Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
cenderung mengelompok pada usia muda juga masih tingginya angka pengangguran terbuka.
Selain pengangguran terbuka dan mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal under employed juga termasuk permasalahan ketenagakerjaan yang tidak
dapat dilupakan. Kondisi tersebut banyak terjadi di Kota Padangsidimpuan yang antara lain sebagai konsekuensi dari masyarakat bercorak agraris dan lapangan
pekerjaan yang sangat terbatas serta semakin banyak calon tenaga kerja baru baik yang berpendidikan maupun tidak.
2.5 Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan tenaga kerja demand for labor yaitu suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja yang siap diisi
oleh para penawar kerja pencari kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang masih tinggi serta keterbatasan kesempatan kerja akan mengakibatkan semakin
meningkatnya pengangguran. Secara konsisten pertumbuhan angkatan kerja ini masih selalu lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk.
Disamping itu angkatan kerja yang termasuk setengah pengangguran masih tetap tinggi. Hal ini menandakan bahwa produktivitas para tenaga kerja tersebut
belum optimal. Dimana kesempatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja yang bekerja terhadap angkatan kerja.
Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
GAMBARAN UMUM KOTA PADANGSIDIMPUAN
3.1 Sejarah Kota Padangsidimpuan
3.1.1 Dari Padang Na Dimpu ke Pangsidimpuan
Sejarah Tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut “Padang Na Dimpu “ oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan
yang artinya suatu dataran di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II di pinggiran Sungai Sangkumpal Bonang.
Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo salah seorang pengiriman pasukan kaum Padri dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku
Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang.
Sejalan dengan perkembangan Benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak
yang disebut Hatoban, untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip 10 dari nilai harga barang.
Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk Recidency Tappanooli yang dibentuk
Inggris tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District Setingkat kewedanaan Mandailing, District Angkola dan
Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan Governement Sumatras West Kust
berkedudukan di Padang. Dan tahun 1838 dibentuk Residentie Air Bangis dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie
Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember1842, antara tahun 1885 sampai 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibu Kota Tapanuli.
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan pusat Pemerintah dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibu Kota
Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas melalui Undang-Undang
Darurat Nomor 70DRT1956.
Dalam ringkasan sejarahnya tahun 1879 di Padangsidimpuan didirikan Kwekk School Sekolah Guru yang dipimpin oleh CH VAN OPVYSEN yang dikenal
sebagai penggagas ejaan bahasa Indonesia. Lulusan sekolah ini banyak dikirim untuk menjadi guru ke Aceh. Salah seorang lulusan ini ialah Rajiun Harahap Gelar Sutan
Hasayangan, penggagas berdirinya Indische Veerigining sebagai cikal bakal berdirinya Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dan merupakan organisasi
pertama yang berwawasan nasional. Rajiun Harahap yang lahir di Batunadua tanggal 30 Oktober 1879 juga menggagas pengumpulan dana studi bagi guru-guru yang akan
bersekolah ke negeri Belanda. Dan sejarah Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa peranan dan
fungsi Kota ini sejak dahulu adalah sebagai pusat pemerintahan, pusat aktivitas perdagangan dan jasa, serta pusat pendidikan.
Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
3.1.2 Kronologis Pembentukan Kota Padangsidimpuan
Melalui aspirasi masyarakat serta Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 15KPTS 1992 dan
Nomor 16KPTS1992 Kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tk. II bersamaan dengan pengusulan pembentukan Kabupaten Daerah
Tk. II Mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.
Setelah terbentuknya Kabupaten Mandailing Natal, maka melalui : 1. Surat Bupati Tapanuli Selatan Nomor 13510782000 tanggal 30 November 2000.
2. Keputusan DPRD Tapanuli Selatan Nomor 01PIMP2001 tanggal 25 Januari 2001.
3. Surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 13515952001 tanggal 5 Februari 2001.
Diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Padangsidimpuan.
Pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam Negeri Atas Nama Presiden Republik Indonesia diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota, dan pada
tanggal 9 November 2001 oleh Gubernur Sumatera Utara dilantik Drs.Zulkarnain Nasution sebagai Pejabat Walikota Padangsidimpuan.
Visi dan Misi Kota Padangsidimpuan
Pramudita Rizki Siregar : Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009
Visi Kota Padangsidimpuan adalah terwujudnya masyarakat Kota Padangsidimpuan yang sejahtera dengan dilandasi semangat salumpat saindege.
Misi Kota Padangsidimpuan yaitu: 1. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat Kota dalam bidang pendidikan,
perdagangan, dan jasa. 2. Meningkatkan kualitas kelembagaan Pemerintah Kota.
3. Meningkatkan ketertiban dan menegakkan supremasi hukum. 4. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengawasan dalam pemanfaatan, dan
pengembangan potensi daerah yang selaras dengan rencana tata ruang yang berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan pertumbuhan usaha kecil dan menengah, kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
6. Meningkatkan derajat kesehatan.
3.3 Kondisi Wilayah