41
isyaratkan adanya kemaslahatan. Sedangkan untuk perempuan di perlukan beberapa syarat, antara lain:
1. Tidak adanya permusuhan yang nyata antra dia perempuan dengan walinya,
yaitu ayah atau kakek. 2.
Tidak ada permusuhan kebencian yang nyata antara dia dengan calon suaminya.
3. Calon suami harus Sekufu’ sesuaisetara
4. Calon suami mampu memberikan maskawin yang pantas.
40
5. Tidak dinikahkan dengan laki-laki yang menjadikannya menderita dalam
pergaulannya, seperi dengan laki-laki tuna netra, tua renta, dan sebagainya.
E. Batas Usia Perkawinan dalam Peraturan Perundang-undangan
Batas Usia yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi hukum Islam. Adapun menurut
Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 dalam pasal 7 menyebutkan bahwa:
1. Perkawinan hanya di izinkan jika para pihak pria sudah mencapai umur 19
Sembilan belas tahun dan pihak Wanita sudah mencapai 16 enam belas tahun. Kemudian di pertegas lagi dalam pasal 15 ayat 1 KHI Kompilasi
Hukum Islam dengan rumusan Sebagai Berikut :
40
Husen Muhammad, Fiqh perempuan, hal 70-71
42
a. Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah Tangga, perkawinan hanya boleh
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 Tahun 1974, yakni calon suaminya
sekurang-kurangnya berumur 19 Tahun dan Calon Istri sekurang- kurangnya berumur 16 Tahun.
Selain dua Pasal di atas, ada pasal lain dalam Undang-undang Perkawinan yang mengatur Masalah batasan Usia Perkawinan calon mempelai, yaitu
pada Bab II pasal 6 ayat 2 yang menegaskan Bahwa: b.
Untuk melangsungkan Perkawinan seorang yang belum Mencapai umur 21 tahun harus mendapat Izin dari Orang Tua.
Selain batasan Umur yang telah disebutkan dalam Undang-undang, ada pendapat lain yang mengemukakan tentang usia ideal kedewasaan seseorang, di
antara pendapat tersebut adalah : 1.
Marc Hendry mengemukakan bahwa perkawinan sebaiknya dilakukan antara usia 20 sampai 25 tahun bagi wanita dan 25 sampai 30 tahun bagi Pria.
Tinjauan ini didasarkan atas pertimbangan kesehatan para calon mempelai.
41
2. Sarlito Wirawan Sarwono, melihat usia kedewasaan untuk siapnya seseorang
memasuki hidup berumah Tangga harus di Perpanjang menjadi 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Hal ini diperlukan karena zaman modern
41
Bakri Hasbullah, Kumpulan Lengkap Undang-undang Perkawinan Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, hal.6
43
menuntut untuk mewujudkan kemaslahatan dan menghindari kerusakan, baik dari segi kesehatan maupun tanggung jawab sosial.
42
Berapapun usia seseorang melangsungkan perkawinan, pada dasarnya harus memiliki kematangan fisik dan psikis sebelum mengarungi Bahtera rumah
tangga, karena didalam rumah tangga pasti akan ada cobaan yang nantinya akan menguras emosi dan keegoaan dari masing-masing pasangan. Untuk itu, tanpa
kematangan dan kedewasaan makarumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah tampaknya akan sulit terwujud.
Setelah itu terdapat Asas-asas dalam Undang-undang perkawinan yang mengharuskan setiap pasangan yang akan melangsungkan Perkawinan harus
adanya kematangan dari Calon Mempelai, sesuai dengan Asas-asas dalam Undang-undang Perkawinan yaitu :
a Asas sukarela,
b Asas Partisipasi keluarga,
c Asas Perceraian di persulit,
d Asas Poligami dibatasi dengan ketat,
e Asas Kematangan Calon Mempelai,
f Asas Memperbaiki Derajat Kaum Wanita,
g Asas Legalitas,
h Asas prinsip selektivitas.
