Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Balitanya Di Kecamatan Medan Selayang

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN

PERILAKU IBU TERHADAP STATUS KARIES

BALITANYA DI KECAMATAN

MEDAN SELAYANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NILA SILVANA DWI NIM : 060600062

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010 Nila Silvana Dwi

Hubungan Pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies gigi balitanya.

xi + 42 halaman

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies, pengalaman karies pada anak usia 3-4 tahun dan hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia 3-4 tahun yang diperoleh dari playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang. Secara purposive diambil 4 playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus cross sectional study,sebanyak 140 orang, 70 orang di Playgroup dan 70 orang di BKIA. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi pada balita. DiagnosA karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual (inspeksi) dan selanjutnya dilakukan wawancara pada ibu balita dengan menggunakan alat bantu kuesioner untuk mengetahui pendidikan ibu, dan pengetahuan serta perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anaknya.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan 65% anak balita mengalami karies gigi. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies (p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001), antara pengetahuan ibu terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak balitanya (p=0,013), serta terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku memelihara kesehatan gigi ibu dengan rata-rata karies anak balitanya (p=0,000) dan prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 September 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. ... NIP :


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 September 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri yanti, drg.

ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes 2. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Ismet D. Nasution, drg., Sp.Pros., PhD selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memberi izin dilaksanakannya penelitian.

2. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

3. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku Sekretaris Departemen, Gema Nazri yanti, drg. dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.


(7)

5. Kepala Sekolah Playgroup Namira, Khansa, Bunayya, Happy Holi Kids dan Kepala Puskesmas Kecamatan Medan Selayang yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada ayahanda Satiman Siddiq dan ibunda tercinta Nursiah Husein atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada kakakku tercinta Winda Ayunasari, S.Si dan adinda tercinta M. Ihsan Fatwa yang selalu memberikan motivasi selama berlangsungnya penyusunan skripsi ini beserta seluruh keluarga besarku.

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman terbaik penulis terutama Sari, Halida, Wilna, Aida Fadila Darwis, drg., Nirma, Rahmatika, Rohani, Bang Ahmad, Kak Marhamah, Munadiyah, Dini, Rizka, Tuti, Devi, Haqqi, atas dukungan, bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan dan teman-teman seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu -persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, September 2010 Penulis,

(Nila Silvana Dwi) NIM: 060600062


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesa Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi... ... 6

2.1.1 Faktor Etiologi ... 7

2.1.2 Faktor Risiko ... 8

2.1.3 Indeks Karies ... 10

2.2 Pendidikan Ibu... ... 10

2.3 Pengetahuan Ibu... ... 11

2.4 Perilaku Ibu... ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 18

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 18

3.3 Variabel Penelitian ... 19

3.4 Defenisi Operasional ... 20


(9)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden ... 24 4.2 Pengetahuan Ibu-Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak

Balita ... 24 4.3 Perilaku Ibu-Ibu Memelihara Kesehatan Gigi Anak

Balita ... 28 4.4 Pengalaman Karies Anak Balita ... 31 BAB 5 PEMBAHASAN ... 36 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 38 6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... . 39 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase distribusi karakteristik responden……… 25 2. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga mengenai karies..……….. 26 3. Pengetahuan ibu mengenai waktu menyikat gigi..…..……….. 26 4. Pengetahuan ibu mengenai kandungan zat pada pasta gigi yang baik

untuk mencegah gigi berlubang………...…. 27 5. Pengetahuan ibu mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah

anak mengonsumsi makanan/minuman manis………...… 27 6. Pengetahuan ibu mengenai jenis makanan dan minuman yang paling

berpotensi menyebabkan gigi berlubang………..…. 28 7. Pengetahuan ibu mengenai jenis minuman yang baik untuk

pertumbuhan gigi anak………..… 28

8. Pengetahuan ibu mengenai pengaruh gigi susu terhadap gigi

permanen……….. 29

9. Perilaku ibu-ibu memelihara kesehatan gigi anak balitanya………... 31 10. Kategori pengetahuan dan perilaku ibu dalam memelihara

kesehatan gigi anak………... 32

11. Prevalensi karies pada anak usia 3-4 tahun di Kecamatan

Medan Selayang……….…. 32

12. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan tingkat

pendidikan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..…… 33 13. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan tingkat

pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..……. 33 14. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan perilaku


(11)

pendidikan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..……… 34 16. Hasil analisis statistik bebas karies anak balita berdasarkan tingkat

pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Selayang………….……….. 35 17. Hasil analisis statistik bebas karies anak balita berdasarkan perilaku


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

2 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Namira, Kecamatan Medan Selayang.

3 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Khansa, Kecamatan Medan Selayang.

4 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Bunayya, Kecamatan Medan Selayang.

5 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Happy Holi Kids, Kecamatan Medan Selayang.

6 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Puskesmas Kecamatan Medan Selayang.

7 Perhitungan statistik.


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010 Nila Silvana Dwi

Hubungan Pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies gigi balitanya.

xi + 42 halaman

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies, pengalaman karies pada anak usia 3-4 tahun dan hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia 3-4 tahun yang diperoleh dari playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang. Secara purposive diambil 4 playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus cross sectional study,sebanyak 140 orang, 70 orang di Playgroup dan 70 orang di BKIA. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi pada balita. DiagnosA karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual (inspeksi) dan selanjutnya dilakukan wawancara pada ibu balita dengan menggunakan alat bantu kuesioner untuk mengetahui pendidikan ibu, dan pengetahuan serta perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anaknya.


