Telaah hadis-hadis yang digunakan sebagai hujjah Jama'ah Tabligh Masjid Jami' Kebon Jeruk Jakarta Barat
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ushuluddin (S.Th.I.)
Oleh
Muhammad Mukhlis
NIM: 104034001215
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Mei 2011
(3)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ushuluddin (S.Th.I.)
Oleh
Muhammad Mukhlis 104034001215
Pembimbing.
Dr. Bustamin, M.Si. NIP. 19630701 199803 1 003
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(4)
(5)
i
Hadis yang Digunakan Sebagai Hujjah Jama’ah Tablig
Mesjid Jami’ Kebun Jeruk
Jama’ah Tabligh merupakan suatu golongan Islam yang berpusat di NIJJAMUDDIN India, yang diperkasai oleh Syeikh Maulana Ilyas Kandahlawi, bertujuan menghidupkan sunnah Rasulullah saw dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalankan organisasinya Jama’ah ini melakukan dan mengajak khuruj fi sabilillah dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya ialah memperbaiki diri
sendiri serta mengajak orang lain untuk memperbaiki dirinya.
Sebagai golongan yang ingin menghidupkan sunnah Rasulullah saw
Jama’ah Tabligh banyak menggunakan hadis-hadis sebagai landasan dalam melakukan kegiatannya. Hadis-hadis yang digunakan tersebut perlu dikaji lebih lanjut dalam mengetahui kualitas hadis baik dari segi sanad dan matan hadis.
Setelah dilakukan penelitian, mayoritas hadis-hadis yang digunakan oleh
jama’ah tabligh merupakan hadis-hadis da’if. Akan tetapi dikarenakan hadis-hadis tersebut digunakan sebagai fadhail al-a’mal maka penggunaan tetap
(6)
ii
karena dengan rahmat, ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN
SEBAGAI HUJJAH JAMA’AH TABLIGH MESJID JAMI’ KEBUN JERUK”.
Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir Zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak sekali ujian yang kadang-kadang mengendorkan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Walaupun demikian penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih menyisakan banyak hal yang tidak dapat penulis masukan di dalamnya, hal itu karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Tugas ahir ini dapat terselesaikan berkat kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dalam bentuk dukungan moril maupun materi selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian hingga dalam penulisan laporan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal Fakih, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua jurusan Tafsir Hadis, dan Ibu Dr. Lilik Umi Kultsum selaku sekertaris Jurusan Tafsir Hadis.
(7)
iii
beliau untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Rifqi Muhammad Fathi, M.A. sebagai dosen penguji skripsi. Penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan saran-sarannya dengan penuh kesabaran dan masih sempat menyisakan waktu beliau untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan Iman Jama’.
5. Para dosen selama masih aktif di bangku kuliah dari tahun 2004-2008 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas ketulusan ilmu yang telah diberikannya, semoga ilmu yang telah diajarkan menjadi amal salih bagi mereka semua dan membawa berkah dan manfaat bagi penulis. 6. Rasa cinta dan kasih sayang jiwaku pada Ayahanda H. Nehru H Landa dan
Ibunda Dra. Hj. Syamsudduha tercinta yang setia membesarkan, membimbing
juga selalu mendo’akan, memberi kasih sayangnya, dan dukungan kepada anaknya tercinta, serta St. Nurrahmatiah, St. Mutmainnah yang selalu memberikan dorongan dan berbagi ilmu.
7. Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2004 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat: Aang Setiawan yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi, Djaya Cahyadi, Ahmad
(8)
iv
lainnya yang tidak dapat penulis sebut semua namanya. Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis selama aktif kuliah dan penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika tak dapat memenuhi harapan mereka.
8. Ikhwan dan Akhwat Keluarga Besar IKPA Endar Andreansyah,Faisal
Amrullah (tue’), Ahmad Zubeir yang senantiasa memberikan dorongan untuk menyelasaikan penulisan skripsi, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah lama terjalin banyak sekali kenangan-kenangan yang tidak bisa terlupakan, nama kalian terpatri dalam satu alinea hati, juga teman-teman Mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.
Sekali lagi penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang ikut serta memberikan partisipasinya sehingga skripsi ini akhirnya terselesaikan juga. Semoga bantuan, dukungan dan do’a restu mereka semua
menjadi amal salih yang mendapatkan curahan rahmat dan magfirah serta balasan yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin. Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun pada semua orang yang membacanya. Wallâhu A’lamu bi Murâdih…
(9)
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
ا : ض : d
ب : b ط : t
ت : t ظ : z
ث : ts ع :‘
ج : j غ : g
ح : h ف : f
خ : kh ق : q
د : d : k
ذ : dz ل : l
ر : r م : m
: z : n
س : s و : w
ش : sy ه : h
: s ء :‘
ي : y
Vokal Tunggal Vokal Panjang
Fathah : a ا : â
Kasrah : i ي : î
(10)
(11)
vi
ABSTRAK ... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tinjauan Pustaka ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMA’AH TABLIGH A. Sejarah Berdirinya Jama’ah Tabligh ... 9
B. Pendiri Jama’ah Tabligh ... 10
C. Para Syekh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal ... 12
D. Tujuan berdirinya Jama’ah Tabligh ... 17
E. Pemikiran dan Prinsip Jama’ah Tabligh ... 18
F. Prinsip-prinsipnya ... 23
G. Kegiatan Jama'ah Tabligh Dan Hasil-hasilnya ... 24
1. Langkah-langkah Berdakwah ... 24
2. Sasaran Dakwah Jama’ah Tabligh ... 27
(12)
vii
TABLIGH
A. Hadis-Hadis yang digunakan Jama’ah Tabligh ... 29 B. Penelitian Kualitas Sanad ... 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 66 B. Saran - Saran ... 67
(13)
1
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada ummat seluruh alam. Pedoman dasar Islam ialah al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an sebagai dasar yang pertama untuk mengatur mekanisme kehidupan manusia, sedangkan Hadis sebagai dasar kedua merupakan interpretasi maksud al-Qur’an yang ditutur, diperbuat, ditaqrir dan di tinggalkan oleh Rasulullah saw.
Hadis (sunnah) merupakan sumber dasar ajaran dan pedoman hidup yang harus diikuti oleh segenap ummat Islam. Karena ia merupakan salah satu pokok
syari’at, yakni sebagai sumber syari’at Islam yang kedua setelah al-Qur’an.
Ummat Islam diharuskan mengikuti dan menaati Allah swt dan Rasul-Nya.1
Kedudukan hadis dalam Islam adalah merupakan sumber ajaran dan sumber hukum Islam, sebagaimana halnya al-Qur’an al-Karim. Oleh karenanya untuk memahami ajaran dan hukum Islam, pengetahuan dan pemahaman terhadap hadismerupakan suatu kemestian.
Melihat kedudukan hadis yang sangat penting itu, maka setiap ummat Islam harus mempelajari hadis dan mendalami ilmu-ilmunya, agar dapat mengetahui dan memahami hal ihwal hadis secara maksimal untuk pengalaman
syari’at Islam, untuk melakukan istinbath hukum dan agar mengetahui
1 Endang Soetari,
Ilmu Hadis : Kajian Riwayah dan Dirosah, (Bandung : Mimbar Pustaka,
(14)
problematikanya, sehingga diharapkan mampu meletakkan hadis pada proporsi yang sebenarnya.
Jika seluruhnya, hadis itu bukan merupakan hujjah dan tidak pula merupakan penjelas atas al-Qur’an sudah tentu tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut. Semakin diteliti hadisterhadap al-Qur’an, dapat berupa menetapkan dan
mengkokohkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an, atau berupa
penjelas bagi al-Qur’an., menafsirkan serta memperincinya atau juga menetapkan
suatu hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.2
Dengan demikian lahirlah berbagai macam mazhab dan aliran, yang bersifat rasio sampai yang bersifat intuitif.
Dalam skripsi Jama’ah Tabligh ini, penulis mengkaji hadis-hadis yang
digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai bidang pemikiran dan keilmuan yang identik ajarannya.
Diantara sebagian umat Islam di Indonesia, hingga saat ini masih kurang mengamalkannya sebagaimana yang terjadi dahulu adalah mereka yang disebut
dengan Jama’ah Tabligh, jama’ah yang selalu hidupnya ingin mengajak muslim
lainnya untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah Rasul yang kian hilang terhempas zaman. Maka sesuai dengan tujuan mereka hidupkan dan sosialisasikan baik dikalangan Jama’ah Tabligh sendiri ataupun di luar Jama’ah Tabligh.
Hal ini kemudian menjadi fenomena yang mengagumkan bagi sebagian umat Islam karena masih adanya sekelompok orang yang sekuat tenaga dan sebisa
2 Kamal Muchtar, dkk,
(15)
mungkin menghidupkan kembali segala kesunnahan Nabi hingga yang terkecil sekalipun yang terkadang dilupakan oleh sebagian umat Islam lainnya.
Dengan tidak terlepas dari konsep al-Qur’an dan Hadis, bahwa ajaran Jama’ah Tabligh harus mempunyai dalil-dalil atau argumentasi yang shahih.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang hak dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana diterangkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat : 48 yang berbunyi :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS Al-Maidah : 48)3
Salah satu kelompok yang penulis teliti, yang selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yaitu “Jama’ah Tabligh”. di Indonesia bermarkas JL. Hayam
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Dep. Agama RI, 1406 H/1985 M), h. 86
(16)
Wuruk No. 83 Mesjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta. Kelompok tersebut
mengadakan kegiatannya setiap Kamis malam yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Zulfakar.
Secara garis besar kegiatan mereka yaitu mengadakan i’tikaf setiap Kamis malam. Untuk anggota baru harus mengikuti bayân hidâyah sebagai langkah awal
memulai khurûj. Kegiatan khurûj dalam satu bulan dilakukan selama tiga hari,
tujuh hari, empat belas hari, dan empat puluh hari untuk satu tahun, sebagai anjuran dalam seumur hidup setiap anggota diharuskan selama empat bulan.4
Dengan melihat uraian di atas, penulis tertarik memilih judul skripsi:
“TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH JAMA’AH TABLIGH MESJID JAMI’ KEBUN JERUK JAKARTA BARAT”.
Adapun penelitian skripsi ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut :
1. Jama’ah Tabligh salah satu kelompok pengajian di Indonesia yang perlu dipelajari dan dikaji ajarannya.
2. Hadis-hadis yang digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam mengkaji dan menganalisa suatu masalah baik berupa data-data atau yang lainnya diperlukan pembatasan dan perumusan masalah agar lebih jelas
4 Zulfakar,
(17)
dan terfokus arah pembahasan yang akan diuraikan nanti, penulis memberikan batasan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Penulis akan meneliti hadis tentang Kemungkaran, Dakwah, Keutamaan Zikir, Menutup Aib Saudaranya yang Muslim, dan Ketaatan yang digunakan Jama’ah Tabligh yang berada di Kebon Jeruk dari segi sanad
dan matan.
2. Dalam penelitian sanad penulis hanya meneliti hadis dalam sunan al-Turmudzi. Alasan penulis memilih sunan Al-Turmudzi karena penulis ingin
mengetahui bagaimana kualitas hadis-hadis yang terdapat dalam sunan al-Turmudzi terutama hadis yang berkenaan dengan Taat, selain itu menurut
penulishadis-hadisyang terdapat diselain kitab sahîh al-Bukhâri dan sahîh Muslim belum dapat diketahui bagaimana kualitas hadisnya, dan yang
terakhir menurut penulis sunan al-Turmudzi jarang sekali dijadikan
rujukan orang-orang berhujjah, kebanyakan mereka hanya berpatokan atau merujuk kepada dua kitab sahîh yakni sahîh Bukhori dan Muslim.
3. Dalam melakukan takhrîj penulis hanya meneliti hadis-hadisyang terdapat
dalam al-Kutub al-Sittah.
Dengan demikian rumusan masalah dari pokok pembahasan adalah : Bagaimana kualitas hadis-hadis tentang kemungkaran, dakwah, keutamaan zikir, menutup aib saudaranya yang muslim, dan ketaatan yang digunakan oleh Jama’ah
(18)
C. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penulis lakukan ada beberapa karya, artikel yang telah membahas tentang Jama’ah Tabligh. Penulis menemukan
Living Hadis in the Tabligh Jama’ah Pandangan Jama’ah Tabligh mengenal Hadis-hadis tentang Siwak, oleh Hasan Basri.
Sementara karya tulis di atas mengenai Jama’ah Tabligh, tidak terdapat
satupun secara khusus yang membahas tentang “Telaah Hadis-hadis yang
digunakan Jama’ah Tabligh Mesjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta Barat”. Maka
dari itu, yang membedakan serta menjadikan judul skripsi ini layak untuk diangkat adalah skripsi ini mencoba menyoroti bagaimana Hadis-hadis yang
selalu dilakukan oleh Jama’ah Tablighsebagai Hujjah terutama berkenaan dengan salah satu ajarannya.
D. Tujuan Penelitian
Penulis skripsi ini selain untuk menyelesaikan menyelesaikan kuliah pada program S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis dan hal-hal yang bersifat administratif, juga tidak terlepas dari tujuan pengembangan keilmuan terutama dibidang yang berkaitan dengan judul skripsi ini.
Selain hal tersebut diatas, tujuan penulisan skripsi ini adalah :
(19)
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan kepada para pembaca skripsi khususnya, tentang sejauh mana tanggapan Jama’ah Tabligh mengenai Sanad dan Matan hadis-hadis yang digunakannya.
E. Metodologi Penelitian
Skripsi ini disusun berdasarkan data-data yang terkumpul dan bersumber dari literatur-literatur, juga didukung oleh sumber lain yang isinya berkaitan dengan materi yang penulis sajikan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk mengumpulkan dan mendapatkan data-data penulis melakukan studi lapangan (Field Research), yakni mengumpulkan dan mendapatkan data-data dengan cara:
1. Observasi : yaitu penulis melakukan penelitian langsung ke markas (tempat
perkumpulan) Jama’ah Tablighdi Masjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta.
2. Interview : yaitu penulis mengadakan wawancara secara lansung dengan
para tokoh dan anggota Jama’ah Tabligh dengan mengajukan bentuk pertanyaan kepada pihak yang dapat dipercaya dalam memberikan data-data yang diperlukan penulis. Diantaranya,
a. Cecep Firdaus sebagai Dewan Suro (pimpinan markaz) Kebon Jeruk Jakarta
b. H. Nehru H Landa sebagai Dewan Suro Makassar c. H. Abdullah sebagai Anggota Jama’ah Tabligh
Disamping itu untuk melengkapi penulisan skripsi ini, penulis mencari data-data dari majalah, brosur dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Kemudian penulis menganalisa data tersebut. Daftar kepustakaan
(20)
al-Qur’an dan terjemahannya diletakkan pada bagian paling atas, hal mengingat al
-Qur’an merupakan konsep Ilahi yang sangat esensi dalam ajaran Islam.
Dalam teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2007.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi Ini disusun secara sistematis, berdasarkan urutan bab, dengan isi pembahasan yang berbeda. Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan yang berisikan tentang alasan pemilihan judul, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, Tentang Jama’ah Tabligh yang membahas sejarah dan tujuan berdirinya, pemikiran dan prinsip-prinsipnya, kegiatan Jama’ah Tabligh dan hasil-hasilnya.
Bab ketiga, Hadis-hadis yang digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh. Meneliti hadis-hadisnya serta memberi kesimpulan kualitas hadis-hadis tersebut.
Bab Keempat, Penutup dari bab-bab yang telah dijabarkan dalam uraian terdahulu yang berisikan : Kesimpulan dan saran-saran dari penulis. Kemudian diakhiri dengan Daftar Pustaka.
(21)
9
A. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Jama’ah Tabligh
a. Latar Belakang Berdirinya
Jama’ah Tabligh didirikan di anak benua Hindia, tepatnya di kota Sahar
Nufur, setelah pendirinya membuka jalan tabligh yang menjadi cara dalam
berdakwah. Pendirian jama’ah ini juga diilhami tentang tafsir firman Allah didalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat : 110.
Artinya :“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan berimanlah kepada Allah”.
Makna “ukhrijat” adalah keluar untuk mengadakan perjalanan
(22)
awal mula istilah Jama’ah Tabligh, yang dijadikan perjalanan dakwah oleh
pendirinya.1
Sesuai dengan nama gerakan ini, aktifitas dakwah sangat mereka tonjolkan. Itu mereka lakukan, diantaranya dengan cara keluar (khuruj) dari
masjid ke masjid dan dari rumah ke rumah.2
b. Pendiri Jama’ah Tabligh
Pendiri Jama’ah Tabligh ini adalah Muhammad Ilyas bin Syekh Muhammad Ismail yang bermazhab Hanafi termasuk keluarga yang mengikuti
“Tariqat” al-Cristiyyah Ash Sufiyah.3
Mula-mula ia menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah Deoband. Sekolah ini merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun 1293 H/1867 M.4
Dia seorang komandan pasukan militer pakistan bertugas mendalami
ilmu diniyah, yaitu salah satu Tariqat yang pengikutnya di benua India.
Ayahnya seorang hartawan dan berpengetahuan luas. Muhammad Ilyas mempelajari buku-buku ibtidaiyah (buku pegangan guru untuk mengajar
1
Husen Bin Muhsin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi,
(Jakarta: Gip, 1991) Cet. Ke-2, h, 259.
2
Tempo, Beragam Jalan Menuju Dunia, 05 Th XII, April, 1993,. H. 18 3
Husen Bin Muhsin Bin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi,
(Jakarta: Gip, 1991), h. 259
4
(23)
mazhab Hanafi di India), menghafal al-Qur’an, melanjutkan madrasah
Dioband sesudah mengambil bai’ah dari guru besar thariqah Asy Syekh Ahmad Al Katshuri.
Syekh Muhammad Ilyas (1887-1948), dilahirkan di Desa kandalah saharnapur, India. Ia belajar pertama kali kepada kakak kandungnya, Syekh Muhammad Yahya, seorang guru Madrasah di Sahanapur, yang menganut Madzhab Imam Hanafi.5
Syekh Abul Hasan Ali An Nadwy, teman dekat Syekh Muhammad Ilyas, setelah memperhatikan Maulana dari dekat dan menyertainya serta mendengar ucapan-ucapan, dapat membuat dua rumusan.
Pertama ialah seruan maulana mempunyai kesan yang sangat meluas berdasarkan azas-azas yang teguh. Bukanlah yang nampak begitu saja. Tetapi berhasil dari pengkajian yang mendalam terhadap al-Qur’an,
sunnah dan kehidupan para sahabat r.a. kesadaran yang mendalam mengenai asal jazbah Imam. Maulana telah merancang tindakannya setelah berfikir secara teliti dan sistematis rancangannya mempunyai kepastian dan terangkum dengan baik di dalam fikirannya mengandung sumber bekalan yang penuh untuk kemulian agama dan kemajuan di semua bidang kehidupan orang-orang Islam. Beliau mempunyai matlumat untuk menjadikan kepercayaan dan keyakinan dan cara hidup Islam serta keseriusan terhadap Iman sebagai perkara yang merata dikalangan ummat.6
Kedua ialah berkaitan dengan pribadi Maulana. Semakin aku mengenalinya semakin daku mengaguminya. Setegah dari para sahabat-sahabatku yang dikaruniakan dengan nur kerohanian dan hakikat, bahwa kehadiaran Maulana pada masa sekarang ini adalah sebagai suatu tanda kekuasaan dan kewibawaan Allah SWT, dan sebagai mukjizat Nabi SAW, dan iman yang dibawanya sebagai bukti yang jelas akan kelanjutan dan keabadian Islam dengan matlamat menyamai nilai-nilai kegairahan Agama
5
Tempo, Beragam Jalan Menuju Dunia. 05 Th XII, April, 1993,. H. 18h. 18 6
Syekh Abul Hasan Ali An Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas. (Kuala Lumpur : Darul Nu’man, 1991) Cet. Ke-1, h.2
(24)
yang dimiliki oleh sahabat-sahabat r.a. dan memulihkan kembali gambaran yang telah terwujud di zaman kegemilangan orang-orang Islam. Bersama-sama dengan Maulana barulah terjelas didalam pikiranku bahwa betapa terperinci sesuatu kisah hidup orang-orang bertaqwa yang diperoleh dari kitab-kitab, namun hal ini tidak mengambarkan kaitan antara pribadi yang khusyu dan akhlak yang benar serta kegemilangan taraf kerohanian mereka7.
c. Para Syekh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal
Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi, pendiri jama’ah tabligh dan
merupakan amir pertamanya. Syaikh Rasyid Ahmad Kankuhi (1829-1905)
yang dibaiat menjadi anggota jama’ah pada tagun 1315 H oleh Syaikh Muhammad Ilyas, kemudian ia memperbaharui baiatnya kepada Syeikh Khalil Ahmad Saharnapur. Syeikh ini mempunyai hubungan dekat dengan Syeikh
Abdurrahim Ra’i Fauri dan bayak menimba ilmu dan pendidikan darinya. Ia
juga berguru kepada Syaikh Asraf Ali Al-Tahanawi (1280-1364 H/1863-1943 M) yang bergelar Hakim Umat dan kepada Syeikh Muhammad Hasan (1268-1339 H/1851-1920 M), salah seorang tokoh ulama Madrasah Diobond dan
pemimpin Jama’ah Tabligh8.
Sedangkan teman-teman dekat Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi antara lain :
1. Syaikh Abdurrahim Syeikh Dibond Al-Tablighi yang menghabiskan waktunya untuk urusan tabligh bersama-sama Syeikh.
7
Ibid., h. 3 8
(25)
2. Syaikh Iktisyam Kandahlawi yang menikah dengan saudara perempuan Syeikh Muhammad Ilyas. Beliaulah kepercayaan khusus Syeikh. Ia menghabiskan usianya untuk memimpin Jama’ah dan mendampingi Syeikh Muhammad Ilyas.
3. Syeikh Abu Al-Hasan Ali Al-Hasani an-Nadawi, direktur Dar Al Ulum, Nadwah Ulama di Lucknow, India. Beliau adalah seorang penulis Islam besar mempunyai hubungan kuat dengan Jama’ah.9
Sepeninggal Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi Jama’ah diteruskan
oleh putranya, Syeikh Muhammad Yusuf Kandahlawi (1917-1965). Ia dilahirkan di Delhi dan sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan dakwah.
Berkali-kali ia mengunjungi Saudi Arabia, menunaikan haji. Beliau wafat di lahore dan jenazahnya di makamkan di samping orang tuanya di Nizham al-Din, Delhi. Kitab yang terkenal ialah Amani Akbar, berupa
komentar kitab Ma’ani al-Atsar karya Syeikh Thahani dan Hayat al-Shahabah (yang mulai diterjemahkan oleh para ahli Shura). Beliau meninggalkan seorang putera yang mengikuti jejak dan lagkahnya, yaitu Syeikh Muhammad Harun. Sedangkan teman-teman dekatnya dalam Jama’ah ialah :
1. Syeikh Zakariya Kandahlawi (1315-1364), sepupu Syekh Yusuf dan sekaligus menjadi adik iparnya, Beliau adalah ahli hadis dan Musyrif
(26)
tertinggi Jama'ah Tabligh. Tetapi akhir-akhir ini ia tidak aktif lagi di dalam Jama'ah.
2. Syeikh Muhammad yusuf Baduri, Direktur Sekolah Arab di New Town, Karachi. Beliau ahli Hadis, direktur majalah bulanan berbahasa Urdu dan salah seorang tokoh ulama Diobond dan Jama 'ah Tabligh.
3. Maulanan Ghulam Ghaults Hazardi, salah seorang tokoh ulama
Jama'ah Tabligh yang menjadi anggota parlemen pusat.
4. Mufti Muhammad' Syafi'i Hanafi, Mufti Agung Pakistan. Pernah menjadi direktur Sekolah Dar-al Ulum Landhi, Karachi dan pengganti Asyraf Ali Tahanawi (Hakim Ummat) serta sebagai tokoh Jama'ah terkemuka.
5. Syeikh Nabzhur Ahmad Nu'mani termasuk barisan ulama besar Jama'ah pengikut Syaikh Zakariya, kawan akrab ustadz Abu Har-an Al-Nadawi dan termasuk tokoh ulama Diobond10.
Amir Jama'ah yang ketiga ialah In'am Hasan. Jabatan ini dia pegang
sejak Syeikh Muhammad Yusuf wafat. Sampai sekarang Beliau adalah teman akrab Syeikh Muhammad Yusuf ketika sama-sama belajar dalam perlawatannya. Usia kedua syeikh tersebut saling berdekatan dan juga sangat akrab dalam da'wah dan pergerakan.
Untuk Amir-amir yang berpusat di Jakarta, yang lahir atau timbul di
sekitar tahun 1952, dipegang untuk Amirr Am Bapak Zulfakardibantu dengan Majelis Shura yaitu :
10Maulana Ashiq Elahi.
Enam Prinsip Tabligh. Dikeluarkan H.M. Yaqub Anshari
(27)
1. Dr. Hur, beliau anggota Majelis Syuro yang sudah menjadi kesepakatan para anggota majelis syuro untuk selalu hadir setiap kamis malam dan beliau salah seorang direktur rumah sakit paru-paru di Jakarta.
2. Achmad Najib Maahfixiz, M.A, berawal pendidikan dari pesantren Gontor yang kemudian dilanjutkan ke Al-Ashar Univercity dan beliau
banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwah. Telah khuruj
keberbagai negara, yang lazim diucapkan oleh para anggota Jama'ah dengan singkatan IPB (India, Pakistan dan Bangladesh), beliau yang menjadi penterjemah apabila ada karkun (istilah tabligh) dari luar
negeri yang menggunakan bahasa Arab.
3. Ustadz Muslih beliau adalah menantu Amir Kebon Jeruk (Bapak Zulpakar). Beliau juga sudah banyak khuruj ke luar negri terutama IPB. Dan beliau yang menjadi penterjemah Bahasa Inggris apabila ada Amir dari luar negeri yang menggunakan bahasa Inggris.
4. Cecep Pirdaus, beliau teman dekat Bapak Ahmad Zulfakar dan selalu
memdampinginya apabila ada tamu-tamu dari luar negri untuk bersilaturrahmi ke Mesjid Jami' Kebon Jeruk.
5. Ustadz Muslin, Amir untuk daerah Bekasi dan sekitarnya yang juga
menjadi anggota majelis suro di Mesjid Jami' Kebon Jeruk11.
Masjid Jami' Kebon Jeruk sebagai pusat kegiatan para jama'ah yang sekarang sudah menjadi Museum Nasional, di sanalah amalan ini berkembang
11 H. Nehru H. Landa,.
Dewan Suro AM Indonesia, Wawancara Pribadi, (Jakarta 25
(28)
sekitar tahun 1974, yang dimotori pertama kali oleh Bapak. H. Ahmad Zulfakar. Beliau orang yang pertama mengajak manusia disekitarnya untuk menjalankan aktifitas ibadah beliau khurûj dari rumah kerumah dengan mentaskil para jama'ah disekitar masjid12.
Awalnya muncul karena rusaknya akhlaq manusia, dan banyak mesjid-mesjid yang hanya bisa membangun tetapi belum bisa memakmurkannya. Dengan adanya amalan ini kita harus kembali kepada ajaran Rasulullah saw., yang selalu menghidupkan mesjid dan inilah cara untuk memperbaiki akhlaq manusia13.
Jama’ah Tabligh dengan ajarannya yang selalu mengajak manusia meningkatkan iman dan amal shaleh, sekarang sudah tersebar di seluruh propinsi dan tanah air, masuk kawasan transmigrasi dan penjara. Ada di Aceh, Medan, Lampung, Solo, Surabaya, Bandung, Semarang, Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang sampai ke Manokwari. Dan setiap daerah ada
markaz (istilah tabligh), tempat berkumpul para Amir dan anggotanya. Di
sanalah segala macam bentuk kegiatan dari mulai bayân hidâyah bagi jama 'ah yang baru masuk khuruj sampai bayân tangguh di musyawarahkan14.
Setiap tahun diadakan malam ijtima' selama tiga hari yang biasa
diadakan di Ancol Jakarta. Ribuan jama'ah membanjiri kawasan tersebut datang dari berbagai pelosok tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Dan Insya Allah untuk tahun 1994 diadakan pada tanggal 7-9 Oktober 1994 M.
12
Abu Hasan al-Nadwi, Maulana Muhammad Ilyas. h. 15 13 Sayyid Abu al-Hasan al-nadwi, Maulana Muhammad Ilyas,
Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah. Cet. III (Yogyakarta : al-Syaff. 2005) h. 5
14 Ust Cecep,
(29)
1. Tujuan berdirinya Jama’ah Tabligh
Jam'ah Tabligh sebuah Jama'ah Islamiyah yang dakwahnya berpijak
kepada penyampaian (tablîgh) tentang fadhilah-fadhilah ajaran Islam kepada
setiap orang yang dapat di jangkau. Jama'ah ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik.
Barangkali cara demikian lebih cocok, mengingat kondisi umat Islam di India (tempat pertama ajaran ini lahir) yang merupakan minoritas dalam sebuah masyarakat besar. Dan untuk di Indonesia yang mulai masuk pada tahun 1952, kemudian berkembang di Mesjid Jami' Kebon Jeruk, Jakarta Barat tahun 1974, yang pada awalnya banyak mesjid yang melompong, tidak ada jalan memperbaikinya selain kembali kepada ajaran Rasulullah SAW15. Melihat gambaran sepintas datangnya Jama'ah Tabligh di Indonesia khususnya di Mesjid Jami' Kebon Jeruk Jakarta mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menghidupkan kembali sunnah-sunah Rasulullah.
2. Memakmurkan kembali mesjid-mesjid sebagai central aktifitas ibadah. 3. Menanamkan dan menumbuhkan rasa ukhuwah Imaniyah dan Isla-miyah yang merupakan akan kokohnya kembali persatuan dan kesatuan umat Islam.
15
(30)
4. Memperbaiki diri mengikuti tata cara kehidupan Rasulullah (akhlak) untuk meningkatkan iman dan amal sholeh dan juga menjadi sebab orang ikut memperbaiki diri.
B. Pemikiran dan Prinsip-prinsipnya
1. Pemikiran Jama’ah Tabligh
Jama'ah Tabligh adalah Jama'ah Islam, yang sumber ajaran utamanya
adalah al-Qur'an dan al-Sunnah. Sedangkan tarîqat-nyaAhl Sunnah Wa
al-Jama'ah16. Jama'ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawufdan tarîqat, seperti tarîqat Justiyah di India, yang dibangun oleh Abu Ahnad Abdal Al Jasti17.
Diantara para jama'ah ada yang berkeyakinan ajaran Jama'ah Tabligh pemikirannya diambil dari Jama’ah al-Nur di Turki.
Ustadz Muslim, salah seorang anggota Majlis Syuro Jama'ah Tabligh
Kebon Jeruk, mengatakan, ada sebagian Jama'ah yang 'khuruj fisabilillah
di daerah Palembang dan sekitarnya. Di sana para jama'ah dapat. Sebutan dengan istilah "Jama'ah al-Qur'an", karena memang setiap karkun (istilah
tabligh) selalu membawa al-Qur'an kecil di sakunya setiap waktu, yang tidak pernah terlepas. Ini merupakan kebiasaan para jama'ah selalu membaca al-Qur'an dalam setiap waktu, baik pada saat mujahadah atau keluar fisabilillah juga saat mereka kembali kemasyarakat.
Al-Qur'an yang merupakan esensi hidup manusia Muslim bukan hanya sebagai pajangan atau hiasan suara dalam berbagai acara, tetapi al-Qur'an
16
Kumpulan Diklat Jamaah Tabligh, Tanpa Tahun dan Tempat.
17Josef Sou’yb,
Aliran Kebatinan (Mistik) dan Permasalahannya, (Medan : Penerbit
(31)
dengan kandungannya yang sangat mendalam harus di bumikan dalam kehidupan yang serba komplek sekarang ini.
Secara garis besar petunjuk al-Qur'an itu dapat kita simpulkan menjadi tiga kesimpulan, dan ini harus di miliki oleh kelompok Jama'ah Tabligh. Garis besar petunjuk Al-Qur'an tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki kepercayaan atau keyakinan dan meluruskan i'ti-qod
manusia terhadap Allah SWT, Malaikat, Ritab-kitab, Rasul-rasul, hari akhirat dan masalah takdir dan qodho. Agar manusia terjauh dari belenggu
syirik, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyebabkan
kehilangan kemerdekaan dalam hidupnya, karena telah diikat oleh rasa percaya kepada benda-benda yang tidak sedikitpun punya kekuatan untuk memberi manfaat dan melarat kepada manusia tanpa adanya izin Allah swt.18 Untuk menguatkan i'tiqad yang lurus ini, Tuhan juga menurunkan ayat-ayat yang mengandung seruan berpikir dan merenungkan segala ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman didalam kitab suci al-Qur'an surah Ali Imran ayat 190.19
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
18
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik,Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992). Cet.3, h. 10 19 Departtemen Agama RI, op. cit., h. 109
(32)
2. Menetapkan hukum dalam pergaulan hidup manusia sesamanya dan menetapkan cara beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya hukum terhidarlah manusia dari kekacauan dan kebobrokan dalam lapangan hidup ini. Dengan hukum ini pulalah manusia dapat membedakan antara yang halal dan haram, antara haq dan bathil. Sehingga berjalanlah roda kehidupan ini diatas undang-undang yang lurus.20
3. Melapangkan akhlaq, mensucikan dan membersihkan hati atau budi pekerti.21 Dengan mensucikan dan membersihkan hati segala macam kekotoran akan hilang dan memancar Nur Ilahi pada diri manusia.
Ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung masalah kesucian hati, kesucian budi dan rohani manusia, inilah yang dijadikan sumber asas setiap ajaran tasawuf, begitu juga ajaran yang diamalkan oleh kelompok Jana 'ah Tabligh. Sumber asasi ajaran Islam yang kedua adalah al-Sunnah yang
merupakan af'âl, aqwâl, dan taqrrîr Rasulullah saw. yang secara kualitas
dan kuantitas sudah dipaparkan dalam Ilmu Mustholah Hadits.
Jama'ah Tabligh dalam menggunakan al-Hadis sebagai sumber ajaran yang kedua, banyak menggunakan hadis-hadis Fadhail amal. Salah satu
contohnya yaitu Kitab "Riyâd al-Sâlihîn', karangan Imam Nawawi yang sudah
kita kenal dan ini banyak digunakan dipesantren-pesantren sebagai kitab wajib dalam mengkaji hadis Rasulullah saw.
20 Yunasril Ali,
Membersihkan Tasawwuf dari syirik,Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992).
21 H.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Penerbit PT Bulan Bintang 1954) ke-10 h. 134
(33)
Sebagaimana sudah diketahui bahwa pengertian hadis ialah. perkataan, ucapan dan pengakuan Rasulullah saw. maka, segenap para ulama telah sepakat bahwa al-Sunnah dapat dijadikan dasar dalam beramal. Dan hal ini sudah disinyalir dalam kitab suci al-Qur'an surah al- Hasyr ayat 7,
Artinya:“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.22
Al-Sunnah sebagai sumber tasawuf kerena sebagai penjelasan atau tafsir dari al-Qur'an. Al-Qur'an menjelaskan sesuatu hanya secara umum, sunnahlah yang menjelaskan secara terperinci, Dengan demikian jadilah as-Sunnah menjadi sumber kedua bagi mistisisme Islam dan juga yang diamalkan oleh kelompok Jama'ah Tabligh.
Sungguh banyak pemangku tasawuf yang tergelincir dari sunnah tarkiyah (segala amal perbuatan yang tidak dikerjakan oleh Nabi saw, Padahal
tiada halangan bagi beliau untuk mengerjakannya).23 Mereka telah
22 Departemen Agama RI, h. 916 23 Yunasril Ali,
Membersihkan Tasawwuf dari syirik,Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
(34)
mengadakan ibadat yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabat-Nya. Padahal Allah swt. telah menjelaskan batas-batas amal ibadah dan cara-caranya.
Tidak ada aturan untuk menambah dan mengurangi apa yang telah ditentukan oleh Allah swt. dan dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dimuka ini telah terbentang jalan yang lurus, tempuhlah jalan itu, janganlah menyimpang dari jalan itu setapakpun. Sebab orang yang menyimpang dari jalan Allah akan sesat, sebagaimana telah dijelaskan didalam kitab suci Qur'an surah al-An'am ayat 153.
Artinya :“Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) yang menyebabkan kamu bercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.24
Sabda Rasulullah saw.:
ف م سيلام ا ان ما ف ث حا نم
(
ملسم ا بلا ا
)
Artinya :
“Barang siapa yang mengada-ngadakan dalam agama Kami ini sesuatu yang tidak ada didalamnya, maka yang diada-adakan itu tertolak.25
Inilah al-Qur'an dan al-Sunnah, dua sumber mistik Islam yang menjadi pedoman beramal bagi para shufi yang betul-betul mengharap keridhoan Allah
24 Departemen Agama RI, h. 215 25 Yunasril Ali,
Membersihkan Tasawwuf dari Syirik,Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
(35)
swt., tidak tertipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung- jawab masalah agama.
2. Prinsip-prinsipnya
Prinsip pokok dari Jama'ah Tabligh sebagaimana telah diringkas oleh ustadz Muhammad Aslam.26 Dan selalu dijelaskan kepada angota Jama'ah Tabligh, bahwa para Sahabat r.a. adalah orang- orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW, yang berjum-lah lebih kurang 124.000.
Dari jumlah ini Sahabat mempunyai sifat yang berbeda-beda, tetapi ada 6 (enam) sifat yang utama. Dengan sebab sifat inilah para Sahabat mencapai kejayaan hidup di dunia dan di akhirat. Begitu juga yang menyebabkan Allah ridho kepada para Shahabat, dan sahabatpun ridho kepada Allah SWT, para ulama mengatakan bahwa apabila di zaman sekarang inipun sifat-sifat ini ada pada diri insan di bumi ini, Insya Allah manusia akan mendapatkan keridhoaan dari Allah SWT, sebagai-mana para Sahabat.
Adapun enam sifat para Sahabat yang telah ditetapkan oleh pendiri Jama'ah ini, yang menjadi asas dakwahnya yaitu :
1. Al Kalimatuth Thoyyibah
2. Sholat khusu' dan khudu'
3. Ilmu ma 'adz dzikir
4. Ikromul Muslimin
26 Muhsin Bin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi, (Jakarta: Gip, 1991). h. 262
(36)
5. Ikhlasunniyat
6. Da'wah illal-Lah wal khuruj fii sabilillah.27
C. Kegiatan Jama'ah Tabligh Dan Hasil-hasilnya.
Sebagaimana penulis telah jelaskan diatas, bahwa kegiatan Jama'ah Tabligh berbijak kepada penyampaian dakwah. Oleh karena itu pada bahasan berikut ini penulis akan menjelaskan tentang kegiatan Dakwah Jama'ah Tabligh sebagai berikut :
1. Langkah-langkah Berdakwah
Sebelum melakukan kegiatan untuk khuruj fisabilillah terlebih dahulu
dilakukan penaskilan (ajakan) untuk melakukan khuruj, lewat bayan. Dengan bayan inilah kaum muslimin yang hadir diajak untuk membantu agama Allah.
Dengan cara meluangkan waktu, jiwa dan harta selama empat bulan, empat puluh hari, atau paling sedikit tiga hari tergantung kemampuan waktu dan harta yang dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.
Setelah terbentuk rombongan (Jama'ah) bagi yang akan keluar ditunjuklah Amir rombongan. Kemudian rombongan diberi bayan hidayah (petunjuk) apa
yang dilakukan selama berdakwah dan khuruj fisabilillah.
Ada beberapa prinsip yang harus diikuti para Jama'ah selama mengikuti
khuruj dan ini sebagai petunjuk untuk menyampaikan ajakan dakwah kepada para
jama'ah yang mereka tuju. Adapun prinsip Jama'ah tabligh sebagai berikut :
27
Muhammad Zakariyya, Fadillah Tabligh, (Penang : Ganesh Printing Works. Sdn, Bhd, Tt). h. 2
(37)
1. Menyatakan wajib taqlid berikut kewajibannya, sebab syarat-syarat ijtihad yang disyaratkan ulama salaf tidak terdapat pada ulama-ulama dewasa ini. 2. Jama’ah yakin bahwa tasawuf merupakan jalan untuk memperoleh
ketergantungan (ikatan hubungan) dan "halawatul iman". Ini merupakan
kriteria yang disyaratkan bagi jama'ah.
3. Mereka tidak diizinkan keluar dari "Ushulus Sittah" yang telah digariskan oleh Syekh Muhammad Ilyas. Keluar dari hal itu berarti keluar dari khittah Jama'ah.
4. Mereka melarang anggotanya yang ingin menperluas cakrawala ilmu dan belajar filsafat yang berkembang dalam masyarakat sekelilingnya.
5. Mereka memisahkan antara agama dan politik. Anggota Jama'ah tidak punya hak untuk ikut membahas masalah politik ataupun campur tangan masalah pemerintahan (Hukum dan Kekuasaan).28 Akan tetapi setelah jama'ah kembali ke masyarakat, dari perjalanan khuruj, mereka diharuskan bisa menyesuaikan, dalam arti harus mengetahui ilmu-ilmu politik sebagai pegangan. Para jama'ah jangan sampai terjun ke politik praktis.29
Setelah diadakan penjelasan tentang prinsip-prinsip ajaran Jama'ah, kemudian Jama'ah mengadakan musyawarah untuk merencanakan program-program berikutnya.
Secara- umum program Jama'ah dalam melakukan aktifitas dakwah setelah mereka sampai ketempat tujuan, sebagai berikut :
28Membentuk Jama’atul Muslimin, h. 260 29 H. Nehru. H. Landa,
Staf Ahli Syuro, Wawancara Pribadi, Makasar 17 September
(38)
1. Tugas bayan, yaitu memberikan penerangan tentang ajaran-ajaran
agama yang dikondisikan kepada peningkatan iman dan amal sholeh. 2. Ta'lim adalah pembagian tugas kepada setiap anggota jama'ah dalam
setiap musyawarah. Tugas tersebut meliputi ta'lim dua setengah jam dan ta'lim ba'da sholat Dzuhur dan 'Ashar, dengan menggunakan kitab-kitab yang sudah ditentukan, seperti :
a. Fadhilah sholat.
b. Fadhilah Zikir.
c. Fadhilah Hajl.
d. Fadhilah Hadits.
e. Fadilah ilmu.
f. Kisah-kisah para sahabat.
3. Tugas Khidmat, ialah menyediakan konsumsi kepada para anggota
Jama'ah setiap hari.
4. Tugas Pembagian Kelompok, yaitu tugas yang paling pokok dalam mengadakan rihlah fisabilillah, yaitu untuk mengajak manusia
menghidupkan kembali mesjid-mesjid yang kosong untuk berjama'ah. 5. Tata tertib sehari-hari, ialah merupakan amalan yang rutinitas
dikerjakan bagi jama'ah. Yaitu membaca do'a setiap. Akan melakukan pekerjaan. Seperti do'a mau tidur, mau makan, mau ke wc dan lain sebagainya. Dalam setiap melakukan pekerjaan ada yang menjelaskan tentang tata tertib tersebut.
(39)
2. Sasaran Dakwah Jama'ah Tabligh.
Didalam Jama'ah Tabligh ada dua prosedur untuk mencapai sasaran Dakwah.
a. Dengan memberi nasehat dan bimbingan Untuk merealisasikan sasaran ini mereka mengadakan di Mesjid-mesjid tertentu milik Jama'ah. Lalu mereka menawarkan kepada hadirin mengikuti rombongan. Dicatat nama peserta dan pemimpinnya) untuk batas waktu tertentu.
b. Dengan mengadakan perjalanan dakwah.
Setelah data orang-orang mengikuti bimbingan terkumpul semua, mereka kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok untuk ditugaskan ketempat-tempat yang belum didatangi sebelumnya. Tugas semacam ini disebut sebagai tugas rihlah. Apabila pembagian tugas ketempat-tempat rihlah
telah sesuai dengan kelompok yang ada, maka kelompok itu diangkat seorang Amir. Kelompok ini disebut "Qafilah al-Tabligi". Mereka
berdakwah ketempat yang telah ditentukan, langsung menuju masjid diwilayah tersebut. Para anggotanya juga mempersiapkan peralatan kebutuhan sehari-hari.30
3. Hasil yang dicapai.
Secara riil hasil yang dicapai dalam segala aktifitas dakwah Jama'ah Tabligh setelah penulis mengikuti dan mengamati secara cermat adalah sebagai berikut :
(40)
1. Terbinanya dan terbentuknya akhlaqul karimah.
2. Sadarnya masyarakat untuk memakmurkan mesjid.
3. Adanya saling hormat menghormati dan tolong-menolong, sesama Muslim.
4. Dalam setiap dakwah selalu mendapat petunjuk dari Allah swt., bagi anggota baru untuk ikut berdakwah dengan mengorbankan harta dan jiwanya.
(41)
29
BAB III
STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS
A. Hadis-hadis Yang Digunakan Jama‟ah Tabligh Hadis pertama tentang Kemungkaran :
“Dari Abi Sa‟id al-Khudri ra. Berkata saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Barang siapa melihat suatu kemungkaran di hadapannya, maka
hendaklah ia mencegah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah mencegah dengan tangannya. Dan jika tidak mampu, maka hendaklah ia mencegah dengan hatinya. Dan ini adalah selemah-lemahnya iman”
Hadis kedua tentang Dakwah :
“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Apabila umatku sudah mengagungkan dunia, maka kehebatan Islam akan tercabut darinya. Dan
apabila umatku meninggalkan amar ma‟ruf nahi munkar, maka diharamkan (atas mereka) keberkahan wahyu. Dan apabila umatku menghina satu sama
lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah.”
Hadis ketiga tentang Keutamaan Zikir :
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw, bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illallaah melainkan dibukakan baginya pintu-pintu langit sehingga kalimat itu terus menuju ke Arasy selama dia menghindarkan diri dari dosa-dosa besar,”
(42)
Hadis keempat:
“Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Perbaharuilah iman kalian”. Para sahabat bertanya, “ Bagaimana cara memperbaharui iman
kami, ya Rasulullah?” Rasulullah saw, bersabda, “Perbanyaklah ucapan „laa ilaaha illallaah,”
Hadis kelima:
“Dari ibn Abbas ra. dari Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa menutupi aib
saudaranya (yang muslim), maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat dan barangsiapa yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya, sehingga Allah akan mempermalukan dia karena
aibnya di rumahnya sendiri.”
Hadis keenam:
“Dari Abu Sa‟id al-Khudri ra. berkata, sesungguhnya Rasululah saw.
Bersabda: “Hendaklah kalian berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya
sehingga orang mengatakan gila”
Hadis ketujuh:
“Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: setiap umatku akan masuk surge kecuali orang yang enggan, para sahabat bertanya: wahai Rasulullah siapa orang yang enggan itu? Rasulullah menjawab orang yang taat kepadaku akan masuk surge dan orang yang tidak taat dialah yang enggan”.
(43)
B. Penelitian Kualitas Sanad
Untuk menyederhanakan dalam analisis hadis ini, penulis hanya mencantumkan hadis-hadis senada yang ada dalam kitab enam (Kutub al-Sittah),
dan kemudian dalam analisis sanad-sanadnya, penulis mencantumkan skema sanad, biografi para periwayat, dan table para periwayat.
1. Hadis pertama a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan Abû Sa’îd al-Khudrî ini termuat dalam kitab
Sahîh karya Imam Muslim, kitab sunan karya Abû Dâud, kitab sunan karya Ibn
Mâjah, kitab sunan karya al-Nasâ’î, kitab sunan karya al-Tirmidzî, dan kitab musnad karya Ahmad ibn Hanbal. Pada penelitian hadis kali ini, penulis hanya
meneliti hadis yang diriwayatkan melalui jalur Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa’i,
dan Ibn Majah, karena hadis yang dikutip oleh Syeikh Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi adalah diriwayatkan oleh Muslim, Ibn Mâjah, al-Nasâ’î, dan al -Tirmidzî. Adapun sanad dan matan-nya sebagai berikut :
(44)
1
2. Ibn Mâjah
2
1 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairi al-Naisâbûri,
Sahîh Muslim, (Beirût :
Dâr al-Fikr, 1994), jil, 1. h, 69
2 Abû ‘Abdullâh Muhammad ibn Yazîd ibn Mâjah.
Sunan Ibn Mâjah, (Beirût: Dâr
(45)
3
3. Al-Nasâ’î
. 4
5
4. Al-Tirmidzî
3 Ibn Mâjah.
Sunan Ibn Mâjah, jil 1, h. 1330
4 Abû ‘Abd al-Rahmân ibn Syu’aib al-Nasâ’î.
Sunan al-Nasâ’î, (Beirût: Dâr al-Fikr,
1994), jil. 8, h. 115-116 5 Al-Nasâ’î.
(46)
6
b. Skema Sanad
6 Abû ‘Îsâ Muhammad ibn Surah,
Sunan al-Tirmidzî. (Beirût : Dâr al-Fikr, 1994), jil. 4, h.
(47)
c. Analisis Sanad
1. Abû Sa’îd al-Khudrî
Nama lengkapnya adalah Mâlik bin Sinân bin ‘Ubaid. Beliau wafat pada tahun 73 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Khulafâ al-Râsyidûn, Abdullâh bin ‘Abbâs, Abû Hurairah, Zaid bin Tsâbit, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Tariq bin Syihâb, Rajâ
bin Rabî’ah, Abû ‘Îsa, dan yang lainnya. Para ulama kritikus hadis sepakat
bahwa ia merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw. yang adil dan tsiqah.7
2. Tariq bin Syihâb
Nama lengkapnya adalah Tariq bin Syihâb bin ‘Abd al-Syams bin Hilâl bin Salamah ibn ‘Auf. Beliau wafat pada tahun 82 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Sa’îd al-Khudrî, Sa’ad bin Mâlik, Khulafâ al-Râsyidûn dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim, ‘Alqamah ibn Murtsid, Sulaiman ibn Maisarah, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: para ulama sepakat bahwa Tariq bin Syihâb merupakan diantara sahabat yang ‘adil dan tsiqah.8
3. Rajâ’ bin Rabî’ah
Nama lengkapnya adalah Rajâ ibn Rabî’ah. Guru-gurunya dalam periwayatn hadis adalah Abû Sa’îd al-Khudrî, Sa’ad bin Mâlik bin Sinân. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Ismâil bin Rajâ’. Pendapat para ulama
7
Ahmad ibn ‘Alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirût : Dâr al-Fikr, 1995),
juz. 3, h. 289-291. Abû Abdullâh Yûsuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’i al-Rijâl, (Beirût:
Dâr al-Fikr, 1992), jil. 7, h. 103-106 8 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 4, h. 94-95. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 9, h.
