aktivitas, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap, dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dari
kelompok terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat yang dapat menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada remaja anggota
kelompok tersebut Zebua Nurdjayanti, 2001. Hurlock 2012 menyebutkan bahwa, banyak sekali perilaku yang
muncul pada remaja hanya karena mengikuti norma yang ada pada kelompoknya, contohnya mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang,
merokok, membolos, dan tawuran. Mereka menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu berarti mereka merupakan bagian dari kelompok
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi 2009 menyebutkan bahwa konformitas teman sebaya memberikan pengaruh yang besar pada intensitas
merokok remaja, yaitu sebesar 36, 84. Sedangkan menurut penelitian Widodo 2008 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas maka
semakin tinggi pula perilaku merokok seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Febrina 2012 pada sejumlah remaja di
SMA Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 36,64 remaja merokok karena memang sudah menjadi kebiasannya, 26,3 karena sudah ketagihan dan
merasa tidak enak jika tidak merokok, 18,81 beralasan untuk menenangkan perasaan-perasaan negatif dari dirinya, dan 17,82 karena ingin
meningkatkan kesenangan yang sudah ada dalam dirinya. Nurlailah 2010 mendapatkan bahwa tipe perilaku merokok pada remaja paling banyak yaitu
yang bertujuan untuk menghilangkan perasaan negatif dalam dirinya yaitu sebesar 47,5 .
Kebiasaan merokok pada remaja umumnya dikarenakan oleh pergaulan dalam lingkungan sekolah Husaini, 2007. Pada masa-masa sekolah anak
remaja mengalami tekanan-tekanan yang dirasakannya baik saat dirumah maupun disekolah, hal ini dapat membuat anak mencari pelarian dari
masalah-masalah yang dihadapinya salah satunya dengan merokok. Anak remaja sebagian besar percaya bahwa dengan merokok akan menghilangkan
stress dan akan lebih mudah bergaul dengan teman-temannya Hadi dalam Dewi, 2008. Tipe perilaku merokok pada remaja bisa di kategorikan
berdasarkan management of affect theory, dimana bisa dilihat tipe perilaku berdasarkan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Pada awalnya remaja
hanya mencoba merokok untuk menenangkan perasaanya, namun setelah ia menemukan kelegaan setelah merokok maka iapun lama kelaman menjadi
terbiasa untuk merokok Sa’diah, 2007.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui tentang
“Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Tipe Perilaku Merokok pada Remaja laki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97 Jakarta
”.
B. Rumusan Masalah
1. Masa sekolah adalah masa dimana anak mudah terpengaruh oleh teman- teman sebayanya karena intensitas bertemu yang cukup tinggi dan mulai
melepaskan diri dari orangtuanya. Siswa SMA yang berada dalam masa remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok sebayanya dan menganggap rokok sebagai lambang pergaulan khususnya pada siswa laki-laki Sulastomo, 2013
2. Menurut Leventhal Clearly 1984, 5-15 orang mulai merokok saat berusia 11-13 tahun dan 85-95 sebelum berusia 18 tahun. Data
RISKESDAS 2010 menunjukkan sekitar 43,3 perokok mulai merokok di usia 15-19 tahun, 17,5 mulai merokok di rentang usia 10-14 tahun,
dan 14,6 persen di usia 20-24. Iqbal 2008 sebanyak 59,8 perokok usis 15-18 tahun berjenis kelamin laki-laki. Penelitian oleh Sirait, dkk 2002
juga menunjukkan usia responden yang paling banyak merokok adalah usia 15-19 tahun yaitu sebesar 27,2 dan 54,5 berjenis kelamin laki-
laki. 3. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 27 siswa SMAN 97
Jakarta pada bulan Januari 2013 didapatkan sebanyak 25 siswa pernah merokok dan sampai sekarang pun masih ada yang merokok namun tidak
ada yang merokok selain saat bersama temannya, dan sebagian besar beralasan merokok karena untuk melampiaskan perasaanya baik saat
senang maupun sedih. Untuk itulah peneliti tertarik untuk melihat hubungan bentuk konformitas
teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan pada anak SMAN 97 Jakarta.
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta?
2. Bagaimana tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta?
3. Apakah terdapat hubungan antara bentuk konformitas teman sebaya dengan tipe-tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan
di SMAN 97 Jakarta?
D. Tujuan penelitian
Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bentuk
konformitas teman sebaya dengan tipe perilaku merokok pada remaja laki- laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta.
Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada
remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta 2. Mengetahui tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan
di SMAN 97 Jakarta 3. Mengidentifikasi hubungan yang ditimbulkan oleh bentuk konformitas
teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan keluarga.
2. Bagi sekolah Sebagai bahan masukkan terhadap bidang kemahasiswaan SMAN 97
Jakarta dalam membuat program pencegahan agar para siswai tidak menjadi perokok dan menanggulangi kebiasaan merokok.
3. Bagi remaja Penelitian ini berguna sebagai salah satu sumber data yang dapat
digunakan para remaja untuk dapat membentengi diri agar tidak terpengaruh oleh teman sebaya yang mengajak untuk merokok, dan dapat
melalui masa remajanya tanpa terpengaruh oleh rokok. 4. Bagi peneliti
Dapat menjadi pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan peneliti dapat mengkaitkan hasil penelitian dengan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari kampus di lapangan praktik.
F. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bentuk
konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki usia pertengahan di SMA. Subjek yang diteliti adalah remaja laki-laki usia
pertengahan di SMAN 97 Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian remaja
Kata adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa Hurlock, 2012.
Secara psikologis masa remaja adalah sebuah masa dimana individu berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini anak sudah
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, anak sudah mulai merasa dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak Piaget dalam Hurlock 2012. Menurut Hurlock 2012, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Santrock 2007, mendefinisikan remaja sebagai suatu periode perkembangan dari transisi antar masa kanak-kanak dan dewasa, yang
disertai perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan menurut Monks 2006, remaja adalah individu berusia 12-21 tahun
yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 adalah
masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.