53
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Informan Masyarakat Kebon Jeruk
Data untuk tulisan ini bersumber dari wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa informan yang penulis dapatkan di wilayah Kebon Jeruk.
informan yang dimaksud adalah warga masyarakat Kebon Jeruk yang mempunyai pengalaman pribadi terkait dalam hal nikah sirri. Dari sekian banyak
warga di wilayah Kebon Jeruk penulis mengambil sampel hanya 6 orang yang penulis bagi menjadi empat kategori, 3 orang adalah pelaku pernikahan, 1 orang
tokoh masyarakat, 1 orang Amil, dan 1 orang aparatur hukum yaitu Kepala KUA. 6 orang informan yang penulis wawancarai yaitu:
a. Drs. H. Abdul Rachman, selaku Aparatur Hukum yaitu Kepala KUA. b. al-Ustadz H. Urwah Salim, selaku Tokoh Masyarakat.
c. al-Ustadz H. Zarkasih, selaku Amil sekaligus Tokoh Masyarakat. d. Ita inisial, Karumi inisial, Sari inisial, selaku pelaku praktek pernikahan
sirri. Sebagai tahap awal, penulis mengajukan pertanyaan yang berkenaan
dengan karakteristik informan, karena menurut pengamatan penulis identitas informan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan dan status dapat
mempengaruhi pola pikir informan dalam memandang praktek nikah sirri. Kemudian tahap selanjutnya adalah mengajukan pertanyaan yang berkenaan
dengan pengalaman pribadi dari masing-masing informan terhadap pernikahan sirri yang dilakukannya..
Dalam hal pendidikan, sebagian informan mengenyam pendidikan sampai di tingkat SLTP 2 orang, tingkat SLTA 3 orang dan tingkat sarjana S1 1 orang.
Sedangkan dari segi pekerjaan sebagian informan adalah wiraswasta 2 orang, karyawan 2 orang, dan ibu rumah tangga 2 orang.
1
B. Sekilas Tentang Masyarakat Kelurahan Kebon Jeruk Terkait Pernikahan Sirri
Menanggapi masalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang dimana pernikahannya itu cacat menurut Undang-Undang No. 1
Tahun 1974, dikarenakan pernikahannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama atau disebut pernikahan sirri, Sesuai dengan namanya, perkawinan sirri ini
umumnya merupakan perkawinan yang dilakukan secara rahasia, terselubung, atau sembunyi-sembunyi. Praktik nikah sirri ini telah banyak dikenal dan
dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sementara itu jika dilihat dari perspektif hukum pemerintahan dan norma sosial sering dinilai sebagai suatu
penyimpangan, beberapa informan memandang bahwa nikah sirri itu sah apabila sesuai dengan syari’at Islam. Seorang informan Amil, Ust. H. Zarkasih
menyatakan “Nikah sirri itu sah jika dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam hanya saja pernikahan tersebut bersembunyi dari ketentuan hukum
1
Hasil Wawancara Pada Warga Masyarakat Kebon Jeruk, 12 September-12 Oktober 2010
pemerintah”.
2
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang informan pelaku, sebut saja Ita. Dia mengungkapkan “Menurut Saya nikah sirri itu sah-
sah saja jika dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam hanya saja tidak dicatat di KUA”.
3
Sejalan dengan pendapat Ita, sebut saja Sari informan yang juga sebagai pelaku menyatakan bahwa nikah sirri itu boleh-boleh saja asalkan sesuai dengan
Syari’at Islam. Katanya, “Klo menurut agama kan sah-sah saja asalkan sesuai dengan syari’at Islam tapi klo menurut Negara yang saya tahu itu dilarang”.
4
Namun, sebagian informan lainnya memandang bahwa nikah sirri itu tidak diperbolehkan. Karena dari pernikahan tersebut yang paling dirugikan itu adalah
dari pihak perempuan, sebab tidak mendapatkan perlindungan hukum dan jika terjadi suatu perceraian pihak perempuan tidak bisa menuntut haknya. Bahkan
penikahan tersebut adalah suatu pelanggaran terhadap Undang-undang Perkawinan dan dapat dikenakan sanksi Pidana. Seorang informan Kepala
KUA Drs. H. Abd. Rachman menyatakan “Menurut saya nikah sirri itu tidak sah dan tidak diperbolehkan, karena pernikahan tersebut tidak dicatatkan dan
2
Zarkasih, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 19 November 2010
3
Ita, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1November 2010
4
Sari, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 7 November 2010
merupakan suatu pelanggaran terhadap Undang-undang Perkawinan dan dapat dikenakan sanksi Pidana”.