(14)

Hasil penelitian menunjukkan 65% anak balita mengalami karies gigi. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies (p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001), antara pengetahuan ibu terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak balitanya (p=0,013), serta terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku memelihara kesehatan gigi ibu dengan rata-rata karies anak balitanya (p=0,000) dan prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi penyakit tersebut meningkat pada zaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan dengan perubahan pola jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena gunung es. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak. Pembentukan karies pada anak disebabkan oleh faktor etiologis kompleks.1

Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Dalam hal ini, peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak karena anak masih bergantung pada orang tua. Sikap dan perilaku ibu yang merupakan orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap sikap dan perilaku anak.1,2

Menurut Tirthankar (cit. Sondang P dan T. Hamada, 2008), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.3


(16)

Wael A. Sabbah et all, dalam penelitiannya tentang prevalensi karies di antara anak 1-5 tahun di Tabuk, Saudi Arabia menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi status karies anaknya. Anak-anak dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki resiko karies lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Selain pendidikan ibu, perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak seperti frekuensi menyikat gigi dan pemberian makanan manis pada anak juga merupakan hal yang signifikan hubungannya dengan status karies pada anak berumur 1-5 tahun.4 Penelitian tentang karies gigi pada anak usia 1-3 tahun di Iran menyatakan bahwa prevalensi karies terlihat lebih tinggi pada anak yang memiliki orang tua berpendidikan rendah, sebaliknya pada anak yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi, prevalensi karies cenderung lebih rendah. Hasil ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemeliharan kesehatan orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya.5

Hasil penelitian terhadap anak prasekolah di Turki menunjukkan bahwa 40% anak berumur 3 tahun mengalami karies gigi. Angka ini memiliki perbandingan yang berbeda di setiap negara. Di USA, 35% anak mengalami karies gigi, sedangkan di Inggris angka ini meningkat dua kali lipat dan untuk Australia mencapai tiga kali lipat.Penelitian yang dilakukan pada anak berumur 4 tahun di Turki, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan anak berumur 3 tahun, yaitu 50% anak mengalami karies gigi, USA sebesar 49%, sedangkan Skotlandia memiliki angka yang jauh lebih tinggi yaitu 86%.6


(17)

Penelitian pada anak-anak panti Karya Pungai Binjai tentang karies gigi dan oral hygiene menyatakan bahwa karies gigi susu tiap anak berumur 2-5 tahun yaitu 8,05 ± 5,66 gigi yang terdiri atas rata-rata gigi yang berlubang dan masih dapat ditambal yaitu 7,37 ± 4,86 gigi dan rata-rata gigi yang sudah tidak dapat ditambal lagi 0,68 ± 1,83 gigi, serta tidak dijumpai satu pun gigi susu yang sudah ditambal.7

Meinarly Gultom, dalam penelitiannya tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi anaknya di Kecamatan Balige, Sumatera Utara melaporkan dari 150 orang responden, sekitar 62,67 % mengetahui bahwa kesehatan gigi susu mempengaruhi gigi permanen, 67,33 % mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dan 83,33% mengetahui ukuran pasta gigi pada anak balita sebesar biji kacang polong. Sementara hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita menunjukkan 49,33% anak menderita karies botol dan gigi berlubang, juga masih ditemui penyakit gusi yaitu gusi berdarah 10,67% dan gusi bengkak 8,67%.8

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies anak balitanya di

Playgroup dan BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Tempat ini dipilih sebab

populasi anak berumur 3-4 tahun banyak dan mudah ditemui di Playgroup -

Playgroup dan BKIA. Dan berdasarkan hasil survei pendahuluan yang didapat,

pendidikan ibu pada anak balita di Playgroup rata-rata berpendidikan baik dan pada populasi anak balita di BKIA, didapati kelompok balita dengan ibu yang berpendidikan rendah.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies anak balitanya.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Mengetahui prevalensi bebas karies dan pengalaman karies pada anak usia 3-4 tahun.

2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

3. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

4. Mengetahui hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak balitanya terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

2. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.


(19)

3. Ada hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak balitanya terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Sebagai masukan bagi puskesmas dalam penyuluhan kepada ibu-ibu pengunjung BKIA dan Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anak balita.

2. Sebagai masukan kepada Playgroup dalam memberi penyuluhan kepada ibu-ibu anak balita agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anak balita.

3. Sebagai masukan bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU untuk menambah referensi penelitian.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak.1 Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.3

Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar 85 persen anak usia di bawah lima tahun di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Sejauh ini, karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka kejadian karies pada anak 60-90 persen.9

Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut. Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor hereditas hanya


(21)

disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu.1

2.1.1 Faktor Etiologi

Faktor etiologi atau penyebab karies dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu : 3

a. Faktor host atau tuan rumah

Faktor host ini meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis.

b. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.

c. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.


(22)

d. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

2.1.2 Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah :3 a. Penggunaan Fluor

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.

b. Oral Higiene

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan penggunaan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur.

c. Jumlah Bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Jumlah bakteri patogen yang banyak di dalam mulut akan mempermudah terjadinya karies gigi.


(23)

d. Saliva

Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Jika pH saliva terlalu rendah, maka keadaan di dalam rongga mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada gigi.

e. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan.

Karies atau lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Derajat keparahannya dikelompokkan menjadi :10

1. Lubang pada email.

Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.

2. Lubang sampai dentin.

Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.

3. Lubang sampai syaraf gigi.

Gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi. Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.


(24)

4. Tipe karies rampan.

Pemberian susu botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi berlubang. Tanda-tanda gigi yang terkena adalah terlihat pada bagian depan gigi depan atas, terlihat warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi belakang. Karies botol dapat dicegah dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam dan selalu bilas dengan air putih, membiasakan anak minum susu di gelas sejak anak berulang tahun kesatu, pemberian jus buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, serta memperhatikan kebersihan rongga mulut.

