PENGURANGAN, KERINGANAN DAN KADALUARSA PENAGIHAN PENGAWASAN KETENTUAN PENYIDIKAN

BAB XIX PENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 29 1 Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi. 2 Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana di maksud pada ayat 1 dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi. 3 Tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan Retribusi di tetapkan oleh Bupati.

BAB XX KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 30 1 Hak untuk melakukan Penagihan Retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 tiga tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan Tindak Pidana di bidang Retribusi. 2 Kedaluarsa Penagihan Retribusi sebagaimana di maksud pada ayat 1 tertangguh apabila: a. Diterbitkan Surat Teguran ; atau b. Ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB XXI PENGAWASAN

Pasal 31 Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk.

BAB XXII KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 32 1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah di beri wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. 2 Wewenang penyidik sebagaimana di maksud pada ayat 1 adalah ; a. Menerima, mencari, dan mengumpulkan serta meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atas badan tentang kebenaran perbuatan yang di lakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. Meminta keterangan dan Barang Bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; 14 d. Memeriksa Buku-buku, Catatan-catatan, dan Dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen – dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan identitas orang dan atau dokumen yang di bawa sebagaimana di maksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; i. Memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan di periksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat di pertanggung jawabkan. 3 Penyidik sebagaimana di maksud pada ayat 1 memberitahukan di mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai ketentuan yang di atur dalam Undang–undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXIII KETENTUAN PIDANA