Penelitian Sebelumnya yang Relevan

10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian “Kajian Humaniora Novel Gipsi Laut dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA, yang meliputi: 1 penelitian sebelumnya yang relevan; 2 pengertian dan jenis-jenis novel; 3 teori struktural unsur intrinsik; 4 teori humaniora; 5 materi pembelajaran apresiasi sastra di SMA.

2.1 Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Penelitian ilmiah terhadap suatu karya sastra hendaknya tidak mengalami pengulangan. Novel ini sebelumnya pernah dibahas dalam artikel harian Media Indonesia pada tanggal 12 Agustus 2006, dengan judul artikel “Perjalanan Kesan Sastra Sejarah Lebih Indah”. Dalam artikel harian Media Indonesia itu Rahmat Ali mengatakan bahwa menulis sastra berlatar sejarah akan lebih berbobot. Seperti dalam novel Gipsi Laut, ia bersusah payah menuliskan kisah perjuangan orang-orang laut di Riau pada kurun waktu 1967-1968. Novel Gipsi Laut sebelumnya juga pernah diteliti oleh penulis sendiri ketika menyelesaikan skripsi di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Jember, pada tahun 2007 sampai 2008, dengan judul “Kajian Humaniora Novel Gipsi Laut karya Rahmat Ali”. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif. Kajian terhadap novel Gipsi Laut karya Rahmat Ali dapat disimpulkan sebagai berikut. Kajian yang dilakukan oleh penulis adalah kajian struktural yang meliputi: judul, tema, tokoh dan perwatakan, konflik serta latar, dan pragmatik, berupa kajian humaniora. Judul dalam novel Gipsi Laut menunjukkan pada objek. Objek yang diceritakan oleh pengarang adalah kehidupan di sekitar laut. Dalam novel Gipsi Laut terdapat dua tema, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor novel ini adalah perjuangan seseorang mencari jati diri yang sebenarnya. 11 Tema ini didukung oleh tema-tema minor, yaitu 1 Seorang laki-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, 2 Seorang istri yang giat dalam bekerja untuk mengurangi beban suaminya, 3 Seorang ibu yang menderita batinnya karena harus dipisahkan dengan anaknya. Tema-tema minor tersebut mendukung tema mayor, sehingga tercipta kesatuan tematis. Novel Gipsi Laut didukung oleh 27 tokoh cerita, yang terdiri atas seorang tokoh utama dan beberapa tokoh bawahan. Tokoh utama novel ini adalah Indra. Indra berwatak datar atau flat character. Indra memiliki sifat penyayang dan pemaaf. Tokoh tambahan yang mendukung peran tokoh utama adalah Pak Long, Inang, dan Siti Lazuli. Tokoh-tokoh tambahan tersebut berwatak bulat, kecuali Inang. Tokoh tambahan tersebut berwatak bulat karena mengalami perubahan watak. Adanya tokoh-tokoh cerita yang berwatak datar dan bulat tersebut, membuat novel ini menjadi lebih hidup. Konflik dalam novel Gipsi Laut meliputi konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik dialami Siti Lazuli dengan ayahnya, Pak Tolo, Indra dengan teman- teman sekelasnya, Cik Ngah dengan masyarakat darat, dan Pak Long, Inang, dan Indra saat berlindung dari cuaca buruk di dalam gua dekat pantai. Konflik batin dialami oleh Indra, Pak Long dan Cik Ngah. Adanya konflik-konflik tersebut dapat menciptakan ketegangan, kedinamisan dan daya imajinasi, sehingga cerita menjadi hidup dan menarik. Latar novel Gipsi Laut terdiri atas latar tempat, latar lingkungan kehidupan, latar sistem kehidupan, latar alat dan latar waktu. Latar tempat yang digambarkan pengarang adalah laut, sekolah, rumah Cik Ngah, dan kantor Pemda. Latar lingkungan kehidupan yang digunakan pengarang adalah kehidupan di laut dan kehidupan di darat, yaitu kehidupan sekolah dan kehidupan di kantor Pemda. Latar sistem kehidupan berupa sistem kehidupan di laut dan sistem kehidupan di darat. Latar alat yang digunakan meliputi biduk, alat-alat masak yaitu: anglo tanah, kompor kecil, kuali, panci menanak, sendok, piring, muk, keranjang rotan, kantong-kantong plastik bumbu, jerigen minyak goreng, dan jerigen kerosin, kelong serta alat yang ada 12 di kamar Siti Lazuli, yaitu : ranjang beserta sepreinya, lampu baca, telepon, fax, intercom, dan satu set penyetel audiovisual. Latar waktu adalah seminggu, sebulan, sore hari, Minggu pagi, dan malam hari. Keberadaaan latar-latar tersebut membuat cerita terasa jelas, konkrit dan mudah dipahami, sehingga pembaca seolah-olah berada di dalamnya. Kajian pragmatik berupa kajian humaniora meliputi manusia dan cinta kasih, manusia dan penderitaan, serta manusia dan keadilan. Kajian humaniora tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Manusia dan cinta kasih meliputi kasih sayang, kemesraan dan belas kasihan. Manfaat yang diperoleh setelah mengkaji manusia dan cinta kasih diharapkan kita memiliki rasa simpati Manusia dan penderitaan meliputi penderitaan dan rasa sakit. Manfaat yang diperoleh setelah mengkaji manusia dan penderitaan adalah manusia hendaknya saling menolong karena dapat meringankan penderitaan orang lain. Manusia dan keadilan meliputi kejujuran dan kecurangan. Manfaat yang diperoleh setelah mengkaji manusia dan keadilan adalah hendaknya manusia adil dalam menjalankan kewajiban dan menuntut haknya. Dengan adanya nilai-nilai humaniora yang berupa: manusia dan cinta kasih, manusia dan penderitaan, serta manusia dan keadilan maka novel ini terasa humanis, dapat mempengaruhi pembacanya sehingga pembaca pun akan menjadi humanis. Jadi sifat penelitian yang sekarang adalah melanjutkan penelitian yang sebelumnya, dengan harapan dapat dijadikan alternatif materi pembelajaran apresiasi sastra di SMA.. 2.2 Pengertian dan Jenis-Jenis Novel 2.2.1 Pengertian Novel