Markam Alfengki Sinaga : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
O
2
Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea, 2008.
USU Repository © 2009
Pada saat klorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebahagian besar saja yang dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena klorinat lignin dan resin sangat mudah
larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses khlorinasi. Sodium hidroksida merupakan salah satu alkali kuat yang ada.
b. Hidrogen Peroksida
Tujuan utama penambahan zat ini adalah untuk menaikkan brightness sampai pada derajat yang telah ditentukan. Senyawa ini merupakan pengganti dari
penggunaan hypoklorit, karena hasil reaksi dengan zat hypoklorit menghasilkan emisi atau zat buangan yang kurang ramah lingkungan. Sehingga saat ini dipergunakan
hidrogen peroksida karena lebih ramah lingkungan walaupun harganya sedikit lebih
mahal. c.
Klorin Dioksida ClO
2
Klorin Dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan
berwarna lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan sellulosa dengan
kerusakan pada sellulosa yang minimum. Brightness tinggi yang dihasilkan dengan klorin dioksida adalah stabil. Pada bleaching plant, klorin dioksida digunakan sebagai
suatu larutan gas dalam air.
2.5 Tahapan Proses Pemutihan
Pemutihan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda pada setiap
tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat ditunjukkan urutan sebagai berikut :
Markam Alfengki Sinaga : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
O
2
Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea, 2008.
USU Repository © 2009
a. Klorinasi C
Reaksi dengan elemen klorin dalam suatu media asam. b.
Ekstraksi alkali E Pemisahan hasil reaksi dengan caustik
c. Ekstraksi oksidasi EO Ekstraksi oksidasi yang diperkuat dengan peroksida
d. Hypokhlorit H
Reaksi dengan hypokhlorit dalam suasana alkali e.
Khlorin Dioksida Reaksi dengan Klorin Dioksida dalam suasana asam
f. Oksigen
Reaksi dengan elemen O
2
yang bertekanan dalam suasana alkali.
Tabel 2.2 Kondisi-kondisi proses normal pada masing-masing tahap
Parameter D
o
EOP D
1
D
2
Kekentalan pulp 4,5
12 12
12 Temperatur stock
o
C 45 - 60
70 70 - 80
80 pH
1,6 - 2,2 10,8 - 11
10,5 - 3,5 3,5 - 4
Waktu tinggal do menara menit 27
60 210
147
Keterangan D
o
: Tahap klorinasi EOP
: Tahap ekstraksi oksidasi ekstraksi alkali D
1
: Tahap reaksi klorin dioksida pertama D
2
: Tahap reaksi dengan klorin dioksida yang kedua
Pada tahap khlorinasi, lignin dikhlorinasi menjadi khlorolignin yang akan menjadi terlarut pada tahap ekstraksi, sehingga proses delignifikasi terjadi.
Peningkatan brightness setelah melalui tahap C, E, sangatlah kecil. Oksigen juga
Markam Alfengki Sinaga : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
O
2
Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea, 2008.
USU Repository © 2009
dipergunakan pada tahap ekstraksi dan terutama digunakan pada proses delignifikasi. Untuk mencapai suatu ”brightness penuh” pada tingkat 89 – 90 ISO, proses
pemutihan dilaksanakan dengan lima tahap, menggunakan tahapan C,E,H,E,D atau C,E,D,E,D.
Pada pemutihan dengan menggunakan Hypokhlorit, kelompok khromopik lignin hancur. Brightness meningkat sangat tinggi pada tahap ini. Kalsium atau
Sodium Hypoklorit kemungkinan bisa dipergunakan. Salah satu kerugian perlakuan ini adalah bahwa selulosa juga diserang oleh Hypokhlorit, dan oleh karena itu kondisi-
kondisi operasi selama perlakuan ini harus diperhatikan dengan seksama untuk mencegah terjadinya kerusakan terhadap selulosa.