2.1.3 Indeks Karies

Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang, agar penilaian yang dilakukan dapat sama atau seragam. Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H.3

Indeks karies untuk anak-anak dan orang dewasa memiliki perbedaan, yaitu pada pemberian kodenya. Pada orang dewasa digunakan kode DMFT (Decay,

Missing, Filling, Tooth) dan pada anak-anak digunakan kode deft (decay, extracted, filling, tooth). Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung

diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Nilai reratanya dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai deft dan dibagikan atas jumlah orang yang diperiksa.3


(25)

2.2 Pendidikan Ibu

Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa, ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya bagi anak-anaknya.10,11

2.3 Pengetahuan Ibu

Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, perilaku dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya.12

Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori

Reasoned Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan perilaku

dalam perubahan tingkah laku. Dalam hal ini, khususnya pada peranan pengetahuan dan tingkah laku orang tua dalam perilaku kesehatan.13

Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan karies, serta pentingnya kunjungan ke


(26)

dokter gigi secara berkala.10 Berikut merupakan penjelasan mengenai pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak untuk mencegah karies :

a. Penyebab karies gigi

Karies gigi terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.3 Plak tidak hanya dapat menyebabkan karies yang baru, namun dapat memperluas lesi karies yang sudah ada jika tidak dibersihkan dari permukaan gigi.14

b. Waktu menyikat gigi yang baik

Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah di pagi hari setelah makan dan malam hari sebelum tidur. Dalam hal ini, peran ibu sangat penting dalam membantu dan mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik saat anak sedang menyikat gigi, sebab anak akan lebih termotivasi jika kegiatan membersihkan gigi dilakukan bersama ibu dibandingkan jika dilakukan oleh anak seorang diri.12,15

c. Tanda-tanda awal karies

Tanda-tanda awal karies secara umum adalah timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak-bercak putih pada permukaan gigi yang merupakan awal terbentuknya karies. Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung terjadinya masalah ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua


(27)

d. Makanan kariogenik

Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan diet yang tepat untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik untuk kesehatan gigi anaknya serta mengurangi makanan-makanan manis yang bersifat kariogenik. Pada umumnya, makanan yang manis seperti permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh anak-anak. Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur gigi melarut, sehingga gigi mudah terserang karies. Penelitian Al-Hussyeen dan Al- Sadhan di Saudi tahun 2002 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian konsumsi makanan kariogenik antara anak sangat berpengaruh terhadap status karies anak. Ini terkait dengan pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi, khususnya mengenai pemberian pola makan anak.12,17 Menurut Marianna, melarang anak untuk sama sekali tidak makan makanan manis, seperti permen dan cokelat memang tidak mungkin. Untuk meminimalisasi akibat konsentrasi gula tinggi yang merusak email gigi, sebaiknya anak dibiasakan minum air putih atau berkumur untuk menurunkan konsentrasi gula pada mulut.18

e. Pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi.

Kesadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah, misalnya ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini,


(28)

meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol bagi kesehatan gigi anak.12,18

Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Orangtua sering menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain.18 Menurut Vincent Iannelli MD, waktu yang paling tepat untuk membawa anak ke dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American Academy of Pediatric Dentistry, yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau tidak lebih dari usia satu tahun. Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya, menghindari meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi dengan benar, dan memakan makanan yang akan mendukung pertumbuhan gigi yang sehat. Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail mengenai perawatan gigi anak.18

2.4 Perilaku ibu

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang


(29)

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.19

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni :19

a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat

given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin

dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. 19

Berdasarkan teori Bloom, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut.20

Perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu merupakan figur yang paling dekat dengan anak sejak ia dilahirkan.12 Selain itu, perilaku anak juga


(30)

cukup berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya, termasuk dalam hal menyikat gigi dan pola makan anak.15 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :12

1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah mampu berkumur.

2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.

3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.

Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya sejak dini. Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan


(31)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross

sectional.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia 3-4 tahun di

playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang. Secara purposive diambil 4

playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus cross sectional study oleh Budiharto untuk populasi subyek penelitian kurang dari 10.000 orang. Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 137 orang, besar sampel yang diambil peneliti adalah 140 orang, pada Playgroup 70 orang dan BKIA 70 orang.


(32)

3.3 Variabel Penelitian Variabel Bebas (Faktor Risiko)

No. Variabel Kategori Skala Ukuran Keterangan

1. Pendidikan Ibu Tinggi

Sedang

Rendah

Ordinal -Tinggi, jika pendidikan ibu

lulus Perguruan Tinggi. -Sedang, jika pendidikan ibu lulus SLTP dan SLTA. -Rendah, jika pendidikan ibu hanya lulusan SD dan tidak lulus SD.

2. Pengetahuan Ibu Baik

Cukup

Kurang

Ordinal -Baik, bila 80% pertanyaan

dijawab dengan benar (8-10 pertanyaan).

-Cukup, bila 60-70% pertanyaan dijawab dengan benar (6-7 pertanyaan).

-Kurang, bila <60% pertanyaan dijawab dengan benar (1-5 pertanyaan)

3. Perilaku Ibu Baik

Cukup

Kurang

Ordinal -Baik, bila 80% pertanyaan

dijawab dengan benar (8-10 pertanyaan).

-Cukup, bila 60-70% pertanyaan dijawab dengan benar (6-7 pertanyaan).

-Kurang, bila <60% pertanyaan dijawab dengan benar (1-5 pertanyaan)


(33)

Variabel terikat (faktor efek)

No. Variabel Kategori Skala Ukuran Keterangan 1. Status karies

pada anak balita yaitu :

-Prevalensi bebas karies

-deft

-

Nominal

Interval

-Prevalensi bebas karies

diukur dengan persentase.

-deft diukur dengan rata-rata.

