Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Leeway space

dan lingkungan. 2,5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran gigi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi perempuan. 2 Mochtar 1982 dalam disertasinya menemukan bahwa lebar mesiodistal gigi kelompok Batak dan suku Melayu memiliki ukuran yang berbeda. 13,22,23 Populasi di Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolid. Ada dua macam ras di Indonesia, yaitu ras Deutro-Melayu dan ras Proto-Melayu. Termasuk ras Deutro-Melayu adalah orang Aceh, Minangkabau, Sumatera pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Malayu. Termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja. 24 Cakra 2013, menyatakan dalam penelitiannya bahwa Tanaka-Johnston valid pada rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis Moyers hanya valid pada rahang bawah . 37 Penelitian mengenai nilai rata-rata Leeway space pada ras Deutro- Melayu dengan menggunakan tabel Moyers telah dilakukan sebelumnya, oleh karena itu peneliti ingin melanjutkan penelitian dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya untuk memprediksi Leeway space dengan menggunakan metode Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar ras Deutro Melayu di Kecamatan Medan Helvetia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa besar prediksi nilai rata-rata Leeway space murid Sekolah Dasar ras Deutro-Melayu di Kecamatan Medan Helvetia. 2. Apakah ada perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan ras Deutro-Melayu di Kecamatan Medan Helvetia. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prediksi nilai rata-rata Leeway space murid Sekolah Dasar ras Deutro-Melayu di Kecamatan Medan Helvetia. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan ras Deutro-Melayu di Kecamatan Medan Helvetia.

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan ras Deutro-Melayu di Kecamatan Medan Helvetia dengan metode Tanaka-Johnston.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memprediksi nilai rata-rata Leeway space pada ras Deutro-Melayu. 2. Dapat membantu klinisi ortodontis dalam menentukan rencana perawatan pada fase gigi bercampur.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dokter gigi 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Gigi

Perkembangan gigi merupakan proses kompleks yang disebut juga morfogenesis gigi atau odontogenesis yang dimulai selama minggu ke-6 perkembangan embrio. Perkembangan gigi terbagi atas 4 tahapan, yaitu: 7

2.1.1 Periode Bantalan Gusi

Periode ini dimulai sejak lahir sampai usia 6 bulan. Karateristik pada periode ini terlihat adanya peninggian dan lekukan pada mukosa. Lekukan di sebelah distal segmen kaninus desidui melanjut ke sulkus bukal ini disebut sulkus lateral. Lengkung rahang pada rahang atas memiliki bentuk seperti tapal kuda dan rahang bawah memiliki bentuk U. 25,26 Gambar 1. Bantalan gusi Gum pads: A Maksila BMandibula. 26,30 Universitas Sumatera Utara Pada waktu lahir, maksila dan mandibula merupakan tulang yang telah dipenuhi oleh benih-benih gigi dalam berbagai tingkat perkembangan . Prosesus alveolaris dilapisi oleh mukoperiosteum yang tebal yang merupakan bantalan gusi Gambar 1. Pada saat lahir, bantalan gusi tumbuh sangat cepat terutama kearah lateral. Keadaan ini membuat gigi insisivus tumbuh dalam letak yang baik. 25,26

2.1.2 Fase Gigi Desidui The Primary Dentition Stage

Erupsi gigi desidui dimulai dari usia 6 bulan. Pada usia sekitar 2,5 sampai 3 tahun gigi desidui telah erupsi semua. 2 Jumlah gigi pada fase ini adalah 20 gigi desidui. Gigi desidui ini bersifat sementara, setelah 2 sampai 3 tahun kemudian, gigi desidui ini akan diganti menjadi gigi permanen. Urutan erupsi gigi ini dapat bervariasi tetapi memiliki karateristik sebagai berikut Gambar 2: 26 - Insisivus sentral desidui mandibula erupsi pertama kira-kira usia 6 bulan - Diikuti dengan insisivus sentral desidui maksila - Setelah itu insisvus lateral desidui maksila - Erupsi insisivus lateral desidui mandibula - Molar pertama desidui mandibula dan maksila erupsi pada umur 1 tahun atau lebih - Kaninus desidui maksila dan mandibula erupsi kira-kira pada usia 16 bulan - Molar kedua desidui mandibula erupsi lalu molar kedua desidui maksila pada usia 2,5 tahun Posisi insisivus desidui lebih tegak dibandingkan dengan insisivus permanen dan biasanya terdapat diastema di antara gigi-gigi tersebut yang merupakan diastema fisiologi. Apabila diastema ini tidak ada saat fase gigi desidui, maka hampir bisa dipastikan gigi-gigi permanennya akan terletak berjejal crowded. Molar pertama Universitas Sumatera Utara desidui dan molar kedua desidui mengadakan kontak satu sama lain lewat permukaan yang luas dan berfungsi dalam pengunyahan. 6,27 Gambar 2. Fase gigi desidui. 27

2.1.3 Fase Gigi Bercampur Mixed Dentition Stage

Fase ini merupakan fase transisi dari fase gigi desidui ke fase gigi permanen yang dimulai pada usia 6 tahun, ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen rahang bawah kemudian molar pertama permanen rahang atas setelah itu disusul dengan erupsi insisivus pada rahang bawah dan rahang atas. Fase ini berakhir pada usia 12 tahun. Di fase gigi bercampur, terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada di dalam rongga mulut. Proses erupsi gigi permanen, akan terjadi resorpsi tulang dan akar gigi desidui yang mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya Gambar 3. 25,27 Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Fase gigi bercampur. 27 Urutan erupsi gigi permanen dimulai dengan erupsinya molar pertama permanen pada usia sekitar 6 tahun, diikuti dengan erupsi gigi insisivus pada usia 7 dan 8 tahun, kemudian erupsi gigi premolar, kaninus dan molar kedua permanen. 25,28 Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan terjadinya maloklusi. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan waktu yang tepat untuk dilakukan perawatan interseptif ortodontik untuk mencegah berkembangnya maloklusi dan memungkinkan pencapaian perkembangan wajah yang harmonis. 1,5 Fase gigi bercampur dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase transisi pertama, inter-transisi dan transisi kedua. 26,27

2.1.3.1 Fase transisi pertama

Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan pergantian insisivus desidui oleh insisivus permanen. Erupsinya molar pertama permanen dimulai sekitar usia 6 tahun dan diikuti dengan erupsinya insisivus sentralis rahang bawah. 2,25 Hubungan oklusal pada fase gigi bercampur berhubungan dengan gigi permanen. Lokasi dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada Universitas Sumatera Utara kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah. 9 Molar pertama permanen menuntun ke dalam lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar kedua desidui. Terdapat tiga tipe hubungan molar pertama permanen, yaitu 7,25-27 : a. Flush terminal plane: permukaan distal molar kedua rahang atas dan molar kedua desidui rahang bawah dalam satu dataran vertikal Gambar 5. Tipe hubungan ini disebut dengan satu dataran vertikal flush terminal plane dan diperoleh relasi molar pertama tonjol lawan tonjol. Ini merupakan keadaan normal dari gigi desidui, dan dapat terkoreksi dengan pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh 3-5 mm terhadap rahang atas memanfaatkan developmental space maupun Leeway space yang ada sehingga relasi molar Klas I Angle dapat tercapai Gambar 6. 25-27 Pergeseran molar rahang bawah dari satu dataran vertikal menjadi Klas I Angle dapat terjadi dengan dua cara, yaitu the early shift dan the late shift. 5,9,19-23 The early mesial shift terjadi selama awal fase gigi bercampur. Early mesial shift ini dimana pada primate space diastema yang terdapat diantara insisivus lateral dan kaninus desidui atas dan diantara kaninus desidui dan molar pertama desidui bawah akan tertutup oleh pergerakan ke depan molar pertama permanen Gambar 4A. 27 The late mesial shift terjadi dimana molar pertama permanen bawah hanya bergerak ke mesial secara langsung setelah kehilangan gigi molar kedua desidui bawah Gambar 4B. Karena panjang mesiodistal pada mahkota molar kedua desidui bawah lebih besar daripada rahang atas, maka kehilangan gigi tersebut menghasilkan pergerakan mesial yang besar oleh molar pertama permanen bawah. 27 Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Pergeseran molar rahang bawah: A Early mesial shift. B Late mesial shift. 24 b. Mesial step terminal plane: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial daripada molar kedua desidui rahang atas Gambar 5. Kemudian molar pertama permanen secara langsung erupsi dalam relasi Klas I Angle. Tipe ini biasanya terjadi pada awal pertumbuhan mandibula ke depan. Jika pertumbuhan mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar Klas III Angle. Jika pertumbuhan mandibula ke depan minimal, maka akan terjadi relasi molar Klas I Angle Gambar 6. 7,25-27 c. Distal step terminal plane: karateristik tipe ini bila permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang atas Gambar 5. Kemungkinan relasi molar pada tipe ini adalah Klas II Angle Gambar 6. 7,25-27 Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Tiga tipe hubungan molar kedua desidui: A Flush terminal plane BMesial step CDistal step. 7,27 Gambar 6. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan gigi permanen. 5 Universitas Sumatera Utara Perubahan pada insisivus terjadi selama fase transisi pertama dimana insisivus desidui digantikan dengan insisivus permanen. Insisivus sentralis bawah merupakan yang pertama erupsi. Insisivus permanen memiliki ukuran lebih besar daripada insisivus desidui. Perbedaan mesiodistal di antara gigi insisivus desidui dan permanen disebut dengan incisal liability. 27,29 Pada segmen anterior, keempat insisivus permanen maksila rata-rata 7,6 mm lebih besar daripada insisivus desidui. Sedangkan pada insisivus permanen mandibula rata-rata 6,0 mm lebih besar daripada insisivus desidui. 24 Bhalajhi 2009 menyatakan bahwa incisal liability pada rahang atas rata- rata 7 mm, sedangkan pada rahang bawah 5 mm. 27,29 Ruang yang diperlukan oleh Incisal liability diperoleh dari 29 : a. Pemanfaatan ruangan diantara gigi pada gigi desidui akan menyediakan ruang 4 mm di rahang atas dan 3 mm di rahang bawah. b. Peningkatan lebar antar kaninus. c. Perubahan inklinasi insisivus dari 150 ke 123 akan menyediakan ruang 2-3 mm Gambar 7. Gambar 7. Perubahan inklinasi gigi insisivus permanen dan desidui. 30 Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Fase Inter-Transisi

Fase ini merupakan fase yang stabil dan hanya terjadi perubahan yang sedikit. Di fase ini terlihat pada rahang atas maupun pada rahang bawah terdapat gigi desidui dan gigi permanen secara bersamaan. Gigi molar dan kaninus desidui dijumpai di antara gigi insisivus permanen dan molar pertama permanen. 1,29,30 Ada beberapa karateristik pada fase ini, yaitu 30 : 1. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata karena morfologi oklusal yang menyerupai dataran. 2. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan erupsi dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolar. 3. Resorpsi akar pada molar desidui.

2.1.3.3 Fase Transisi Kedua

Karateristik pada fase ini ditandai pergantian molar kedua dan kaninus desidui dengan kaninus dan premolar permanen. Kombinasi lebar mesiodistal kaninus desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang akan digantikan. Akibat perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang oleh Nance disebut dengan Leeway space. 1-3,5,10 Besar Leeway space pada mandibula lebih besar daripada maksila. Kelebihan ruang yang tersedia setelah pergantian molar dan kaninus desidui dimanfaatkan untuk pergeseran ke arah mesial oleh molar bawah agar terjadi relasi molar Klas I Angle. 27 Pada usia 8-9 tahun terlihat insisivus sentralis permanen bawah yang biasanya dalam keadaan berkontak satu dengan lainnya sedangkan insisivus sentralis atas sering erupsi dalam keadaan condong ke distal sehingga terdapat diastema di antara kedua insisivus sentralis dan ini disebut the ugly duckling stage. 27,29,30 Kondisi ini akan terkoreksi sendiri dimana benih kaninus permanen dalam erupsinya mempengaruhi akar insisivus lateralis permanen atas dan mendorong insisivus Universitas Sumatera Utara lateralis ke mesial. Bila kaninus permanen telah erupsi, insisivus lateralis dapat menegakkan diri dan diastema akan tertutup. 25,27

2.1.4 Fase Gigi Permanen Permanent Dentition Stage

Fase ini ditandai dengan erupsinya semua gigi permanen kecuali molar ketiga. Urutan erupsi pada fase ini biasanya dimulai dari molar pertama permanen mandibula. 3 Kemudian diikuti dengan insisivus sentral mandibula erupsi pada usia 7 tahun diikuti oleh insisivus lateral, kaninus, premolar pertama, premolar kedua dan molar kedua. 3,20 Pada maksila, premolar pertama dan kedua erupsi lebih dulu dibandingkan dengan kaninus Gambar 8. Dibandingkan dengan fase gigi bercampur, fase ini masih lebih stabil. 28 Ada beberapa keadaan yang terlihat pada gigi-gigi permanen adalah 25,27 : - Pada saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal daripada gigi bawah - Insisivus lebih proklinasi dan gigi posterior bukoklinasi - Semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi antagonisnya kecuali insisivus sentralis bawah dan molar kedua atas - Kurva anteroposterior di rahang bawah kurva spee normal Gambar 8.Fase gigi permanen. 22 Universitas Sumatera Utara

2.2 Leeway space

Ukuran mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lain. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras, genetik, dan jenis kelamin. Jumlah lebar mesiodistal kaninus desidui, molar pertama dan kedua desidui lebih besar daripada jumlah lebar mesiodistal gigi penggantinya. Perbedaan ukuran ini akan menghasilkan ruang pada regio kaninus dan premolar pada kedua rahang yang disebut dengan Leeway space Gambar 9. 1-3,5,10 Leeway space pada rahang bawah lebih besar daripada rahang atas. Jumlah rata-rata besar Leeway space pada rahang atas adalah 1,8 mm 0,9 mm untuk tiap sisi. Dan untuk rahang bawah rata-rata 3,4 mm 1,7 mm untuk tiap sisi. 26 Kombinasi lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi lebih besar daripada ruang yang tersedia. Kondisi ini disebut Leeway space deficiency, dan ini menyebabkan gigi menjadi berjejal crowded. 7,14 Pada saat molar kedua desidui tanggal, molar pertama permanen akan bergerak relatif cepat ke arah mesial menempati Leeway space. 7,25,29 Hal ini berdampak pada pengurangan panjang lengkung rahang. Diperlukannya tindakan ortodontik apabila terjadi kecenderungan berkembangnya maloklusi. 27 Gambar 9. Leeway space. 2 Universitas Sumatera Utara 2.3 Metode Analisis Ruang pada Masa Gigi Bercampur 2.3.1 Metode Radiografi