5
Sejalan dengan pendapat seorang informan tokoh masyarakat yang juga mempunyai pandangan terhadap nikah sirri, Ust. H. Urwah Salim mengatakan
“Sebenarnya setiap
pernikahan itu
dikatakan sah
apabila proses
pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam dan resmi menurut Undang- undang Perkawinan. Dan menurut Saya nikah sirri itu sah tapi sebaiknya jangan
dilakukan karena dibandingkan dengan mashlahatnya mudharatnya lebih banyak, karena kita hidup didunia bukan hanya diatur oleh Syari’at Islam saja
tetapi juga diatur dalam Aturan-aturan Di Negara ini”.
6
Dengan demikian Pernikahan sirri biasanya dilakukan tanpa ada pemberitahuan resmi, pelaksanaan akad dengan cara ini adalah benar dan sah,
walaupun tidak tercatat resmi, mungkin timbul pertanyaan, “Mengapa sebagian orang mencari cara perkawinan seperti ini, tanpa ada pemberitahuan dan catatan
resmi?” Berdasarkan temuan penelitian ini penulis dapat melihat bahwa, pandangan
masyarakat Kebon Jeruk terhadap nikah sirri adalah saling berbeda pandangan. Ada yang memandang nikah sirri adalah sah dan dibolehkan, asal saja sesuai
dengan syari’at Islam khususnya pendapat Jumhur Ulama yang membolehkan
5
Abd. Rachman. Penghulu KUA, Wawancara Pribadi, Kec. Kebon Jeruk 28 Oktober 2010
6
Salim, Urwah, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 15 November 2010
nikah sirri, sekalipun aqad nikahnya dirahasiakan dan tidak memberitahukannya kepada orang ramai. Tetapi, ada pula sebagian masyarakat yang tidak setuju
terhadap pernikahan tersebut karena dapat menimbulkan dampak sosial dan psikologis yang besar. Perbedaan tersebut disebabkan karena tingkat pendidikan
yang mereka miliki serta kondisi sosial warga masyarakat Kebon Jeruk yang saling berbeda, sehingga mempengaruhi cara berfikir dan memandang mereka
informan terhadap nikah sirri. Meskipun demikian orang yang melakukan nikah sirri tersebut tetap saja ada di wilayah Kebon Jeruk sekalipun tidak banyak dan
itupun sangat rahasia sehingga tidak banyak orang yang tahu. Masyarakat Kebon Jeruk juga memandang bahwa nikah sirri disebabkan
oleh beberapa faktor. Yang pertama, karena faktor sosial dan budaya diantaranya : 1. Menginginkan mendapatkan keturunan, 2. Kepuasan seks, 3. Poligami, 4.
Tidak direstui keluarga. Hasil wawancara dengan salah seorang pelaku pernikahan tersebut, Ita
menjelaskan bahwa “Alasan Saya melakukan Pernikahan sirri karena status suami saya sudah beristri dan orang tua Saya tidak merestui hubungan kami,
tapi kami tetap melakukan pernikahan itu, karena daripada saya berzina ya saya nikah sirri aja karena sudah terlanjur sayang dan cinta. Karena alasan itulah
saya tidak menikah di KUA, sekalipun awalnya saya tidak setuju nikah sirri”.
7
7
Ita, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1November 2010
Kedua, karena faktor Agama diantaranya : 1. Keyakinan tidak perlu pencatatan, tapi cukup kepada Amil, 2. Pencatatan bukan syarat atau rukun
nikah, 3. Rendahnya kesadaran agama sehingga melakukan perzinahan atau untuk melampiaskan syahwat dengan kedok nikah siri, Seperti yang dituturkan
oleh Karumi. Katanya, ”Menurut Saya banyak faktor yang menyebabkan seseorang nikah sirri, contohnya saja Saya, faktor Saya nikah sirri karena
Pasangan saya Berbeda Agama dengan Saya, jadi tidak mungkin kan saya menikah di KUA”.
8
Ketiga, karena faktor hamil diluar nikah akibat zina yang menyebabkan seseorang lebih memilih melakukan nikah sirri daripada nikah resmi, karena
alasan malu dikhawatirkan akan mencemarkan nama baik keluarga. Salah seorang pelaku lainnya, Sari berkata “Waktu itu saya sudah terlanjur hamil
duluan jadi orang tua saya malu kalau harus menikahkan Saya di KUA”.