3.4 Defenisi Operasional

1. Pendidikan ibu, adalah tingkat pendidikan formal ibu yang meliputi beberapa kriteria yaitu : Tinggi (lulus Perguruan tinggi), sedang (lulus SLTA dan SLTP) dan rendah (lulus SD dan tidak lulus SD).

2. Pengetahuan ibu, yaitu pemahaman ibu tentang :

a. Penyebab gigi berlubang. Penyebab gigi berlubang yang memegang peranan penting adalah plak.

b. Tanda-tanda awal karies, yaitu dimulai dengan timbulnya bercak-bercak putih pada permukaan gigi.

c. Waktu yang baik untuk menyikat gigi, yaitu dua kali sehari, setiap sehabis sarapan dan sebelum tidur di malam hari.

d. Ukuran sikat gigi bagi anak balita, yaitu anak balita memiliki ukuran sikat gigi khusus yang tidak sama dengan ukuran sikat gigi orang dewasa.


(34)

f. Setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, memberikan anak minum air putih atau berkumur adalah hal yang penting dilakukan.

g. Jenis makanan dan minuman manis yang menyebabkan gigi berlubang. h. Jenis makanan yang dapat mendukung pertumbuhan gigi yang sehat pada anak, seperti susu yang mengandung kalsium dan vitamin D.

i. Gigi susu yang dicabut sebelum waktunya akan mengganggu pertumbuhan gigi tetap.

j. Kunjungan ke dokter gigi merupakan tindakan yang baik untuk pemeriksaan rongga mulut anak.

3. Perilaku ibu, yaitu tindakan ibu di dalam memelihara gigi anak balitanya terhadap karies :

a. Sejak kapan ibu menyikat gigi anak dan mengajari anak cara menyikat gigi.

b. Waktu menyikat gigi anak setiap hari.

c. Memberikan pasta gigi yang mengandung fluor. d. Memberikan sikat gigi yang khusus untuk anak.

e. Setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, ibu memberi anak minum air putih atau berkumur.

f. Mengawasi jajanan anak, yaitu apakah ibu memberikan anak makanan seperti biskuit, permen, atau coklat.

g. Memberikan anak makanan yang baik bagi pertumbuhan gigi anak, yaitu apakah ibu memberikan anak susu yang baik untuk pertumbuhan gigi anak.


(35)

h. Frekuensi pemberian makanan yang bersifat kariogenik pada anak, yaitu apakah ibu memberikan anak makanan seperti biskuit, permen, atau coklat di luar jam-jam makan.

i. Meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa rongga mulut anak, yaitu apakah ibu memeriksa rongga mulut anak setiap sebulan sekali.

j. Apakah ibu membawa anak ke dokter gigi sejak pertama kali gigi anak tumbuh.

4. Status karies gigi anak balita, dilihat dari kondisi gigi anak, yaitu indeks deft anak untuk mengetahui pengalaman karies pada anak dan prevalensi bebas karies, untuk mengetahui anak yang bebas karies.

3.5 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi pada balita. Diagnosis karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual dan menggunakan alat bantu sonde dan kaca mulut.

Pemeriksaan karies gigi dilakukan dengan menggunakan indeks Klein. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode d, e, f, dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata def adalah jumlah seluruh nilai def dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.3 Selanjutnya, dilakukan wawancara pada ibu balita dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

3.6 Pengolahan Data

Editing dilakukan pada semua kuesioner untuk memeriksa kelengkapan jawabannya. Kemudian dilakukan pengkodean dalam daftar pertanyaan berdasarkan


(36)

jawaban yang telah diisikan dalam kuesioner. Setelah itu, data diolah menggunakan program MS. Excel.

3.7 Analisis Data

Data dianalisis dengan uji ANOVA dan Chi square dengan menggunakan program SPSS. Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap deft gigi anak balitanya, sedangkan uji Chi square digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap prevalensi bebas karies pada anak balita.


(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Pendidikan responden ibu 45,71% lulus SLTP/lulus SLTA dan 40,71% lulus perguruan tinggi. Kelompok umur anak 4 tahun 62,14% (Tabel 1).

Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN (n=140)

Karakteristik Jumlah Persentase

Pendidikan Ibu-ibu

Tidak Lulus SD/Lulus SD Lulus SLTP/Lulus SLTA

Lulus Perguruan Tinggi (D3, D4, S1, S2, S3)

19 64

57

13,57 45,71

40,71 Umur Anak Balita (tahun)

3 4

53 87

37,86 62,14

4.2 Pengetahuan Ibu-ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Balita

Sebanyak 42,14% ibu mengetahui penyebab utama gigi berlubang adalah plak pada gigi. Sementara itu, hanya 26,43% ibu yang mengetahui tanda awal adanya gigi berlubang dimulai dengan timbulnya bercak-bercak putih pada permukaan gigi (Tabel 2).


(38)

Tabel 2. PENGETAHUAN IBU-IBU RUMAH TANGGA MENGENAI KARIES (n=140)

Pengetahuan mengenai karies Jumlah Persentase Plak gigi penyebab utama gigi berlubang

Tahu Tidak tahu 59 81 42,14 57,86 Tanda awal gigi berlubang dimulai dengan timbulnya

bercak-bercak putih pada permukaan gigi Tahu Tidak tahu 37 103 26,43 73,57

Didapati 63,57% ibu mengetahui bahwa waktu menyikat gigi yang baik dalam satu hari yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur (Tabel 3).

Tabel 3. PENGETAHUAN IBU MENGENAI WAKTU MENYIKAT GIGI (n=140) Waktu menyikat gigi yang baik dalam satu hari Jumlah Persentase Benar

Pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur Salah

Pagi dan sore sewaktu mandi Pagi 89 34 17 63,57 24,29 12,14

Keseluruhan responden mengetahui bahwa ukuran sikat gigi yang baik untuk anak balita memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ukuran sikat gigi orang dewasa. Sebanyak 52,86% ibu mengetahui bahwa kandungan zat pada pasta gigi yang baik untuk mencegah gigi berlubang adalah pasta gigi yang mengandung fluor (Tabel 4).


