23
2 Kejujuran Jujur atau kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Jujur berarti menepati janji atau menepati
kesanggupan, baik yang terlahir dalam kata-kata maupun yang masih di dalam hati niat Widagdho, 1999: 115. Belajarlah bersikap jujur, sebab kejujuran mewujudkan
keadilan, sedang keadilan menuntut kemuliaan abadi. Jujur memberikan keberanian serta ketentraman hati, serta menyucikan, lagi pula membuat luhurnya budi pekerti.
Seseorang mustahil dapat memeluk agama dengan sempurna, apabila lidahnya juga tidak suci. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikanmu, serta
jangan pula berdusta, walau dustamu dapat menguntungkanmu.
3 Kecurangan Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan
sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat di sekelilingnya hidup
menderita Widagdho, 1999: 117.
2.5 Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA
Secara luas, pembelajaran sastra mencakup sejumlah aspek. Mulai dari teori sastra teori apresiasi, teori kritik, dan teori penciptaan, sejarah sastra, sastra
perbandingan, apresiasi sastra, dan kritik sastra. Pembelajaran sastra pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan apresiasi sastra dalam berbagai
bentuknya dan diorientasikan pada pengembangan keberwacanaan dalam bidang budaya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Jabrohim ed, 1994 yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi pembelajaran sastra adalah memindahkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, materi
24
pembelajaran sastra harus memanfaatkan wacana yang secara potensial memiliki are kehidupan sosial budaya Dharmojo, 2007.
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar Djamarah, 1995: 50. Materi pembelajaran merupakan salah satu
unsur atau komponen dalam pembelajaran yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan apa yang dikatakan Arikunto 1996: 51 bahwa bahan
pelajaran merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar karena memang bahan pelajaran itulah yang digunakan untuk dikuasai anak didik. Dengan
demikian, kedudukan materi pembelajaran sangat penting untuk mengarahkan dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta sikap yang seharusnya
dimiliki oleh peserta didik Santoso 2003: 1 Analisis intrinsik dan ekstrinsik untuk SMA diberikan di kelas XI semester II,
termasuk dalam aspek kesastraan, subaspek membaca sastra, standar kompetensi : memahami buku biografi, novel dan hikayat, dengan kompetensi dasar :
membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan dengan hikayat KTSP, 2006: 21.
Terkait dengan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan materi pembelajaran mempunyai hubungan yang erat. KTSP memberikan kebebasan yang
luas bagi pengembangan kreativitas guru dan peserta didik Mahayana, 2007. Oleh karena itu, guru juga diberi keleluasaan untuk menyusun materi pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu materi pembelajaran yang baik. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai bisa lebih optimal.
Adapun analisis ekstrinsik untuk SMA diberikan di kelas XI semester II, termasuk dalam aspek kesastraan, subaspek membaca sastra, standar kompetensi :
memahami buku biografi, novel dan hikayat, dengan kompetensi dasar : membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan dengan
hikayat KTSP, 2006: 21. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan materi
pembelajaran menurut Santoso [et al], 2003: 2 adalah :
25
1 harus memperhatikan tujuan tertentu yang hendak dicapai melalui pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan materi pembelajaran yang bersangkutan.
Materi pembelajaran harus selaras dengan : a. Program pendidikan saat ini;
b. Tingkat perkembangan peserta didik; c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Kebutuhan dan kemampuan siswa; e. Keadaan masyarakat tempat sekolah yang bersangkutan;
f. Keadaan lingkungan belajar siswa. 2 materi pembelajaran hendaknya mudah digunakan oleh pihak yang bersangkutan.
3 bahan yang disajikan dalam kurikulum, dan 4 materi itu tidak terbatas pada penyelesaian pendidikan di lembaga yang
bersangkutan saja, melainkan bahan yang dapat digunakan dalam keseluruhan hidup peserta didik.
Dengan adanya materi pembelajaran yang disusun guru, siswa bisa lebih memahami materi pelajaran karena materi pembelajaran tersebut disusun berdasarkan
kondisi dan kebutuhan siswa. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhan Djamarah, 1995: 51. Materi
pembelajaran yang disusun guru bisa dijadikan alternatif materi pembelajaran di sekolah karena buku yang dibaca siswa masih bersifat umum.
26
BAB 3. METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai metode dan langkah-langkah penelitian secara aplikatif, yang meliputi : 1 jenis penelitian; 2 data dan sumber data; 3 teknik
pengumpulan data; 4 metode analisis data; 5 instrumen penelitian; dan 6 prosedur penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong 2005: 6 penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang sesuatu yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya pada kondisi objek yang alamiah dan
dengan memanfaatkan metode yang alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang apa adanya dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
memerlukan metode untuk mendapatkan data yang mendalam. Adapun metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu metode yang menguraikan data-
data dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Menurut Semi 1990: 25 penelitian kualitatif deskripstif merupakan penelitian yang mendeskripsikan data atau
segala tanda yang memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode
hermeneutika. Hermeneutika merupakan metode penelitian sastra yang bertujuan untuk menginterpretasikan atau menafsirkan sebuah karya sastra. Ratna 2004: 45
menyatakan bahwa sastra dan filsafat hermeneutika disejajarkan dengan interpretasi, pemahaman, verstehen,dan retroaktif yang dalam ilmu-ilmu sosial disebut juga
metode kualitatif, analisis isi, alamiah, naturalistik, studi kasus, etnografi, etnometodologi, dan fenomenologi. Waluyo 1990: 2 juga menyatakan bahwa dalam
hermeneutika dikenal “verstehen” yang berarti mengerti atau benar-benar memahami
secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis