Pengawasan Anggaran Beban Operasional Pada PT Perkebunan

beban-beban menurut fungsi dan aktivitasnya. Adapun contoh langkah-langkah yang diambil adalah : a. pengawasan dilakukan oleh Direktur Utama perusahaan dengan ikut terlibat dalam penyusunan anggaran biaya penjualan pada awal periode, b. mengevaluasi realisasi beban penjualan terhadap RKAP, c. analisa penyimpangan penjualan, apakah berdampak yang signifikan terhadap anggaran beban operasional nantinya. 2. Pengawasan BebanAdministrasi dan Beban Umum Fungsi administrasi dan umum adalah meliputi fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif.Langkah-langkah yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan pada pengawasan beban administrasi dan beban umum adalah: a. membuat anggaran beban administrasi dan umum pada awal periode, b. mengalokasikan setiap jenis beban administrasi dan umum pada setiap departemen yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum, c. menentukan teknik pengawasan beban administrasi dan umum untuk setiap fungsi. PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan melakukan pengawasan yang baik terhadap anggaran beban operasional yang telah disusun selama anggaran beban operasional digunakan pada periode yang ditentukan. Adapun pengawasan-pengawasan nyata yang dilaksanakan oleh perusahaan selama periode berlangsung diantaranya : a. pengawasan anggaran beban dilakukan dengan membandingkan anggaran dengan realisasi, b. menentukan sebab-sebab atau alasan-alasan mengapa terjadi perbedaan-perbedaan dan berdasarkan itu mengambil tindakan untuk mengadakan perbaikan terhadap yang merugikan, c. RKAP yang telah disahkan oleh RUPS telah dipedomani dan ditaati dalam pelaksanaannya, d. apabila ternyata dalam realisasi ada pekerjaan yang sangat dibutuhkan tetapi tidak dianggarkan hal ini kemudian dibuat usulan mutasi anggaran dan dicantumkan dalam rencana kerja operasional tahun anggaran tersebut. Proses perencanaan dan pengawasan anggaran pada PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan telah dilaksanakan dengan sangat efektif, hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian kuesioner oleh lima orang responden terhadap delapan alat ukur indikator yang digunakan untuk mengukur perencanaan anggaran sesuai dengan proses penyusunan anggaran menurut R.A Supriyono 1999:348 dan empat alat ukur indikator yang digunakan untuk mengukur proses pengawasan anggaran sesuai dengan proses pengendalian anggaran menurut Wilson, dkk yang dialihbahasakan oleh Tjintjin 1996:83. 1. Proses Penyusunan Anggaran a. Menganalisis informasi masa lalu dan lingkungan eksternal yang diantisipasikan dan SWOT. Manajemen puncak menganalisis informasi masa lalu dan perubahan lingkungan eksternal di masa yang akan datang dapat diketahui melalui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki organisasi dari lingkungan luar. Lingkungan eksternal yang diselidiki dan dianalisis meliputi kondisi perekonomian, persaingan, selera konsumen, perkembangan teknologi, sosial, politik dan kebijaksanaan pemerintah. b. Menentukan perencanaan strategi. Manajemen puncak menentukan perencanaan strategi yaitu penentuan tujuan organisasi dan rencana jangka panjang. c. Mengkomunikasikan tujuan organisasi dan rencana jangka panjang. Tujuan organisasi dan rencana jangka panjang dikomunikasikan kepada manajer divisi dan manajer di bawahnya serta komite anggaran agar mereka mengetahui tujuan yang akan dicapai dan cara-cara pokok untuk mencapai tujuan tersebut. d. Memilih taktik, mengkoordinasi kegiatan dan mengawasi kegiatan. Atas dasar tujuan organisasi dan rencana jangka panjang yang telah disusun oleh manajemen puncak, manajer divisi menyusun pemilihan taktik yaitu untuk memilih cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, manajer departemen membuat keputusan pengoperasian yang berhubungan dengan pengkoordinasian semua kegiatan di bawah departemennya, dan manajer seksi bertanggung jawab untuk merencanakan pengawasan terhadap kegiatan seksinya. e. Menyusun usulan anggaran. Setiap manajer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran untuk bagian organisasi dibawahnya yaitu departemen, demikian pula manajer departemen juga menyusun dan mengkoordinasikan anggaran bagian