(39)

Tabel 4. PENGETAHUAN IBU MENGENAI KANDUNGAN ZAT PADA PASTA GIGI YANG BAIK UNTUK MENCEGAH GIGI BERLUBANG (n=140) Kandungan zat pada pasta gigi yang baik untuk mencegah

gigi berlubang

Jumlah Persentase Benar Fluor Salah Pepsodent Sensodyne Tidak tahu 74 19 3 44 52,86 13,57 2,14 31,43

Pengetahuan ibu mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah anak mengonsumsi makanan/minuman manis 50,71% menjawab dengan menyikat gigi dan 36,43% minum air putih (Tabel 5).

Tabel 5. PENGETAHUAN IBU MENGENAI TINDAKAN YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN SETELAH ANAK MENGONSUMSI MAKANAN/ MINUMAN MANIS (n=140)

Tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah anak mengonsumsi makanan/minuman manis

Jumlah Persentase Benar

Menyikat gigi Minum air putih Salah Tidak tahu 71 51 18 50,71 36,43 12,86

Sebanyak 65,71% ibu mengetahui bahwa makanan yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang adalah makanan yang manis, seperti coklat dan permen, 45% ibu menjawab bahwa minuman yang berpotensi menyebabkan gigi berlubang adalah minuman yang manis, dan 27,14% ibu menjawab minuman yang asam (Tabel 6).


(40)

Tabel 6. PENGETAHUAN IBU MENGENAI JENIS MAKANAN DAN

MINUMAN YANG PALING BERPOTENSI MENYEBABKAN GIGI BERLUBANG (n=140)

Jenis makanan dan minuman yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang

Jumlah Persentase Jenis makanan yang paling berpotensi

menyebabkan gigi berlubang Benar

Makanan yang manis, seperti coklat dan permen Salah

Makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

92 48

65,71 34,29 Jenis minuman yang paling berpotensi

menyebabkan gigi berlubang Benar

Minuman yang manis Minuman yang asam Salah :

Minuman yang dingin, seperti es Minuman yang panas

63 38 19 20 45 27,14 13,57 14,29

Sebanyak 70,71% ibu mengetahui bahwa susu adalah minuman yang baik untuk menunjang pertumbuhan gigi anak (Tabel 7).

Tabel 7. PENGETAHUAN IBU MENGENAI JENIS MINUMAN YANG BAIK UNTUK PERTUMBUHAN GIGI ANAK (n=140)

Jenis minuman yang baik untuk pertumbuhan gigi anak

Jumlah Persentase Benar Susu Salah Jus Air putih Tidak tahu 99 16 3 22 70,71 11,43 2,14 15,71

Ibu yang mengetahui pengaruh gigi susu yang dicabut sebelum waktunya terhadap pertumbuhan gigi permanen, sebanyak 45% menjawab gigi permanen


(41)

menjadi tidak rapi, 4,29% menjawab bahwa gigi permanen tumbuhnya menjadi lamban (Tabel 8).

Tabel 8. PENGETAHUAN IBU MENGENAI PENGARUH GIGI SUSU TERHADAP GIGI PERMANEN (n=140)

Pengaruh gigi susu yang dicabut sebelum waktunya pada gigi permanent

Jumlah Persentase Benar

Gigi permanen tidak rapi

Gigi permanen tumbuhnya lamban Salah

Dapat merusak mata Tidak tahu

63 6 20 51

45 4,29 14,29 36,43

Sebanyak 94,29% ibu mengetahui bahwa penting mengunjungi dokter gigi secara berkala 6 bulan sekali untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan 5,71% tidak mengetahui.

4.3 Perilaku Ibu-ibu Memelihara Kesehatan Gigi Anak Balita

Sebanyak 55% ibu membersihkan gigi anak sejak pertama kali gigi anak tumbuh, dan 66,43% ibu menyikat gigi anak dengan pasta gigi sejak anak berumur 3 tahun. Didapati 47,14% ibu membantu menyikat gigi anak sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, 62,86% ibu memberikan pasta gigi anak yang mengandung fluor dan semua ibu memberikan anak sikat gigi yang sesuai ukuran mulut anak untuk menyikat gigi.

Sebanyak 61,43% ibu selalu memberikan anak minum atau berkumur setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, 69,29% memberikan susu yang baik untuk pertumbuhan gigi anak dan 47,86% memberikan anak makanan seperti


(42)

biskuit, permen atau coklat hampir setiap hari. Hanya 22,86% ibu yang meluangkan waktu sebulan sekali untuk memeriksa keadaan rongga mulut anak dan 40% ibu mengaku membawa anak berkunjung ke dokter gigi untuk pemeriksaan gigi secara berkala 6 bulan sekali (Tabel 9).


