21
2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Identifikasi sampel
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisiskandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak wijen di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
3.4.2 Formulasi sediaan krim 3.4.2.1 Formula dasar krim Young, 1972
R Asam stearat
12 g Setil alkohol
0,5 g Sorbitol Sirup
5 g Propilen glikol
3 g Trietanolamin
1 g Air suling
ad 100 ml Nipagin
secukupnya
3.4.2.2 Formula yang telah dimodifikasi
R
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0,1
Butilhidroksitoluen 0,1
Minyak wijen x
Oleum rosae 3 tetes
Air suling ad 100 ml
22 Sebagai pembanding digunakan Gliserin 2
Konsentrasi minyak wijen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5, 5, 7,5, dan 10.
3.4.2.3 Pembuatan sediaan krim
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1Formula dasar krim dengan minyak wijen yang dibuat
No Bahan
Formula F0
F1 F2
F3 F4
F5 1.
Dasar krim g 100
97,5 95
92,5 90
98 2.
Minyak wijen g
- 2,5
5 7,5
10 -
3. Gliserin g
- -
- -
- 2
4. Berat krim g
100 100
100 100
100 100
Keterangan: Formula F0: Blanko dasar krim Formula F1: Konsentrasi minyak wijen 2,5
Formula F2: Konsentrasi minyak wijen 5 Formula F3:Konsentrasi minyak wijen 7,5
Formula F4:Konsentrasi minyak wijen 10 Formula F5: Gliserin 2 pembanding
Cara Pembuatan: Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim.
Asam stearat, setil alkohol dan butilhidroksitoluen dilebur di atas penangas air pada suhu ±70°C massa I. Kemudian nipagindilarutkan dalam air
panastambahkan trietanolamin aduk sampai homogen massa II. Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselen panas, tambahkan massa II dan
gerus secara konstan hingga terbentuk massa krim.Setelah terbentuk massa krimtambahkan minyak wijen sedikit demi sedikitgerus lalu, tambahkan oleum
rosae secukupnya gerus hingga homogen, masukkan dalam wadah yang sesuai.
23
3.4.3 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.4.3.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen, POM., 1979. 3.4.3.2 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengenceran dan pewarnaan. Pengenceran fase dilakukan dengan
mengencerkan 0,5 gram sediaan krim dengan 25 ml air dalam beaker glass. Jika sediaan terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe
ma, sedangkan jika sediaan tidak terdispersi secara homogen dalam air, maka
sediaan termasuk emulsi tipe amSyamsuni, 2006.
Pewarnaan dilakukan cara sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek glass, ditambahkan satu tetes biru metilen, diaduk. Bila biru metilen
tersebar merata berarti sediaan tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biruberarti tipe sediaan adalah air dalam minyak Ditjen,
POM.,1985.
3.4.3.3 Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.Alat terlebih dulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1,yaitu ditimbang 0,5 g sediaan dan dilarutkan dalam 50 ml akuades. Kemudiaan elektroda dicelupkan kedalam
24 larutan tersebut.Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003.
3.4.3.4 Penentuan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar.Masing- masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian
atasnya.Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada suhu kamar. Selanjutnya,
dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna dan bau dari sediaanAnsel, 2005.
3.4.3.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Penelitian ini dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Sediaan dioleskan di bagian lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 48 jam dan dilihat perubahan
yang terjadi berupa kemerahandan pembengkakan pada kulit Wasitaatmadja, 1997.
3.4.3.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk meningkatkankelembaban kulit
Kemampuan sediaan untuk meningkatkan kelembaban kulit ditentukan dengan menggunakan alat skin analyzer yaitu moisture cheker.Adapun parameter
untuk pengukuran kadar air ditandai dengan dehidrasi: 0-29, normal: 30-50, dan hidrasi: 51-100. Setiap formula di ujikan pada sukarelawan yaitu pada bagian
pergelangan atas tangan yaitu dengan diberi tanda lingkaran lalu dioeskan sehari dua kali selama satu bulan. Pengukuran kelembaban awal dilakukan sebelum
sediaan digunakan, selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban pada daerah kulit yang diuji pada minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4.
Prosedur pengukuran dengan alat skin analyzer terhadap kadar air moisture:
25 a. Bersihkan permukaan kulit yang hendak diukur dengan tissu halus
b. Bersihkan bagian sensor pada moisture cheker dengan menggunakan kain lensa yang tersedia
c. Tekan tombol power pada moisture cheker dan tunggu hingga menunjukkan angka 00,0
d. Letakkan diatas permukaan kulit yang akan diukur, angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN