UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyebabkan tidak bekerja sebagaimana mestinya. Sedangkan menurut Stockley 2008 interaksi obat terjadi ketika efek dari satu obat yang dikonsumsi diubah
oleh adanya obat lain, jamu, makanan, minuman, atau oleh beberapa agen kimia
lainnya.
Menurut Hansten Horn dalam bukunya yang berjudul The Top 100 Drug Interactions 2014 2014 dalam arti luas interaksi obat terjadi ketika satu obat
mempengaruhi farmakokinetik, farmakodinamik, khasiat, atau toksisitas dari obat lain. Kedua obat tidak perlu secara fisik berinteraksi satu sama lain untuk
menghasilkan efek. Ketika kombinasi obat menghasilkan efek yang tidak diinginkan, interaksi obat menjadi interaksi obat yang merugikan. Interaksi obat
jauh lebih umum daripada interaksi obat yang merugikan adverse drug
interactions.
Interaksi obat dapat mungkin tidak terjadi pada setiap individu. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan bahwa interaksi dapat terjadi
atau tidak. Faktor-faktor ini termasuk perbedaan antara individu seperti gen, fisiologi, gaya hidup diet, olahraga, penyakit yang diderita, dosis obat, durasi
terapi kombinasi, dan waktu relatif administrasi dua zat terkadang interaksi dapat dihindari jika dua obat dikonsumsi pada waktu yang berbeda Kashif et al, 2012.
1.1.2 Tingkat keparahan Severity Level interaksi obat
Potensi interaksi obat yang diklasifikasikan menurut klasifikasi yang diusulkan oleh Hansten dan Horn 2002 secara internasional diterima dan digunakan secara
luas di seluruh dunia. Interaksi obat secara teratur diperbarui dan sistem klasifikasi ini memberikan ringkasan yang rinci dari hasil klinis, mekanisme aksi
yang terjadi dan informasi tambahan. Interaksi obat dikategorikan sebagai majorbesar, moderatesedang atau minorkecil tergantung pada keparahan hasil
dan kualitas dokumentasi.
Menurut Tatro 2001 derajat keparahan akibat interaksi diklasifikasikan menjadi minor dapat diatasi dengan baik, moderat efek sedang, dapat menyebabkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kerusakan organ, dan major efek fatal, dapat menyebabkan kematian Yasin, Widyastuti, Dewi, 2005. Sedangkan menurut Ayuningtyas 2010 yang dikutip
dari Tatro 2001, tingkat keparahan major atau efek berat ialah efek potensial yang menyebabkan kerusakan menetap atau mengancam jiwa, tingkat keparahan
moderat atau efek sedang dapat menyebabkan perubahan status klinik dan penambahan pengobatan, sedangkan tingkat keparahan minor atau efek ringan
dari interaksi obat biasanya tidak membutuhkan pengobatan tambahan.
1.1.3 Jenis obat yang berinteraksi
Menurut penelitian Dinesh et al 2007, pada 182 pasien rawat jalan yang menerima obat antidiabetik oral, obat antidiabetik metformin menduduki
peringkat pertama sebagai obat yang paling banyak menyebabkan interaksi obat. Adapun menurut peneltian Santi Purna Sari, Mahdi Jufri, dan Dini Permana Sari
di Depok 2008 pada resep pasien diabetes rawat jalan rawat jalan, resep obat antidiabetik oral yang diketahui berinteraksi sebanyak 41,69 dari jumlah sampel
dimana interaksi obat yang sering terjadi adalah interaksi obat antara golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid, glimepirid dan gliklazid dan golongan biguanid
yaitu metformin.
Menurut penelitian Utami di tahun 2013 dari 1.435 resep pasien diabetes melitus rawat jalan, diperoleh bahwa interaksi obat terjadi pada 62,16 resep obat yang
menerima obat antidibetik oral. Dalam penelitian tersebut jenis-jenis obat yang
sering berinteraksi adalah metformin dan gliklazid.
Menurut penelitian Sulistiana dkk 2013 interaksi obat yang paling banyak terjadi antara obat antidiabetik oral yang dikombinasi adalah metformin dengan
acarbose yaitu sebesar 51,85 dari total 155 pasien yang masuk inklusi, sedangkan interaksi yang paling banyak terjadi antara obat antidiabetik oral
dengan obat lain adalah glimepirid dengan sivastatin yakni sebesar 31,03.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.1.4 Tipe Interaksi Obat