(43)

Tabel 9. PERILAKU IBU-IBU MEMELIHARA KESEHATAN GIGI ANAK BALITANYA (n=140)

Perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak balita Jumlah Persentase Membersihkan gigi anak sejak pertama kali gigi anak

tumbuh Ya Tidak 77 63 55 45 Menyikat gigi anak dengan pasta gigi sejak anak

berumur 3 tahun Ya Tidak 93 47 66,43 33,57 Membantu menyikat gigi anak 2 kali sehari, pagi

sesudah sarapan dan malam sebelum tidur Ya Tidak 66 74 47,14 52,86 Memberikan anak pasta gigi mengandung fluor

Ya Tidak 88 52 62,86 37,14 Memberikan sikat gigi ukuran kecil untuk anak

Ya Tidak 140 0 100 0 Selalu memberikan anak minum atau berkumur

setelah mengonsumsi makanan yang manis Ya Tidak 86 54 61,43 38,57 Memberikan susu untuk pertumbuhan gigi anak

Ya Tidak 97 43 69,29 30,71 Memberikan anak makanan seperti biskuit, permen

atau coklat setiap hari Ya Tidak 67 73 47,86 52,14 Meluangkan waktu sebulan sekali untuk memeriksa

keadaan rongga mulut anak Ya Tidak 32 108 22,86 77,14 Membawa anak berkunjung ke dokter gigi 6 bulan

sekali untuk pemeriksaan gigi Ya Tidak 56 84 40 60


(44)

Sebanyak 57,14% ibu memiliki kategori berpengetahuan baik dan 45% ibu memiliki kategori berperilaku baik (Tabel 10).

Tabel 10. KATEGORI PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI ANAK (n=140)

Kategori Responden Ibu Jumlah Persentase Pengetahuan Ibu Baik Cukup Kurang 80 40 20 57,14 28,57 14,29 Perilaku Ibu Baik Cukup Kurang 63 57 20 45 40,71 14,29

4.4 Pengalaman Karies Anak Balita

Sebanyak 45,28% anak berumur 3 tahun mengalami karies dan 77,01% anak berumur 4 tahun mengalami karies (Tabel 11).

Tabel 11. PREVALENSI KARIES PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Umur (tahun)

Karies Jumlah

Ada Tidak Ada

N Persentase N Persentase

3 4 24 67 45,28 77,01 29 20 54,72 22,99 53 87

Jumlah 91 65 49 35 140

Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan rata-rata deft anak balitanya (p= 0,001), yaitu rata-rata deft balita ibu berpendidikan rendah 3,95, ibu berpendidikan menengah 4,31 dan ibu berpendidikan tinggi 1,93 (Tabel 12).


(45)

Tabel 12. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TINGKAT PENDIDIKAN IBU

Deft Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik

Rata-rata (X)

Standar deviasi

F Df p

Rendah 3.95 2.818 19 7.396 2 0,001

Menengah 4.31 4.136 64

Tinggi 1.93 2.840 57

TOTAL 3.29 3.651 140

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan rata-rata deft anak (p=0,004). Rata-rata deft balita ibu dengan kategori pengetahuan baik 2,43, rata-rata deft balita ibu dengan kategori pengetahuan sedang 4,33 dan rata-rata-rata-rata deft balita ibu dengan kategori pengetahuan kurang 4,70 (Tabel 13).

Tabel 13. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

PENGETAHUAN KESEHATAN

GIGI IBU

Deft Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik

Rata-rata (X)

Standar deviasi

F Df p

Baik 2.43 3.133 80 5.705 2 0,004

Sedang 4.33 4.317 40

Kurang 4.70 3.310 20

TOTAL 3.29 3.651 140

Ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan rata-rata deft anak balitanya (p= 0,000), rata-rata deft balita dari ibu berperilaku baik 2,10, rata-rata deft balita dari ibu berperilaku sedang 3,54 dan rata-rata deft balita dari ibu berperilaku kurang 6,35 (Tabel 14).


(46)

Tabel 14. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN PERILAKU PEMELIHARAAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

PERILAKU PEMELIHARAAN

GIGI ANAK

Deft Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik

Rata-rata (X)

Standar deviasi

F df p

Baik 2.10 2.757 63 12.238 2 0,000

Cukup 3.54 3.901 57

Kurang 6.35 3.617 20

TOTAL 3.29 3.651 140

Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan tingkat pendidikan ibu, menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,001), anak yang bebas karies pada ibu berpendidikan rendah 21,05%, ibu yang berpendidikan menengah 23,44% dan ibu yang berpendidikan tinggi 52,63% (Tabel 15).

Tabel 15. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TINGKAT PENDIDIKAN IBU Bebas Karies Anak Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik Ya

(%)

Tidak (%)

X2 df P

Rendah 4

(21,05)

15 (78,95)

19 (100)

13,175 2 0,001

Menengah 15 (23,44)

49 (76,56)

64 (100)

Tinggi 30

(52,63)

27 (47,37)

57 (100)

TOTAL 35 65 140

Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan tingkat pengetahuan ibu, menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,013), anak yang bebas karies pada ibu


(47)

berpengetahuan baik 43,75%, ibu yang berpengetahuan sedang 30% dan ibu yang berpengetahuan kurang 10% (Tabel 16).

Tabel 16. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI IBU Bebas Karies Anak Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik Ya

(%)

Tidak (%)

X2 df p

Baik 35

(43,75)

45 (56,25)

80 (100)

8,626 2 0,013

Sedang 12

(30)

28 (70)

40 (100)

Kurang 2

(10)

18 (90)

20 (100)

TOTAL 35 65 140

Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan perilaku ibu, menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,010), anak yang bebas karies pada ibu berperilaku baik 46,03%, ibu yang berperilaku sedang 31,58% dan ibu yang berperilaku kurang 10% (Tabel 17).


