Diagnosis Banding Penatalaksanaan GRUP A GRUP B

Menurut Keishya 2011, penderita DBD pada anak 5-14 tahun di RSUP HAM tahun 2010, berdasarkan keluhan pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan demam 88 penderita 100, muntah 62 penderita 70,5, manifestasi perdarahan 49 penderita 55,7, nyeri perut 27 penderita 30,7, penurunan nafsu makan 26 penderita 29,5, nyeri kepala 25 penderita 28,4, mual 14 penderita15,9, nyeri ulu hati 22 penderita 25,0, nyeri sendi 17 penderita 19,3, nyeri telan 12 penderita 13,6, batuk 12 penderita 13,6, mencret 8 penderita 9,1, dan syok 7 penderita 8,0.

2.8. Diagnosis Banding

Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa seperti demam, tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya hemokonsentrasi membedakan DBD dari penyakit lain Suhendro et al., 2009. Diagnosis banding demam dengue adalah meningitis, ensefalitis, dan sinusitis yang juga terdapat pada gejala demam dan sakit kepala. Terdapat “cross-reactivity” PCR antara virus dengue dan organisme lain seperti Demam West Nile di AS Guerdan, 2010.

2.9. Penatalaksanaan

Kategori grup WHO, 2009 : 1. GRUP A • Pasien yang boleh pulang • Mampu mengkonsumsi cairan oral dan BAK minimal setiap 6 jam • Tidak ditemukan tanda bahaya 2. GRUP B • Pasien yang harus dirawat inap • Ditemukan tanda bahaya atau kondisi pasien yang beresiko Universitas Sumatera Utara • Kondisi yang beresiko : kehamilan bayi, usia tua, obesitas, DM, gagal ginjal, penyakit hemolitik kronis, dan pasien yang tinggal sendiri atau tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan 3. GRUP C • Pasien yang membutuhkan tindakan gawat darurat • Ditemukan hal-hal berikut : kebocoran plasma hebat, perdarahan hebat, gangguan berat organ.

a. GRUP A

Pasien yang termasuk kategori GRUP A dianjurkan mengkonsumsi cairan rehidrasi oral oralit, jus buah dan cairan lainnya yang mengandung elektrolit dan gula. Untuk pasien yang demam tinggi berikan paracetamol, hindari OAINS NSAID karena dapat memicu gastritis dan perdarahan. Kita juga menginstruksikan pada pasien atau yang merawatnya untuk segera ke rumah sakit bila keadaan memburuk atau tidak membaik dan muncul tanda bahaya.

b. GRUP B

Pasien dengan tanda bahaya: 1. Periksa HT sebelum terapi cairan. Berikan cairan isotonik seperti NaCL 0,9 atau Hartmann’s solution 2. Mulai dari 5-7 ckgjam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 cckgjam selama 2-4 jam, lalu 2-3 cc’kgjam atau sesuaikan dengan keadaan pasien 3. Periksa ulang HT setelah terapi cairan. Bila hasilnya tetap atau meningkat sedikit, lanjutkan terapi 2-4 cckgjam. Jika vital sign memburuk dan HT meningkat drastis, terapi cairan 5-10 cckgjam selama 1-2 jam. Berikan terapi hanya untuk mempertahankan urin 0,5 cckgjam 4. Monitor pasien sampai fase kritis terlewati. Pasien tanpa tanda bahaya: 1. Anjurkan konsumsi cairan oral. Bila sulit dilakukan, terapi cairan maintenance dengan NaCl 0.9 atau RL dengan atau tanpa dextrose 2. Monitor pasien sampai fase kritis terlewati. Universitas Sumatera Utara

c. GRUP C