: 5, dalam Catano, 1998).

3. Keterampilan dan sifat – sifat yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi efektif dalam pekerjaan (Manisfield, 1996, dalam Catano, 1998).

4. Keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk terlaksananya tugas pekerjaan (Mirabile, 1995: 13, dalam Catano, 1998).

5. Perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan untuk meningkatkan prestasi kerja lebih tinggi (Miyawaki, 1996, dalam Catano, 1998).

6. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan dengan kinerja yang efektif dan/atau superior kriteria direferensikan dalam pekerjaan atau situasi (Spencer & Spencer, 1993).

Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik (Cracklin & Carroll, 1998). Kompetensi merupakan aspek – aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior (LOMA.s Dictionary, 1998).


(65)

2.1.4.2. Sumber Daya Manusia (SDM)\

Telah lama diakui bahwa manusia merupakan komponen penting dari kekayaan suatu bangsa. Schultz (1961) dan Lewis (1955) dalam Teori Human Capital (HCT), menekankan peranan penting dari “Human Capital” (seperti pendidikan, kesehatan, dan kesuburan) dalam pertumbuhan dan perkembangan baik individu maupun masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa pendidikan, kesehatan dan kesuburan adalah pra-syarat untuk pertumbuhan.

Pada dasarnya, Teori Human Capital merupakan teori ekonomi yang menekankan bahwa pendidikan, pengetahuan, kesehatan, dan keterampilan adalah bentuk-bentuk modal, yaitu “modal manusia”. Investasi dalam modal manusia menghasilkan return di masa depan. Perkembangan Teori Human Capital diperluas dari individu (yaitu, investasi pribadi dalam human capital, seperti, pendidikan dan pelatihan) kepada organisasi dan bangsa. Shultz, (1961) berpendapat bahwa modal manusia mungkin merupakan salah satu alasan penting yang menjelaskan perbedaan dalam pertumbuhan (misalnya, pendapatan dan produktivitas) manusia. HCT mencoba menjelaskan bahwa bukan hanya individu ‘tetapi juga’ perilaku bangsa yang dipengaruhi oleh modal manusia, misalnya, perbedaan tingkat pertumbuhan di negara-negara berkembang dapat dilihat dari perbedaan dalam investasi modal manusianya (Flamholtz dan Lacey, 1981).

Teori pertumbuhan menyatakan bahwa modal manusia merupakan salah satu elemen penting untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, berdasarkan dua teori tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa modal manusia (termasuk pendidikan, kesehatan, dan pendapatan) merupakan salah satu faktor penting penentu pengembangan akuntansi pemerintah. Beberapa peneliti juga melihat aspek sosial dari pengembangan e-government. Misalnya, Burn dan Robins (2003) berpendapat bahwa faktor-faktor manusia seperti kemampuan belajar dan pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengembangan system akuntansi pemerintah. Robinson dan


(66)

sistem informasi akuntansi. Sumber daya manusia merupakan pelaksana dari sistem yang digunakan, sementara teknologi informasi merupakan alat yang berfungsi untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan sistem pelaporan keuangan dengan mempermudah dan mempercepat serta menciptakan keakuratan hasil yang berupa laporan keuangan.

2.1.4.3. Kompetensi yang Dibutuhkan

Menilik dalam organisasi ada tingkatan manajemen dimana poada posisi yang paling atas biasa disebut eksekutif, kemudian manjer, selanjutnya adalah karyawan. Tentunya kompetensi yang dibutuhkan berbeda satu dengan yang lainnya, palin tidak dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Tingkat Eksekutif

Pada tingkatan eksekutif diperlukan kompetensi yang berkaitan dengan strategic thingking dan charge leadership management. Strategic thingking adalah kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat, melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan, dan kelemahan organisasi agar dapat mengidentifikasikan strategic response secara optimum. Sedangkan, change leadership adalah kompetensi untuk mengkomunikasikan visi dan strategi perusahaan dan dapat mentransformasikan kepada pegawai.

2. Tingkat Manajer

Pada tingkat manajer kompetensi yang diperlukan meliputi aspek – aspek felksibilitas, change implementation, interpersonal understanding, and empowering. Aspek fleksibilitas adalah kemampuan mengubah struktur dan proses manajerial apabila strategi perubahan organisasi diperlukan untuk efektivitas pelaksanaan tugas organisasi. Dimensi interpersonal understanding adalah kemampuan untuk memahami nilai dari berbagai tipe manusia. Aspek pemberdayaan adalah kemampuan


(67)

memberikan saran umpan balik, menyatakan harapan –harapan yang positif untuk bawahan dan memberikan reward bagi peningkatan kinerja.