(48)

Tabel 17. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PERILAKU PEMELIHARAAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

PERILAKU PEMELIHARAAN

GIGI ANAK

Bebas Karies Anak

Jumlah sampel

Hasil Analisis Statistik Ya

(%)

Tidak (%)

X2 df p

Baik 29

(46,03)

34 (53,97)

63 (100)

9,158 2 0,010

Sedang 18

(31,58)

39 (68,42)

57 (100)

Kurang 2

(10)

18 (90)

20 (100)


(49)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, persentase karies pada anak berumur 3 tahun 45,28%, lebih rendah dari prevalensi karies anak yang berumur 4 tahun yaitu 77,01%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian tentang karies gigi pada anak balita berumur 3 tahun di Turki yaitu 40%, namun lebih rendah dari prevalensi karies pada anak berumur 4 tahun yaitu 50%.6 Hasil ini menunjukkan seiring pertumbuhan anak faktor resiko karies juga bertambah dan semakin lama gigi terpapar di dalam mulut maka gigi semakin berpotensi mengalami karies.12,14

Semakin rendah pendidikan ibu, semakin rendah prevalensi bebas karies (p=0,001) dan semakin rendah pendidikan ibu semakin tinggi rata-rata karies anak balitanya (p=0,001). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Turki tentang faktor resiko karies pada anak balita yaitu tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap status karies anak. Semakin rendah pendidikan ibu karies gigi pada anak balita semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu tingkat karies gigi balita semakin rendah.6 Hasil ini juga sama dengan hasil penelitian Sugito FS tentang karies pada balita di Jakarta tahun 2008 yang menyatakan bahwa pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan karies balitanya.14

Penelitian menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu semakin rendah rata-rata karies anak balitanya (p=0,004), dan begitu pula sebaliknya semakin baik pengetahuan ibu semakin tinggi prevalensi bebas karies pada anaknya (p=0,013).


(50)

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Eropa tahun 2008 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan deft anak (p=0,001). 13

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin baik perilaku ibu semakin rendah rata-rata karies anak balitanya (p=0,000), sebaliknya semakin baik pengetahuan ibu semakin tinggi prevalensi bebas karies pada anaknya (p=0,010). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Saied MZ di Eropa tahun 2008 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan deft anak (p=0,001).13 Hasil penelitian di London mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas karies daripada anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya. Hal ini disebabkan karena ibu merupakan figur utama yang perilakunya sering dicontoh oleh anak.12


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan 35% anak balita berumur 3-4 tahun bebas karies gigi. Pengalaman rata-rata karies gigi anak balita 3,29. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies (p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001). Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak balitanya (p=0,013). Hubungan antara perilaku ibu dengan rata-rata karies anak balitanya juga memiliki hubungan yang signifikan (p=0,000) dan prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).

6.2 Saran

1. Puskesmas mengadakan program penyuluhan kesehatan khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak kepada masyarakat Kecamatan Medan Selayang secara berkala dan berkesinambungan.

2. Diharapkan peran orang tua semakin membaik dalam membiasakan anak melakukan penyikatan gigi secara teratur sejak dini dan membawa anak untuk mendapatkan perawatan gigi di klinik gigi.

3. Play group melakukan program penyuluhan kepada ibu-ibu balita tentang pemeliharaan kesehatan gigi.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi AS. Gambaran pola karies gigi permanen ditinjau dari dental neglect

siswa kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi Bandung. Jurnal

Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad, 2008.

2. PDGI online. Inisiatif Kesehatan gigi dan mulut, paradigma sehat .

3. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

4. Sabbah WA, Stewart BL, Owusu GB. Prevalence and determinants of caries

among 1-5 year-old Saudi children in Tabuk, Saudi Arabia. The Saudi Dental

Journal 2009; 1(2):1-2.

5. Mohebbi SZ, Virtanen JI, Vahid-Golvayegani M, Vehkalahti MM. Early

childhood caries and dental plaque among 1-3-year-olds in Tehran,Iran.

Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry 2006; 3(4): 4-9.

6. Namal N, Vehit H.E, Can G. Risk factor for dental caries in Turkish preschool

children. Istambul. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2005; 9(10): 115-118.

7. Octiara E, Roesnawi Y. Karies gigi, oral hygiene dan kebiasaan

membersihkan gigi pada anak-anak panti Karya Pungai di Binjai. Medan.


(53)

8. Gultom M. Pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi anaknya di Kecamatan Balige, Sumatera Utara. Skripsi.

Medan: Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat USU, 2009.

9. Evy. Kebiasaan minum susu botol, picu karies gigi.

10.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Laboratorium Klinik Utama Pramita. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.

11.Adeleke OA, Danfillo IS. Utilization of oral health service by mothers of

preschool children in Jos North Local Government Area, Plateau State, Nigeria. Plateau State. Malawi Medical Journal 2005 ; 16(2): 33-36.

12.Mozharta M. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak. 2008.

13.Saied MZ, Virtanen JI, Ghofranipour F, Murtomaa H. Influence of mothers’

oral health knowledge and attitudes on their children’s dental health.

European Archives of Paediatric Dentristy 2008; 2(9): 16-68.

14.Sugito FS, Djoharnas H, Darwita RR. Relationship between breastfeeding and

early childhood caries (ECC) severity of children under three yers old in DKI Jakarta. Jakarta. Makara Kesehatan 2008; 12(2): 87-92.

15.Suryawati S, Tantur S, Handayani T, Resmisari T, Wahyuni S.Gigi berlubang

atau karies gigi pada balita.


(54)

16.Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.

17.Al-Hussyeen AA, Al-Sadhan SA. Feeding practices and behaviour of Saudi

Children with early childhood caries and dental knowledge of mothers.

Riyadh. Saudi Dental Journal 2002; 14(3): 112-117.

18.PDGI online. Perawatan gigi dimulai dari gigi susu (18 september 2009).

19.Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cet. ke-1, Juni. Jakarta : Rineka Cipta, 2003: 120-121.

