Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Jati 2006 yang berjudul Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu Semarang menyatakan bahwa nilai tambah merupakan hasil pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku kopi dan sumbangan input lain per kilogram. Nilai produk yang dihasilkan sebesar Rp 21.000,00. Nilai tambah yang diperoleh yaitu Rp 8.797,60 per kilogram dengan rasio nilai tambah 41,89. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai produk sebesar Rp 21.000,00 per kilogram nilai produk, 41,89 merupakan nilai tambah dari pengolahan produk. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa nilai tambah merupakan nilai tambah kotor bagi pengolah karena belum dikurangi imbalan bagi tenaga kerja, untuk itu pada penelitian ini juga akan dihitung nilai tambah produk olahan kopi di Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember. Peneliti ingin menggunakan analisis yang sama yaitu analisis nilai tambah dengan tabel hayami untuk mengetahui nilai tambah produk olahan kopi di Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember. Sedangkan penelitian terkait prospek pengembangan agroindustri oleh Zahrosa 2011 dengan judul Prospek Pengembangan dan Strategi Pemasaran Komoditas Kopi Robusta Rakyat di Kabupaten Jember bahwa untuk meningkatkan usahatani kopi robusta rakyat di Kabupaten Jember diperlukan strategi pengembangan dengan membandingkan faktor internal dan faktor eksternal prospek jangka panjang. Strategi pengembangan dapat dilakukan dengan analisis SWOT. Berdasarkan hasil perhitungan faktor strategi internal diperoleh nilai IFAS sebesar 2,77 dan hasil analisis faktor strategi eksternal diperoleh nilai EFAS sebesar 2,69. Posisi tersebut adalah posisi White Area dengan strategi pengembangan produk baru, menambah kualitas produk, meningkatkan pertumbuhan penjualan unuk memperbesar profit dengan cara meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa untuk mengetahui prospek pengembangan kopi robusta di Kabupaten Jember yaitu dengan membandingkan faktor internal dalam lingkungan usahatani kopi robusta dan eksternal yang berupa ancaman dan peluang di luar lingkungan usahatani kopi robusta serta merancang formulasi dan strategi alternatif yang sesuai bagi pengembangan usahatani kopi robusta di Kabupaten Jember. Berdasarkan penelitian di atas, peneliti ingin menggunakan analisis yang sama untuk mengetahui prospek pengembangan olahan kopi di Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember dengan menggunakan matriks internal dan eksternal serta analisis SWOT. Penelitian terkait strategi pengembangan agroindustri kopi menggunakan analisis faktor internal dan eksternal agroindustri serta formulasi strategi dan implementasinya pada agroindustri kopi dilakukan oleh Sihaloho 2009 dengan judul Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara menyimpulkan bahwa analisis internal pada faktor kekuatan mampu mengatasi faktor kelemahan dengan nilai bobot skor faktor kekuatan lebih besar dari bobot skor kelemahan sebesar 1,338 untuk faktor kekuatan dan 0,992 untuk faktor kelemahan. Hasil analisis eksternal yaitu faktor peluang memiliki bobot skor sebesar 1,928 dan faktor ancaman bagi pengembangan agribisnis kopi dengan bobot skor 0,841. Hal ini dapat disimpulkan bahwa analisis internal pada faktor kekuatan dapat menutupi faktor kelemahan, sedangkan analisis eksternal yaitu Pemerintah Daerah Dinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat atau petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada. Hasil penggabungan dalam matriks SWOT dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan, menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu: 1 membentuk dan membina lembaga penelitian untuk RD serta mendukung asosiasi kopi, 2 menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan memperluas jaringan pemasaran kopi, 3 mengembangkan kopi organik, meningkatkan mutu kopi melalui pasca panen yang baik, dan membuat peraturan bagi mitra usaha, 4 menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak investor. Dapat disimpulkan bahwa hasil QSPM menunjukkan strategi yang menjadi prioritas nilai Total Attractiveness Score TAS 5,868 adalah “Membentuk dan membina lembaga penelitian untuk RD serta mendukung asosiasi kopi”, kemudian strategi yang memiliki nilai TAS terkecil adalah “Menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak investor” dengan nilai sebesar 4,749. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti ingin menggunakan analisis yang sama untuk mengetahui prioritas strategi pengembangan olahan kopi dengan menggunakan analisis QSPM dalam menentukan prioritas strategi pengembangan agroindustri di Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember.

2.2 Karakteristik Tanaman Kopi