BAB III PELAKSANAAN PENGIKATAN KREDIT ATAS TANAH YANG BELUM
TERDAFTAR SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT
A. Syarat – Syarat Pemberian Kredit Dalam Perbankan Indonesia
Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank wajib memerhatikan hal – hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8
ayat 1 dan ayat 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang berbunyi : Pasal 8 ayat 1 :
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai dengan diperjanjikan”. Pasal 8 ayat 2 :
“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia”. Berkaitan dengan itu, penjelasan Pasal 8 ayat 2 dikemukakan
bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan diterapkan
oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut :
43
43
Hermansyah, Op.Cit., hal 62-63. 64
a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasrkan Prinsip Syariah dibuat
dalam bentuk perjanjian tertulis. b.
Bank harus memilikikeyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang saksama
terhadap watak, kemapuan, modal agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitur.
c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. d.
Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah.
e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dantau pihak – pihak terafiliasi.
f. Penyelesaian sengketa.
Ketentuan Pasal 8 ayat 1 dan ayat 2 di atas merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah
debitur. Terlebih karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan
menerapkan prinsip – prinsip kehati – hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang – Undang 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Mengenai ketentuan dan persyaratan umum dalam pemberian kredit oleh perbankan terdiri dari 9 sembilan persyaratan sebagai berikut
:
44
1. Mempunyai feasibility study, yang dalam penyusunannya
melibatkan konsultan yang terkait. 2.
Mempunyai dokumen administrasi dan izin – izin usaha, misalnya akta perusahaan, NPWP, SIUP, dan lain – lain.
3. Maksimum jangka waktu kredit adalah 15 tahun dan masa
tenggang waktu grace period maksimum 4 tahun.
44
Ibid, hal. 61-62.
4. Agunan utama adalah usaha yang biaya. Debitur menyerahkan
agunan tambahan jika menurut penilaian bank diperlukan. Dalam hal ini akan melibatkan pejabat penilai appraiser independen
untuk menentukan nilai agunan.
5. Maksimum pembiayaan bank adalah 65 enam puluh lima
persen dan self financing adalah sebesar 35 tiga puluh lima persen.
6. Penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar
prestasi proyek. Dalam hal ini biasanya melibatkan konsultan pengawas independen untuk menentukan progres proyek.
7. Pencairan biasanya dipindahbukukan ke rekening giro.
8. Rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun
berdsarkan analisis dalam feasibility study. 9.
Pelunasan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Proses pemberian kredit antara oleh satu dengan bank yang lain tidak juah berbeda. Kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada
persyaratan dan ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing dengan tetap memperhitungkan unsur
persaingan atau kompetisi. Proses pemberian kredit olah bank secara umum adalah sebagai
berikut : a.
Pengajuan permohonanaplikasi kredit. Bahwa untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap yang
pertama dilakukan adalah mengajukan permohonanaplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan. Permohonanaplikasi kredit tersebut
harus dilampiri dengan dokumen-dokumen yang di persyaratkan. Dalam pengajuan permohonanaplikasi kredit oleh perusahaan
sekurang-kurangnya menguat hal-hal sebagai berikut: 1.
Profil perusahaan beserta pengurusnya. 2.
Tujuan dan manfaat kredit.
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.
4. Cara pengembalian kredit.
5. Anggunan atau jaminan kredit.
Permohonan atau aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :
a. Akta pendirian perusahaan.
b. Identitas KTP para pengurus.
c. Tanda daftar perusahaan TDP.
d. Nomor pokok wajib pajak.
e. Neraca dan laporan rugi laba 3 tiga tahun terakhir.
f. Foto kopi sertifikat yang dijadikan jaminan.
Sedangkan untuk permohonanaplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi Aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank.
2. Tujuan dan manfaat kredit.
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.Agunan atau
jaminan kredit. Permohonanaplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan
melampirkan semua dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu : a.
Fotokopi identitas KTP yang bersangkutan. b.
Kartu Keluarga KK. c.
Slip gaji yang bersangkutan. b.
Penelitian Berkas Kredit.
Setelah permohonanaplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan
mendetail terhadap berkas aplikasi kredit yang diajukan, apabila dari hasil penelitian yang dilakukan itu, bank verpendapat bahwa berkas
aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjtnya yaitu penilaian kelayakan kredit.
Sedangkan apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang dijukan tersebut belum lengkap dan belum memenuhi persayaratan yang
ditentukan, maka bank akan memeinta kepda pemohon kredit untuk melengkapinya.
Dalam tahap penilaian kelayakan kredit, banyak aspek yang akan dinilai, yaitu :
45
a. Aspek Hukum
Yang dimaksud dengan aspek hukum di sini adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen – dokumen yang
diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen – dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang
berwenang untuk itu.
b. Aspek Pemasaran
Dalam aspek ini yanag akan dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit untuk measa sekarang dan akan
datang.
c. Aspek Keuangan.
Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunaakn analisis keuangan adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari
laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
d. Apek TeknisOperasional
selain aspek – aspek sebagaimana telah dikemukakan di atas, aspek lain yang juga dilakukan penilaian adalah aspek teknis atu
operasional dari perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat usaha, kondisi gedung beserta
sarana, dan prasarana pendukung lainnya.
e. Aspek Manajemen
45
Ibid, hal. 70-71.
Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam
mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
f. Aspek Sosial Ekonomi
Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya
bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun sosial.
g. Aspek AMDAL
Penilainan terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya
suatu perusahaan. Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai dampak tehadap lingkungan
baik darat, air dan udara. Dari uraian yang diterangkan di atas adalah merupakan ketentuan
dan persyaratan umum dalam pemberian kredit dalam Perbankan di Indonesia.
B. Pengikatan Jaminan Atas Tanah Belum Terdaftar Sebagai Jaminan