3. Tingkat Karyawan

Pada tingkat karyawan diperlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, menggunakan dan mencari berita, motivasi, dan kemampuan untuk belajar, motivasi berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu, kolaborasi, dan orientasi pelayanan kepada pelanggan. Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatau kesempatan yang menggembirakan daripada sebagai ancaman. Aspek mencari informasi, motivasi, dan kemampuan belajar adalah kompetensi tentang antusiasme untuk mencari kesempatan belajar tentang keahliaan teknis dan interpersonal. Dimensi motivasi berprestasi adalah kemampuan untuk mendorong inovasi, perbaikan berkelanjutan dalam kualitas dan produktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan kompetensi. Aspek motivasi kerja dalam tekanan waktu merupakan kombinasi felsibiltas, motivasi berprestasi, menahan stres, dan komitmen organisasi yang membuat individu bekerja dengan baik di bawah permintaan produk – produk baru, walaupun dalam waktu yang terbatas. Dimensi kolaborasi adalah kemampuan bekerja secara kooperatif di dalam kelompok yang multi disiplin, menaruh harapan positif kepada yang lain, pemahaman interpersonal, dan komitmen organisasi. Sedangkan, dimensi yang terakhir untuk karyawan adalah keinginan yang besar untuk melayani pelanggan dengan baik dan inisiatif untuk mengatasi masalah –masalah yang dihadapi pelanggan.


(68)

2.1.4.4. Manfaat Kompetensi

Mengacu pada pendapat Ryllat,et.al;1993 kompetensi memberikan beberapa manfaat kepada karyawan, organisasi, industri, ekonomi daerah, dan nasional.

1. Karyawan

• Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya, kemampuan untuk mentransfer keterampilan, nilai dari kualifikasi yang diakui, dan potensi pengembangan karier;

• Adanya kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan melalui akses sertifikasi nasional berbasis standar yang ada;

• Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karier;

• Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat memberikan nilai tambah pada pembelajaran dan pertumbuhan;

• Pilihan perubahan karier yang lebih jelas untuk perubahan pada jabatan baru, sehingga seseorang dapat membandingkan kompetensi mereka sekarang dengan kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru. Kompetensi baru yang dibutuhkan mungkin hanya berbeda 10 % dari yang telah dimiliki;

• Penilaian kinerja yang lebih obyektif dan umpan balik berbasis standar kompetensi yang ditentukan dengan jelas;

• Meningkatnya keterampilan dan marketability sebagai karyawan. 2. Organisasi

• Pemetaan yang akurat mengenai kompetensi angkatan kerja yang ada dan dibutuhkan;

• Meningkatnya efektivitas recruitment dengan cara menyesuaikan kompetensi yang diperlukan dalam pekerjaan dengan yang dimiliki pelamar;

• Pendidikan dan pelatihan difokuskan pada kesenjangan keterampilan dan persyaratan keterampilan perusahaan yang lebih khusus;


(69)

• Akses pada pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif dari segi biaya berbasis kebutuhan industry dan identifikasi penyedia pendidikan dan pelatihan internal dan eksternal berbasis kompetensi yang diketahui;

• Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih percaya diri karena karyawan telah memiliki keterampilan yang akan diperoleh dalam pendidikan dan pelatihan;

• Penilaian pada pembelajaran sebelumnya dan penilaian hasil pendidikan dan pelatihan akan leboih reliable dan konsisten;

• Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang diperlukan untuk mengelola perubahan.

3. Industri

• Identifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas keterampilan yang dibutuhkan untuk industri;

• Akses yang lebih besar terhadap pendidikan dan pelatihan sektor publik yang relevan terhadap industri;

• Ditetapkannya dasar pemahaman yang umu dan jelas atas hasil pendidikan dan pelatihan industri melalui sertifikasi pencapaian kompetensi individu;

• Percaya diri yang lebih besar karena kebutuhan industri telah terpenuhi sebagai hasil penilaian berbasis standar;

• Ditetapkannya dasar sistem kualifikasi nasional yang relevan untuk industri;

• Efesiensi penyampaian yang lebih besar dan berkurangnya usaha pendidikan dan pelatihan ganda;

• Meningkatnya tanggung jawab dunia pendidikan dan penyedia pendidikan dan pelatihan atas hasil pendidikan dan pelatihan;

• Mendorong pengembangan keterampilan yang luas dan relevan di masa depan.


