Faktor utama yang mempengaruhi kecukupan modal

Totok dan Nuritomo 2014: 219, Unit Usaha Syariah UUS wajib menyediakan modal minimum dari ATMR dari kegiatan usaha berdasarkan pada Prinsip syariah sebesar 8. Modal minimum UUS yang kurang dari 8 dari ATMR, maka kantor pusat bank umum konvensional dari UUS wajib menambah kekurangan modal minimum tersebut.

2. Faktor utama yang mempengaruhi kecukupan modal

Faktor-faktor kuantitatif yang diperlukan dalam menentukan kecukupan modal Capital Adequacy Ratio CAR yaitu: a. Kualitas manajemen Kualitas manajemen bank merupakan faktor utama untuk meniadakan risiko. b. Kualitas Assets Kecukupan modal bank juga dipengaruhi oleh likuiditas bank atau kesulitan likuiditas dan dapat diatasi dengan jumlah modal yang cukup. Penambahan modal atau tidak juga ditentukan oleh likuiditas perusahaan, Setiap bank akan berusaha agar memiliki likuiditas yang tinggi. c. Sejarah pendapatan bank Pendapatan bank berasal dari pendapatan opersional seperti bunga kredit, pro-visi kredit, administrasi kredit, biaya transfer dana, dan pendapatan non-operasional seperti denda kelambatan, kelebihan hasil penjualan asset, dan lain-lain. Bank yang baik adalah bank yang pertumbuhan pendapatan operasionalnya meningkat secara teratur karena pertumbuhan aktiva produktifnya baik.Pertumbuhan pendapatan yang baik bank memiliki peningkatan kemampuan dalam memenuhi kecukupan modal dengan baik atau sebaliknya.Pendapatan bank yang fluktuatif dapat memberikan gambaran operasional bank yang naik turun atau tidak stabil. d. Kualitas dan watak pemilik bank Kualitas watak pemegang saham yang baik seperti memahami visi, misi, sasaran, dan tujuan bank akan mempercepat tercapainya kecukupan modal karena kiat-kiat bank menjadi jelas dalam usaha mewujudkan keuntungan dan sebagian besar keuangan bank dijadikan tambahan modal yang disetor atau sebaliknya. e. Potensi keguncangan struktur penabung Penabung memiliki potensi menggoyahkan bank dengan cara mereka menarik simpanannya di bank. Potensi itu muncul karena berbagai alasan misalnya menurunnya kepercayaan mereka terhadap bank, bank dapat mengatasinya dengan penambahan modal.Kemampuan mengatasi goncangan tersebut merupakan suatu keunggulan bank dalam mengatasi risiko atau sebaliknya. f. Kualitas prosedur operasional bank Prosedur operasional bank yang baik dan kuat serta dilaksanakan dengan konsisten oleh pejabat dan petugas bank, akan mengurangi kebocoran keuangan bank sehingga dapat meniadakan risiko operasional. Setiap prosedur operasional bank telah diatur dan telah diikuti dengan tepat seperti prosedur pencairan kredit, prosedur pembelian inventaris, prosedur pemungutan tabungan dan lain-lainnya, niscaya operasional bank akan baik. Penentuan dan pelaksanaan prosedur yang ada dapat dilaksanakan dengan baik sehingga tidak ada kebocoran keuangan, dan penambahan modal bank dapat digunakan dengan produktif. g. Kapasitas bank dalam mendapatkan dana Kemampuan bank dalam mendapatkan dana pihak ketiga atau DPK setiap saat dapat diwujudkan dan bahkan bank dapat meningkatkan jumlah dana dimaksud secara baik dan teratur dalam setiap masa sehingga risiko likuiditas tidak terjadi. Bank tidak membutuhkan modal yang banyak dan dengan naiknya modal bank, akan diproduktifkan berbentuk kredit. Perencanaan kecukupan modal bank ditetapkan dan ditentukan secara periodik dengan jumlah minimal tertentu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh otoritas moneter untuk menopang proyeksi perencanaan pertumbuhan assets bank di masa yang akan datang. Jumlah modal minimal bank ditetapkan oleh pengurus bank setelah pengurus bank mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan sesuai dengan ketentuan minimal yang ditetapkan oleh otoritas. Setiap faktor di atas saling berkaitan satu sama lain dan berkaitan dengan berbagai risiko yang dihadapi oleh bank umum dan berkaitan pula dengan jumlah yang harus dimiliki, memperkirakan laju pertumbuhan laba dan laju pertumbuhan asset. Laju pertumbuhan laba dan asset berjalan lambat maka bank yang bersangkutan akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan dengan bank yang mengalami pertumbuhan yang sehat. Cara mengatasi risiko yang lebih besar dari itu maka diperlukan modal yang lebih besar. Pengelolaan modal bank tidak saja dipusatkan pada rasio kecukupan modal CAR, tetapi juga diuji semua faktor yang terkait.Paling sedikit ada 5 macam rasio yang dapat menunjukkan gejala ancaman kemunduran keuangan dan kemungkinan bangkrut. Rasio yang dimaksud yaitu: 1. Rasio total kredit dan sewa terhadap total sumber dana. 2. Rasio modal pemilik terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR. 3. Rasio biaya operasi terhadap penghasilan dari operasi. 4. Rasio kredit komersial dan industri terhadap total kredit. 5. Rasio jumlah pembebanan terhadap laba bersih dan provisi untuk kerugian pinjaman. Perhitungan Rasio kecukupan modal, hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan rasio kecukupan modal meliputi: a. Dasar perhitungan kecukupan modal Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR.Maksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Menghitung ATMR masing-masing akun aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan. Bobot risiko umumnya ditentukan oleh otoritas moneter berdasarkan kemungkinan tingkat keamanan aktiva. b. Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR merupakan penjumlahan aktiva neraca dan rekening administratif dengan masing- masing akun yang sudah ditimbang dengan bobot risiko. ATMR diperoleh dari: 1 Mengalikan nominal masing-masing pos aktiva neraca dengan bobot masing-masing pos 2 Mengkonversi aktiva administratif ke dalam aktiva neraca yang menjadi padananya, besarnya faktor konversi masing-masing aktiva administratif didasarkan pada tingkat kemungkinan menjadi aktiva neraca yang efektif. 3 Setelah mengkonversi aktiva administratif ke dalam aktiva neraca sebagai padanannya maka dilakukan perhitungan dengan jalan mengalikan hasil konversi dengan bobot risiko masing-masing aktiva administratif. 4 Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos-pos aktiva neraca dengan bobot risiko 0, 20, 50, 100. Jumlah kebutuhan penyediaan modal minimum atau KPMM sangat berguna: 1. Sebagai dasar pengembangan usaha bank yang sehat sehingga dapat menampung risiko kerugian 2. Untuk menyesuaikan ekspansi dalam batas yang dapat ditampung oleh permodalan bank 3. Untuk pemantauan terhadap kondisi permodalan bank yang sehat.

3. Komponen modal bank