9
Kemudian, pernikahan sirri telah banyak terjadi di wilayah Kebon Jeruk. Menurut keterangan warga dalam sebulan cukup banyak orang yang melakukan
pernikahan tersebut. Salah seorang Amil dan sekaligus seorang tokoh masyarakat, Ust H. Zarkasih mengatakan bahwa “Ya tidak tentu kadang-kadang
5 pasangan dan paling sedikit dalam sebulan ada 3 pasangan yang minta
8
Karumi, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1 November 2010
9
Sari, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 7 November 2010
dinikahkan secara sirri”.
10
Dan seorang amil tersebut yang sekaligus tokoh masyarakat juga mengatakan bahwa banyak yang minta dinikahkan sirri itu
karena ingin melakukan poligami agar tidak diketahui oleh isteri pertamanya, yang dalam pernyataannya “Kebanyakan dari mereka orang-orang yang ingin
melakukan poligami agar tidak diketahui oleh isteri pertamanya, karena kalau nikah resmi rumit sekali prosesnya. Dan faktor lainnya ya paling karena
kecelakaan atau hamil diluar nikah, karena orang tua mereka sudah terlanjur malu jika harus dinikahkan di KUA”.
11
Selain itu juga, kebanyakan dari kualitas pernikahan mereka tidak berjalan dengan harmonis dan penuh dengan konflik, sedangkan yang lainnya merasa hal
tersebut tidak berpengaruh pada kualitas pernikahan mereka dan merasa rukun- rukun saja rumah tangganya. Tetapi hampir semua pernikahan sirri berpengaruh
pada dampak sosial diantaranya, Tidak tercatat di Kantor Administrasi Pemerintah akan pernikahannya, serta Berdampak sulitnya mengurus akte
kelahiran anak dan Pada dampak psikologisnya yaitu Merasa tidak percaya diri dimasyarakat akan pernikahannya, karena disebabkan nikahnya di bawah tangan,
dan Kurang baiknya bagi perkembangan kehidupan anak. Berikut pernyataan beberapa informan pelaku:
10
Zarkasih, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 19 November 2010
11
Zarkasih, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 19 November 2010
Menurut Ita: “Setiap keluarga pasti ada saja masalah-masalah didalam keluarga, akan tetapi
mengenai dampak dari nikah sirri menurut saya dibanding positifnya kebanyakan negatifnya, contohnya aja saya tidak bisa membuat akta kelahiran
untuk anak saya karena syaratnya harus ada surat nikah, saya sudah minta diurusin sama suami saya tapi tetap aja tidak ditanggapi,saya sangat khawatir
tentang status anak saya nantinya”.
12
Menurut Karumi: “Biasa-siasa saja, paling tidak enaknya punya suami yang beda Agama pada
bulan ramadhan dan hari-hari besar Islam lainnya Saya merayakannya sendiri saja sekalipun suami Saya memberikan kebebasan untuk beribadah sesuai
dengan keyakinan Saya”.
13
Menurut Sari: “Pada awalnya sih kurang harmonis karena usia kami masih sangat muda tapi
sekarang hubungan kami baik-baik saja, tetapi yang Saya khawatirkan adalah status anaknya Saya Nantinya di masyarakat”.
14
Itulah beberapa pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa warga yang mengaku mempunyai pengalaman pribadi mengenai pernikahan ini.
12
Ita, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1November 2010
13
Karumi, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1 November 2010
14
Sari, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 7 November 2010
Penulis sengaja tidak mencantumkan nama asli warga tersebut khususnya pelaku pernikahan tersebut untuk menjaga nama baik mereka.
Sebenarnya pernyataan-pernyataan tersebut merupakan sebuah realita kehidupan yang menceritakan tentang kondisi warga pelaku, meskipun tidak
semua warga Kebon Jeruk seperti itu, karena tidak dapat dipungkiri masih banyak warga wilayah Kebon Jeruk yang tidak mengalami pernikahan sirri
tersebut.
C. Faktor-faktor yang menyebabkan praktek nikah sirri di Wilayah Kel. Kebon Jeruk Jakarta Barat
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa ketentuan keshahihan dari nikah sirri dalam hukum Islam terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Ada yang berpendapat membolehkan dengan beberapa ketentuan dan ada juga yang berpendapat mengharamkannya. Sedangkan, di dalam hukum positif yakni
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terutama pada pasal 2 ayat 2, pernikahan sirri secara nyata tidak dijelaskan dalam
pasal itu, namun apabila kita mau memahami hakikat yang tersirat dalam pasal 2 ayat 2 maka nyatalah bahwa pernikahan sirri itu tercakup didalamnya yang
menjelaskan bahwa setiap pernikahan harus dicatat menurut Undang-undang yang berlaku.
