Tandan Kosong Kelapa Sawit

2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat lignoselulosa yang dihasilkan dari industri perkebunan kelapa sawit memiliki kandungan serat, komposisi bahan organik dan mineral yang cukup tinggi oleh karena itu tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industri. Seperti industri pulp dan kertas atau industri kimia lainnya yang memanfaatkan bahan baku berbasis serat. Serat tandan kosong kelapa sawit terdiri dari zat organik yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, ekstraktif dan juga zat organik yang berbeda -beda. Sebenarnya TKS dapat digunakan sebagai bahan bahan baku baku potensial untuk pengisi atau penguat komposit polimer. Hal ini disebabkan pada TKS kandungan seratnya mencapai sekitar 70 dan komposisi kimia TKS mengandung selulosa yang cukup banyak yaitu 37,76. Seperti bahan kayu dan jaringan penunjang tumbuh-tumbuhan lainnya. Hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa sifat dan karakteristik serat tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk Kalium,Aseton-butanol-etanol ABE, jamur pangan, asam glutamate, xylitol, protein sel tunggal, selain itu tandan kosong dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas,hard board, serat kerapatan medium medium density Fiber,MDF, arang aktif dan lain-lain. Hasil analisa komposisi kimia tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Komposisi Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit. Komposisi Kimia Komposisi Lignin 22.23 Holoselulosa 67,88 Pentosa 26,69 α-Selulosa 38,76 Kadar abu 6,59 Darkono.1992 Peningkatan produksi pabrik kelapa sawit memiliki konsekuensi berupa peningkatan limbah kelapa sawit yang dihasilkan. Limbah pabrik kelapa sawit dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit TKKS yaitu sekitar 22 – 23 dari total tandan buah segar TBS yang diolah Fauzi , 2002. Total jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 4,2 juta ton. Agar limbah berupa TKKS yang jumlahnya sangat besar ini tidak menimbulkan permasalahan, maka diperlukan manajemen yang baik untuk mengelolanya. Salah satu alternatif cara pengelolaan TKKS adalah dengan melakukan pengomposan. Setelah dikomposkan, limbah berupa TKKS dapat digunakan sebagai pupuk organik. Pengomposan merupakan proses dekomposisi bahan organik kompleks yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menjadi bahan organik sederhana yang kemudian mengalami mineralisasi sehingga menjadi tersedia dalam bentuk mineral yang dapat diserap oleh tanaman Universitas Sumatera Utara atau ogranisme lain. TKKS merupakan bahan organik kompleks yang komponen penyusunnya adalah material yang kaya unsur karbon Sellulosa 42,7, Hemisellulosa 27,3, lignin 17,2 Darnoko,1996. Sellulosa merupakan polimer dari glukosa, proses degradasi sellulosa menjadi glukosa soluble sugars yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk proses biosintesis memerlukan waktu yang cukup lama, karena menggunakan setidaknya tiga jenis enzim: exoglucanase, endoglucanase dan β-glucosidase cellulase complex. Hal tersebut menyebabkan keseluruhan proses dekomposisi TKKS memerlukan waktu yang lama. Lamanya waktu yang dibutuhkan pada proses pengomposan TKKS akan menimbulkan permasalahan, karena semakin lama proses pengomposan berlangsung maka semakin luas area yang dibutuhkan untuk pengomposan, biaya yang dikeluarkan untuk pengomposan TKKS juga akan semakin besar. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknik pengomposan yang tepat agar proses pengomposan dapat berjalan dengan optimal. Tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis Jack. berasal dari Nigeria. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi Fauzi, 2002. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Universitas Sumatera Utara Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera Deli dan Aceh.Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa Fauzi , 2002. Pada umumnya kelapa sawit tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun. Pada 3 tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, karena pada umur tersebut pohon kelapa sawit belum menghasilkan buah. Pohon kelapa sawit akan mulai berbuah pada umur 4 sampai enam tahun, dan pada usia tujuh tahun disebut sebagai periode matang the mature periode dimana pada saat itu tanaman mulai menghasilkan tandan buah segar fresh fruit bunch. Pada usia 11 sampai 20 tahun pohon kelapa sawit akan mengalami penurunan produksi, dan biasanya pada usia 20 – 25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati Fauzi, 2002. Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit kernel, dimana daging sawit dapat diolah menjadi CPO crude palm oil, sedangkan buah sawit diolah menjadi PK palm kernel. Ekstraksi CPO rata-rata 20 sedangkan PK 2.5. Sementara itu cangkang biji sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar ketel uap Fauzi, 2002. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri setelah melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO refine, bleached and Deodorized palm oil. Disamping itu dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat RBD stearin dan untuk produksi minyak sawit cair RBD olein. RBD olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD stearin dipergunakan untuk margarin dan Universitas Sumatera Utara shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit dapat menghasilkan 73 olein, 21 stearin, 5 PFAD Palm fatty Acid Distillate dan 0,5 buangan Fauzi , 2002. Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan produk ikutan berupa limbah kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas Fauzi, 2002. Salah satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik dengan melakukan pengomposan Fauzi, 2002. Pada proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit yang dilakukan di sebagian besar industri sawit, hal pertama yang dilakukan adalah pencacahan. TKKS dicacah terlebih dahulu menjadi serpihan-serpihan dengan memakai mesin pencacah. Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam dapat memproduksi 60 ton kompos dari 100 ton tandan kosong sawit yang dihasilkan Fauzi, 2002. Sebagai sumber bahan kimia tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfatkan untuk bahan baku produksi senyawa lignin dan turunannya. Hemiselulosa dan turunannya serta selulosa dan turunannya. Senayawa-senyawa tersebut diperoleh melalui suatu proses ekstraksi dengan menggunakan larutan asam dan basa sebagai pelarut. Selanjutnya dilakukan modifikasi dari Universitas Sumatera Utara senyawa-senyawa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan kimia lainnya. Sifat lignin kayu sangat bervariasi bergantung pada jenis kayu dan lingkaran usia kayu. Penelitian oleh Danglas Far menunjukkan bahwa dibagian tengah batang memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dari kayu yang berasal daerah yang beriklim sedang. Sedangkan kandungan lignin kayu jarum bervariasi antara 24-23 dan kayu daun tropis 26-35 dalam tanaman non kayu kandungan lignin yang terkandung lignin yang terkandung umumnya antara 12-17 Supri,2000.

1. Lignin