3. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri dimulai setelah permulaan tahun
pajak atau berakhir dalam tahun pajak. Contoh : David Ricardo K3 mulai bekerja 1 September 2009. Ia bekerja di
Indonesia s.d. Agustus 2012. Selama Tahun 2009 menerima gaji per bulan Rp20.000.000,00
penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 20.000.000,00
Pengurangan : Biaya Jabatan 5 X Rp 20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
--------------------- Penghasilan neto sebulan
Rp 19.500.000,00 Penghasilan neto selama 4 bulan
Rp 78.000.000,00 Penghasilan neto disetahunkan 124 X Rp 78.000.000,00
Rp 234.000.000,00 PTKP
- untuk WP sendiri - tambahan WP kawin
- tambahan 3 orang anak 3 X Rp 1.320.000,00 Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00 Rp 3.960.000,00
-------------------- Rp 21.120.000,00
-------------------- Penghasilan Kena Pajak disetahunkan
Rp212.880.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan:
- 5 X Rp 50.000.000,00 - 15 X Rp 162.880.000,00
Rp 2.500.000,00 Rp 24.432.000,00
--------------------- Rp 26.932.000,00
PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2009 412 X Rp 26.932.000,00 =
Rp 8.977.333,00 PPh Pasal 21 terutang sebulan : 14 X Rp 8.977.333,00 =
Rp 2.244.333,00
5. Pengisian SPT Masa PPh 21 Desember akhir tahun
Mulai tahun 2009, tidak ada lagi kewajiban melaporkan SPT Tahunan PPh Pasal 21. Kewajiban ini diganti dengan mekanisme penghitungan pada masa Desember akhir
tahun untuk menyelesaikan kekurangan atau kelebihan pajak di tahun berjalan. Semua penghasilan yang merupakan obyek PPh 21 selama tahun 2009 dihitung pada
masa Desember untuk menentukan kewajiban pajak yang seharusnya dipotong dan dibayarkan oleh pemberi kerja. Seluruh PPh Pasal 21 yang terutang dikurangi terlebih
dahulu dengan PPh 21 yang telah dipotong dan dibayarkan dalam bulan Januari sampai dengan Nopember.
Pemberi kerja berkewajiban memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 form. 1721- A1 kepada pegawai yang telah dipotong pajaknya. Bukti pemotongan tersebut akan
17
dipergunakan oleh para pegawai untuk melaksanakan kewajiban SPT PPh Orang Pribadi tahun pajak yang sama.
Secara singkat, alur penyusunan SPT Masa PPh Pasal 21 Desember akhir tahun adalah sebagai berikut:
a. Buatlah kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dengan menghitung seluruh
penghasilan yang merupakan obyek PPh Pasal 21 baik yang diterima pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai.
b. Hitung PPh Pasal 21 yang terutang atas seluruh penghasilan tersebut. c. Kurangkan hasil penghitungan pada huruf b dengan PPh Pasal 21 yang telah
dipotongdibayar selama Januari s.d. Nopember atas masing-masing penerima penghasilan baik pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai.
d. Sajikan hasil penghitungan PPh 21 atas pegawai tetap ke dalam formulir SPT 1721- A1 hanya untuk pegawai tetap yang penghasilan netonya melebihi PTKP. Jika
diminta untuk keperluan tertentu oleh pegawai tetap yang penghasilan netonya tidak melebihi PTKP belum kena pajak, pemberi kerja wajib membuatkan juga.
e. Pindahkan hasil perhitungan keseluruhan lampiran SPT 1721-A1 ke lampiran SPT 1721-I. Yang diisikan terinci per pegawai hanya yang sudah mempunyai kewajiban
membayar PPh Pasal 21 penghasilan neto melebihi PTKP f. Isi formulir induk SPT 1721 berdasarkan perhitungan pada huruf b di atas.
g. Pastikan semua isian telah lengkap dan tandatangani formulir SPT.
BAB V PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
1. Subjek Pajak Badan