Proses pernikahan sirri di wilayah Kebon Jeruk, sebagaimana hasil penelitian dan wawancara yang penulis lakukan baik dengan aparat hukum,
pelaku, amil, dan juga tokoh masyarakat setempat, secara singkat akan penulis uraikan bagaimana proses pernikahan sirri di wilayah Kebon Jeruk.
Pelaku pernikahan tersebut pada saat ingin melaksanakan pernikahannya, biasanya meminta bantuan kepada salah satu keluarga dan seorang tokoh agama
setempat atau yang bisa dikenal sebagai Amil yang biasa menikahkan pasangan yang ingin melakukan pernikahan secara sirri. Mereka meminta bantuan tersebut
dimaksudkan untuk dapat memproses pernikahannya secara sirri. Karena disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sebenarnya proses dan tata cara pernikahan secara sirri biasanya hampir sama dengan proses penikahan pada umumnya, pernikahan sirri hanya sah secara
agama, namun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan negara. Pernikahan yang terjadi sudah memenuhi ketentuan agama, misalnya: menghadirkan 2 saksi
adil, wali perempuan, adanya calon mempelai dan ijab qabul. Banyak faktor yang menyebabkan warga negara Indonesia tidak mencatatkan pernikahannya di
lembaga pencatatan sipil negara, tetapi. Seorang informan pelaku, Ita mengungkapkan “Ya Prosesnya hampir sama dengan Proses nikah seperti
biasanya, hanya saja tidak di catat di KUA aja. Pada awalnya yang menjadi wali nikah Saya bukan orang tua Saya, tetapi setelah beberapa lama Saya
menikah akhirnya orang tua saya merestui dan menikahkan kami kembali dengan Ayah saya sendiri yang menjadi walinya karena khawatir pernikahan
kami yang sebelumnya tidak sah, karena status suami Saya sudah beristeri jadi
tetap tidak bisa nikah resmi”.
15
Hal senada juga diungkapkan Sari, katanya “Ya sama saja si dengan pernikahan yang resmi bedanya saya tidak dapat surat
nikah, yaitu dengan mengumpulkan kedua anggota keluarga calon mempelai baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan, ada wali, saksi dan yang
pasti ada yang menikahkan, akan tetapi yang menikahkan saya waktu itu seorang Ustadz didaerah saya”.
16
Sedangkan, menurut Karumi, katanya “Awalnya pasangan Saya membacakan dua kalimat syahadat didepan amil atau
penghulu, kemudian sama seperti pernikahan pada umumnya yaitu membaca ijab qabul dan dengan syarat-syarat yang lainnya seperti ada Wali, dan
saksi.tapi bedanya tidak dicatat saja di KUA”.
17
Sebenarnya pernikahan itu sungguh sangat mudah dan murah, karena dalam Islam segala macam bentuk ibadah itu di mudahkan demi kelancaran
umatnya dalam menunaikan ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Nikah juga sebagai peredam hawa nafsu kita. Banyak kemaksiatan yang di lakukan dua
insan pria dan wanita alangkah lebih baiknya bila disyahkan dalam bentuk pernikahan. karena tata cara pernikahan yang dibenarkan dalam Islam adalah
sebagai berikut. Dalam agama Islam, syarat perkawinan adalah: 1 persetujuan kedua belah pihak,
15
Ita, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1November 2010
16
Sari, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 7 November 2010
17
Karumi, Warga Masyarakat Kebon Jeruk, Wawancara Pribadi, Kel. Kebon Jeruk 1 November 2010
2 mahar mas kawin, 3 tidak boleh melanggar larangan-larangan perkawinan.
Bila syarat perkawinan tak terpenuhi, maka perkawinan tersebut tidak sah atau batal demi hukum. Sedangkan rukun perkawinan adalah:
1 calon suami, 2 calon isteri,
3 wali, 4 saksi dan
5 ijab Kabul Kemudian, dari hasil penelitian dan wawancara terhadap informan
pelaku, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, proses dan tata cara pernikahan sirri yang dilakukan oleh pelaku nikah sirri adalah pernikahan yang
memenuhi baik rukum-rukun maupun syarat-syarat yang telah ditentukan menurut hukum Islam tetapi tidak dilakukan melalui pendaftaran atau pencatatan
di Kantor Urusan Agama yang mewilayahi daerah tempat tinggal mereka. Sedangkan yang menjadi masalah dari pernikahan sirri yang dilakukan oleh
para pelaku bukan karena alasan faktor ekonomi tetapi karena faktor-faktor lain seperti,
1. Karena tidak mendapat restu dari orang tua disebabkan pasangannya sudah beristeri.
2. Karena alasan beda agama. 3. Karena hamil diluar nikah akibat zina.
Demikianlah beberapa alasan dari mereka yang melakukan nikah sirri di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat, yang penulis dapatkan langsung
dari informan yang mempunyai pengalaman pribadi terkait pernikahan sirri.