organisasi di bawahnya yaitu seksi. Usulan anggaran semua divisi selanjutnya diserahkan kepada komite anggaran. f. Menyerahkan revisi usulan anggaran. Komite anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar terdapat sinkronisasi dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen puncak. g. Menyetujui revisi usulan anggaran dan merakit menjadi anggaran perusahaan. Setelah usulan anggaran direvisi oleh setiap divisi yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite merakit usulan tersebut menjadi anggaran perusahaan. h. Revisi dan pengesahan anggaran perusahaan. Anggaran perusahaan masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh manajemen puncak untuk menjadi anggaran perusahaan yang resmi. Setelah dilakukan revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan ke setiap divisi dan bagian organisasi di bawahnya sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dan sekaligus alat pengendalian. 2. Proses Pengendalian Anggaran a. Menetapkan suatu norma pengukuran. Norma-norma sudah ditetapkan oleh mereka yang cakap menurut pengalamannya, yaitu manajer puncak. b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya dengan norma standar. Dalam menganalisa tepat dan tidaknya realisasi anggaran telah dibandingkan dengan norma atau standar biaya per pos anggaran. c. Mencari sebab terjadinya penyimpangan atau varians. Realisasi anggaran sejalan dengan perencanaannya maka dalam penyusunan anggaran telah dilakukan secara teliti dan terinci. d. Mengambil tindakan korektif jika perlu. Dalam melakukan tindak lanjut penyebab terjadinya selisih, analisa dilakukan baik dalam triwulan, semester maupun tahunan. Hal ini sangat berguna dalam menyusun anggaran beban yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya. PERTANYAAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL No. Pertanyaan STS TS R S SS Nilai score 1 2 3 4 5 Proses Perencanaan Anggaran 1. Menganalisis informasi masa lalu dan lingkungan luar diantisipasikan dari SWOT. 2. Mentukan perencanaan strategi. 3. Mengkomunikasikan tujuan organisasi, dan rencana jangka panjang. 4. Memilih taktik, mengkoordinasi kegiatan dan mengawasi kegiatan. 5. Menyusun usulan anggaran. 6. Menyerahkan revisi usulan anggaran. 7. Menyetujui revisi usulan anggaran dan merakit menjadi anggaran perusahaan. 8. Revisi dan pengesahan anggaran perusahaan. Proses Pengawasan Pelaksanaan Anggaran 9. Menetapkan suatu norma. 10. Membandingkan pelaksanaan yang Sebenarnya. 11. Mencari sebab terjadinya penyimpangan. 12. Mengambil tindakan korektif. Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu S = Setuju SS = Sangat Setuju Hasil Penilaian : Responden Pertama X Y Z 5 12 60 Total Nilai Score 60 Responden Kedua X Y Z 5 12 60 Total Nilai Score 60 Responden Ketiga X Y Z 5 12 60 Total Nilai Score 60 Responden Keempat X Y Z 5 12 60 Total Nilai Score 60 Responden Kelima X Y Z 5 12 60 Total Nilai Score 60 X = nilai score Y = jumlah jawaban Z = total nilai X x Y Total Penilaian = Responden 1 + Responden 2 + Responden 3 + Responden 4 + Responden 5 : 5 = 60 + 60 + 60 + 60 + 60 : 5 = 300 : 5 = 60 Kategori Penilaian : STE Sangat Tidak Efektif = 6 - 16 TE Tidak Efektif = 17 - 27 CE Cukup Efektif = 28 - 38 E Efektif = 39 - 49 SE Sangat Efektif = 50 - 60 Untuk menunjukkan efektifitasperencanaan dan pengawasan beban operasional dinilai dengan menggunakan daftar pertanyaan sebanyak 12 item, jawaban untuk setiap item berikhtisar dari 1 sampai 5, dengan penilaian Sangat Tidak Setuju STS sampai dengan Sangat Setuju SS. Berdasarkan tabulasi TS – SS bernilai 60 oleh karena itu perencanaan dan pengawasan beban operasional menurut kategorinya adalah sangat efektif. Hasil penilaian yang didapat berdasarkan pertanyaan di atas menunjukkan bahwasannya perencanaan dan pengawasan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan adalah efektif. Menurut Peneliti perencanaan dan pengawasanpada PTPerkebunan Nusantara III Persero Medan telah sesuai dengan teori pada kutipanyang Peneliti sajikan, dimana metode proses penyusunan anggaran yang digunakan perusahaan telah dipergunakan sepenuhnya begitu juga dengan tujuan pengawasan beban operasional, maka perencanaan dan pengawasan yang dilakukan perusahaan sudah efektif.

