Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian MPASI Di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN MPASI DI KELURAHAN PB. SELAYANG II

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2011

OLEH

RITA MUTIA BAHRI NIM. 061000091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN MPASI DI KELURAHAN PB. SELAYANG II

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

RITA MUTIA BAHRI NIM. 061000091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN MPASI DI KELURAHAN PB. SELAYANG II

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH

RITA MUTIA BAHRI NIM. 061000091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.3.1. Tujuan Umum... 7

1.3.2. Tujuan Khusus... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku... 9

2.1.1. Pengertian Pengetahuan... 12

2.1.2. Sikap ... 14

2.1.3. Tindakan ... 18

2.2. Pengertian MPASI... 19

2.3. Tujuan Pemberian MPASI ... 20

2.3.1. Jenis-jenis MPASI ... 20

2.3.2. Pemberian MPASI Yang Tepat ... 21

a. Makanan Bayi Umur Lebih Dari 6-7 Bulan ... 21

b. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan ... 22

c. Makanan Anak Umur 10-12 Bulan... 22

d. Makanan Anak Umur 13-24 Bulan ... 23

2.4. Pola Pemberian MPASI... 24

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian MPASI ... 26

2.6. Alasan Penundaan Pemberian MPASI ... 26

2.7. Kerangka Konsep ... 29


(5)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel... 31

3.3.1. Populasi ... 31

3.3.2. Sampel ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5. Definisi Operasional ... 32

3.6. Skala Pengukuran ... 33

3.7. Teknik Analisa Data ... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum ... 36

4.1.1. Geografis Kelurahan PB. Selayang II ... 36

4.1.2. Demografi Kelurahan PB. Selayang II... 36

4.2. Karakteristik Responden ... 40

4.2.1. Umur... 40

4.2.2. Suku... 41

4.2.3. Agama ... 42

4.2.4. Pendidikan Terakhir ... 42

4.2.5. Pekerjaan ... 43

4.2.6. Penghasilan Keluarga ... 43

4.2.7. Pekerjaan Suami ... 44

4.2.8. Jumlah Anak... 45

4.3. Karakteristik Bayi (7-12 bulan)... 45

4.3.1. Umur Bayi ... 45

4.4. Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI ... 46

4.5. Sikap Responden Tentang MP-ASI... 49

4.6. Tindakan Responden Tentang MP-ASI ... 52

4.7. Hasil Analisa Bivariat... 53

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI ... 57

5.2. Sikap Responden Tentang MP-ASI... 61

5.3. Tindakan Responden Tentang MP-ASI... 65

5.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan ... 68

5.6. Hubungan Sikap Dengan Tindakan... 69 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


(6)

6.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

Kuesioner Hasil Output Surat Penelitian

Surat Selesai Penelitian Foto-foto Penelitian


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di

Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.3. Distribusi Pendudukan Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan

PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahab PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Kelurahan PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di

Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan PB.

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga di

Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di

Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan

PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Bayi di Kelurahan

PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang

MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di

Kelurahan PB. Selayang II ... 48 Tabel 4.17. Distribusi Berdasarkan Sikap Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan

PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu di


(8)

Tabel 4.19. Distribusi Berdasarkan Tindakan Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 52 Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan di

Kelurahan PB. Selayang II ... 54 Tabel 4.21 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Independen

(Pengetahuan dan Sikap) terhadap Tindakan Ibu Terhadap


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RITA MUTIA BAHRI

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 17 Desember 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 (pertama) dari 4 (empat) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Karya Sembada no. 228 Komplek Koserna P.Bulan Medan

Riwayat Pendidikan : 1. 1995-1996 : TK Karya Maju Medan

2. 1996-2002 : SD Negeri No. 060884 Medan

3. 2002-2004 : SMP Negeri 10 Medan

4. 2004-2006 : SMA Negeri 2 Medan

6. 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(10)

ABSTRAK

Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya, pemberian MP-ASI yang belum sesuai bila dilihat dari ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya, serta kelengkapan imunisasi dasar yang didapat oleh balita. Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel dipilih secara simple random sampling terhadap semua ibu yang memiliki bayi umur 6 bulan keatas yang berjumlah 53 orang. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong baik (69,8%), sikap responden tergolong sedang (64,2%), tindakan responden tergolong kurang (39,6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI (0,001), dan hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian MP-ASI (0,002).

Disarankan kepada petugas kesehatan di Kelurahan PB. Selayang II agar lebih rutin melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki bayi dan melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat setempat agar membantu melakukan penyuluhan.


(11)

ABSTRAK

The worsening child malnutrition could only happen because of ignorance about the manner of mothers breast feeding to their children, giving MP-ASI is not appropriate when viewed from the delivery timeliness, frequency, type, amount of food, and how to make it, and completeness of basic immunizations are obtained by toddlers. Supplementary feeding is needed, especially for infants over the age of six months which already require additional nutritious food. The purpose of this research is to investigate the correlation between knowledge and attitude of mothers with complementary feeding (MP-ASI) in PB. Selayang II, Medan Selayang.

This study is a descriptive analytic cross sectional design. The sample in this study focus for all mothers with babies aged 6 months or more, amounting to 53 people. Data obtained by using interview and observation metodes.

The results showed that the knowledge of respondents who are classified as good (69.8%), the attitude of respondents who are classified as medium (62.4%), the actions of respondents who are classified as low (39.6%). There is a correlation between knowledge by giving ASI (0.001), and significant correlation between attitudes to the granting of MP-ASI (0,002).

For recommended to mothers to take an active role to improving knowledge and awareness to provide MP-ASI correctly and to health workers must be have routine counseling to mothers who have babies on infant feeding patterns in personal or other activities such as neighborhood health center.


(12)

ABSTRAK

Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya, pemberian MP-ASI yang belum sesuai bila dilihat dari ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya, serta kelengkapan imunisasi dasar yang didapat oleh balita. Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel dipilih secara simple random sampling terhadap semua ibu yang memiliki bayi umur 6 bulan keatas yang berjumlah 53 orang. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong baik (69,8%), sikap responden tergolong sedang (64,2%), tindakan responden tergolong kurang (39,6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI (0,001), dan hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian MP-ASI (0,002).