D. Akibat Hukum Yang Ditimbulkan dari pernikahan Sirri di Wilayah Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat
Setiap perbuatan hukum pasti akan mempunyai akibat hukum, begitu pula pernikahan sirri yang merupakan perbuatan hukum pastilah menimbulkan akibat-
akibat hukum, seperti yang yang akan penulis uraikan secara singkat akibat- akibat hukum yang ditimbulkan dari pernikahan sirri di bawah ini :
a. Akibat hukum pernikahan sirri bagi suami dan isteri Apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan berkata sepakat untuk
melakukan perkawinan, berarti mereka saling berjanji untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban suami istri yang
melaksanakan perkawinan sirri tergantung kesepakatan bersama. Dalam perkembangan selanjutnya muncul suatu persoalan yaitu apakah
hak suami dan istri itu dilindungi oleh Undang Undang dan apakah istri dapat menuntut hak nya di Pengadilan Agama apabila terjadi perceraian. Sudah
barang tentu karena dalam perkawinan sirri tidak memiliki alat bukti yang otentik tentang perkawinannya maka hak suami maupun istri tidak dilindungi
oleh Undang-Undang. Oleh karena itu, jika suami atau istri ingin mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama tidak dapat diterima oleh Pengadilan Agama
karena pernikahannya tidak mempunyai kekuatan hukum sebab perkawinan
itu dilaksanakan tidak dimuka atau diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah yang berwenang untuk itu.
Akan tetapi yang paling dirugikan dari pernikahan sirri adalah dari pihak isteri dan perempuan pada umumnya, karena mereka secara hukum
dianggap bukan sebagai isteri yang sah, tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika ia meninggal dunia, serta tidak berhak atas harta gono-gini jika
terjadi perpisahan, karena secara hukum perkawinan dianggap tidak pernah terjadi. Sedangkan bagi pihak laki-laki atau suami hampir tidak ada kerugian
yang mengkhawatirkan akibat dari pernikahan sirri yang dilakukannya. b. Akibat hukum pernikahan sirri bagi anak yang lahir
Kalau kita lihat dari pasal 42 Undang-Undang No. 1 Th. 1974 tentang Perkawinan merumuskan bahwa : “Anak yang sah adalah anak yang lahir
dari atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. Ada informan yang dalam melakukan nikah sirri ini sudah mempunyai anak tetapi pernikahannya belum
juga diajukan pengesahan pada Pengadilan Agama yang berwenang. Sehingga status anak yang dilahirkan tersebut dianggap tidak sah menurut Undang-
Undang yang berlaku yang mengakibatkan anak tersebut tidak bisa memperoleh kepastian hukum karena tidak mempunyai alat bukti yang berupa
akta kelahiran Kemudian dari banyaknya dampak negatif dari pernikahan sirri ini
muncullah usulan-usulan tentang pemidanaan terhadap pernikahan yang tidak dicatatkan. Seperti yang terangkum dalam Rancangan Undang-undang tentang
Hukum Materil Peradilan Agama Bidang Perkawinan yang masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional Prolegnas tahun 2010 dimuat ketentuan
pidana Pasal 143-153, khususnya terkait perkawinan sirri, perkawinan mut’ah, perkawinan kedua, ketiga, dan ke empat, serta perceraian yang tanpa
dilakukan di muka pengadilan. Ancaman hukuman untuk tindak pidana itu bervariasi, mulai dari 6 bulan hingga tiga tahun dan denda mulai dari Rp6 juta
hingga Rp 12 juta. Dari perjalanan munculnya Rancangan Undang-undang tentang Hukum
Materil Peradilan Agama Bidang Perkawinan ini tidak terlepas dari realita pentingnya pencatatan pernikahan untuk menjaga hak setiap pihak. Pencatatan
ini hanya diisyaratkan secara sekilas saja dalam UU Perkawinan nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2, dimana dinyatakan: “Tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
E. Analisa Tentang Realitas Nikah Sirri