C. Analisa Beban Operasional Pada PT Perkebunan Nusantara III

Persero Medan Analisia beban operasional dilakukan dengan cara membandingkan anggaran beban operasional dengan realisasinya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harahap 1996:15 “Untuk mengetahui penyimpangan dari rencana maka harus dilakukan perbandingan antara realisasi dengan budget”. Menurut PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan, dalam menganalisa perbedaan-perbedaan yang hasilnya bakal digunakan untuk menentukan sesuatu tindakan, harus diteliti dengan cermat. Hal yang perlu dianalisa hanyalah perbedaan-perbedaan antara anggaran dengan realisasi yang dianggap berarti signifikan. Jika ada perbedaan-perbedaan harus juga dianalisa unsur-unsur jumlah dan harga untuk mengetahui apakah disini letak perbedaannya dan ini yang menimbulkan perbedaan-perbedaan itu. Menurut biasanya jika terdapat perbedaan, PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan mengambil tindakan yaitu : a. meminta pertanggung jawaban dari administratur atau asisten afdeling kalau jumlah pemakaian realisasi melebihi jumlah yang ditentukan anggaran, b. menutupi anggaran yang defisit dengan membuat usulan mutasi anggaran dan merekomendasikan hal ini kepada Direksi untuk meminta persetujuan pengalihan RKAP dari rekening yang lain. Namun sebagaimana yang namanya perencanaan tidak selalu anggaran itu benar dan tidak selalu sama dengan realisasinya dan diluar kekuasaan afdeling yang menggunakannya, sehingga penyimpangan ini jangan kemudian dianggap sebagai suatu kesalahan. Apabila PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan mengalami penyimpangan biasanya itu disebabkan oleh faktor-faktor, diantaranya : a. realisasi beban di atas RKAP, b. adanya kenaikan harga bahan pembantu produksi, c. adanya kenaikan upah berdasarkan nilai Upah Minimum Regional. Dalam rangka untuk tindakan perbaikan pada masa yang akan datang penyimpangan tersebut perlu dianalisa sehingga dapat ditetapkan apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan tersebut. Setelah diketahui penyebabnya maka akan dapat diputuskan apa yang harus diperbaiki. Penyimpangan itu sendiri ada yang menguntungkan perusahaan dan ada juga yang merugikan perusahaan. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Harahap 1991:243 “Dalam hal biaya, maka jika biaya realisasi lebih besar dari pada budget dianggap tidak menguntungkan unfavorable. Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari budget maka dianggap menguntungkan favorable”. Analisis penyimpangan anggaran operasional pada PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan, ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini. 1. Beban Penjualan Tabel 3.1. Anggaran dan Realisasi Beban Penjualan Sumber : PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan Anggaran beban penjualan sebesar Rp 197.457.687.000 sementara realisasinya sebesar Rp 159.673.689.216, berarti anggaran beban penjualan lebih besar daripada realisasinya, dan ini menguntungkan perusahaan favorable karena menimbulkan selisih anggaran Rp 37.783.997.784.Hal yang menyebabkan favorable dengan selisih nilai yang signifikan adalah : PT PERKEBUNAN NUSANTARA III PERSERO DAFTAR BEBAN PENJUALAN Periode 01 Januari sd 31 Desember 2014 URAIAN REALISASI ANGGARAN Selisih Beban Pengiriman ke Pelabuhan Beban Sewa Gudang Beban Instalasi Pemompaan Beban Jasa Kantor Pemasaran Bersama Beban Asuransi Pengiriman Produksi Beban Retribusi Pelabuhan Beban Pengngkutan ke Pelabuhan Beban Provisi Bank Beban Komisi Penjualan Beban Analisa Beban Ongkos Kapal Freight Beban Promosi Beban Klaim Penjualan Beban Gapkindo dan Gapki Beban Lain-lain JUMLAH Rp 121.847.398.280 84.653.448 19.370.723.817 15.534.287.685 - 979.164.599 747.592.621 142.595.510 - 1.960.000 422.126.634 95.485.845 55.275.840 87.236.415 305.188.522 Rp 139.958.348.000 149.696.000 34.865.565.000 16.412.523.000 - 1.189.648.000 990.633.000 246.461.000 132.554.000 539.801.000 638.214.000 486.196.000 233.557.000 482.835.000 1.130.656.000 Rp 18.110.949.720 65.042.552 15.494.841.183 878.235.315 - 210.483.401 243.040.397 103.865.490 132.554.000 537.841.000 216.087.366 391.710.155 178.281.160 395.598.585 825.467.478 159.673.689.216 197.457.687.000 37.783.997.784