Disarankan kepada petugas kesehatan di Kelurahan PB. Selayang II agar lebih rutin melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki bayi dan melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat setempat agar membantu melakukan penyuluhan.


(13)

ABSTRAK

The worsening child malnutrition could only happen because of ignorance about the manner of mothers breast feeding to their children, giving MP-ASI is not appropriate when viewed from the delivery timeliness, frequency, type, amount of food, and how to make it, and completeness of basic immunizations are obtained by toddlers. Supplementary feeding is needed, especially for infants over the age of six months which already require additional nutritious food. The purpose of this research is to investigate the correlation between knowledge and attitude of mothers with complementary feeding (MP-ASI) in PB. Selayang II, Medan Selayang.

This study is a descriptive analytic cross sectional design. The sample in this study focus for all mothers with babies aged 6 months or more, amounting to 53 people. Data obtained by using interview and observation metodes.

The results showed that the knowledge of respondents who are classified as good (69.8%), the attitude of respondents who are classified as medium (62.4%), the actions of respondents who are classified as low (39.6%). There is a correlation between knowledge by giving ASI (0.001), and significant correlation between attitudes to the granting of MP-ASI (0,002).

For recommended to mothers to take an active role to improving knowledge and awareness to provide MP-ASI correctly and to health workers must be have routine counseling to mothers who have babies on infant feeding patterns in personal or other activities such as neighborhood health center.


(14)

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (WHO, 2003).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan


(15)

pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (WHO, 2003)

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI diberikan dari umur 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Semakin meningkatnya umur bayi/anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bagi bayi/anak. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

Memasuki era gobalisasi diperlukan anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Sejak beberapa periode pembangunan, pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih maju dan mandiri. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia


(16)

ditentukan oleh kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sejak bayi. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat cepat dan perkembangan otak telah mencapai 70% (Roesli, 2005)

Dalam tumbuh kembang anak, makanan merupakan kebutuhan yang terpenting. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,1997). Pada masa balita, anak sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat- zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Gizi kurang atau gizi buruk pada bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun dapat berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan otak (Djaeni, 2000).

Menurut hasil SDKI 2007 Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia berkisar sekitar 26,9 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara lain dikawasan ASEAN (Kompas, 2007).

Penyebab tingginya AKB disebabkan karena status gizi bayi. Menurut hasil penelitian Khairunniyah (2004), pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan AKB. Berdasarkan data UNICEF hanya 18 persen ibu yang memberikan ASI ekslusif selama empat hingga lima bulan.


(17)

Presentasi itu jauh dari target nasional 80 persen. 18 persen itu merupakan hasil survei demografi dan kesehatan pada tahun 2007. Presentase itu meningkat dibanding tahun 2002-2003 sebesar 14 persen (Kompas, 2009).

Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 adalah 71.622 bayi dari 271.349 jumlah bayi (Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2007). Kabupaten Asahan adalah salah satu daerah dimana ASI eksklusif paling banyak diberikan. Sedangkan untuk Kota Medan, jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 427 bayi dari 14.054 jumlah bayi (Profil Dinkes Kota Medan Tahun 2008). Kecamatan yang paling besar jumlahnya dalam pemberian ASI eksklusif adalah Medan Labuhan.

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000).

Kekurangan Energi Protein (KEP) dapat terjadi baik pada bayi, anak- anak maupun orang dewasa. Anak- anak serta ibu yang sedang mengandung dan sedang menyusui merupakan golongan yang sangat rawan. Usia 2-3 tahun merupakan usia yang sangat rawan karena pada usia ini merupakan masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau ke makanan sapihan dan paparan terhadap infeksi mulai meningkat karena anak mulai aktif sehingga energi yang dibutuhkan relatif tinggi karena kecepatan pertumbuhannya. Makanan sapihan


(18)

pada umumnya mengandung karbohidrat dalam jumlah besar tetapi sangat sedikit kandungan proteinnya atau sangat rendah mutu proteinnya, justru pada usia tersebut protein sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak (Winarno, 2002). Dalam periode pemberian makanan pendamping ASI, bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap ibu sangat berperanan, sebab pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian makanan pendamping ASI akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Djaeni, 2000). Pada keluarga dengan pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) Kelurahan Padang Bulan Selayang II (PB. Selayang II) Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan diperoleh data sebagai berikut, jumlah balita sebanyak 730 orang, ibu hamil sebanyak 80 orang dan ibu yang menyusui sebanyak 112 orang. Jumlah kunjungan masyarakat ke posyandu sebesar 43,49 %, frekuensi ibu hamil yang datang ke posyandu rendah sekitar 19,04 %, ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya hanya 29,03 %, ibu yang tidak membawa balitanya ke posyandu setelah masa pemberian immunisasi masih tinggi sekitar 56,51 % balita BGM (Bawah Garis Merah) 9,1 % dan di daerah ini juga ada data balita penderita gizi buruk.


(19)

Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, masyarakat masih mengandalkan posyandu sebagai fasilitas kesehatan yang dikunjungi. Sekarang ini peran posyandu kurang maksimal, karena pertama sarana dan prasarana pendukung masih kurang. Kedua, kesadaran ibu yang berperan untuk membawa anaknya masih kurang. Ketiga, dana yang tersedia untuk kegiatan posyandu yang masih terbatas. Keempat, peran kader posyandu belum maksimal dan yang kelima adalah tokoh masyarakat ataupun tokoh agama yang kurang peduli dengan keberadaan posyandu.

Berdasarkan dari hal tersebut, tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI, dan pola pemberian MP-ASI merupakan masalah yang penting untuk dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut; apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010


(20)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, umur bayi, pekerjaan dan penghasilan keluarga) tentang pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

3. Untuk mengetahui sikap ibu tentang pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

5. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, dan pola pemberian makanan pendamping ASI.

2. Bagi Puskesmas Memberikan informasi tentang mengenai hubungan pengetahuan ibu dan pola pemberian makanan pendamping ASI.

3. Bagi Peneliti Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, pola pemberian makanan pendamping ASI.


(22)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor intern sebagian lagi terletak diluar dirinya atau disebut dengan faktor ekstern yaitu faktor lingkungan.

Menurut Green yang dikutip Notoadmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :

1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing factor)

Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya


(23)

mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses perubahan perilaku kesehatan yaitu :

1. Penilaian Sosial

Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka pada masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai alasan yaitu hubungan antara kesehatan dan kualitas hidup yang saling berhubungan timbal balik dengan pengaruh masing-masing.

2. Penilaian Epidemiologi

Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan yang terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan kualitas hidup


(24)

dari masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.

3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan

Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi konstribusi kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau mempengaruhi hasil kesehatan.

4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara bersama-sama mempengaruhi kemungkinan perubahan perilaku dan lingkungan.

5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan

Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi. Yaitu, administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks program diorganisasi yang dapat menfasilitasi atau menghalangi program implementasi.


(25)

6. Implementasi dan Evaluasi

Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk mengevaluasi proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah dalam model perencanaan precede-proceed. Secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing, reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Rachman (2003), pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui, sedangkan mengetahui artinya mempunyai bayangan tentang sesuatu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(26)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4). Analisis (analysis)

Analisis dapat diartikan suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di formulasi-formulasi yang udah ada.

6). Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi tertentu.

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi


(27)

perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan (Soekidjo,2003).

2.1.2. Sikap (attitude)

Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek


(28)

merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan akan menimbulkan tingkah laku nyata (overt behaviour). Dengan demikian maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.

Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiniu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. Evaluasi perasaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang, memihak-tidak memihak, favorit–tidak favorit,


(29)

positif–negatif. Walgito (2001) mengemukakan bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.

Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti tertentu. Dalam arti inilah didefinisikan Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar (Wijoto, 1990).


(30)

Allport (1954) menjelaskan sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, atau keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap, yaitu:

a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan oleh objek.

b. Merespon (responding) yaituy memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk


(31)

d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Faktor yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu :

1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

2. Faktor eksternal : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini

berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Adapun fungsi sikap, yaitu :

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri

2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian (Purwanto, 1999).

2.1.3. Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).


(32)

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI diberikan dari umur 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Semakin meningkatnya umur bayi/anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang


(33)

dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

Makanan Pendamping ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.

Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bagi bayi/anak. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak yang sangan pesat pada periode ini (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

2.3. Tujuan Pemberian MP-ASI

ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi dikarenakan pertambahan umur bayi yang diiringi pertumbuhan dan aktivitasnya yang bertambah. Selain itu ketika bayi berumur lebih dari 6 bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan yang diperlukan dan makanan yang dapat disediakan oleh ASI. Maka kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari MP-ASI.

Selain itu pada saat bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut bayi sudah mulai berkembang dan dapat digunakan untuk menggigit atau mengunyah. Pada umur


(34)

barang di mulutnya dan tertarik untuk mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6 bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Soraya, 2006)

2.3.1. Jenis Jenis MP-ASI

1. Makanan Lumat Halus, yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan tampak homogen (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring.

2. Makanan Lumat, yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang rata. Contoh: pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang rebus.

3. Makanan Lunak, yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur manado.

4. Makanan Padat, yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit (Departemen Kesehatan RI, 2006).

2.3.2. Pemberian MP-ASI Yang Tepat

a. Makanan Bayi Umur Lebih Dari 6-7 Bulan a. Pemberian ASI diteruskan semau bayi.

b. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah bisa mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1 kali


(35)

sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.

c. Berikan ASI dulu baru MP-ASI berbentuk cairan berikan dengan sendok, jangan menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko dapat menyebabkan bayi/anak mencret dan mengakibatkan infeksi telinga.

d. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak sambil tiduran juga berisiko dapat menyebabkan infeksi telinga tengah

e. Kalau bayi sulit menerima makanan baru, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.

b. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan

f. Pemberian ASI diteruskan semau bayi

g. Berikan nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat lain yang larut dalam lemak.

h. Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sebagai berikut:

- Umur 7 bulan = bubur susu 1 kali, sari buah 2 kali

- Umur 8 bulan = bubur susu 1 kali, sari buah 1 kali, tim saring 1 kali

- Umur 9 bulan = bubur susu 1 kali, sari buah 1 kali, tim saring 1 kali, telur 1 kali


(36)

c. Makanan Anak Umur 10-12 Bulan

j. Pemberian ASI diteruskan semau bayi

k. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga l. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang

bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau, buah, dan lain-lain. Sebaiknya makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

m. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam makanan lembek berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari. Atau berikan MP-ASI untuk 10-12 bulan sebagai berikut:

- Umur 10-11 bulan = bubur susu 2 kali, sari buah 1 kali, tim saring 1 kali, telur 1 kali.

- Umur 12 bulan = bubur susu 1 kali, sari buah 1 kali, tim saring 2 kali, telur 1 kali.

d. Makanan Anak Umur 13-24 Bulan

n. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

o. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.


(37)

p. Berikan bahan makanan yang bervariasi. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang hijau, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang hijau, bubur sumsum, biskuit, dll.

q. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi pemberian ASI sedikit demi sedikit (UNICEF, 2009).

2.4. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang/sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Suhardjo, 1986). Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Karjati (1985) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso. dkk, 1999)

Seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka sesuaikan tekstur, frekuensi dan porsi makanan sesuai usia anak. Jangan lupa untuk melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih dengan frekuensi sesuka bayi. Kebutuhan energi dari makanan sekitar 200 kkal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal/hari untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal/hari untuk bayi usia 12-24 bulan.


(38)

Tabel 2.4. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

6 – 8 bulan 8 – 9 bulan 9-12 bulan 12 –24 bulan 1 jenis bahan

dasar (6 bulan) Jenis

2 jenis bahan dasar (7 bulan)

2-3 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur)

3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur)

Makanan Keluarga (tanpa garam, gula, penyedap, hindari santan dan gorengan)

Kasar (dicincang) Makanan yang dipotong & dapat digenggam. Tekstur Semi-cair (dihaluskan atau puree), secara bertahap kurangi campuran air sehingga menjadi semi-padat. Lunak (disaring) dan potongan makanan yg dapat digenggam dan mudah larut.

Padat

Makan Utama: 1-2x/hari

Makan Utama: 2-3x/hari

Makan Utama: 3 x/hari

Makan Utama: 3-4 x/hari Frekuensi

Camilan: 1x/hari Camilan: 1x/hari Camilan: 2x/hari Camilan: 2x/hari 2-3 sendok

makan makanan semi padat.

3-4 sendok makan makanan semi padat yang kasar. Porsi

1-2 sendok teh, secara bertahap

ditambahkan. Potongan makanan seukuran sekali gigit.

Potongan makanan ukuran kecil/sekali gigit.

5 sendok makan makanan atau lebih.

ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi

Sesuka bayi

Susu & produk susu

- Belum boleh susu sapi

Belum boleh susu


(39)

½ slice keju cheddar

½ slice keju cheddar olahan

¼ cangkir yogurt ¼ cangkir yogurt

olahan

Sumber : UNICEF, 2009

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI 1. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih,1998).

2. Besar Keluarga

Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi, karena jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Akan tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo, 2003). Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan (Soetjiningsih, 1995).

3. Pembagian dalam Keluarga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Untuk bayi dan anak-anak yang masih muda dan wanita selama


(40)

tahun penyapihan, pengaruh tambahan dari pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga, dapat merupakan bencana, baik bagi kesehatan maupun kehidupan.

4. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari gangguan gizi (Suhardjo, 1986). Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

2.6. Alasan penundaan pemberian MP-ASI (< 6 bulan)

ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome (SIDS) - sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi (Information for Health Professionals on Infant Feeding, 2003)

Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia didalam ASI. Pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik


(41)

Beberapa alasan mengapa harus menunda pemberian MP-ASI pada balita < 6 bulan :

1. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit.

2. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem penernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang.

3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik. 4. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan.

5. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat besi

6. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko terjadinya obesitas di masa datang.

7. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk mejaga kesediaan ASI mereka.

8. Menunda makanan padat membantu memberi jarak pada kelahiran bayi.

9. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah (Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, 2003).


(42)

2.7. Kerangka Konsep

Karakteristik 

- Umur 

- Pendidikan  - Pekerjaan  - Penghasilan 

Keluarga 

- Suku 

- Umur Bayi  - Jumlah anak 

Pengetahuan 

Pemberian MP‐ASI 

Sikap 

Menurut Green, pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi ini mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dalam pemberian makanan pendamping


(43)

2. Ada hubungan antara sikap ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan

cross sectional (Notoatmodjo, 2003) yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian MP-ASI.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan yaitu Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Banyaknya ibu yang tidak memberi ASI Eksklusif pada anaknya (0-6 bulan) menurut data yang didapat dari kegiatan survei Tim Kelompok Gizi Masyarakat 2010, hanya sebesar 29,03% ibu yang memberikan ASI Eksklusif di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

2. Kurang tepatnya cara pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 – Januari 2011.


(45)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan sedang menyusui di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang, sebanyak 112 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dipilih secara simple random sampling terhadap semua ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan keatas dengan berat badan lahir normal dan sedang menyusui di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Tarro Yamane dalam teori Notoadmojo (2005) maka disimpulkan bahwa besar sampel adalah sebagai berikut :

n = N 1+ N (d2)

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Maka : n = 112 1 + 112(0,1)2


(46)

n = 112 2,12

n = 52,8 ≈ 53 orang

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel sebesar 53 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

a. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI. b. Sikap ibu mengenai pemberian MP-ASI.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Pelaksanaan wawancara berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data penduduk Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang yang diperoleh dari kantor lurah Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

3.5. Definisi Operasional

1. Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

2. Umur bayi adalah anak yang berusia 0-1 tahun.


(47)

4. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber penghasilan bagi responden.

5. Penghasilan keluarga adalah jumlah penghasilan keseluruhan keluarga yang dihitung dalam sebulan.

6. Suku adalah suku bangsa yang merupakan aspek sosial budaya yang membedakan manusia.

7. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian makanan tambahan pada balita.

8. Sikap merupakan produk dari sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Jadi dapat berupa perilaku yang masih tersembunyi. Sikap ibu tentang pemberian makanan tambahan pada balita.

9. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan secara konkrit oleh seseorang sebagai akibat dari pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Tindakan ibu dalam pemberian makanan tambahan pada balita.

10. Jumlah anak yang dimaksud di sini adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh responden baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.


(48)

3.6. Skala Pengukuran

1. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar dan 0 jika jawaban salah, nilai maksimal = 10 dan nilai minimal = 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 8

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 5-7

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 4

2. Untuk mengukur tingkat sikap, jenis pertanyaan dibagi kedalam 2 jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Untuk pertanyaan positif sikap Setuju (S) diberi nilai 3, Netral (N) diberi nilai 2 dan Tidak Setuju diberi nilai 1. Sedangkan untuk pertanyaan negatif sikap setuju (S) diberi nilai 1, Netral (N) diberi nilai 2 dan Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut :

a. Tingkat sikap baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 24

b. Tingkat sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 17-23 c. Tingkat sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 16.

3. Untuk mengukur tingkat tindakan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar dan 0 jika jawaban salah. Untuk pertanyaan nomor 33, 34, 35, 36, 37, 39 dan 41 adalah jenis pertanyaan negatif, yang apabila menjawab Ya mendapat nilai 0 dan bila


(49)

menjawab Tidak mendapat nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut :

a. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 8

b. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 5-7

c. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 4

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai literature yang ada. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (Pengetahuan dan sikap Ibu) dengan variabel dependen (ketepatan pemberian MP-ASI). Dari hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05). Jika P < 0,05, untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(50)

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang II (PB. Selayang II)

Kelurahan PB. Selayang II yang merupakan ibukota Kecamatan Medan Selayang Kota Medan mempunyai luas wilayah 2.379 Ha. Kelurahan PB. Selayang II berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Padang Bulan Selayang I

Sebelah selatan : Kelurahan Sempakata

Sebelah Timur : Kelurahan Beringin dan Kecamatan Medan Baru

Sebelah Barat : Kelurahan Tanjung Sari

4.1.2. Demografi Kelurahan Padang Bulan Selayang II (PB. Selayang II)

Kelurahan PB. Selayang II mempunyai jumlah penduduk 25.095 jiwa, dengan jumlah laki-laki 12.675 jiwa dan jumlah perempuan 12.420 jiwa. Jumlah kepala keluarga 5.736 KK, jumlah balita sebanyak 730 orang, jumlah ibu hamil sebanyak 80 orang dan jumlah ibu menyusui sebanyak 112 orang.


(51)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2010

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah %

1 0-1 48 0,2

2 1-5 730 2,9

3 6-12 5856 23,3

4 13-19 2112 8,4

5 20-27 3145 12,6

6 27-33 3690 14,8

7 34-40 2296 9,1

8 41-47 2382 9,5

9 48-54 2567 10,2

10 > 55 2269 9,0

Jumlah 25.095 100,0

Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk terbanyak adalah kelompok umur 6-8 tahun dengan jumlah 5856 orang ( 23,3%) dan kelompok umur penduduk yang terendah adalah pada umur 0-1 tahun dengan jumlah (0,2 %).


(52)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kelurahan PB. Selayang II di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Pendidikan Terakhir Jumlah %

1 Belum Sekolah 778 3,1

2 Tidak Tamat SD 790 3,1

3 Tamat SD 1390 5,5

4 SLTP/Sederajat 9.416 37,6

5 SLTA/Sederajat 11.365 45,3

6 Perguruan Tinggi 1356 5,4

Jumlah 25.095 100,0

Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa pendidikan terakhir penduduk terbanyak adalah SLTA/Sederajat dengan jumlah 11.365 orang (45,3%) dan pendidikan terakhir penduduk yang paling sedikit adalah belum sekolah yakni sebanyak 778 orang (3,1%)

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah %

1 TNI/Polri 7631 26,2

2 PNS 4296 14,8

3 Swasta 1837 9,8

4 Pedagang 4871 16,6

6 Pensiunan 2231 12,8

7 Buruh 1541 8,9


(53)

Jumlah 25.095 100,0

Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

Berdasarkan pekerjaan, yang ditunjukkan pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa pekerjaan yang terbanyak adalah TNI/Polri sebanyak 7631 orang (26,2%) sedangkan pekerjaan penduduk yang terendah adalah Buruh yakni sebanyak 1541 orang (8,9 %).

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Agama Jumlah %

1 Islam 20.990 72,1

2 Kristen Protestan 3.469 25,7

3 Budha 0 0

4 Kristen Katolik 579 2,0

5 Hindu 57 0,2

Jumlah 25.095 100,0

Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

Agama yang paling banyak dianut di Kelurahan PB. Selayang II berdasarkan tabel 4.4. adalah agama Islam yakni sebanyak 20.990 orang (72,1 %) dan yang paling sedikit adalah agama budha yaitu 0 orang (0 %).


(54)

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Suku Jumlah %

1 Jawa 7660 30,5

2 Batak 5119 20,4

3 Mandailing 3589 14,3

4 Karo 4670 18,6

5 Minang 2379 9,5

6 Dll (India, Bali) 1678 6,7

Jumlah 25.095 100,0

Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa suku Jawa merupakan suku terbanyak di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang dengan jumlah 7660 orang (30,5%) dan yang paling sedikit adalah suku India, Bali yakni sebanyak 1678 orang (6,7 %).

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1. Umur

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu memiliki bayi umur 7-12 di Kelurahan PB. Selayang II tahun 2010.


(55)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No Umur Jumlah %

1 20 – 24 14 26

2 25 – 29 31 59

3 30 – 34 8 15

Jumlah 53 100

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada umumnya responden berumur 25-29 tahun 31 orang (59%) menjadi golongan umur yang paling banyak, dan umur responden paling sedikit adalah 30-34 tahun 8 orang (15%)

4.2.2. Suku

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, suku responden dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No Suku Jumlah %

1 Jawa 25 47,2

2 Batak 6 11,3

3 Minang 4 7,5

4 Mandailing 9 17,0


(56)

Jumlah 53 100,0

Dari 53 responden yang diteliti, suku paling banyak adalah suku Jawa yakni 25 orang (47,2 %) dan paling sedikit adalah suku Minang yaitu 4 orang (7,5 %)

4.2.3. Agama

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui agama yang dianut oleh responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No Agama Jumlah %

1 Islam 45 84,9

2 Kristen 2 3,8

3 Hindu 6 11,3

Jumlah 53 100,0

Tabel 4.8. menunjukkan bahwa umumnya ibu yang menjadi responden beragama Islam yakni 45 orang (84,9 %) yang beragama Kristen 2 orang (3,8 %)

4.2.4. Pendidikan Terakhir


(57)

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No Pendidikan Jumlah %

1 Tamat SMP 8 15,1

2 Tamat SMA 33 62,3

3 Tamat PT 12 22,6

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang terbanyak adalah tamat SMA yakni sebanyak 33 orang (62,3 %) dan yang paling sedikit adalah tamat SMP yaitu sebanyak 8 orang (15,1 %).

4.2.5. Pekerjaan

Berdasarkan data penelitian pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah %

1 Ibu Rumah Tangga 36 67,9

2 Wiraswasta 13 24,5

3 Guru 3 5,7

4. Pegawai Honor 1 1,2


(58)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pekerjaan ibu paling banyak yang menjadi responden adalah ibu rumah tangga yakni 36 orang (67,9 %) dan yang paling sedikit 1 orang (1,2 %) yang bekerja sebagai pegawai honor.

4.2.6. Penghasilan Keluarga

Untuk mengetahui pendapatan keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut :

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan PB. Selayang Tahun 2010

No Pendapatan Keluarga Jumlah %

1 ≤ 750.000 13 24,5

2 750.00 – 1.500.00 31 58,5

3 ≥ 1.500.000 9 17,0

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan penelitian, pendapatan keluarga yang ditunjukkan pada tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa sebagian besar pendapatan keluarga responden Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 31 orang (24,5%) yang berarti lebih atau memenuhi Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan tahun 2010 (Rp. 1.197.000) dan sebanyak 9 orang (17,0) yang berpenghasilan ≥ Rp. 1.500.000.

4.2.7. Pekerjaan Suami (Ayah Bayi)

Berdasarkan data penelitian pekerjaan suami responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(59)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

No Pekerjaan Suami Jumlah %

1 PNS 18 34,0

2 Supir 15 28,3

3 Wiraswasta 15 28,3

4 Buruh 5 9,4

Jumlah 53 100,0

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar suami dari responden pekerjaannya adalah PNS yakni sebanyak 18 orang (34,0 %) dan yang paling sedikit 5 orang (9,4 %) yang bekerja sebagai buruh.

4.2.8. Jumlah Anak

Berdasarkan data penelitian jumlah anak responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan PB. Selayang II

No. Jumlah Anak Jumlah %

1 1 25 47,2

2 2 21 39,6

3 3 7 13,2


(60)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa jumlah anak dari responden yang paling banyak adalah 1 orang yakni sebanyak 24 orang (47,2%) dan yang paling sedikit jumlah anak 3 orang yakni sebanyak 7 orang responden (17,6 %).

4.3. Karakteristik Bayi (7-12) 4.3.1. Umur Bayi

Umur bayi dikelompokkan berdasarkan tata cara pemberian MP-ASI yang disesuaikan dengan umur bayi. Dari data yang diperoleh umur bayi (7-12) bulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Bayi di Kelurahan PB. Selayang II

No Umur Bayi (Bulan) Jumlah %

1. 7 9 17,6

2. 8 16 31,4

3. 9 12 23,5

4. 10 14 27,5

Jumlah 53 100,0

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian umur bayi dari responden adalah 8 bulan yakni sebanyak 16 orang (31,4 %) dan yang paling sedikit umur bayi 7 bulan yakni sebanyak 9 orang (17,6 %).


(61)

4.4. Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI

Pengetahuan responden tentang MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15. Distibusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

No. Pertanyaan Jumlah %

1. Ibu tahu tentang makanan pendamping ASI a. Benar

b. Salah

46 7

86,8 13,2 2. Pengertian tentang makanan pendamping ASI itu

a. Benar b. Salah

34 12

73,9 26,1 3. Umur yang paling tepat dalam pemberian makanan

tambahan a. Benar b. Salah

47 6

88,7 11,3 4. Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia

> 6 bulan a. Benar b. Salah

28 25

52,8 47,2 5. Yang merupakan makanan pendamping ASI

a. Benar b. Salah

39 14

73,6 26,4 6. Berapa kali makanan tambahan itu diberikan dalam sehari

kepada bayi yang berusia 6-8 bulan a. Benar

b. Salah 33

20

62,3 37,7


(62)

a. Benar b. Salah

33 20

62,3 37,7 8. Pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6

bulan terhadap kesehatan bayi a. Benar

b. Salah

45 8

84,9 15,1 9. Menunda makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi

makanan a. Benar b. Salah

50 3

94,3 5,7 10. Usia yang tepat pada proses penyapihan bayi

a. Benar b. Salah

50 3

94,3 5,7

Berdasarkan penelitian di atas dapat lihat pengetahuan responden tentang MP-ASI sebanyak 46 orang (86,8%) sudah mengetahui dengan benar. Pengetahuan tentang pengertian makanan pendamping ASI sebanyak 34 orang (73,9%) menjawab benar. Pengetahuan tentang umur berapa sebaiknya bayi diberikan makanan tambahan sebanyak 47 orang (88,7%) menjawab dengan benar. Untuk pengetahuan jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia diatas 6 bulan sebanyak 28 orang (52,8%) menjawab dengan benar. Pengetahuan yang manakah makanan pendamping ASI, sebanyak 39 orang (73,6%) yang menjawab jawaban yang benar.

Untuk pengetahuan ibu tentang berapa kali diberikan makanan tambahan dalam sehari, sebanyak 33 orang (62,3%) yang menjawab benar. Pengetahuan tentang mengapa bayi perlu diberikan makanan tambahan, sebanyak 33 orang (62,3%) yang menjawab benar.


(63)

Pengetahuan responden tentang apa pengaruh terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan, sebanyak 45 orang (84,9%) yang menjawab dengan benar. Responden yang menjawab benar sebanyak 50 orang (94,3%) menjawab benar dengan menunda makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi makanan. Dan pengetahuan responden pada usia berapa bayi sebaiknya disapih, sebanyak 50 orang (94,3%) yang menjawab benar.

Berdasarkan data di atas, maka secara kategori pengetahuan responden dapat dikelompokkan, dimana masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kelurahan PB. Selayang II

No. Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 37 69,8

2. Sedang 12 22,6

3. Kurang 4 7,5

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan penelitian di atas dapat dilihat bahwa tingkat kategori responden pengetahuan yang baik sebanyak 37 orang (69,8%), sedangkan yang sedang sebanyak 12 orang (22,6%) responden memiliki pengetahuan pada tingkat sedang dan sebanyak 4 orang (7,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.


(64)

4.5. Sikap Ibu Tentang MP-ASI

Sikap responden tentang MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17. Distribusi Berdasarkan Sikap Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

No Pertanyaan Jumlah %

1. Bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan khusus a. Setuju

b. Netral c. Tidak setuju

41 1 11 77,4 1,9 20,8 2. Pada bayi berusia > 6 bulan baru boleh diberikan makanan

tambahan a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

0 8 45 0 15,1 84,9

3. Supaya bayi berusia 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula

a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

25 30 8 47,2 37,7 15,1 4. Pemberian makanan pada bayi yang berusia < 6 bulan

dapat berpengaruh pada pencernaannya a. Setuju

b. Netral c. Tidak setuju

3 13 37 5,7 24,5 69,8


(65)

5. Pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan

a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

19 17 17 35,8 32,1 32,1 6. Menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi

resiko alergi makanan pada bayi a. Setuju

b. Netral c. Tidak setuju

1 23 29 1,9 43,4 54,7

No. Pertanyaan Jumlah %

7. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis

a. Setuju b. Netral

c. Tidak setuju 3

15 35

5,7 28,3 66,0 8. Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai

makanan pertama pada bayi berusia > 6 bulan a. Setuju

b. Netral c. Tidak setuju

0 24 29 0 45,3 54,7 9. Pada bayi 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan

tambahan setiap hari a. Setuju


(66)

c. Tidak setuju 11 18

20,8 34,0 10. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat

menyebabkan anak kelebihan berat badan a. Setuju

b. Netral c. Tidak setuju

1 14 38

1,9 26,4 71,7

Dari hasil penelitian di atas di ketahui sikap responden tentang bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan khusus, sebanyak 41 orang (77,4%) mengatakan sikap setuju. Sikap responden terhadap bayi yang berumur > 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan, responden yang bersikap tidak setuju sebanyak 45 orang (84,9%). Sikap responden pada bayi berusia 0-6 bulan lebih gemuk, harus ditambah dengan susu formula, sebanyak 30 orang (37,7%) menjawab netral. Sikap responden terhadap pemberian makanan pada bayi yang berusia < 6 bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya, sebanyak 37 orang (69,8%) menyatakan tidak setuju. Untuk pertanyaan pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak 19 orang (35,8%) menyatakan setuju.

Sikap responden terhadap pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi sebanyak 29 orang (54,7 %) menyatakan sikap tidak setuju. Sikap responden terhadap pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis, sebanyak 35 orang (66,0%) menyatakan tidak setuju. Untuk pertanyaan memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan


(67)

pertama pada bayi berusia > 6 bulan yang menyatakan sebanyak 29 orang (54,7 %) menyatakan sikap tidak setuju.

Untuk pertanyaan pada bayi 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari, sebanyak 24 orang (45,3%) menyatakan sikap setuju. Sikap responden untuk pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan anak kelebihan berat badan, sebanyak 37 orang (69,8 %) menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan data tentang sikap responden di atas, setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan kategori baik dan buruk maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu di Kelurahan PB. Selayang II

No Kategori sikap Jumlah Presentase (%)

1. Baik 11 20,8

2. Sedang 34 64,2

3. Kurang 8 15,1

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan penelitian di atas dapat dikategorikan sikap responden, sebanyak 11 orang (20,8%) mempunyai sikap kategori yang baik, sedangkan 34 orang (64,2%) mempunyai sikap kategori sedang dan 8 orang (15,1%) mempunyai kategori kurang.

4.6. Tindakan Ibu Tentang MP-ASI


(68)

Tabel 4.19. Distribusi Berdasarkan Tindakan Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

No Pertanyaan Jumlah %

1. Ibu memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan a. Ya

b. Tidak

1 52

1,9 98,1 2. Ibu memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan

a. Ya b. Tidak

16 37

30,2 69,8 3. Makanan tambahan diberikan pada bayi ketika usia < 6 bulan?

a. Ya b. Tidak

36 17

67,9 32,1 4. Ibu memberikan makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau

menangis a. Ya

b. Tidak 21

32

39,6 60,4 5. Ibu memberikan susu formula pada anak usia < 6 bulan?

a. Ya b. Tidak

33 20

62,3 37,7 6. Ibu memberi makan bayi berusia < 6 bulan agar anak lebih gemuk

a. Ya b. Tidak


(69)

19 35,8 7. Ibu memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan

pertama bayi berusia diatas 6 bulan a. Ya

b. Tidak 35

18

66,0 34,0

No Pertanyaan Jumlah %

8. Ibu memberikan susu formula sebagai makanan tambahan ketika masih memberikan ASI

a. Ya

b. Tidak 36

17

67,9 32,1

9. Ibu memberikan makanan tambahan 1-3 kali sehari pada bayi usia > 6 a. Ya

b. Tidak

45 8

84,9 15,1


(70)

10. Ibu memberikan makan bayi dengan kemiri sesaat setelah bayi lahir a. Ya

b. Tidak

14 39

26,4 73,6

Dari hasil penelitian di atas di ketahui tindakan responden dalam memberi ASI saja, sebanyak 1 orang (1,9%) menjawab ya dan 52 orang (98,1%) menjawab tidak. Tindakan responden dalam memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan, sebanyak 16 orang (30,2%) yang menjawab ya dan 37 orang (69,8%) yang menjawab tidak. Tindakan responden dalam memberikan makanan tambahan pada bayi ketika usia < 6 bulan, sebanyak 36 orang (67,9%) menjawab ya dan 17 orang (32,1%) menjawab tidak. Tindakan responden memberikan makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau menangis, sebanyak 32 orang (60,4%) menjawab ya dan sebanyak 21 orang (39,6%) yang menjawab tidak. Tindakan responden dlam memberikan susu formula pada anak usia < 6 bulan sebanyak, 33 orang (62,3%) yang menjawab ya dan sebanyak 20 orang (37,7%) yang menjawab tidak. Tindakan responden memberi makan bayi berusia < 6 bulan agar anak lebih gemuk, sebanyak 34 orang (64,2%) yang menjawab ya dan 19 orang (35,8%) yang menjawab tidak. Tindakan responden dalam memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan tambahan bayi berusia diatas 6 bulan, sebanyak 35 orang (66,0%) menjawab ya dan sebanyak 18 orang (34,0%) menjawab tidak. Tindakan responden memberikan susu formula sebagai makanan tambahan ketika masih memberikan ASI, sebanyak 36 orang (67,9%) menjawab ya dan sebanyak 17


(71)

orang (32,1%) menjawab tidak. Tindakan responden dalam memberikan makanan tambahan 1-3 kali sehari pada bayi usia > 6 bulan, sebanyak 45 orang (84,5%) menjawab ya dan sebanyak 8 orang (84,9%) menjawab tidak. Tindakan responden memberi makan bayi dengan kemiri sesaat setelah bayi lahir, sebanyak 14 orang (26,4%) menjawab ya dan sebanyak 39 orang (73,6%) menjawab tidak.