20.Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat

kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Dentika Dental


(1)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, persentase karies pada anak berumur 3 tahun 45,28%, lebih rendah dari prevalensi karies anak yang berumur 4 tahun yaitu 77,01%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian tentang karies gigi pada anak balita berumur 3 tahun di Turki yaitu 40%, namun lebih rendah dari prevalensi karies pada anak berumur 4 tahun yaitu 50%.6 Hasil ini menunjukkan seiring pertumbuhan anak faktor resiko karies juga bertambah dan semakin lama gigi terpapar di dalam mulut maka gigi semakin berpotensi mengalami karies.12,14

Semakin rendah pendidikan ibu, semakin rendah prevalensi bebas karies (p=0,001) dan semakin rendah pendidikan ibu semakin tinggi rata-rata karies anak balitanya (p=0,001). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Turki tentang faktor resiko karies pada anak balita yaitu tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap status karies anak. Semakin rendah pendidikan ibu karies gigi pada anak balita semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu tingkat karies gigi balita semakin rendah.6 Hasil ini juga sama dengan hasil penelitian Sugito FS tentang karies pada balita di Jakarta tahun 2008 yang menyatakan bahwa pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan karies balitanya.14

Penelitian menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu semakin rendah rata-rata karies anak balitanya (p=0,004), dan begitu pula sebaliknya semakin baik


(2)

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Eropa tahun 2008 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan deft anak (p=0,001). 13

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin baik perilaku ibu semakin rendah rata-rata karies anak balitanya (p=0,000), sebaliknya semakin baik pengetahuan ibu semakin tinggi prevalensi bebas karies pada anaknya (p=0,010). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Saied MZ di Eropa tahun 2008 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan deft anak (p=0,001).13 Hasil penelitian di London mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas karies daripada anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya. Hal ini disebabkan karena ibu merupakan figur utama yang perilakunya sering dicontoh oleh anak.12


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan 35% anak balita berumur 3-4 tahun bebas karies gigi. Pengalaman rata-rata karies gigi anak balita 3,29. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies (p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001). Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak balitanya (p=0,013). Hubungan antara perilaku ibu dengan rata-rata karies anak balitanya juga memiliki hubungan yang signifikan (p=0,000) dan prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).

6.2 Saran

1. Puskesmas mengadakan program penyuluhan kesehatan khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak kepada masyarakat Kecamatan Medan Selayang secara berkala dan berkesinambungan.

2. Diharapkan peran orang tua semakin membaik dalam membiasakan anak melakukan penyikatan gigi secara teratur sejak dini dan membawa anak untuk mendapatkan perawatan gigi di klinik gigi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi AS. Gambaran pola karies gigi permanen ditinjau dari dental neglect siswa kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi Bandung. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad, 2008.

2. PDGI online. Inisiatif Kesehatan gigi dan mulut, paradigma sehat .

3. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

4. Sabbah WA, Stewart BL, Owusu GB. Prevalence and determinants of caries among 1-5 year-old Saudi children in Tabuk, Saudi Arabia. The Saudi Dental Journal 2009; 1(2):1-2.

5. Mohebbi SZ, Virtanen JI, Vahid-Golvayegani M, Vehkalahti MM. Early childhood caries and dental plaque among 1-3-year-olds in Tehran,Iran. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry 2006; 3(4): 4-9.

6. Namal N, Vehit H.E, Can G. Risk factor for dental caries in Turkish preschool children. Istambul. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2005; 9(10): 115-118.

7. Octiara E, Roesnawi Y. Karies gigi, oral hygiene dan kebiasaan membersihkan gigi pada anak-anak panti Karya Pungai di Binjai. Medan. Dentika Dental Journal 2001; 6 (1): 18-23.


(5)

8. Gultom M. Pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi anaknya di Kecamatan Balige, Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat USU, 2009.

9. Evy. Kebiasaan minum susu botol, picu karies gigi. 10.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini.

Laboratorium Klinik Utama Pramita. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.

11.Adeleke OA, Danfillo IS. Utilization of oral health service by mothers of preschool children in Jos North Local Government Area, Plateau State, Nigeria. Plateau State. Malawi Medical Journal 2005 ; 16(2): 33-36.

12.Mozharta M. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak. 2008.

13.Saied MZ, Virtanen JI, Ghofranipour F, Murtomaa H. Influence of mothers’ oral health knowledge and attitudes on their children’s dental health. European Archives of Paediatric Dentristy 2008; 2(9): 16-68.

14.Sugito FS, Djoharnas H, Darwita RR. Relationship between breastfeeding and early childhood caries (ECC) severity of children under three yers old in DKI Jakarta. Jakarta. Makara Kesehatan 2008; 12(2): 87-92.

15.Suryawati S, Tantur S, Handayani T, Resmisari T, Wahyuni S.Gigi berlubang atau karies gigi pada balita.


(6)

16.Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.

17.Al-Hussyeen AA, Al-Sadhan SA. Feeding practices and behaviour of Saudi Children with early childhood caries and dental knowledge of mothers. Riyadh. Saudi Dental Journal 2002; 14(3): 112-117.

18.PDGI online. Perawatan gigi dimulai dari gigi susu (18 september 2009).

19.Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cet. ke-1, Juni. Jakarta : Rineka Cipta, 2003: 120-121.

20.Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Dentika Dental Journal. 2005; 10(1): 22-27.


Dokumen yang terkait

Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan – Belawan

7 219 93

Perilaku Ibu Rumat Tangga Terhadap Merokok di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2005

0 30 112

Hubungan Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Mengenai Keputihan Di Dusun Tujuh Desa Bandar Khalipah Deli Serdang Tahun 2008

0 30 48

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian MPASI Di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

16 72 99

Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau tentang Filariasis

4 80 95

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Karies Gigi Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga Usia 20 Sampai 45 Tahun Di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

0 65 53

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU TERHADAP STATUS KARIES PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Laksmi, Kartasura, Kab.Sukoharjo Tah

0 4 14

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Laksmi, Kartasura, Kab.Sukoharjo Tahun 2014.

0 3 10

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU TERHADAP STATUS KARIES PADA ANAK USIA Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Laksmi, Kartasura, Kab.Sukoharj

0 3 7

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Karies

0 0 33