204-205. Abû Muhammad ‘Abd al-Rahmân ibn Abû Hâtim al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, (Beirût:
(48)
kritikus hadis tentangnya: menurut Ibn Hibbân, al-‘Ijlî, dan al-Dzahâbi mengatakan bahwa Rajâ bin Rabî’ah adalah periwayat yang tsiqah.9
4. Qais bin Muslim
Nama lengkapnya lengkapnya adalah Qais bin Muslim, beliau wafat pada tahun 120 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Târiq bin Syihâb,
‘Abd al-Rahmân Abî Lalla, Abû Ramlah, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân ibn Sa’îd ibn Masrûq, Sulaimân ibn
Mihrân, Syu’bah bin al-Hajjâj, Mâlik bin Mighwâl, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în, Abû Hâtim al-Râzi, al-Nasâ’î, Muhammad bin Sa’ad menilai, Qais bin Muslim adalah seorang yang tsiqah.10
5. Ismâ’îl bin Rajâ’
Nama lengkapnya adalah Ismâ’îl bin Rajâ’ bin Rabî’ah. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Rajâ bin Rabî’ah, Abdullâh bin Abû al-Hudzail, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sulaimân bin Mihrân, Syu’bah bin al-Hajjâj, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus
hadis tentangnya: menurut Ibn Ma’în, Abû Hâtim, dan al-Nasâ’î mengatakan bahwa Ismâ’îl bin Rajâ’ periwayat yang tsiqah, sedangkan dengan sendirinya abû
al-Fath al-Azdî mengatakan “munkar al-hadîs”.11
9 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 91. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 6, h.
184-186
10Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 6, h. 539-540. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 7,
h. 103-104
11 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 1, h. 309-310. Abû Abdullâh Muhammad bin
Ahmad bin Ustmân al-Dzahâbi, Mîzan al-‘Itidâl fî Naqd al-Rijâl, (Beirût: Dâr al-Fikr), jil. 1, h.
(49)
6. Sufyân bin Sa’îd
Nama lengkapnya adalah Sufyân bin Sa’îd ibn Masrûq, beliau wafat pada tahun 161 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim,
Mâlik bin Migwâl, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis
adalah Waki’ bin al-Jarrah, ‘Abd al-Rahmân bin mahdi bin hissân, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Syu’bah bin al-Hajjâj Sufyân adalah amîrul mu’minîn dalam hadis, sedangkan Yahya bin Ma’în
dan ibn Hibbân menilainya seorang tsiqah.12
7. Mâlik bin Migwâl
Nama lengkapnya adalah Mâlik bin Migwâl bin ‘Âsim, beliau wafat pada tahun 159 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim,
Târiq bin ‘Alqamah, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Sa’îd bin Masrûq, Makhlad bin Yazîd, ‘Abd al-Rahmân bin
Mahdi bin Hissân, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Abû Nua’im, Yahyâ bin Ma’în, Ahmad bin Hanbal, Abû Hâtim, dan Muhammad bin Sa’ad mengatakan, bahwa Mâlik bin Migwâl adalah
tsiqah.13
8. Al-A’masy
Nama lengkapnya adalah Sulaimân bin Mihrân, beliau wafat pada tahun 147 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim, Ismâ’îl
bin Rajâ’, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah
12
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 399-400. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 7,
h. 353-364. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 1, h. 119 13
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 8, h. 23-24. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h.
(50)
Muhammad bin Khâzim, Syarîk bin Abdullâh bin Syarîk, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin Ma’în, al-Nasâ’î, al-‘Ijlî, dan Abû Hâtim al-A’masy adalah seorang yang tsiqah, dan tsâbit.14
9. Wakî’
Nama lengkapnya adalah Wakî’ bin al-Jarrâh bin Malih, beliau wafat pada tahun 196 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Sa’îd bin
Masrûq, Sufyân bin Uyainah, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah Abû Bakar bin Abî Syaibah, Abdullâh bin Muhammad
bin Nufail, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-‘Ijlî Wakî’ adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan Ya’qûb bin
Syaibah dan ibn Hibbân menilainya seorang yang hâfiz.15
10.‘Abd al-Rahmân bin Mahdi
Nama lengkapnya adalah ‘Abd al-Rahmân bin Mahdi bin Hissân bin ‘Abd al-Rahmân, beliau wafat pada tahun 198 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Sa’îd bin Masrûq, Syu’bah bin al-Hajjâj dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Wakî’ bin Jarrah, Muhammad ibn Basyâr, Muhammad bin al-Mutsannâ’, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kitikus hadis tentangnya: menurut Muhammad bin Sa’ad dan
14
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 506-509. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 8,
h. 106-114. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 4, h. 146-147 15
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 9, h. 139-145. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 19,
(51)
Abû Hâtim, ‘Abd al-Rahmân bin Mahdi adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan
Ahmad ibn Hanbal menilainya sebagai seorang yang hâfiz.16
11.Mahlad bin Yazîd
Nama lengkapnya adalah Makhlad bin Yazîd, beliau wafat pada tahun 193 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Mâlik bin Migwâl,Hisyâm bin Hissân, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah ‘Abd al-Hamîd bin Muhammad al-Mistam, ‘Amru ibn Hisyam, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin Ma’în, Abû Dâud, dan Ibn Hibbân, bahwa Makhlad bin Yazîd adalah seorang yang tsiqah,
sedangkan Ahmad mengatakan “lâ ba’sa bihi”.17
12.Abû Mu’âwiyah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Khâzim, beliau wafat pada tahun 195 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah sulaimân bin Mihrâ,
Sulaimân bin Dâud al-Jarûdi, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Muhammad bin al-Alâ’, Hannâd al-Sirri, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: Menurut Yahya bin
Ma’în Abû Mu’âwiyah adalah tsâbit. Al-‘Ijlî dan al-Nasâ’î menilainya tsiqah.18
13.Abû Bakar bin Abî Syaibah
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullâh bin Muhammad bin Ibrâhîm bin Utsmân bin Khuwasti al-‘Absiyyu. Beliau adalah maulâ Abû Bakar bin Abî
16
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 5, h. 182-184. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11,
h. 386-393. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 1, h 251-254 17
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 8, h. 92-93. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h.
495-496. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 7, h. 347 18
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 128. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 16, h.
(52)
Syaibah al-Kûfî al-Hâfiz, saudara ‘Utsmân bin Abî Syaibah dan Qâsim bin Abî
Syaibah. Ia wafat pada tahun 235 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Wakî’ bin al-Jarrah, Sulaimân bin Dâud Jarudi, dan yang lainnya. al-Bukhâri, Muslim, Abû Dâud, Ibn Mâjah, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis : Menurut Ahmad bin Hanbal, dan Yahya bin Ma’în: sadûq.
Menurut al-‘Ijliy, Abû Hâtim, al-‘Ijlî, dan Ibn Khirâsy tsiqah.19
14.Muhammad bin Basyâr
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Basyâr bin ‘Utsmân bin Dâud
bin Kaisan al-‘Abdi, Abû Bakr al-Bisri Bundâr, disebut bundâr karena beliau bundâr dalam hadis, dan bundâr adalah al-Hâfid. Beliau wafat bulan Rajab, pada
tahun 252 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah ‘Abd al-Rahmân bin Mahdi bin Hissân, Hisyâm bin Abd al-Mâlik, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-Jamâ’ah dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-‘Ijli dan ‘Abd al-Rahmân bin Siyâr, bahwa Muhammad bin Basyâr adalah seorang yang tsiqah dan sadûq, Menurut
Abû Hâtim: Sadûq, sedangkan al-Nasâ’î mengatakan “lâ ba’sa bihi.”20
15.‘Abd Hamîd bin Muhammad
Nama lengkapnya adalah ‘Abd al-Hamîd bin Muhammad al-Mistâm, beliau wafat pada tahun 266 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Makhlad bin Yazîd. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-Bukhâri,
Muslim, al-Tirmidzî, al-Nasâ’î, Abû Dâud, Ibn Mâjah, Ahmad bin Hanbal.
19
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 4, h. 464-466. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 10,
h. 483-487. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 5, h. 160 20
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 63-65. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 16, h.
(53)
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-Nasâ’î, Ibn Hibbân, dan al-Dzahâbi, bahwa ‘Abd al-Hamîd adalah seorang yang tsiqah.21
16.Abû Kuraib
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-Alâ’ bin Kuraib, beliau wafat pada tahun 248 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Muhammad bin Khâzim, Khâlid bin Hayyân, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Bukhâri, Muslim, al-Tirmidzî, al-Nasâ’î, Abû Daud, Ibn Mâjah, Ahmad ibn Hanbal. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Abû Hâtim: sadûq. Al-Nasâ’î mengatakan “lâ ba’sa bihi, dan pada
kesempatan lain tsiqah. Ibn Hibbân menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqât.22
17.Muslim
Nama lengkapnya adalah Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim al-Qusyairi, beliau dinisbahkan kepada al-Naisâbûri karena beliau adalah putera kelahiran Naisabur pada tahun 204 H. Beliau juga dinisbahkan kepada nenek
moyangnya Qusyair bin Rabî’ah bin Sa’sa’ah, suatu keluarga bangsawan besar.