43
42
Sarlito Wirawan Sarwono, Membina Perkawinan yang Berbahagia, Jakarta: Bulan Bintang, 1983, hal.10
44
Dan apabila di sederhanakan, asas perkawinan itu mengandung pengertian Bahwa :
a. Tujuan Perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
b. Sahnya Perkawinan sangat Tergantung pada ketentuan hokum agama dan
kepercayaan masing-masing. c.
Asas Monogami. d.
Calon suami dan Isteri harus dewasa jiwa raganya. e.
Mempersulit perceraian f.
Hak dan kedudukan suami Isteri adalam seimbang.
44
Dalam hal ini, masalah usia perkawinan berkaitan erat dengan asas pada point yang keempat yakni “Calon Suami dan Isteri harus matang jiwa dan
raganya”. Penjelasannya adalah bahwa calon suami isteri harus matang jiwa dan raganya adalah untuk melangsungkan perkawinan yang mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian.
45
Kematangan yang dimaksud adalah kematangan umur perkawian, kematangan berfikir dan
bertindak. Prinsip tersebut pun erat kaitannya dengan masalah kependudukan. Karena
dengan adanya pembatasan umur pernikahan bagi wanita maka diharapkan laju
43
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke 2, hal 6
44
Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta : Rajawali Press,2004, hal 173
45
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fikih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: Prenada Media Kencana, Agustus 2007, cet ke-2, hal.26
45
kelahiran dapat ditekan semaksimal mungkin. Ternyata bahwa batas usia yang rendah bagi wanita untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran yang lebih
tinggi. Dengan demikian program keluarga Berencana dapat berjalan seiring dengan undang-undang perkawinan ini.
46
Sehubungan dengan kedua hal tersebut, maka perkawinan di bawah umur dilarang keras dan harus di cegah pelaksanaannya. Adapun nikah dibawah umur
sesuai dengan Intruksi Mendagri No.27 Tahun 1983 tentang Usia Perkawinan Dalam Rangka Mendukung Program Kependudukan dan keluarga Berencana,
menjelaskan definisi tentang : Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan pada usia
di bawah usia 16 tahun bagi wanita dan ddibawah 19 tahun untuk Pria. Penyimpangan dari batas umur minimal perkawinan ini harus mendapat
dispensasi terlebih dahulu dari pengadilan. Pengajuan dispensasi dapat diajukan oleh orang tua wali dari calon mempelai yang belum batas minimal sebagaimana
tersebut di atas. Antara kedua calon mempelai harus ada kerelaan yang mutlak untuk melangsungkan perkawinan yang mereka harapkan. Mereka harus
mempunyai suatu kesadaran dan keinginan bersama secara ikhlas untuk mengadakan akad sesuai dengan hukum agama dan kepercayaannya.
47
46
DEPAG, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, DEPAG: Dirjen BIMAS Islam Penyelenggaraan Haji, Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001, hal.3
47
Abdul Manan, Aneka masalah Hukum Perdata Islam, hal 7
46
Dalam hal ini, pihak-pihak berkepentingan tidak dibenarkan membantu melaksanakan perkawinan dibawah umur, pelanggaran terhadap ketentuan yang
berlaku dapat dikenakan sanksi dengan peraturan yang berlaku. Tujuan Perkawinan adalah untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia
dan sejahtera denga mewujudkan suasana rukun dan damai dalam rumah tangga yang selalu mendapat hidayah dan taufik dari Allah SWT. Oleh karena itu agar
tujuan yang diharapkan dapat terlaksana, maka kematangan calon mempelai sangat di harapkan. Kematangan dimaksud adalah kematangan umur perkawinan,
kematangan dalam berfikir dan bertindak sehingga tujuan perkawinan dapat terlaksana dengan baik.
46
BAB III GAMBARAN LAPANGAN PENELITIAN