(70)

4. Ekonomi Daerah dan Nasional

• Meningkatnya format keterampilan untuk bersaing di pasar domestic dan internasional;

• Mendorong investasi internasional baru pada industri dimana angkatan kerja terampil sangat diperlukan;

• Lebih efesien dari segi biaya, pendidikan kejuruan, dan standar pendidikan dan pelatihan yang relevan dan bertanggung jawab;

• Akses individu pada industri yang diakui dan kompetensi yang relevan serta sesuai dengan keinginan industri;

• Penilaian yang konsisten secara nasional mengenai standar industri yang relevan menjadi mungkin;

• Meningkatnya modal dan akses individu melalui diketahuinya kebutuhan industri yang jelas dan melalui pengakuan pembelajaran sebelumnya terhadap standar yang ada.

2.1.5. Sarana dan Prasarana Pendukung 2.1.5.1. Pengertian Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu (bisa berupa syarat atau upaya) yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan (Kamus Besar BI, 2002:999) dan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek,dsb), (Kamus Besar BI, 2002:893). Sedangkan, menurut Moenir (1992 : 119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah


(71)

bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut :

1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu;

2. Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa; 3. Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin;

4. Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku; 5. Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin;

6. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan; 7. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang

mempergunakannya.

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimaksud di atas berikut ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut Moenir ( 2000 : 120) membagi sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang yang berlainan fungsi dan gunanya;

2. Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan;

3. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya mesin ketik, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, dan mesin pembangkit tenaga.


(72)

2.1.5.2. Teknologi Informasi

Teori Pertumbuhan adalah teori ekonomi yang menyelidiki alasan untuk pertumbuhan dan pembangunan. Menurut Adam Smith, teori tersebut telah dikembangkan selama lebih dari dua ratus tahun. Teori pertumbuhan dapat dibedakan menjadi Teori Pertumbuhan Klasik, Teori Pertumbuhan Neoklasik, dan Teori Pertumbuhan Baru. Teori Pertumbuhan Klasik menganggap peningkatan produktivitas tenaga kerja sebagai alasan utama untuk pertumbuhan, sedangkan Teori Pertumbuhan Baru memperluas alasan pada kemajuan teknologi dan kreativitas (Lucas, 1988). Teori Pertumbuhan Baru mempercayai bahwa teknologi merupakan variabel endogen dan bukan eksogen (seperti yang diyakini pada Teori Pertumbuhan Neoklasik). Ada tiga unsur kunci yang diperlukan untuk pertumbuhan: peningkatan modal manusia, peningkatan penelitian, dan perumusan kebijakan pertumbuhan pro-perdagangan. Teori Pertumbuhan Baru mendukung ekonomi berbasis pengetahuan, dan mengakui pentingnya informasi dan teknologi komputer.

Berdasarkan Teori Pertumbuhan Baru, maka dapat dinyatakan bahwa informasi dan teknologi komputer (ICT) memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan pengembangan akuntansi pemerintah. Sistem akuntansi pemerintah perlu untuk memanfaatkan semua jenis informasi dan teknologi komputer untuk memberikan informasi dan layanan pemerintah kepada masyarakat. Bellamy dan Tylor (1998), dan Heeks (1999) menyoroti bahwa informasi dan teknologi komputer telah memainkan peran yang semakin penting dalam administrasi publik. Istianingsih dan Wijanto (2009) memperoleh bukti bahwa penggunaan teknologi informasi dalam akuntansi dapat mempengaruhi kepuasaan pengguna laporan keuangan karena kualitas, kecepatan dan keakuratan data yang terdapat dalam laporan keuangan bersangkutan.

Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et al., 2000). Pemanfaatan teknologi informasi mencakup


(73)

adanya (a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masysrakat (Hamzah, 2009 dalam Winidyaningrum, 2010).

2.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang menjadi variabel utama dalam penelitian ini adalah Kualitas Laporan Keuangan. Dua variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen adalah Rekonsiliasi Data, Kompetensi SDM, serta Sarana dan Prasarana Pendukung. Ketiga variabel independen tersebut dianggap memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan Kualitas Laporan Keuangan pada satker di lingkungan BMKG.