Beliau wafat pada hari minggu, bulan Rajab, tahun 261 H. dan dikebumikan pada hari senin di Naisabur. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Bakar bin Abî Syaibah Yahya bin Ma’în, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin Abî Tâlib, Ibrâhîm bin Muhammad bin Hamzah.23
21
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 5, h. 32. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11, h. 63 22
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 363. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h. 129-133. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta’dîl, jil. 8, h. 52
23 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 8, h. 150. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 27, h.
(54)
18.Al-Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Isa Muhammad Ibn Tsaurah Ibn Musa Ibn
al-Dahak al-Sulami al-Bugi al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu ‘Isa al-Imam al-‘Alim al-Bari. Ia lahir tahun 210 H dan wafat bulan Rajab pada tahun 279 H.24
19.Al-Nasâ’î
Namanya adalah Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin Sinân bin Bahr bin
Dînâr, Abû ‘Abd al-Rahmân al-Nasâ’i al-Qâdi al-Hâfiz, penulis kitab al-Sunan.
Nama beliau dinisbahkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Beliau memilih Mesir untuk dijadikan tempat mukimnya dalam menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakat. Beliau wafat pada hari Senin, 13 Safar, tahun 303 H. di al-Ramlah.25
20.Ibn Mâjah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazîd al-Raba’î, maulâ Abû
‘Abdullâh bin Mâjah al-Qazwainî al-Hâfiz penulis kitab al-Sunan. Ibn Mâjah
adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwain. Beliau dilahirkan di Qazwain pada tahun 207 H., dan wafat pada hari selasa bulan Ramadan, tahun 273 H. Beliau belajar hadis di Khurasan, Irak, Hijaj, Mesir, Syam, dan yang lainnya.26
24
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 10, h. 21
25 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 67-69. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 1, h.
328-340
26 Ibn Hajar,
Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 7, h. 498-499. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 27,
(55)
Tabel Para Periwayat
Nama Wafat Lafad Kualitas Ket.
Abû Sa’id al-Khudri 32 H ْْنَع ‘Udûl Sahabat
Tariq bin Syihâb
Rajâ bin Rabî’ah
82 H ْْنَع ْْنَع
Tsiqah Tsiqah
Qais bin Muslim
Ismâ’il bin Rajâ
120 H ْنَع ْْنَع
Tsiqah Tsiqah
Sufyân bin Sa’îd Mâlik bin Migwâl Al-A’masy 161 H 159 H 147 H ْنَع ْْنَع ْْنَع Tsiqah Tsiqah Tsiqah Wakî’
‘Abd al-Rahmân bin Mahdi Makhlad bin Yazîd
Abû Mu’âwiyah
196 H 198 H 193 H 195 H ْنَع اَنَثََّح اَنَثََّح اَنَثََّح Tsiqah Tsiqah Tsiqah Tsiqah
Abû Bakar bin Abî Syaibah
Muhammad bin Basyâr
‘Abd al-Hamîd bin Muhammad Abû Kuraib 235 H 252 H 266 H 248 H ْْنَع اَنَثََّح اَنَثََّح اَنَثََّح Tsiqah Sadûq Tsiqah Sadûq Muslim Al-Tirmidzi Al-Nasâ’i Ibn Mâjah 261 H 204 H 273 H 303 H اَنَثََّح اَنَثَََّح اَنَرَبْخأ اَنَثَََّح Tsiqah Tsiqah Tsiqah Tsiqah Mukharrij Mukharrij Mukharrij Mukharrij
(1)
(2)
Daftar Pertayaan
1. Sudah berapa lama dan sejak kapan Bapak aktif dalam usaha ini?
2. Apakah Bapak mengetahui sejarah dihidupkannya kembali usaha ini dan siapa tokoh-tokohnya?
3. Kapan dan bagaimana sejarah singkat sampainya usaha ini di Indonesia? 4. Apa inti dari usaha ini, tujuan dan target yang ingin di capai baik terhadap
individu dan masyarakat?
5. Apakah usaha ini lebih condong kepada masalah keilmuan atau keimanan? 6. Apakah keimanan pengenalan dan rasa cinta kepada Allah lebih dirasakan
setelah mengikuti usaha ini dari pada sebelumnya? 7. Apakah bapak mengenal penyakit hati?
8. Apakah Bapak merasakan keadaan hati yang lebih baik dari sebelum melakukan usaha ini?
9. Kegiatan apa dalam usaha ini yang mempunyai dampak mengurangi penyakit hati, mohon sebutkan beberapa ini?
10.Bagaimana rasa cinta kepada Rasulullah dan para sahabat?
11.Pada saat apa Bapak merasakan lebih dekat kepada Allah dalam usaha ini? 12.Pernahkah bapak mengalami sendiri hal-hal diluar rasio ketika mengikuti
usaha ini?
(3)
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. CECEP PIRDAUS
Aktif mengikuti Jama’ah Tabligh sejak tahun 1974
Sejarah di hidupkan kembali usaha Jama’ah Tabligh sejak tahun 1920-an untuk Negara India
Jama’ah Tabligh sampai di Indonesia pada tahun 1952 waktu itu jama’ah dari luar negeri mengadakan jiarah khususi kepada Bapak Muh. Hatta, Bapak M. Natsir dan Bapak Muh. Roem. Kemudian datang kemasjid Kebun Jeruk pada tahun 1974 dan mentasykil tiga orang yaitu :
1. Bapak Rois Hamis 2. Bapak Abd. Syukur 3. Bapak Abd. Rojak Haidir
Ketemu Jama’ah untuk pertama kali pada tahun 1968 di rumah bapak H. Zaristan Khan Jama’ah datang dari India
Pada tahun 1974 masuk ke masjid Kebun Jeruk dan menyebar keseluruh Indonesia. Melalui Jama’ah Luar Negeri dan Jama’ah dalam Negeri yang sudah di tasykil
Target yang dicapai bagaimana masyarakat muslim mengamalkan Islam secara kaffah
di seluruh dunia
Usaha Jama’ah Tabligh pertama pada masalah keimanan kemudian menjelaskan kepada para jama’ah mengenai akhlaq dan syari’ah
Diantara Ibadah untuk meningkatkan keimanan yaitu berjuang khuruj fisabilillah
kemudian betul-betul niat untuk memperbaiki diri.
Rasa keimanan dan pengenalan rasa cinta kepada Allah lebih dirasakan setelah kita memperbaiki diri dan korban untuk mengikuti usaha Jama’ah Tabligh
(4)
Iman kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun, namun iman bertambah pada waktu kita shalat, dzikir dan baca qur’an
Jenis-jenis penyakit hati diantaranya : a. Lemah Iman
b. Cinta dunia dan mungkarat c. Jahil
d. Lalai (ghoflah) lupa kepada Allah e. Riya
f. Tidak bersusah payah untuk mengamalkan agama
Usaha jama’ah tabligh dapat mengurangi penyakit hati, yakin yang benar yakin kepada Allah dan yakin yang salah yakin kepada makhluk
Kegiatan yang dapat mengurangi penyakit hati : a. Dakwah
b. Ta’lim wa Ta’lum c. Dzikir Ibadat d. Khidmat
Tertanda Cecep firdaus
(5)
Hasil Wawancara Dengan Ust. H. Nehru H Landa
Amalan Jama’ah Tabligh lebih condong pada masalah keimanan sebgaimana kata sahabat Abdullah bin Umar :
“kami belajar iman kemudian kami belajar al-Qur’an”.
Rasa cinta kepada Allah sangat terasa ketika kita keluar dijalan Allah.
Ada beberapa yang dilupakan tentang tugas Rasul yaitu, fikir atau risau Rasulullah SAW. Bertambah rasa cinta kepada rasulullah dan para sahabat ketika kita selalu berusaha mengerjakan amalan-amalan rasul.
Rasa dekat kepada Allah yaitu pada saat : 1. Waktu Khuruj fisabilillah
2. Waktu bangun malam 6 jenis penyakit hati :
a. Syirik
b. Fahsa dan mungkar c. Jahil
d. Sombong e. Riya
f. Cinta dunia dan takut mati
Cara mengobatinya sesuai yang diajarkan rasul : a. Menegakkan kaklimat Tauhid
b. Shalat
c. Belajar Ilmu serta selalu berdzikir d. Memuliakan kaum muslimin e. Ikhlasun Niyat
(6)
Penilaiannya Allah tentang hati manusia
Yang dialami diluar rasio pada saat keluar dijalan Allah yaitu ketika Khuruj, keluarga
di rumah, Alhamdulillah mendapat petunjuk dari Allah dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
Tertanda Ust. H. Nehru H Landa (Markaz Makasar, 15 juni 2010)