Tahap pemutihan dengan klorin dioksida menghasilkan brightness pulp yang tinggi. Keuntungan dengan perlakuan ini adalah bahwa klorin dioksida
menghancurkan lignin tanpa merusak selulosa. Peroksida digunakan pada proses pemutihan pulp secara kimia. Digunakan
pada kondisi-kondisi yang relatif sejuk 35 sampai dengan 55
o
C. Peroksida merupakan zat pemutih yang efektif untuk melindungi selulosa dan memperbaiki
brighness tanpa kehilangan produksi yang berarti.
2.5.1. Tahap Klorinasi Do
Bubur pulp yang belum diputihkan diencerkan dengan air hingga konsistensinya menjadi 3,5-4 dalam storage tank. Kemudian dari tangki ini bubur
pulp dipindahkan ke menara Do. Pada saat pemindahan maka ditambahkan ClO
2
sebanyak 14-20 literton bubur pulp, kemudian diaduk dengan chlorinizing mixer. Bila konsistensinya lebih tinggi, harus ditambahkan airdilusi. Penambahan
pengencer dikontrol dengan paralel meter, yang didasarkan atas residu klorin.
Markam Alfengki Sinaga : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
O
2
Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea, 2008.
USU Repository © 2009
Lamanya pencampuran berkisar 27-30 menit dengan temperatur 60-65 C dan pH 1,6-
2,2 dan konsistensi 2-3.5. Selanjutnya bubur pulp dicuci dalam Chlorination washer I, cara kerjanya
sama dengan washer yang digunakan sebelum memasuki tahap screening. Disini sebagai pencuci digunakan adalah air sekaligus sebagai pengencer larutan untuk
mengurangi konsistensi. Sisa air pencuci ditampung dalam filtrate tank dan bubur pulp yang sudah dicuci dilewatkan ke proses ekstraksi.
2.5.2 Tahap Ekstraksi
Tahap kedua pada bleaching plant dengan banyak tahapan dan ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari alakali estraksi adalah
melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali yang hangat berdasarkan kerja dari bahan-bahan kimia yang
digunakan terhadap sebagian proses pemutihan. Kelarutan klorinat dan lignin yang teroksidasi, dan komponen-komponen warna lainnya meningkatkan tingkat keputihan
dalam tahap pemutihan dalam berikutnya. Zat kimia yang digunakan pada tahap ini adalah sodium hidroksida dan hidrogen
peroksida.Sodium hidroksida larutan 10 digunakan untuk menguraikan hasil reaksi dari proses klorinasi. NaOH berfungsi untuk memisahkan ClO
2
dengan lignin, sehingga lignin dapat kembali direaksikan dengan menggunakan hidrogen peroksida.
Zat H
2
O
2
berfungsi mengikat kambali lignin yang masih terkandung di dalam pulp. Penggunaan hidrogen peroksida adalah sekitar 16-17 kgton pulp kering dan akan
bekerja secara maksimal pada pH antara 10-11, sehingga mampu menghasilkan brightness hingga 80-84 ISO. Penambahan sodium hidroksida dan hidrogen peroksida
harus pada jumlah tertentu agar dapat mempertahankan konsistensi pulp 10 hingga
Markam Alfengki Sinaga : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
O
2
Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea, 2008.
USU Repository © 2009
12 , semua proses ini berlangsung pada menara ekstraksi. Selanjutnya pulp dicuci dan diencerkan pada washing dan filtratnya ditampung untuk diteruskan ketahap D1.
Variabel-variabel pada proses ekstraksi
a. Konsistensi
Keefektifan proses ekstraksi tergantung kepada konsentrasi alkali yang digunakan. Suatu pulp dengan konsistensi yang tinggi maka akan diberikan konsentrasi alkali
yang lebih tinggi pada penerapan bahan kimia yang diberikan. Pada konsistensi yang lebih tinggi sedikit uap air yang dibutuhkan untuk memanaskan pulp untuk
menaikkan temperatur.
b. Temperatur
Brightness yang lebih tinggi dihasilkan pada tahap pemutihan oksidasi berikutnya dan ekstraksi kappa lebih rendah dapat dicapai jika temperatur
ekstraksi dijaga pada 65-70
o
C tidak menunjukkan adanya hasil-hasil yang menguntungkan.
c. Waktu retensi