Sesuai Undang – Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lemaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Laporan keuangan yang dihasilkan diharapkan dapat memiliki karakteristik kualitatif yang bersifat relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Sehingga guna menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kualitas nilai informasi, maka diperlukan data akuntansi yang akurat dan terpercaya.

Untuk memperoleh data akuntansi yang akurat dan terpercaya maka perlu dilaksanakan rekonsiliasi data. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama. Perdirjen Perbendaharaan No. 36/PB/2009 tentang Pedoman Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara merupakan sumber hukum yang menjadi dasar pelaksanaan rekonsiliasi pada satker di Kementerian Negara/Lembaga. Pelaksanaan rekonsiliasi data dilakukan melalui dua tahapan, yang terdiri atas


(74)

dilaksanakan pada tingkat internal dari masing – masing satker. Pelaksanaan rekonsiliasi dilakukan antara SIMAK BMN dengan SAK untuk mencocokkan data akuntansi berupa Barang Milik Negara (BMN). Rekonsiliasi dilakukan untuk mendapatkan kesamaan data BMN yang terdapat pada laporan Neraca BMN dengan Neraca SAKPA. Sehingga laporan keuangan Neraca menampilkan kondisi BMN yang sebenarnya yang dimiliki oleh satker yang bersangkutan. Sedangkan, rekonsiliasi eksternal merupakan rekonsiliasi yang dilakukan oleh satker dengan KPPN selaku BUN. Rekonsiliasi data dengan KPPN dilakukan untuk menyamakan data akuntansi sehubungan pengeluaran anggaran yang telah dilakukan. Kesamaan data akuntansi antara satker dengan KPPN akan mendorong terciptanya laporan keuangan yang akurat dan terpercaya.

Burn dan Robins (2003) berpendapat bahwa faktor – faktor manusia seperti kemampuan belajar dan pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah. Robinson dan Harun (2004) melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi informasi, dan Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Sumber daya manusia merupakan pelaksana dari sistem yang digunakan, sementara teknologi informasi merupakan alat yang berfungsi untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan sistem pelaporan keuangan dengan mempermudah dan mempercepat serta menciptakan keakuratan hasil yang berupa laporan keuangan. Sehubungan dengan audit yang telah dilakukan oleh BPK terhadap laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga mulai Tahun 2006 s.d. 2010, menunjukkan peningkatan opini terhadap laporan keuangan BMKG. Dimana sejak Tahun 2008 s.d. 2010, BMKG telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan perolehan WTP murni pada Tahun 2010 (Tahun 2008 s.d. 2009 memperoleh WTP – Dengan Paragaraf Penjelasan). Peningkatan diperoleh dimana sebelumnya di Tahun 2006 memperoleh opini Tidak Memberi Pendapat (TMP) dan di Tahun 2007 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal ini mengindikasikan kompetensi SDM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas laporan keuangan BMKG.


(1)

4. VARIABEL SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG

N %

Cases Valid 60 100.0

Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.870 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

SPP1 4.58 .497 60

SPP2 4.62 .490 60

SPP3 4.63 .486 60

SPP4 4.48 .624 60

SPP5 4.43 .563 60

SPP6 4.22 .691 60

SPP7 3.95 .964 60

SPP8 4.12 .958 60

SPP9 4.35 .659 60

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

SPP1 34.80 15.451 .720 .851

SPP2 34.77 15.504 .717 .852


(2)

LAMPIRAN 4


(3)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 X3, X2, X1a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .724a .524 .498 .351

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.602 3 2.534 20.510 .000a

Residual 6.919 56 .124

Total 14.521 59

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics


(4)

Coefficient Correlationsa

Model X3 X2 X1

1 Correlations X3 1.000 -.060 -.574

X2 -.060 1.000 -.049

X1 -.574 -.049 1.000

Covariances X3 .014 -.001 -.010

X2 -.001 .009 -.001

X1 -.010 -.001 .022

a. Dependent Variable: Y

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension

Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2 X3

1

1 3.980 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .012 18.342 .00 .05 .63 .17

3 .005 28.866 .35 .16 .24 .69

4 .003 35.078 .65 .79 .13 .14

a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 3.43 4.81 4.20 .359 60

Residual -1.133 .546 .000 .342 60

Std. Predicted Value -2.130 1.707 .000 1.000 60

Std. Residual -3.225 1.553 .000 .974 60


(5)

(6)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .34244488

Most Extreme Differences Absolute .124

Positive .055

Negative -.124

Kolmogorov-Smirnov Z .962

Asymp. Sig. (2-tailed) .313

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.