atas tanah milik hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkutan.
Pembebanan hak tanggungan atas tanah hak pakai, dalam ketentuan Pasal 4 ayat 2 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 4
tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah memberikan kemungkinan pembebanan
hak tanggungan sebagai jaminan utang dengan hak pakai atas tanah dan itupun terbatas kepada hak pakai atas tanah tertentu. Sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 4 ayat 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda
– Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, hak pakai atas tanah yang dapat menjadi objek hak tanggungan adalah hak pakai atas tanah Negara yang
menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftarkan, dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan. Jadi, tidak semua hak pakai atas tanah Negara
yang terdaftar dan karena sifatnya dapat dipindahtangankan yang dpat dibebani hak tanggungan. Terhadap hak pakai atas tanah hak milik, sesuai
dengan ketentuan Pasal 4 ayat 3 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda
– Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, pembebanannya dengan hak tangggungan akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
C. Proses Terjadinya Hak Tanggungan
Sebelum dilakukannya pendaftaran hak tangggungan pada kantor Pertanahan, untuk membebankan hak tanggungan pada hak atas tanah
sebagai jaminan utang, terlebih dahulu harus memlaui tata cara pemberian hak tanggungan. Pemberian atau pembebanan hak tanggungan tersebut
didahului dengan pembuatan perjanjian utang – iutang atara debitur dan kreditur. Dalam penjelasan Pasal 10 ayat 1 Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dinyatakan bahwa
sesuai dengan sifat accesoir pemberiannya harus merupakan ikutan dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum
utang – piutang yang dijamin pelunasannya. Perjanjian yang menimbulkan hubungan utang – piutang ini dapat dibuat dengan akta di bawah tangan
atau dibuat dengan akta otentik, tergantung kepada kesepakatan pihak kreditur dan debitur yang bersangkutan.
Dikarenakan pembebanan hak tanggungan didahului dengan pembuatan perjanjian utang piutang antara debitur dan kreditur, maka
sudah sepantasnya perjanjian utang – piutang antara debitur dan kreditur harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320
Kitang Undang – Undang Hukum Perdata. Untuk suatu perjanjian yang sah harus terpenuhi empat syarat,
yaitu :
36
1. Perizinan yang bebas dari orang – orang yang mengikatkan
dirinya; 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3.
Suatu hak tertentu yang diperjanjikan;
36
R.Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet. XXVIII, PT. Intermasa, Jakarta, 1996, hal. 134.
4. Suatu sebab oorzaak yang halal, artinya tidak terlarang.
Mengenai tata cara pemberian hak tanggungan ini diatur dalam
Pasal 10 dan Pasal 15 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah. Dalam Pasal 10 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah diatur tentang tata cara pemberian hak tanggungan secara langsung, sedangkan
dalam Pasal 15 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah diatur tentang pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan oleh pemberi hak tanggungan kepada penerima kuasa.
Pendaftaran Hak Tanggungan diatur dalm Pasal 13 sampai dengan Pasal 14 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Akta Pemberian Hak Tanggungan yang dibuat
oleh PPAT wajib didaftarkan. Secara sistematis tata cara pendaftaran dikemukakan sebagai berikut :
37
1. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pertanahan ;
2. PPAT dalam waktu 7 hari setelah ditandatangani pemberian hak
tanggungan wajib mengirimkan akta pendaftaran hak tanggungan dan warkah lainnya kepda Kantor Pertanahn serta berkas yang diperlukan ;
3. Kantor Pertanahn membuatkan buku tanah hak tanggungan dan
mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas
tanah yang bersangkutan ;
4. Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuh
setelah penerimaan secara lengkap surat – surat yang diperlukan bagi
37
Ibid, hal. 179.
pendaftarannya. Jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku tanah yang beersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya ;
5. Hak tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah hak tanggungan
dibuatkan Pasal 13 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda –
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah ;
6. Kantor Pertanahan menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat
Hak Tanggungan memuat irah – irah dengan kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sertifikat Hak Tanggungan
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan. Sertifikat Hak Tanggungan di berikan kepada pemegang
Hak Tanggungan.
D. Berakhirnya Hak Tanggungan