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan di Kelurahan PB. Selayang II

No. Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 17 32,1

2. Sedang 15 28,3

3. Kurang 21 39,6

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan penelitian di atas dapat dikategorikan tindakan responden sebanyak 17 orang (32,1%) mempunyai tindakan kategori yang baik, sedangkan 15 orang (28,3%) mempunyai tindakan kategori sedang dan 21 orang (39,6%) mempunyai tindakan kategori kurang.

4.7. Hasil Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang bermakna antara variabel independen pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Square.


(72)

kategorik dan variabel dependennya juga kategorik. Analisis ini dikatakan bermakna (signifikan) bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05. Variabel yang dianalisis adalah pengetahuan dan sikap responden seperti tertera pada Tabel 4.20 berikut ini:

Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan dan Sikap) Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

Tindakan Responden Terhadap Pemberian MP-ASI

Baik Sedang Kurang

Total Variabel

n % n % n % n %

P

Pengetahuan a. Baik b. Sedang c. Kurang

17 0 0 45,9 0 0 12 3 0 32,4 25 0 8 9 4 21,6 75 100 37 12 4 100 100 100 0,001 Sikap a. Baik b. Sedang c. Kurang

4 13 0 36,3 38,2 0 2 13 0 18,2 38,2 0 5 8 8 45,6 23,6 100 11 34 8 100 100 100 0,002

Berdasarkan Tabel 4.20 di atas, hasil uji statistik Chi Square (Pearson Chi Square)

dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), diperoleh nilai p value = 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan


(1)

Kuesioner

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur : Tahun 3. Pendidikan terakhir :

4. Pekerjaan :

5. Agama :

6. Suku :

7. Pekerjaan suami : 8. Jumlah anak :

9. Jumlah pendapatan keluarga per bulan, sebutkan a. lebih kecil dari Rp.750.000/bulan

b. antara Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000/bulan c. lebih besar dari Rp. 1.500.000/bulan

10. Umur bayi : bulan

Pengetahuan tentang makanan tambahan

11. Apakah Ibu mengetahui tentang makanan pendamping ASI? a. Tahu (1)


(2)

b. Tidak tahu (0)

12. Menurut Ibu, apakah pengertian makanan pendamping ASI itu? a. Makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (1)

b. Makanan pengganti ASI (0)

c. Makanan yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan (0) d. Tidak tahu (0)

13. Menurut ibu, pada umur berapa sebaiknya diberikan makanan tambahan? a. > 6 bulan (1) b. < 6 bulan (0) c. Tidak tahu (0) 14. Sebutkan jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia > 6 bulan

a. Makanan unak (1) c. Mie (0) b. Makanan padat (0) d. Kemiri (0)

15. Menurut ibu manakah yang merupakan makanan pendamping ASI

a. Gula (0) b. Makanan yang dilepeh (0) c. Bubur susu (1) d. Nasi (0) 16. Menurut Ibu, berapa kalikah makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan?

a. 1-3 kali (1) c. 7-10 kali (0)

b. 4-6 kali (0) d. Tidak tentu, tergantung bayi menangis (0) 17. Menurut Ibu, mengapa bayi perlu diberi makanan tambahan?

a. Agar anak tidak rewel dan canggung (0) b. Agar anak terhindar dari penyakit (0)


(3)

c. Agar kebutuhan bayi akan zat gizi bertambah sesuai dengan pertambahan umurnya (1)

d. Tidak tahu (0)

18. Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi?

a. Tidak ada pengaruhnya (0)

b. Anak jadi sering mencret karena pencernaannya terganggu (1) c. Anak jadi sering nangis (0)

d. Tidak tahu (0)

19. Menurut ibu, apakah dengan menunda makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi makanan?

a. Ya (1) b. Tidak (0) c. Mungkin (0) d. Tidak tahu (0) 20. Menurut ibu pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih?


(4)

Sikap

No. Pernyataan Setuju

(S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) 21. Bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan khusus (1) (2) (3) 22. Pada bayi berusia > 6 bulan baru boleh diberikan

makanan tambahan

(3) (2) (1)

23. Supaya bayi berusia 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula

(1) (2) (3)

24. Pemberian makanan pada bayi sebelum bayi berusia < 6 bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya

(3) (2) (1)

25. Pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan

(1) (2) (3)

26. Menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi

(3) (2) (1)

27. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis

(1) (2) (3)

28. Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada bayi berusia > 6 bulan

(3) (2) (1)

29. Pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari


(5)

30. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan anak kelebihan berat badan

(3) (2) (1)

Tindakan

31. Ibu memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

32. Ibu memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan? a. Ya (0)

b. Tidak (1)

33. Makanan tambahan diberikan pada bayi ketika usia < 6 bulan? a. Ya (0)

b. Tidak (1)

34. Ibu memberikan makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau menangis? a. Ya (0)

b. Tidak (1)

35. Ibu memberikan susu formula pada anak usia < 6 bulan? a. Ya (0)

b. Tidak (1)


(6)

b. Tidak (0)

37. Ibu memberi makanan lumat seperti bubu susu sebagai makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan

a. Ya (1) b. Tidak (0)

38. Ibu memberikan susu formula sebagai makanan tambahan ketika masih memberikan ASI?

a. Ya (1) b. Tidak (0)

39. Ibu memberikan makanan tambahan 1-3 kali sehari pada bayi usia > 6 bulan? a. Ya (1) b. Tidak (0)

40. Ibu memberi makan bayi dengan kemiri sesaat setelah bayi lahir?


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

2 81 66

Perilaku Ibu Post Partum Dalam Pemberian ASI di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang

1 46 85

Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

6 52 123

Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat ( Studi Pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan polonia, Kota Medan, Sematera Utara )

2 33 107

ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA PENGUSAHA SALON DI KELURAHAN SELAYANG KECAMATAN MEDAN SELAYANG.SALON DI KELURAHAN SELAYANG KECAMATAN MEDAN SELAYANG.

0 2 22

Cover Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 1 14

Abstract Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 2

Chapter II Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 10

Reference Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 3

Appendix Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 28